ORIENTASI & PEMKEMBANGAN PENDEKATAN INDIVIDUAL
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Perkembangan
adalah perubahan kearah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang
bermartabat atau berkualitas. Perkembangan memiliki sifat holistik
(menyeluruh/kompleks) yaitu : terdiri dari berbagai aspek baik fisik ataupun
psikis, terjadi dalam beberapa tahap (saling berkesinambungan), ada variasi
individu dan memiliki prinsip keserasian dan keseimbangan.
Perkembangan individu
yang semakin maju sekarang ini, dipengaruhi banyak faktor misalnya saja
dipengaruhi faktor alamiah, kultural dan konvergensi. Dengan adanya
faktor-faktor itu akan mempengaruhi dari psikologi perkembangan individu itu
sendiri nantinya, sehingga menimbulkan banyak teori yang mengkaji perkembangan
tersebut.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah
pengertian perkembangan pendekatakan individu ?
2. Apakah orientasi dalam teori
perkembangan ?
3. Apakah faktor yang mempengaruhi perkembangan individu?
C. TUJUAN
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan orientasi
perkembangan individu.
2. Mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan
3. Mengetahui apa teori perkembangan individu dan macam-macam teori
perkembangan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN ORIENTASI PERKEMBANGAN INDIVIDU
Orientasi perkembangan
individu artinya setiap layanan konseling memperhatikan karakteristik subjek
yang dilayani dari sisi tahap perkembangannya. Anak-anak usia dini misalnya
tidak boleh disamaratakan dengan anak usia SD, dengan SMP, demikian seterusnya
untuk segenap tahap perkembangan. Untuk itu perlu dipahami bahwa setiap tahap perkembangan memiliki karakteristik
tersendiri. Selain itu meskipun dua orang subjek berada pada tahap perkembangan
yang sama, aspek keindividualan (individual differences) tetap harus
diperhatikan. Dengan demikian orientasi perkembangan dan orientasi individual
dipadukan menjadi satu.
Orientasi ini lebih
menekankan pada pentingnya peran perkembangan yang terjadi pada saat ini dan
yang akan terjadi pada masa mendatang pada diri individu. Myrick (dalam Mayers,
1992) berpendapat bahwa perkembangan individu secara tradisional dari dulu
sampai sekarang menjadi inti dari pelayanan bimbingan. Bimbingan sendiri
memberikan kemudahan-kemudahan bagi gerak individu menjadi alur
perkembangannya, menuju kematangan dalam perkembangannya itu.
B. ORIENTASI DALAM TEORI PERKEMBANGAN
1. Teori
yang berorientasi Biologis
Teori ini menitik beratkan
pada apa yang yang disebut bakat, jadi factor keturunan dan konstitusi yang dibawa
sejak lahir,.perkembangan anak dilihat sebagai pertumbuhan dan pemasakan
organisme. Perkembangan bersifat endogen, artinya perkembangan tidak hanya
berlangsung spontan saja melainkan juga harus dimengerti sebagai pemekaran
pre-disposisi yang telah ditentukan secara biologis dan tidak dapat berubah
lagi (genotype). Pengaruh lingkungan hanya sekedar menyedikan kesempatan yang
baik saja, missal pengaruh suhu, penerangan, pemupukan, dan pangairan yang
menguntungkan. Dalam hal ini maka merupakan suatu proses yang spontan, yang
oleh piaget (1971) disebut sebagai kelanjutan ganesa-embryo. Pengaruh lingkungan, yang
menguntungkan dan tidak menguntungkan ikut menentukan sifat apa yang terwujud
yang dimiliki organisme dalam priode tertentu (fenotype). Kelemahan teori ini
nampak dalam penelitian anak-anak kembar. Anak kembar yang identik (satu telur)
yang dibesarkan dalam milieu (lingkungan ) yang berbeda, mengalami proses
perkembangan yang beda pula.
Kelemahan teori yang
berorientasi biologis itu juga kita jumpai pada waktu anak dalam satu kondisi
tertentu mampu melaksanakan tingkah laku operasi, yaitu melakukan tingkah laku
intelektual pada waktu yang lebih awal dari pada stadium perkembangannya,
misalnya anak bisa membaca pada waktu yang sangat awal.
2.
Teori yang
berorientasi pada Lingkungan
Dalam
kelompok teori lingkungan (teori milieu) termasuk teori belajar dan teori
sosialisasi yang bersifat sosiologis. Kedua macam teori itu sebetulnya sama
karena prinsip sosialisasi itu merupakan suatu bentuk belajar social. Persamaan
yang ada di antara berbagai teori belajar itu ialah bahwa mereka semua
memandang belajar sebagai suatu bentuk perubahan dalam disposisi seseorang yang
bersifat relatif tetap, sedangkan perubahan tersebut tidak di sebabkan oleh
pertumbuhan. Disposisi disini di artikan sebagai potensi untuk bertingkah laku,
untuk bersikap.
Teori ini beranggapan bahwa
sesudah tahun pertama, potensi untuk bertingkah laku yang lebih tinggi tidak
tergantung daripada perubahan spontan pada struktur dari organisme, melainkan
tergantung pada apa yang kita pelajari dengan teknik-teknik yang tepat. Jadi
bila anak hidup dalam suatu lingkungan tertentu, maka anak tadi akan
memperlihatkan pola tingkah laku yang khas lingkungannya tadi.
3.
Teori yang berorientasi pada
Psikodinamika
Teori ini mempunyai kesamaan
dengan teori belajar dalam hal pandangan akan pentingnya pengaruh
lingkungan,termasuk lingkungan primer, terhadap perkembangan. Teori psikodinamika memandang
komponen yang bersifat sosio-afektif sangat fundamental dalam kepribadian dan
perkembangan seseorang. Menurut
teori ini ,maka komponen yang besifat sosio-afektif yaitu ketegangan yang ada
dalam diri seseorang,sebagai penentu dinamikanya.
4.
Teori yang berorientasi pada
Kerokhanian
Tokoh yang
paling utama dalam teori ini adalah Eduard springer (1882-1962). Titik berat
pandanganya adalah kekhususan psikis individu. Sesuai dengan pendapat Dilthey
(1833-1911). Spranger mengemukakan bahwa gejala psikis seseorang sulit
diterangkan seperti halnya menerangkan gejala fisik. Mungkin hal itu dapat
dilakukan terhadap gejala fisiologis yang timbul misalnya pada permulaan
pemasakan seksual (masa pubertas).
Gejala psikis
hanya dapat kita mengerti “mengerti” (verstehen) yaitu kita mengerti dari arti
yang ada dalam keseluruhannya. Apa yang diartikan “mengerti” disini bukan
merupakan proses rasional saja, melainkan suatu kemampuan untuk dapat merasakan
suatu kemampuan untuk dapat merasakan suatu situasi
tertentu.
Menurut spranger pengintegrasian sexos(nafsu seks) dan eros( rasa kasih sayang yang mempunyai hakekat etis ), serta berbagai nilai hidup dalam suatu sistem nilai pribadi bersamaan dengan penemuan diri dan pembentukan suatu rencana hidup yang pribadi adalah inti perkembangan seseorang.
Menurut spranger pengintegrasian sexos(nafsu seks) dan eros( rasa kasih sayang yang mempunyai hakekat etis ), serta berbagai nilai hidup dalam suatu sistem nilai pribadi bersamaan dengan penemuan diri dan pembentukan suatu rencana hidup yang pribadi adalah inti perkembangan seseorang.
5. Teori
yang berorientasi pada Interaksionisme
Beberapa
teori yang dibicarakan sebelumnya agak bersifat menyimpang, maka dari itu
membutuhkan suatu sintesa. Sintesa tersebut didapatakan di dalam teori
interaksionisme yang sekarang banyak dianut oleh banyak ahli psikologi
perkembangan dibarat. William stern dapatn dipandang sebagai pelopor teori
konvergensi yang beranggapan bahwa setiap tingkah laku merupakan hasil
pertemuan (konvergensi) antara factor lingkungan.
Teoretikus terkenal dalam
interaksionisme adalah piaget (1947). Pendapatnya agak menyimpang karena piaget
hanya mamentingkan perkembangan intelektual dan perkembangan moral yang
berhubungan dengan itu. Disini moral dipandang sebagai berhubungan dengan
intelektual anak.
C.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN INDIVIDU
Ada faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan seorang individu. Dari faktor-faktor ini muncullah
teori-teori perkembangan yang dikemukakan oleh ahli-ahli perkembangan antara
lain sebagai berikut:
1. Teori
Nativisme
Schopenhaur berpendapat
bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh faktor-faktor nativus, yaitu
faktor-faktor keturunan atau bawaan dari seorang individu. Dari teori ini akan
terkesan bahwa seakan-akan individu telah ditentukan sebelumnya, tergantung
pada sifat-sifat bawaan dan tidak dapat dirubah. Individu yang terlahir dari
orang tua yang baik akan menjadi baik, dan sebaliknya. Dari kalangan pendidikan
menjadi pesimis dengan pandangan nativisme ini karena berarti usaha pendidikan
tidak berguna dalam membantu perkembangan individu. Dan beberapa ahli
perkembangan tidak dapat menerima teori nativisme ini.
2. Teori
Empiris
Teori ini dikemukakan
oleh John Locke. Teori ini menyatakan bahwa perkembangan individu ditentukan
oleh pengalaman-pengalaman yang diperoleh individu dari lingkungannya. Dalam
teori empiris ini, saat individu lahir digambarkan sebagai sehelai kertas
putihbersih, dan individu akan berkembang sesuai dengan apa yang akan tertulis
di kertas putih bersih itu. Pandangan empiris ini membuat optimisme dari kalangan
pendidikan, karena berarti hasil pendidikan yang akan menentukan perkembangan
individu. Teori empiris ini nampak berlawanan dengan teori nativisme, sehigga
muncul teori konvergensi yang merupakan gabungan dari kedua teori tersebut.
3 Teori Konvergensi
William Stern
menggabungkan teori nativisme dengan empiris menjadi teori konvergensi. William
Stern telah melakukan penelitian terhadap beberapa bayi kembar, yang dipisahkan
dan dibesarkan di lingkungan yang berbeda yang dimulai dari sejak kelahiran
mereka. Dan ternyata bayi-bayi kembar tersebut mengalami perbedaan
perkembanngan. William Stern menyimpulkan bahwa perkembangan individu
ditentukan oleh faktor-faktor bawaan (endogen) dan faktor-faktor lingkungan
(eksogen).
Faktor bawaan (endogen)
dan lingkungan (eksogen) saling berhubungan dalam perkembangan individu. Bakat
individu yang merupakan salah satu faktor bawaan akan menjadi aktual atau
berkembang membutuhkan kesempatan untuk dapat mengkatualisasi bakat tersebut.
Untuk itu diperlukan lingkungan yang baek dan mendukung perkembangan atau
aktualisasi bakat individu, misalnya pendidikan yang mendukung perkembangan
bakat individu. Sebenarnya pengaruh lingkungan terhadap perkembangan adalah
tidak terlalu memaksa, tetapi tetap memiliki pengaruh yang besar terhadap
perkembangan individu, tergantung pula pada keputusan individu bersikap
menerima, menolak atau netral terhadap kesempatan-kesempatan itu. Dengan
demikian proses perkembangan individu merupakan suatu interaksi antar faktor
bawaan, lingkungan dan penetuan diri individu itu sendiri.
BAB
3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.
Perembangan setiap orang berbeda-beda walaupun dalam
satu tingkatan perkembangan yang sama
2.
Hereditas dan lingkungan tempat seseorang hidup sangat
mempengaruhi perkembangan seseorang
3.
Pengaruh perkembangan bagi individu akan mempengaruhi
sifat individu itu sendiri
B. SARAN
1.
Dengan adanya teori-teori perkembangan, guru dapat
mengetahui adanya tahap-tahap perkembangan tertentu pada kemampuan berpikir
anak di kelasnya. Dengan demikian guru bisa memberikan perlakuan yang tepat
bagi siswanya, misalnya dalam memilih cara penyampaian materi bagi siswa,
penyediaan alat-alat peraga dan sebagainya, sesuai dengan tahap perkembangan
kemampuan berpikir yang dimiliki oleh siswa masing-masing.
2.
Para orang tua harus memerhatikan perkembangan fisik
dan psikis anak terutama psikisnya.
3.
Orang tua harus memperhatikan sikapnya karena orang
tua merupakan panutan bagi seorang anak
4.
Semua sekolah di Indonesia baik paud, sd atau mi, smp
atau mts, sma atau ma, bahkan perguruan tinggi baik swasta maupun yang negeri
menyediakan layanan konseling untuk membantu perkembangan anak didiknya
DAFTAR
PUSTAKA
Yulas.2011.psikologi perkembangan.diakses
pada jumat,12 september
2014:http://multazam-einstein.blogspot.com/2013/04/psikologi-perkembangan-orientasi-dan.html
Rachma,pradita.2013teori
dan orientasi perkembangan.di akses pada jumat,12 september
2014:http://praditarachman.blogspot.com/2013/03/orientasi-perkembangan-dan-teori.html
Yulas.2011.macam macam
teori perkembangan.diakse pada kamis,11 seotember
:2014http://yulazfie.blogspot.com/2011/05/macam-macam-teori-perkembangan-dan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar