MAKALAH
Dasar-Dasar dan Kaidah Kebahasaan Melalui Sintaksis
Bahasa Indonesia
Sebagai Rujukan Penggunaan Bahasa
Indonesia Yang Baik dan Benar
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Banyak
permasalahan yang ada dalam mendalami penguasaan sintaksis dan hakikatnya.
Perlu pendalaman dan banyak mempraktekan dalam dunia kebahasaan. Karena ilmu
sintaksis sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Masih banyak orang yang
belum mengetahui dan belum paham tentang makna dan hakikat sintaksis. Padahal,
penggunaanya begitu dekat daengan masyarakat Indonesia. Yaitu berkisar
tentang kalimat bahasa Indonesia yang digunakan sebagai alat komunikasi
sehari-hari.
Didalam
kajian sintaksis mencakup kajian-kajian tentang frasa, klausa dan kalimat.
Fungsi sintaksis sendiri adalah berupa subjek, predikat, objek, keterangan dan
pelengkap. Dalam makalah ini kesemuanya akan dikaji dan dijelaskan lebih rinci. Sehingga, pembaca dapat
mengetahui secara lebih mendetail hakikat sintaksis.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan Sintaksis?
2. Apakah yang dimaksud dengan frasa,
klausa, dan kalimat dalam sintaksis?
3. Apa sajakah macam-macam dari frasa
dan strukturnya?
4. Apa sajakah macam-macam dari klausa
dan srukturnya dalam sintaksis?
5. Apa saja macam-macam dari kalimat
dan strukturnya?
C.
Tujuan
·
Untuk mengetahui fungsi
sintaksis.
·
Untuk mengetahui secara
jelas frasa, klausa, dan kalimat dalam sintaksis.
·
Untuk mengetahui
jenis-jenis frasa dan strukturnya dalam kajian sintaksis.
·
Untuk mengetahui
macam-macam klausa beserta strukturnya.
·
Untuk mengetahui
jenis-jenis kalimat dan strukturnya dalam kajian sintaksis.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Sintaksis
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu
“sun” yang berarti “dengan” dan kata “tattein” yang berarti “menempatkan”.
Jadi, secara etimologi berarti: menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi
kelompok kata atau kalimat.
Sintaksis
adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk
wacana. Sintaksis sebagai bagian dari ilmu bahasa berusaha menjelaskan satuan
baik hubungan fungsional maupun hubungan maknawi. Adapun pengertian lain dari sintaksis
adalah cabang ilmu yang membicarakan kalimat dengan segala bentuk dan unsur -
unsur pembentuknya. Untuk memahami struktur sintaksis,
terlebih dahulu kita harus mengetahui fungsi, peran, dan kategori sintaksis.
Fungsi
sintaksis berkenaan dengan istilah subjek, predikat, objek, dan keterangan.
Kategori sintaksis berkenaan dengan istilah nomina, verba, ajektiva, dan
numeralia. Sedangkan peran sintaksis
berkenaan dengan istilah pelaku, penderita, dan penerima. Eksistensi struktur
sintaksis terkecil ditopang oleh urutan kata (letak/posisi kata), bentuk kata,
dan intonasi. Intonasi dapat berupa intonasi deklaratif (ditandai tanda titik),
intonasi interogatif (ditandai tanda tanya), dan intonasi interjektif (ditandai
tanda seru).
1.
Kajian
sintaksis
a. Frasa
Frase lazim didefinisikan sebagai
satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif
(hubungan antara kedua unsur yang membentuk frase tidak berstruktur subjek -
predikat atau predikat - objek), atau lazim juga disebut gabungan kata yang
mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Menurut Prof. M. Ramlan, frasa adalah satuan gramatik yang
terdiri atas satu kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi (Ramlan,
2001:139). Jadi, dengan kata lain frasa merupakan gabungan dua kata
atau lebih yang tidak melebihi satu batas fungsi. Fungsi tersebut merupakan
jabatan berupa subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan.
Contoh frasa adalah sebagai berikut,
1)
gedung bertingkat itu,
2) di
luar,
3)
kemarin pagi,
4)
sedang tidur,
5)
yang akan datang,
Jika contoh tersebut diletakkan
dalam kalimat, kedudukannya tetap pada satu jabatan saja. Misalnya.
1) Gedung
bertingkat itu(S) ambruk(P).
2)
Anis(S) bermain(P) di luar(Ket).
3) Kemarin
pagi(Ket), ibu(S) pulang(P).
4)
Ayah(S) sedang tidur(P).
5)
Bule(S) yang akan datang(P) lusa(Ket).
Macam
frase :
1. Frase Eksosentrik, yaitu frase
yang komponen-komponennya tidak mempunyai perilaku
sintaksis yang sama dengan keseluruhannya.
Contoh
: Dia berdagang di pasar
a. Frase
eksosentrik direktif, komponen pertama berupa preposisi, seperti di, ke dan
dari, sedangkan komponen kedua berupa kata.
Contoh
: di pasar
b. Frase
eksosentrik nondirektif, komponen pertama berupa artikulus,seperti si dan
sang, sedangkan komponen kedua berupa kata berkategori nomina, ajektiva,
dan verba.
Contoh
: si miskin
2. Frase Endosentrik, yaitu frase yang komponennya
memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan
keseluruhannya.
Contoh :
Nenek sedang membaca komik di kamar
Frase endosentrik disebut juga
frase subordinatif karena terdiri atas komponen atasan dan komponen bawahan.
Contoh : mahal sekali
Mahal
sebagai komponen atasan ; sekali sebagai komponen bawahan.
3. Frase Koordinatif, yaitu
frase yang komponen pembentuknya sederajat dan dihubungkan oleh konjungsi
koordinatif, baik yang tunggal (dan,
atau, tetapi), maupun yang terbagi (baik …. maupun ….; makin ….makin ….;
baik ….baik….)
4. Frase
Apositif, yaitu frase koordinatif yang komponennya saling merujuk sesamanya,
sehingga urutan komponennya dapat dipertukarkan.
Contoh
: Pak Ahmad, guru saya, rajin sekali
Dilihat dari kategori intinya, dapat dibedakan adanya frase nominal, verbal, ajektival,
dan numeral.
2. Klausa
Klausa
adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif.
Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang
berungsi sebagai predikat dan
yang lain berfungsi sebagai subjek, objek, dan keterangan.
Klausa berpotensi untuk menjadi kalimat
tunggal karena di dalamnya sudah ada fungsi sintaksis wajib, yaitu subjek dan
predikat.
3. Kalimat
Kalimat
sebagai alat interaksi dan kelengkapan pesan atau isi yang akan disampaikan,
didefinisikan sebagai susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang
lengkap. Sedangkan dalam kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih
kecil (kata, frase, dan klausa), kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun
dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi
bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.
Intonasi dapat diuraikan atas
ciri-ciri yang berupa tekanan, tempo, dan nada. Tekanan adalah ciri-ciri
suprasegmental yang menyertai bunyi ujaran. Tempo adalah waktu yang diperlukan
untuk melafalkan suatu arus ujaran. Nada adalah suprasegmental yang diukur
berdasarkan kenyaringan suatu segmen dalam suatu arus ujaran. Dalam bahasa
Indonesia dikenal tiga macam nada, yang biasa dilambangkan dengan angka “1”,
nada sedang dilambangkan dengan angka “2”, dan nada tinggi dilambangkan dengan
angka “3”.
Tekanan yang berbeda menyebabkan intonasinya juga berbeda; akibatnya keseluruhan kalimat itu pun akan berbeda.
Tekanan yang berbeda menyebabkan intonasinya juga berbeda; akibatnya keseluruhan kalimat itu pun akan berbeda.
B.
Klasifikasi Kalimat
1. Berdasarkan jumlah pola dan hubungan antarpola
a.
Kalimat tunggal yaitu kalimat yang hanya mengandung sebuah pola kalimat, baik
kalimat inti atau luas tapi perluasannya tidak membentuk pola kalimat yang
baru.
Contoh : Dian membaca.
Contoh : Dian membaca.
b.
Kalimat majemuk yaitu kalimat yang mengandung dua pola. Kalimat majemuk terbagi
menjadi dua bagian, yaitu :
• Kalimat
majemuk setara : Kalimat majemuk yang masing-masing penyusunnya dapat berdiri
sendiri atau memiliki dua pola kalimat yang sederajat. Bersifat menggabungkan
dirangkaikan dengan kata tugas : dan, lagi, sesudah itu, karena itu. Bersifat
memilih : atau. Bersifat mempertentangkan : tetapi, melainkan, hanya.
Contoh :
Kadir membawa buku dan Kadir membawa tas ( Kadir
membawa buku dan tas )
Ket : Kalimat di atas terdiri dari dua kalimat,
yaitu :
Kadir membawa buku
Kadir membawa tas.
•
Kalimat majemuk bertingkat : Kalimat yang penyusunnya tidak dapat berdiri
sendiri atau memiliki dua pola kalimat atau lebih yang tidak sederajat. Terdiri
klausa bebas dan klausa terikat. Kalimat majemuk biasanya ditandai dengan kata
ketika, supaya, agar, karena, sebab.
Contoh : Ibu pergi ke pasar, ketika ayah pulang dari kantor.
Contoh : Ibu pergi ke pasar, ketika ayah pulang dari kantor.
c. Kalimat kompleks yaitu kalimat yang mengandung lebih dari dua pola
Contoh : Saya pergi ke
kampus, adik hanya tinggal di rumah dan kakak entah ke mana.
2. Berdasarkan ragam
a.
Kalimat aktif yaitu kalimat yang subjeknya melakukan sesuatu atau berstruktur
SPO atau jika subjeknya menjadi pelaku. Kalimat aktif ada dua macam, yaitu :
1). Kalimat aktif transitif : Kalimat aktif yang kata kerjanya berobjek langsung
Contoh : Tami mengerjakan tugas.
1). Kalimat aktif transitif : Kalimat aktif yang kata kerjanya berobjek langsung
Contoh : Tami mengerjakan tugas.
2). Kalimat aktif intransitif : Kalimat aktif yang
kata kerjanya tidak berobjek
Contoh : Supi menyanyi.
Contoh : Supi menyanyi.
b.
Kalimat pasif yaitu kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan atau berpola OPS
atau OSP atau jika subjeknya menjadi penderita
Contoh
: Televisi diperbaiki oleh tukang servis.
4. Berdasarkan jenis kata predikat
a. Kalimat verbal yaitu
kalimat yang predikatnya berupa kata kerja Contoh : Adik bermain-main di
halaman.
b. Kalimat nominal yaitu kalimat
yang predikatnya selain kata kerja atau berupa kata benda
Contoh : Ini kampus kami.
Contoh : Ini kampus kami.
5. Berdasarkan kutipan pembicaraan
a. Kalimat langsung yaitu kalimat yang diujarkan oleh seseorang yang dapat berupa kalimat berita, tanya, dan perintah. Kalimat langsung juga dapat dikatakan sebagai kalimat yang langsung disampaikan oleh sumbernya atau yang mengucapkan, serta menggunakan tanda petik (“)
Contoh :
Ibu Guru berkata, “Minggu depan tugas harus dikumpul.”§
“Berapa jumlah saudaramu ?” tanya Dian.§
b. Kalimat tidak langsung yatu kalimat yang melaporkan apa yang diujarkan oleh seseorang yang dapat berupa kalimat berita, tanya dan perintah atau kalimat yang tidak langsung disampaikan oleh sumbernya serta tidak menggunakan tanda petik (“)
Contoh :
Kadir mengatakan bahwa kemarin ia dibelikan motor baru.§
Ayah berkata bahwa saya harus juara kelas.§
6. Berdasarkan pola
a. Kalimat inti yaitu kalimat yang terdiri dari in subjek dan inti predikat
Contoh : Dhila memasak
b. Kalimat luas yaitu kalimat yang terdiri dari subjek, predikat, dan diperluas dengan
satu atau beberapa unsur tambahan.
Contoh : Telepon itu bordering
Tidak ada komentar:
Posting Komentar