Pages

Sabtu, 20 September 2014

Makalah Orientasi dan Perkembangan Pendekatan Individual



ORIENTASI & PEMKEMBANGAN PENDEKATAN INDIVIDUAL




BAB 1
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Perkembangan adalah perubahan kearah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Perkembangan memiliki sifat holistik (menyeluruh/kompleks) yaitu : terdiri dari berbagai aspek baik fisik ataupun psikis, terjadi dalam beberapa tahap (saling berkesinambungan), ada variasi individu dan memiliki prinsip keserasian dan keseimbangan.
Perkembangan individu yang semakin maju sekarang ini, dipengaruhi banyak faktor misalnya saja dipengaruhi faktor alamiah, kultural dan konvergensi. Dengan adanya faktor-faktor itu akan mempengaruhi dari psikologi perkembangan individu itu sendiri nantinya, sehingga menimbulkan banyak teori yang mengkaji perkembangan tersebut.
          
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah pengertian perkembangan pendekatakan individu ?
2.      Apakah orientasi dalam teori perkembangan ?
3.      Apakah faktor yang mempengaruhi perkembangan individu?

          C. TUJUAN

                  1.  Mengetahui apa yang dimaksud dengan orientasi perkembangan individu.
                  2.  Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
3.  Mengetahui apa teori perkembangan individu dan macam-macam teori perkembangan




BAB II
PEMBAHASAN

A.      PENGERTIAN  ORIENTASI  PERKEMBANGAN  INDIVIDU
Orientasi perkembangan individu artinya setiap layanan konseling memperhatikan karakteristik subjek yang dilayani dari sisi tahap perkembangannya. Anak-anak usia dini misalnya tidak boleh disamaratakan dengan anak usia SD, dengan SMP, demikian seterusnya untuk segenap tahap perkembangan. Untuk itu perlu dipahami bahwa setiap  tahap perkembangan memiliki karakteristik tersendiri. Selain itu meskipun dua orang subjek berada pada tahap perkembangan yang sama, aspek keindividualan (individual differences) tetap harus diperhatikan. Dengan demikian orientasi perkembangan dan orientasi individual dipadukan menjadi satu.
Orientasi ini lebih menekankan pada pentingnya peran perkembangan yang terjadi pada saat ini dan yang akan terjadi pada masa mendatang pada diri individu. Myrick (dalam Mayers, 1992) berpendapat bahwa perkembangan individu secara tradisional dari dulu sampai sekarang menjadi inti dari pelayanan bimbingan. Bimbingan sendiri memberikan kemudahan-kemudahan bagi gerak individu menjadi alur perkembangannya, menuju kematangan dalam perkembangannya itu.
B.     ORIENTASI  DALAM  TEORI  PERKEMBANGAN
1.      Teori yang berorientasi Biologis 
          Teori ini menitik beratkan pada apa yang yang disebut bakat, jadi factor keturunan dan konstitusi yang dibawa sejak lahir,.perkembangan anak dilihat sebagai pertumbuhan dan pemasakan organisme. Perkembangan bersifat endogen, artinya perkembangan tidak hanya berlangsung spontan saja melainkan juga harus dimengerti sebagai pemekaran pre-disposisi yang telah ditentukan secara biologis dan tidak dapat berubah lagi (genotype). Pengaruh lingkungan hanya sekedar menyedikan kesempatan yang baik saja, missal pengaruh suhu, penerangan, pemupukan, dan pangairan yang menguntungkan. Dalam hal ini maka merupakan suatu proses yang spontan, yang oleh piaget (1971) disebut sebagai kelanjutan ganesa-embryo. Pengaruh lingkungan, yang menguntungkan dan tidak menguntungkan ikut menentukan sifat apa yang terwujud yang dimiliki organisme dalam priode tertentu (fenotype). Kelemahan teori ini nampak dalam penelitian anak-anak kembar. Anak kembar yang identik (satu telur) yang dibesarkan dalam milieu (lingkungan ) yang berbeda, mengalami proses perkembangan yang beda pula.       
           Kelemahan teori yang berorientasi biologis itu juga kita jumpai pada waktu anak dalam satu kondisi tertentu mampu melaksanakan tingkah laku operasi, yaitu melakukan tingkah laku intelektual pada waktu yang lebih awal dari pada stadium perkembangannya, misalnya anak bisa membaca pada waktu yang sangat awal.

2.      Teori yang berorientasi pada Lingkungan 
     Dalam kelompok teori lingkungan (teori milieu) termasuk teori belajar dan teori sosialisasi yang bersifat sosiologis. Kedua macam teori itu sebetulnya sama karena prinsip sosialisasi itu merupakan suatu bentuk belajar social. Persamaan yang ada di antara berbagai teori belajar itu ialah bahwa mereka semua memandang belajar sebagai suatu bentuk perubahan dalam disposisi seseorang yang bersifat relatif tetap, sedangkan perubahan tersebut tidak di sebabkan oleh pertumbuhan. Disposisi disini di artikan sebagai potensi untuk bertingkah laku, untuk bersikap.
          Teori ini beranggapan bahwa sesudah tahun pertama, potensi untuk bertingkah laku yang lebih tinggi tidak tergantung daripada perubahan spontan pada struktur dari organisme, melainkan tergantung pada apa yang kita pelajari dengan teknik-teknik yang tepat. Jadi bila anak hidup dalam suatu lingkungan tertentu, maka anak tadi akan memperlihatkan pola tingkah laku yang khas lingkungannya tadi.

3.      Teori yang berorientasi pada Psikodinamika
          Teori ini mempunyai kesamaan dengan teori belajar dalam hal pandangan akan pentingnya pengaruh lingkungan,termasuk lingkungan primer, terhadap  perkembangan. Teori psikodinamika memandang komponen yang bersifat sosio-afektif sangat fundamental dalam kepribadian dan perkembangan seseorang. Menurut teori ini ,maka komponen yang besifat sosio-afektif yaitu ketegangan yang ada dalam diri seseorang,sebagai penentu dinamikanya.

4.      Teori yang berorientasi pada Kerokhanian
     Tokoh yang paling utama dalam teori ini adalah Eduard springer (1882-1962). Titik berat pandanganya adalah kekhususan psikis individu. Sesuai dengan pendapat Dilthey (1833-1911). Spranger mengemukakan bahwa gejala psikis seseorang sulit diterangkan seperti halnya menerangkan gejala fisik. Mungkin hal itu dapat dilakukan terhadap gejala fisiologis yang timbul misalnya pada permulaan pemasakan seksual (masa pubertas).
    Gejala psikis hanya dapat kita mengerti “mengerti” (verstehen) yaitu kita mengerti dari arti yang ada dalam keseluruhannya. Apa yang diartikan “mengerti” disini bukan merupakan proses rasional saja, melainkan suatu kemampuan untuk dapat merasakan suatu kemampuan untuk dapat merasakan suatu situasi tertentu.
Menurut spranger pengintegrasian sexos(nafsu seks) dan eros( rasa kasih sayang yang mempunyai hakekat etis ), serta berbagai nilai hidup dalam suatu sistem nilai pribadi bersamaan dengan penemuan diri dan pembentukan suatu rencana hidup yang pribadi adalah inti perkembangan seseorang.

5.      Teori yang berorientasi pada Interaksionisme
     Beberapa teori yang dibicarakan sebelumnya agak bersifat menyimpang, maka dari itu membutuhkan suatu sintesa. Sintesa tersebut didapatakan di dalam teori interaksionisme yang sekarang banyak dianut oleh banyak ahli psikologi perkembangan dibarat. William stern dapatn dipandang sebagai pelopor teori konvergensi yang beranggapan bahwa setiap tingkah laku merupakan hasil pertemuan (konvergensi) antara factor lingkungan.
     Teoretikus terkenal dalam interaksionisme adalah piaget (1947). Pendapatnya agak menyimpang karena piaget hanya mamentingkan perkembangan intelektual dan perkembangan moral yang berhubungan dengan itu. Disini moral dipandang sebagai berhubungan dengan intelektual anak.

C.    FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN INDIVIDU
Ada faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan seorang individu. Dari faktor-faktor ini muncullah teori-teori perkembangan yang dikemukakan oleh ahli-ahli perkembangan antara lain sebagai berikut:



1.      Teori Nativisme
Schopenhaur berpendapat bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh faktor-faktor nativus, yaitu faktor-faktor keturunan atau bawaan dari seorang individu. Dari teori ini akan terkesan bahwa seakan-akan individu telah ditentukan sebelumnya, tergantung pada sifat-sifat bawaan dan tidak dapat dirubah. Individu yang terlahir dari orang tua yang baik akan menjadi baik, dan sebaliknya. Dari kalangan pendidikan menjadi pesimis dengan pandangan nativisme ini karena berarti usaha pendidikan tidak berguna dalam membantu perkembangan individu. Dan beberapa ahli perkembangan tidak dapat menerima teori nativisme ini.

2.      Teori Empiris
Teori ini dikemukakan oleh John Locke. Teori ini menyatakan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh pengalaman-pengalaman yang diperoleh individu dari lingkungannya. Dalam teori empiris ini, saat individu lahir digambarkan sebagai sehelai kertas putihbersih, dan individu akan berkembang sesuai dengan apa yang akan tertulis di kertas putih bersih itu. Pandangan empiris ini membuat optimisme dari kalangan pendidikan, karena berarti hasil pendidikan yang akan menentukan perkembangan individu. Teori empiris ini nampak berlawanan dengan teori nativisme, sehigga muncul teori konvergensi yang merupakan gabungan dari kedua teori tersebut.

3  Teori Konvergensi
William Stern menggabungkan teori nativisme dengan empiris menjadi teori konvergensi. William Stern telah melakukan penelitian terhadap beberapa bayi kembar, yang dipisahkan dan dibesarkan di lingkungan yang berbeda yang dimulai dari sejak kelahiran mereka. Dan ternyata bayi-bayi kembar tersebut mengalami perbedaan perkembanngan. William Stern menyimpulkan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor-faktor bawaan (endogen) dan faktor-faktor lingkungan (eksogen).
Faktor bawaan (endogen) dan lingkungan (eksogen) saling berhubungan dalam perkembangan individu. Bakat individu yang merupakan salah satu faktor bawaan akan menjadi aktual atau berkembang membutuhkan kesempatan untuk dapat mengkatualisasi bakat tersebut. Untuk itu diperlukan lingkungan yang baek dan mendukung perkembangan atau aktualisasi bakat individu, misalnya pendidikan yang mendukung perkembangan bakat individu. Sebenarnya pengaruh lingkungan terhadap perkembangan adalah tidak terlalu memaksa, tetapi tetap memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan individu, tergantung pula pada keputusan individu bersikap menerima, menolak atau netral terhadap kesempatan-kesempatan itu. Dengan demikian proses perkembangan individu merupakan suatu interaksi antar faktor bawaan, lingkungan dan penetuan diri individu itu sendiri.

























BAB 3
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
1.      Perembangan setiap orang berbeda-beda walaupun dalam satu tingkatan perkembangan yang sama
2.      Hereditas dan lingkungan tempat seseorang hidup sangat mempengaruhi perkembangan seseorang
3.      Pengaruh perkembangan bagi individu akan mempengaruhi sifat individu itu sendiri
B.     SARAN
1.      Dengan adanya teori-teori perkembangan, guru dapat mengetahui adanya tahap-tahap perkembangan tertentu pada kemampuan berpikir anak di kelasnya. Dengan demikian guru bisa memberikan perlakuan yang tepat bagi siswanya, misalnya dalam memilih cara penyampaian materi bagi siswa, penyediaan alat-alat peraga dan sebagainya, sesuai dengan tahap perkembangan kemampuan berpikir yang dimiliki oleh siswa masing-masing.
2.      Para orang tua harus memerhatikan perkembangan fisik dan psikis anak terutama psikisnya.
3.      Orang tua harus memperhatikan sikapnya karena orang tua merupakan panutan bagi seorang anak  
4.      Semua sekolah di Indonesia baik paud, sd atau mi, smp atau mts, sma atau ma, bahkan perguruan tinggi baik swasta maupun yang negeri menyediakan layanan konseling untuk membantu perkembangan anak didiknya



DAFTAR PUSTAKA

Yulas.2011.psikologi perkembangan.diakses pada jumat,12 september 2014:http://multazam-einstein.blogspot.com/2013/04/psikologi-perkembangan-orientasi-dan.html
Rachma,pradita.2013teori dan orientasi perkembangan.di akses pada jumat,12 september 2014:http://praditarachman.blogspot.com/2013/03/orientasi-perkembangan-dan-teori.html
Yulas.2011.macam macam teori perkembangan.diakse pada kamis,11 seotember :2014http://yulazfie.blogspot.com/2011/05/macam-macam-teori-perkembangan-dan.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar