MAKALAH
“Perjuangan Bangsa Indonesia
untuk Mencapai Kemerdekaan
Pada Masa Penjajahan Belanda”
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kolonialisme merujuk kepada bagian imperialisme dalam
ekspansi bangsa – bangsa Eropa Barat ke berbagai wilayah lainnya di dunia sejak
abad ke-15 dan 16. Pada puncaknya perkembangannya, kolonialisme merajalela pada
abad ke-19. Dimana hampir setiap negara di Eropa memiliki jajahan di Asia,
Afrika dan Amerika.
Beberapa negara yang melakukan kolonialisme dan
mperialisme itu adalah Inggris, Belanda, Portugis, Perancis dan Italia. Tak
jarang, imperialisme tersebut kemudian melahirkan suatu perbudakan kepada Sumber
Daya Manusia yang ada. Perbudakan atau siavery adalah istilah yang
menggambarkan suatu kondisi dimana seseorang maupun sekelompok tidak memiliki
kedudukan dan peranan sebgai manusi yang memiliki Hak Asasi sebagai manusia
yang layak.
Sebelum datang ke Indonesia, para pedagang Belanda
membeli rempah-rempah di Lisabon (ibu kota Portugis). Pada waktu itu Belanda
masih berada di bawah penjajahan Spanyol. Mulai tahun 1585, Belanda tidak lagi
mengambil rempah-rempah dari Lisabon karena Portugis dikuasai oleh Spanyol.
Dengan putusnya hubungan perdagangan rempah-rempah antara Belanda dan Spanyol
mendorong bangsa Belanda untuk mengadakan penjelajahan samudera menuju negara –
negara di Asia, Afrika dan Amerika termasuk Indonesia.
Belanda melakukan eksplorasi besar terhadap sumber
daya alam dan manusia Indonesia. Tindakan – tindakan kekerasan dan tak
berperikemanusiaan adalah hal yang biasa terjadi. Hal ini kemudian melahirkan
perjuangan dan perlawanan rakyat Indonesia kepada Belanda.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah proses kedatangan Belanda ke Indonesia ?
2.
Bagaimanakah proses berdirinya VOC dan pengaruhnya
terhadap kehidupan rakyat Indonesia ?
3.
Bagaimanakah bentuk – bentuk penjajahan Belanda terhadap
Indonesia?
4.
Bagaimanakah perjuangan rakyat Indonesia untuk mencapai
kemerdekaan pada masa penjajahan Belanda ?
5.
Apa sajakah kelemahan – kelemahan perjuangan Indonesia
melawan Penjajahan Belanda ?
6.
Bagaimanakah akhir penjajahan Belanda di Indonesia ?
C. Tujuan Makalah
1.
Untuk mengetahui proses kedatangan Belanda ke Indonesia
2.
Untuk mengetahui proses berdirinya VOC dan pengaruhnya
terhadap kehidupan rakyat Indonesia
3.
Untuk mengetahui bentuk – bentuk penjajahan Belanda
terhadap Indonesia
4.
Untuk mengetahui perjuangan rakyat Indonesia untuk
mencapai kemerdekaan pada masa penjajahan Belanda
5.
Untuk mengetahui kelemahan – kelemahan perjuangan
Indonesia melawan Penjajahan Belanda
6.
Untuk mengetahui akhir penjajahan Belanda di Indonesia
D. Manfaat Makalah
1.
Dapat mengetahui proses kedatangan Belanda ke Indonesia
2.
Dapat mengetahui proses berdirinya VOC dan pengaruhnya
terhadap kehidupan rakyat Indonesia
3.
Dapat mengetahui bentuk – bentuk penjajahan Belanda
terhadap Indonesia
4.
Dapat mengetahui perjuangan rakyat Indonesia untuk
mencapai kemerdekaan pada masa penjajahan Belanda
5.
Dapat mengetahui kelemahan – kelemahan perjuangan
Indonesia melawan Penjajahan Belanda
6.
Dapat mengetahui akhir penjajahan Belanda di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses kedatangan Belanda ke Indonesia
1.
Latar Belakang
Belanda datang ke Indonesia dipengaruhi
oleh banyak faktor, antara lain adalah sebagai berikut:
a. Pada mulanya pedagang-pedagang Belanda yang berpusat
di Rotterdam membeli rempah-rempah dari Lisabon. Pada waktu itu Belanda masih
dalam penjajahan Spanyol,kemudian terjadilah perang 80 tahun,dan berhasil
melepaskan Belanda terhadap Spanyol, serta menjadikan William Van Oranye sebagai
pahlawan kemerdekaan Belanda.
b. Pada tahun 1580 Raja Philip dari Spanyol naik tahta, ia
berhasil mempersatukan Spanyol dan Portugis. Akibatnya Belanda tidak dapat lagi
mengambil rempah-rempah dari Lisabon yang sedang dikuasai Spanyol, hal itulah
yang mendorong Belanda mulai mengadakan penjelajahan samudera untuk mendapatkan
daerah asal rempah-rempah
c. Adanya petunjuk jalan ke Indonesia dari Jan Huygen Van
Linscoten, mantan pelaut Belanda yang berkerja pada portugis dan pernah
keIndonesia.
2.
Perjalanan Belanda ke
Indonesia
Pada tahun 1595 Linscoten
berhasil menemukan tempat-tempat di Pulau Jawa yang bebas dari tangan
Portugis dan banyak menghasilkan rempah-rempah untuk diperdagangkan, Peta yang
dibuat oleh Linscoten diberi nama Interatio yang artinya
keadaan didalam atau situasi di Indonesia.
Kemudian,
berangkatlah 4 buah kapal di bawah pimpinan Cornelis de houtman pleter de
kalzer menuju Indonesia melalui lautan atlantik. Mereka menyusuri pantai barat Afrika
dan sanapal di Tanjung Harapan. Dari Tanjung Harapan, mereka mengarungi Lautan
Hindia dan kemudian masuk ke Indonesia melalui Selat Sunda. Mereka menghindari
jalur Selat Malaka karena Portugis menguasai Malaka. Tibalah mereka di
pelabuhan banten. Banten, dan pada mulanya kedatangan mereka mendapat sambutan
baik dari masyarakat Banten. Kedatangan Belanda diharapkan dapat memajukan
perdagangan dan dapat membantu usaha penyerangan ke Palembang yang dipimpin
oleh Raja Maulana Muhammad, akan tetapi sikap De Houtman semakin kaku dalam
perdagangan (hanya mau membeli rempah-rempah pada musim panen dan membeli
melalui pejabat atau cina perantara, akhirnya Ia ditangkap dan dibebaskan
setelah membayar uang tebusan kemudian meninggalkan Banten). Walaupun demikian De
Houtman disambut dengan gegap gempita oleh masyarakat Belanda, ia dianggap
sebagai pelopor pelayaran menemukan jalan laut ke Nusantara.
Pada tanggal 28
November 1598 pelayaran baru Belanda dipimpin oleh Jacob van Neck dan Wybrect
van Waerwyck dengan 8 buah kapal tiba di Banten.Pada saat itu hubungan
Banten dengan Portugis sedang memburuk sehingga kedatangan Belanda diterima
dengan baik. Karena sikap Van Neck yang sangat hati-hati dan pandai mengambil
hati para pembesar Banten, maka 3 buah kapalnya yang penuh muatan rempah-rempah
berhasil dikirim ke Belanda dan 5 buah kapal yang lainnya menuju Maluku. Di
Maluku, Belanda juga diterima dengan baik oleh rakyat Maluku karena dianggap
sebagai musuh Portugis yang sedang bermusuhan dengan rakyat Maluku.
B. Berdirinya VOC dan Pengaruhnya Bagi Kehidupan Rakyat
Indonesia
Penjajah Belanda, Cornelis de
Houtman, mendarat kali pertama di Indonesia pada tahun 1596. Rombongan mendarat
di Banten dengan alasan untuk berdagang, akan tetapi dalam perkembangan
berikutnya bangsa Belanda bersikap kurang bersahabat sehingga mereka diusir
dari kerajaan Banten.
Cornelis de Houtman beserta
rombongan kemudian melanjutkan pelayarannya ke arah timur menelusuri pantai
utara Pulau Jawa hingga tiba di Pulau Bali. Setelah mempelajari jalur pelayaran
laut dan membeli rempah-rempah, mereka kembali ke negara asalnya. Pada tahun
1598, bangsa Belanda mendarat di Banten untuk kali kedua dan dipimpin oleh
Jacob Van Neck. Rombongan yang datang kali kedua ini, jumlahnya lebih banyak
dan masing-masing kelompok membentuk kongsi dagang sehingga menimbulkan
persaingan di antara mereka sendiri. Upaya Inggris untuk mengatasi persaingan
dagang yang semakin kuat di antara sesama pendatang dari Belanda adalah dengan mendirikan
dan menyaingi persekutuan dagang Inggris di India dengan nama East India
Company (EIC).
Adapun tujuan dari pembentukan
VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) adalah sebagai berikut:
1. Menguasai pelabuhan penting.
2. Menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia.
3. Melaksanakan monopoli perdagangan di Indonesia.
4. Mengatasi persaingan antara Belanda dengan pedagang
Eropa lainnya.
Pada tahun 1619, kedudukan VOC
dipindahkan ke Batavia (sekarang Jakarta) dan diperintah oleh Gubernur Jenderal
Jan Pieter Zoon Coen. Perpindahan kedudukan VOC dari Ambon ke Batavia ditujukan
untuk merebut daerah dan memperkuat diri dalam persaingan dengan persekutuan
dagang milik Inggris (EIC) yang sedang konflik dengan Wijayakrama (penguasa
Jayakarta).
Masa VOC berkuasa di Indonesia
disebut sebagai "zaman
kompeni". Dalam upaya mengembangkan usahanya, VOC memperoleh piagam (charter)
yang diterima dari pemerintah Kerajaan Belanda. Piagam (charter), secara
umum menyatakan bahwa VOC diberikan hak monopoli dagang di wilayah sebelah
timur Tanjung Harapan serta beberapa kekuasaan seperti mencetak uang, memiliki
tentara, mengangkat pegawai, menduduki daerah asing, membentuk pengadilan,
bertindak atas nama Belanda (Oktroi), dan mengadakan perjanjian dengan
raja-raja setempat.
Hak-hak istimewa yang tercantum
dalam Oktrooi (Piagam/Charta) tanggal 20 Maret 1602 meliputi:
1. Hak monopoli untuk berdagang dan berlayar di wilayah
sebelah timur Tanjung Harapan dan sebelah barat Selat Magelhaens serta
menguasai perdagangan untuk kepentingan sendiri;
2. Hak kedaulatan (soevereiniteit) sehingga dapat
bertindak layaknya suatu negara untuk :
a. memelihara angkatan perang,
b. memaklumkan perang dan mengadakan perdamaian,
c. merebut dan menduduki daerah-daerah asing di luar
Belanda,
d. memerintah daerah-daerah tersebut,
e. menetapkan/mengeluarkan mata-uang sendiri, dan
f. memungut pajak.
Dalam perkembangan berikutnya,
kompeni berubah menjadi kekuatan yang tidak sebatas berdagang, tetapi ikut
campur, yakni dengan mengendalikan pemerintahan kerajaan-kerajaan di Indonesia.
Penindasan kompeni yang kejam sangat menyengsarakan rakyat Indonesia hingga
menimbulkan perlawanan di beberapa daerah di Indonesia. Beberapa perlawanan
rakyat yang bersifat kedaerahan tersebut antara lain adalah perlawanan rakyat
Banten, Mataram, Makasar, Bali, dan Maluku.
Pada abad ke-18, VOC mengalami
kemunduran dan tidak dapat melaksanakan tugas dari pemerintah Belanda.
Kemunduran VOC semakin parah, yaitu ditandai dengan kondisi keuangan yang kian
merosot hingga mengalami kebangkrutan. Beberapa faktor penyebab kemunduran VOC
adalah sebagai berikut:
1. Banyaknya jumlah pegawai VOC yang korupsi.
2. Rendahnya kemampuan VOC dalam memantau monopoli
perdagangan.
3. Berlangsungnya perlawanan rakyat secara terus-menerus
dari berbagai daerah di Indonesia.
Masalah yang dihadapi VOC semakin
besar dan rumit hingga diketahui oleh pemerintah Belanda bahwa VOC tidak mampu
melaksanakan tugasnya dan tidak mampu menangkal setiap agresi dari pihak asing.
Pada saat itu, di negeri Belanda sedang terjadi konflik politik. Kekuasaan Raja
Willem sebagai penguasa kerajaan Belanda digantikan oleh Republik Bataaf di
bawah kendali Perancis.
Pada tanggal 31 Desember 1799,
VOC resmi dibubarkan dan pemerintah Belanda (saat itu Republik Bataaf) mencabut
hak-hak VOC. Semua kekayaan dan utang VOC diambil alih oleh negara dan mulai
saat itu pula, segala bentuk kekuasaan atas Indonesia berada langsung di bawah
pemerintahan Belanda. Kekuasaan Republik Bataaf di Belanda ternyata tidak
berlangsung lama dan belum sempat berkuasa di Indonesia. Pada tahun 1806, terjadi
perubahan politik di Eropa hingga Republik Bataaf dibubarkan dan berdirilah
Kerajaan Belanda yang diperintah oleh Raja Louis Napoleon.
C. Bentuk – Bentuk
Penjajahan Belanda terhadap Indonesia
Penjajahan yang dilakukan
Belanda terhadap Indonesia dilakukan melalui penindasan kerja paksa, penarikan
pajak, dan tanam paksa. Pada tahun 1806,
Napoleon Bonaparte berhasil menaklukkan Belanda. Napoleon mengubah bentuk
negara Belanda dari kerajaan menjadi republik. Napoleon ingin memberantas
penyelewengan dan ksorupsi serta mempertahankan Pulau Jawa dari Inggris.
Ia mengangkat Herman Willem Daendels menjadi Gubernur
Jenderal di Batavia. Untuk menahan serangan Inggris, Daendels melakukan tiga
hal, yaitu :
1.
Menambah jumlah
prajurit,
2.
Membangun pabrik
senjata, kapal-kapal baru, dan pos-pos pertahanan,
3.
Membangun jalan raya
yang menghubungkan pos satu dengan pos lainnya.
Daendels memberlakukan kerja paksa tanpa upah untuk
membangun jalan. Kerja paksa ini dikenal dengan nama kerja rodi. Rakyat dipaksa
membangun Jalan Raya Anyer-Panarukan yang panjangnya sekitar 1.000 km. Jalan
ini juga dikenal dengan nama Jalan Pos. Selain untuk membangun jalan raya,
rakyat juga dipaksa menanam kopi di daerah Priangan untuk pemerintah Belanda.
Banyak rakyat Indonesia yang menjadi korban kerja
rodi. Untuk mendapatkan dana biaya perang pemerintah kolonial Belanda menarik
pajak dari rakyat. Rakyat diharuskan membayar pajak dan menyerahkan hasil bumi
kepada pemerintah Hindia Belanda. Pada tahun 1811, Daendels dipanggil ke
Belanda. Ia digantikan oleh Gubernur Jenderal Janssens. Saat itu pasukan
Inggris berhasil mengalahkan Belanda di daerah Tuntang, dekat Salatiga, Jawa
Tengah.
Gubernur Jenderal Janssens terpaksa menandatangani
Perjanjian Tuntang. Berikut ini isi Perjanjian Tuntang :
1.
Seluruh wilayah
jajahan Belanda di Indonesia diserahkan kepada Inggris.
2.
Adanya sistem
pajak/sewa tanah.
3.
Sistem kerja rodi
dihapuskan.
4.
Diberlakukan sistem
perbudakan.
Inggris berkuasa di Indonesia selama lima tahun
(1811-1816). Pemerintah Inggris mengangkat Thomas Stamford Raffles menjadi
Gubernur Jenderal di Indonesia. Pemerintah memberlakukan sistem sewa tanah yang
dikenal dengan nama landrente. Rakyat yang menggarap tanah diharuskan
menyewa dari pemerintah. Pada tahun 1816, Inggris menyerahkan wilayah Indonesia
kepada Belanda. Pemerintah Belanda menunjuk Van Der Capellen sebagai gubernur
jenderal. Van Der Capellen mempertahankan monopoli perdagangan yang telah
dimulai oleh VOC dan tetap memberlakukan kerja paksa.
Pada tahun 1830, Van Der Capellen diganti Van Den Bosch.
Bosch mendapat tugas mengisi kas Belanda yang kosong. Ia memberlakukan tanam
paksa atau cultuur stelsel untuk mengisi kas pemerintah yang
kosong. Van Den Bosch membuat aturan - aturan untuk tanam paksa sebagai berikut
:
1. Rakyat wajib menyediakan 1/5 dari tanahnya untuk
ditanami tanaman yang laku di pasaran Eropa.
2. Tanah yang dipakai untuk tanamam paksa bebas dari
pajak.
3. Hasil tanaman diserahkan kepada Belanda.
4. Pekerjaan untuk tanam paksa tidak melebihi pekerjaan
yang diperlukan untuk menanam padi.
5. Kerusakan-kerusakan yang tidak dapat dicegah oleh
petani menjadi tanggungan Belanda.
6. Rakyat Indonesia yang bukan petani harus bekerja 66
hari tiap tahun bagi pemerintah Hindia Belanda.
Kenyataannya, ada banyak penyelewengan dari ketentuan
itu. Misalnya, tanah yang harus disediakan oleh petani melebihi luas tanah yang
telah ditentukan, rakyat harus menanggung kerusakan hasil panen, rakyat harus
bekerja lebih dari 66 hari, dan lain-lain. Akhirnya ketentuanketentuan yang
diatur dalam tanam paksa tidak berlaku sama sekali.
Pemerintah Belanda semakin bertindak sewenang-wenang.
Tanam paksa mengakibatkan penderitaan luar biasa bagi rakyat Indonesia. Hasil
pertanian menurun. Rakyat mengalami kelaparan. Akibat kelaparan banyak rakyat
yang mati. Sebaliknya, tanam paksa ini memberikankeuntungan yang melimpah bagi
Belanda.
Namun, masih ada orang Belanda yang peduli terhadap
nasib rakyat Indonesia. Di antaranya adalah Douwes Dekker. Ia mengecam tanam
paksa melalui bukunya yang berjudul Max Havelaar, dengan nama samaran
Multatuli. Max Havelaar menceritakan penderitaan bangsa Indonesia sewaktu
dilaksanakan tanam paksa.
Max Havelaar menggegerkan seluruh warga Belanda.
Timbul perdebatan hebat tentang tanam paksa di negeri Belanda. Akhirnya,
Parlemen Belanda me-mutuskan untuk menghapus tanam paksa secepatnya.
D.
Perjuangan Rakyat Indonesia Untuk Mencapai Kemerdekaan
Pada Masa Penjajahan Belanda
Monopoli perdagangan, kerja paksa, penarikan pajak,
sewa tanah, dan tanam paksa menimbulkan banyak kerugian dan membuat sengsara
rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia tidak tahan lagi. Rakyat Indonesia melakukan
perlawanan memperjuangkan martabat dan kemerdekaannya. Dari seluruh penjuru
tanah air timbul perlawanan terhadap penjajah Belanda.
1.
Perlawanan terhadap
VOC
Pada saat VOC berkuasa di Indonesia terjadi beberapa
kali perlawanan. Pada tahun 1628 dan 1629, Mataram melancarkan serangan
besar-besaran terhadap VOC di Batavia. Sultan Agung mengirimkan ribuan prajurit
untuk menggempur Batavia dari darat dan laut. Di Sulawesi Selatan VOC mendapat
perlawanan dari rakyat Indonesia di bawah pimpinan Sultan Hassanuddin.
Perlawanan terhadap VOC di Pasuruan Jawa Timur dipimpin oleh Untung Suropati.
Sementara Sultan Ageng Tirtayasa mengobarkan perlawanan di daerah Banten.
2.
Perlawanan Pattimura
(1817)
Belanda melakukan monopoli perdagangan dan memaksa
rakyat Maluku menjual hasil rempah-rempah hanya kepada Belanda, menentukan
harga rempah-rempah secara semena-mena, melakukan pelayaran hongi, dan
menebangi tanaman rempahrempah milik rakyat. Rakyat Maluku berontak atas
perlakuan Belanda. Dipimpin oleh Thomas Matulessi yang nantinya terkenal dengan
nama Kapten Pattimura, rakyat Maluku melakukan perlawanan pada tahun
1817. Pattimura dibantu oleh Anthony Ribok, Philip
Latumahina, Ulupaha, Paulus Tiahahu, dan seorang pejuang wanita Christina
Martha Tiahahu. Perang melawan Belanda meluas ke berbagai daerah di Maluku,
seperti Ambon, Seram, Hitu, dan lain-lain.
Belanda mengirim pasukan besarbesaran. Pasukan
Pattimura terdesak dan bertahan di dalam benteng. Akhirnya, Pattimura dan
kawan-kawannya tertawan. Pada tanggal 16 Desember 1817, Pattimura dihukum
gantung di depan Benteng Victoria di Ambon.
3.
Perang Padri
(1821-1837)
Perang Padri bermula dari pertentangan antara kaum
adat dan kaum agama (kaum Padri). Kaum Padri ingin memurnikan pelaksanaan agama
Islam. Gerakan Padri itu ditentang oleh kaum adat. Terjadilah bentrokan -
bentrokan antara keduanya. Karena terdesak, kaum adat minta bantuan kepada
Belanda. Belanda bersedia membantu kaum adat dengan imbalan sebagian wilayah
Minangkabau. Pasukan Padri dipimpin oleh Datuk Bandaro. Setelah beliau wafat
diganti oleh Tuanku Imam Bonjol. Pasukan Padri dengan taktik perang gerilya,
berhasil mengacaukan pasukan Belanda. Karena kewalahan, Belanda mengajak
berunding.
Pada tahun 1825 terjadi gencatan senjata. Belanda
mengakui beberapa wilayah sebagai daerah kaum Padri. Perang Padri meletus lagi
setelah Perang Diponegoro berakhir. Tahun 1833 terjadi pertempuran hebat di
daerah Agam. Tahun 1834 Belanda mengepung pasukan Bonjol. Namun pasukan Padri
dapat bertahan sampai dengan tahun 1837. Pada tanggal 25 Oktober 1837, benteng
Imam Bonjol dapat diterobos. Beliau tertangkap dan ditawan.
4.
Perjuangan Sultan Agung Hanyakrakusuma Dari
Mataram (Tahun 1628 Dan Tahun 1629)
Raden
Mas Rangsang menggantikan Raden Ma Martapura dengan gelar Sultan Agung Senapati
Ing Alogo Ngabdurrachman. Ia adalah Raja Mataram yang memakai gelar Sultan,
sehingga lebih dikenal dengan sebutan Sultan Agung. Sultan Agung memerintah
Mataram dari tahun 1613–1645. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Mataram
mencapai kejayaan. Dalam memerintah kerajaan, ia bertujuan mempertahankan
seluruh tanah Jawa dan mengusir Belanda dari Batavia.
Pada
masa pemerintahannya, Mataram menyerang ke Batavia dua kali (tahun 1628 dan
tahun 1629), namun gagal. Dengan kegagalan tersebut, membuat Sultan Agung makin
memperketat penjagaan daerah perbatasan yang dekat Batavia, sehingga Belanda
sulit menembus Mataram. Sultan Agung wafat pada tahun 1645 dan digantikan
putranya bergelar Amangkurat I.
5.
Perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa Dari Banten
(1650–1682)
Sultan
Ageng Tirtayasa memerintah Banten dari tahun 1650–1692. Di bawah
pemerintahannya, Kerajaan Banten mengalami masa kejayaan. Ia berusaha
memperluas kerajaannya dan dan mengusir Belanda dari Batavia. Banten mendukung
perlawanan Mataram terhadap Belanda di Batavia. Sultan Ageng Tirtayasa
memajukan aktivitas perdagangan agar dapat bersaing dengan Belanda.
Selain
itu juga memerintahkan pasukan kerajaan Banten untuk mengadakan perlawanan
terhadap Belanda di Batavia. Kemudian mengadakan perusakan perkebunan tebu
milik Belanda di Ciangke. Menghadapi gerakan tersebut membuat Belanda
kewalahan. Pada tahun 1671 Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat putra mahkota
menjadi raja pembantu dengan gelar Sultan Abdul Kahar (Sultan Haji). Sejak saat
itu Sultan Ageng Tirtayasa beristirahat di Tirtayasa.
6.
Perang Diponegoro (1825-1830)
Perang Diponegoro berawal dari kekecewaan Pangeran
Diponegoro atas campur tangan Belanda terhadap istana dan tanah tumpah darahnya.
Kekecewaan itu memuncak ketika Patih Danureja atas perintah Belanda memasang
tonggak-tonggak untuk membuat rel kereta api melewati makam leluhurnya.
Dipimpin Pangeran Diponegoro, rakyat Tegalrejo menyatakan perang melawan
Belanda tanggal 20 Juli 1825.
Diponegoro dibantu oleh Pangeran Mangkubumi sebagai
penasehat, Pangeran Ngabehi Jayakusuma sebagai panglima, dan Sentot Ali Basyah
Prawiradirja sebagai panglima perang. Pangeran Diponegoro juga didukung oleh
para ulama dan bangsawan. Daerah-daerah lain di Jawa ikut berjuang melawan
Belanda. Kyai Mojo dari Surakarta mengobarkan Perang Sabil.
Antara tahun 1825-1826 pasukan Diponegoro mampu mendesak pasukan Belanda.
Pada tahun
1827, Belanda mendatangkan bantuan dari Sumatra dan Sulawesi. Jenderal De Kock
menerapkan taktik perang benteng stelsel. Taktik ini berhasil
mempersempit ruang gerak pasukan Diponegoro. Banyak pemimpin pasukan Pangeran
Diponegoro gugur dan tertangkap. Namun demikian, pasukan Diponegoro tetap
gigih. Akhirnya, Belanda mengajak berunding. Dalam perundinga yang diadakan
tanggal 28 Maret 1830 di Magelang, Pangeran Diponegoro ditangkap Belanda.
Beliau diasingkan dan meninggal di Makassar.
7.
Perang Banjarmasin
(1859-1863)
Penyebab perang Banjarmasin adalah Belanda melakukan
monopoli perdagangan dan mencampuri urusan kerajaan. Perang Banjarmasin
dipimpin oleh Pangeran Antasari.
Perlawanan rakyat
Banjar dipimpin oleh Pangeran Hidayat dan Pangeran Antasari. Perlawanan
tersebut terkenal dengan Perang Banjar, berlangsung dari tahun 1859–1863.
Setelah Pangeran Hidayat ditangkap dan diasingkan ke Cianjur, Jawa Barat
perlawanan rakyat Banjar masih terus dilakukan dipimpin oleh Pangeran Antasari.
Atas keberhasilan memimpin perlawanan, Pangeran Antasari diangkat sebagai
pemimpin agama tertinggi dengan gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin.
Beliau terus mengadakan perlawanan sampai wafat tanggal 11 Oktober 1862.
8.
Perang Bali
(1846-1868)
Penyebab perang Bali adalah Belanda ingin menghapus
hukum tawan karang dan memaksa Raja-raja Bali mengakui kedaulatan Belanda di
Bali. Isi hukum tawan karang adalah kerajaan berhak merampas dan menyita barang
serta kapal-kapal yang terdampar di Pulau Bali. Raja-raja Bali menolak
keinginan Belanda.
Akhirnya, Belanda menyerang Bali. Belanda melakukan
tiga kali penyerangan, yaitu pada tahun 1846, 1848, dan 1849. Rakyat Bali
mempertahankan tanah air mereka. Setelah Buleleng dapat ditaklukkan, rakyat
Bali mengadakan perang puputan, yaitu berperang sampai titik darah
terakhir. Di antaranya Perang Puputan Badung (1906), Perang Puputan Kusumba
(1908), dan Perang Puputan Klungkung (1908). Salah saut pemimpin perlawanan
rakyat Bali yang terkenal adalah Raja Buleleng dibantu oleh Gusti Ketut
Jelantik.
9.
Perang
Sisingamangaraja XII (1870-1907)
Sisingamangaraja
lahir di Baakara, Tapanuli pada 1849 dan menjadi raja pada tahun 1867. Pada saat Sisingamangaraja memerintah Kerajaan Bakara,
Tapanuli, Sumatera Utara, Belanda datang. Belanda ingin menguasai Tapanuli.
Sisingamangaraja beserta rakyat Bakara mengadakan perlawanan. Tahun 1878,
Belanda menyerang Tapanuli.
Saat bertahta, ia
sangat menentang penjajah dan melakukan perlawanan, akibatnya ia dikejar-kejar
oleh penjajah. Setelah tiga tahun dikejar Belanda, akhirnya persembunyian
Sisingamangaraja diketahui dan dikepung ketat. Pada saat itu komandan pasukan
Belanda meminta kembali agar ia menyerah dan menjadi Sultan Batak, namun
Sisingamangaraja tetap menolak dan memilih mati daripada menyerah. Jenazahnya dimakamkan di Tarutung, kemudian
dipindahkan ke Balige.
10. Perang Aceh (1873-1906)
Sejak terusan Suez dibuka pada tahun 1869, kedudukan Aceh
makin penting baik dari segi strategi perang maupun untuk perdagangan. Belanda
ingin menguasai Aceh. Sejak tahun 1873 Belanda menyerang Aceh. Rakyat Aceh
mengadakan perlawanan di bawah pemimpin-pemimpin Aceh antara lain Panglima
Polim, Teuku Cik Ditiro, Teuku Ibrahim, Teuku Umar, dan Cut Nyak Dien. Meskipun
sejak tahun 1879 Belanda dapat menguasai Aceh, namun wilayah pedalaman dan
pegunungan dikuasai pejuang-pejuang Aceh. Perang gerilya membuat pasukan
Belanda kewalahan. Belanda menyiasatinya dengan stelsel konsentrasi, yaitu
memusatkan pasukan supaya pasukannya dapat lebih terkumpul.
Belanda mengirim Dr. Snouck Hurgronje untuk
mempelajari sistem kemasyarakatan penduduk Aceh. Dari penelitian yang
dibuatnya, Hurgronje menyimpulkan bahwa kekuatan Aceh terletak pada peran para
ulama. Penemuannya dijadikan dasar untuk membuat siasat perang yang baru.
Belanda membentuk pasukan gerak cepat (Marchose) untuk
mengejar dan menumpas gerilyawan Aceh. Dengan pasukan marchose Belanda
berhasil mematahkan serangan gerilya rakyat Aceh. Tahun 1899, Teuku Umar gugur
dalam pertempuran di Meulaboh. Pasukan Cut Nyak Dien yang menyingkir ke hutan
dan mengadakan perlawanan juga dapat dilumpuhkan.
11. Perjuangan Sultan Hasanudin Dari Makasar Sulawesi Selatan
Mendapat Julukan Ayam Jantan dari Timur Pada masa pemerintahan
Sultan Hasanudin, Kerajaan Makasar mencapai masa kejayaan. Cita-cita Sultan
Hasanudin untuk menguasai jalur perdagangan Nusantara mendorong perluasan
kekuasaan ke kepulauan Nusa Tenggara. Hal itu mendapat tentangan Belanda.
Pertentangan tersebut sering menimbulkan peperangan. Keberanian Sultan
Hasanudin dalam memimpin pasukan Kerajaan Makasar mengakibatkan kedudukan
Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasanudin, Belanda
menjulukinya dengan sebutan “Ayam Jantan dari Timur”.
E.
Kelemahan Perjuangan Rakyat Indonesia Melawan
Penjajahan Belanda Sebelum Tahun 1908
Perlawanan yang dilancarkan oleh patriot-patriot Indonesia ketika itu,
semuanya dapat dipatahkan oleh Belanda. Adapun sebab-sebab kegagalan para patriot
Indonesia, karena :
1. Bersifat lokal atau kedaerahan
Artinya terbatas daerah tertentu saja. Tidak ada
koordinasi antara pejuang satu daerah dengan daerah lain
2. Perlawanan secara sporadic dan tidak serentak
3. Perlawanan dipimpin oleh pimpinan kharismatik sehingga
tidak ada yang melanjutkan
4. Sebelum masa 1908 perlawanan menggunakan kekerasan
senjata
5. Para pejuang di adu domba oleh penjajah (devide et
impera politik memecah belah bangsa Indonesia)
6. Antara perlawanan yang satu
dengan perlawanan yang lain tidak terkoordinasi, karena memang belum ada
konsepsi secara nasional pada waktu itu.
7. Tujuan perjuangan
bermacam-macam.
8. Raja-raja yang ada di
Indonesia pada waktu itu mudah dipecah belah.
9. Persenjataan yang dimiliki
para patriot Indonesia kalah baik mutu maupun jumlahnya dibandingkan dengan
persenjataan yang dimiliki Belanda
F.
Masa Pergerakan Nasional
Pergerakan nasional
adalah perjuangan yang mengikutsertakan seluruh rakyat Indonesia. Latar
belakang timbulnya pergerakan nasional adalah rasa senasib dan sepenanggungan,
penderitaan rakyat akibat penjajahan, rakyat yang tidak mempunyai tempat
mengadu nasib, adanya golongan terpelajar yang sadar akan perjuangan, dan
kemenangan Jepang melawan Rusia pada tahun 1905. Sesudah tahun 1908 perjuangan
banyak ditempuh dengan jalan diplomasi.
Tokoh
penting pergerakan nasional antara lain sebagai berikut.
1.
R. A.
Kartini lahir di Jepara 21 April 1879 Jawa Tengah. Menerbitkan buku Habis Gelap
Terbitlah Terang , cita-citanya ingin memajukan kaum wanita sederajat dengan
pria. Ia mendapat gelar pahlawan emansipasi wanita.
2.
Dewi
Sartika dari Jawa Barat. Ia mendirikan sekolah Kautaman Istri.
3.
dr. Sutomo,
pendiri Budi Utomo pada tangal 20 Mei 1908. BU adalah organisasi pergerakan
nasional pertama maka kelahirannya diabadikan sebagai hari kebangkitan nasional
yaitu tanggal 20 Mei.
4.
K.H.
Dewantoro lahir tanggal 2 Mei di Yogyakarta dengan nama kecil R. Suwardi
Suryaningrat. Jasa beliau adalah sebagai berikut :
a.
Pendiri
Indische Partij bersama Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangunkusuma. Mereka
bertiga dikenal dengan nama Tiga Serangkai. IP berdiri tanggal 25 Desember 1912
di Bandung dengan tujuan ingin mempersatukan Indonesia mencapai kemerdekaan.
b.
Pendiri
Taman Siswa tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta, organisasi pendidikan dan
kebangsaan. Ia mempunyai semboyan “Ing ngarso sung tulodho, Ing madya mangun
karso, Tut wuri handayani .” Karena jasa beliau di bidang pendidikan beliau
mendapat gelar Bapak Pendidikan Nasional. Dan tanggal 2 Mei diperingati sebagai
Hari Pendidikan Nasional.
5.
Douwes
Dekker adalah mantan residen Lebak, ia menulis buku Max Havelaar dengan nama
samaran Multatuli. Isi buku menceritakan penderitaan rakyat selama 31 tahun
sewaktu dilaksanakan tanam paksa. Buku itu menggegerkan warga Belanda, akhirnya
tanam paksa dibubarkan. Douwes Dekker juga ikut mendirikan Indische Partij.
Tokoh lain yang ikut dalam pergerakan nasional adalah Saman Hudi (pendiri SDI)
dan Hos Cokroaminoto, K.H. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), Ir. Soekarno,
dan kawan-kawan (pendiri PNI), dan Muh. Hatta (pendiri PI).
Organisasi – organisasi dalam Masa Pergerakan
Nasional :
1.
Budi Utomo (BU)
Pada tahun 1906 Mas Ngabehi Wahidin
Sudirohusodo, merintis mengadakan kampanye menghimpun dana pelajar (Studie
Fund) di kalangan priyayi di Pulau Jawa. Upaya dr. Wahidin ini bertujuan untuk
meningkatkan martabat rakyat dan membantu para pelajar yang kekurangan dana.
Dari kampanye tersebut akhirnya pada tanggal 20 Mei 1908 berdiri
organisasi Budi Utomo dengan ketuanya Dr. Sutomo. Organisasi Budi Utomo artinya
usaha mulia. Tujuan yang hendak dicapai yaitu perbaikan pelajaran di
sekolah-sekolah, mendirikan badan wakaf yangmengumpulkan tunjangan untuk
kepentingan belanja anak-anak bersekolah, membuka sekolah pertanian,
memajukan teknik dan industri, menghidupkan kembali seni dan kebudayaan bumi
putera, dan menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan dalam rangka mencapai
kehidupan rakyat yang layak.
2.
Sarekat Islam (SI)
Pada mulanya Sarekat Islam adalah sebuah
perkumpulan para pedagang yang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada tahun
1911, SDI didirikan di kota Solo oleh H. Samanhudi sebagai suatu koperasi
pedagang batik Jawa. Garis yang diambil oleh SDI adalah kooperasi, dengan tujuan
memajukan perdagangan Indonesia di bawah panji-panji Islam. Keanggotaan SDI
masih terbatas pada ruang lingkup pedagang, maka tidak memiliki anggota yang
cukup banyak. Oleh karena itu agar memiliki anggota yang banyak dan luas ruang
lingkupnya, maka pada tanggal 18 September 1912, SDI diubah menjadi
SI (Sarekat Islam).Organisasi Sarekat Islam (SI) didirikan oleh beberapa
tokoh SDIseperti H.O.S Cokroaminoto, Abdul Muis, dan H. Agus Salim. Sarekat
Islam berkembang pesat karena bermotivasi agama Islam.
3.
Indische Partij (IP)
IP didirikan pada tanggal 25 Desember 1912 di
Bandung oleh tokoh Tiga Serangkai, yaitu E.F.E Douwes Dekker, Dr. Cipto
Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat. IP sebagai organisasi campuran
menginginkan adanya kerja sama orang Indo dan bumi putera. Hal ini disadari
benar karena jumlah orang Indo sangat sedikit, maka diperlukan kerja sama
dengan orang bumi putera agar kedudukan organisasinya makin bertambah kuat.
Di samping itu juga disadari betapa pun
baiknya usaha yang dibangun oleh orang Indo, tidak akan mendapat tanggapan
rakyat tanpa adanya bantuan orang-orang bumi putera. Perlu diketahui bahwa
E.F.E Douwes Dekker dilahirkan dari keturunan campuran, ayah Belanda, ibu
seorang Indo. Indische Partij merupakan satu-satunya organisasi pergerakan yang
secara terang-terangan bergerak di bidang politik dan ingin mencapai Indonesia
merdeka.Tujuan Indische Partij adalah untuk membangunkan patriotisme semua
indiers terhadap tanah air. IP menggunakan media majalah Het Tijdschrifc
dan surat kabar ‘De Expres’ pimpinan E.F.E Douwes Dekker sebagai sarana untuk
membangkitkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air Indonesia.
Tujuan dari partai ini benar-benar
revolusioner karena mau mendobrak kenyataan politik rasial yang dilakukan
pemerintah kolonial.Tindakan ini terlihat nyata pada tahun 1913. Saat itu
pemerintah Belanda akan mengadakan peringatan 100 tahun bebasnya Belanda dari
tangan Napoleon Bonaparte (Prancis). Perayaan ini direncanakan diperingati juga
oleh pemerintah Hindia Belanda.Adalah suatu yang kurang pas di mana suatu
negara penjajah melakukan upacara peringatan pembebasan dari penjajah pada
suatu bangsa yang dia sebagai penjajahnya.Hal yang ironis ini mendatangkan
cemoohan termasuk dari para pemimpin Indische Partij. R.M. Suwardi Suryaningrat
menulis artikel bernada sarkastis yang berjudul ‘Als ik een Nederlander was’,
Andaikan aku seorang Belanda. Akibat dari tulisan itu R.M. Suwardi Suryaningrat
ditangkap. Menyusul sarkasme dari Dr. Cipto Mangunkusumo yang dimuat dalam De
Express tanggal 26 Juli 1913 yang diberi judul Kracht of Vrees?, berisi tentang
kekhawatiran, kekuatan, dan ketakutan. Dr. Tjipto pun ditangkap, yang membuat
rekan dalam Tiga Serangkai, E.F.E. Douwes Dekker turut mengkritik dalam
tulisannya di De Express tanggal 5 Agustus 1913 yang berjudul Onze Helden:
Tjipto Mangoenkoesoemoen Soewardi Soerjaningrat,
Pahlawan kita: Tjipto Mangoenkoesoemo dan
Soewardi Soerjaningrat. Kecaman-kecaman yang menentang pemerintah Belanda
menyebabkan ketiga tokoh dari Indische Partij ditangkap.Pada tahun 1913 mereka
diasingkan ke Belanda.Namun pada tahun 1914 Cipto Mangunkusumo dikembalikan ke Indonesia
karena sakit.Sedangkan Suwardi Suryaningrat dan E.F.E. Douwes Dekker baru
kembali ke Indonesia pada tahun 1919.Suwardi Suryaningrat terjun dalam dunia
pendidikan, dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara, mendirikan perguruan Taman
Siswa. E.F.E Douwes Dekker juga mengabdikan diri dalam dunia pendidikan dan
mendirikan yayasan pendidikan Ksatrian Institute di Sukabumi pada tahun 1940.
4.
Partai Nasional Indonesia ( PNI )
Partai Nasional Indonesia (PNI) yang lahir di
Bandung pada tanggal 4 Juli 1927 tidak terlepas dari keberadaan Algemeene
Studie Club. Lahirnya PNI juga dilatarbelakangi oleh situasi sosio politik yang
kompleks.Pemberontakan PKI pada tahun 1926 membangkitkan semangat untuk
menyusun kekuatan baru dalam menghadapi pemerintah kolonial Belanda. Rapat
pendirian partai ini dihadiri Ir. Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo, Soedjadi,
Mr. Iskaq Tjokrodisuryo, Mr. Budiarto, dan Mr. Soenarjo. Pada awal berdirinya,
PNI berkembang sangat pesat karena didorong oleh faktor-faktor berikut.
a. Pergerakan
yang ada lemah sehingga kurang bisa menggerakkan massa.
b. PKI
sebagai partai massa telah dilarang.
c. Propagandanya
menarik dan mempunyai orator ulung yang bernama Ir. Soekarno (Bung Karno).
Tujuan
PNI adalah mencapai Indonesia merdeka. Untuk mencapai tujuan tersebut, PNI
menggunakan asas yaitu self help (berjuang dengan usaha sendiri) dan nonmendiancy.
5.
Organisasi Keagamaan
Muhammadiyah adalah organisasi Islam modern
yang didirikan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 oleh K.H. Ahmad
Dahlan.Muhammadiyah berarti umat Muhammad atau pengikut Muhammad. Tujuan
yang ingin dicapai adalah
a. Memajukan
pengajaran berdasarkan agama islam, dan
b. Memupuk
keimanan dan ketaqwaan para anggotanya.
Dalam rangka mencapai tujuan itu, Muhammadiyah
melakukan beberapa upaya berikut :
a. Mendirikan
sekolah-sekolah (bukan pondok pesantren) dengan pengajaran agama dan kurikulum
yang modern.
b. Mendirikan
rumah sakit dengan nama Pusat Kesengsaraan Umum (PKU).
c. Mendirikan
rumah yatim piatu.
d. Mendirikan
perkumpulan kepanduan Hisbul Wathan.
Tahun 1926, para ulama mendirikan Nahdlatul
Ulama pada tahun 1926.Gerakan NU dipelopori oleh K.H. Hasyim Asy’ari. Gerakan
Muhammadiyah banyak mendapat simpati termasuk pemerintah kolonial Belanda
karena perjuangannya tidak bersifat konfrontatif (menentang).
Disamping Muhammadiyah, gerakan keagamaan lain yang
memiliki andil bagi kemajuan bangsa antara lain, berikut ini
a. Jong
Islamienten Bond, berdiri tanggal 1 Januari 1925 di Jakarta.
b. Nahdlatul
Ulama (NU), berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya, Jawa Timur
c. Nahdlatul
Wathan, berdiri tahun 1932 di Pacor, Lombok Timur.
G. Akhir Penjajahan Belanda di Indonesia
Perang Pasifik
Bulan Oktober 1941, Jenderal
Hideki Tojo menggantikan Konoe sebagai Perdana Menteri. Sebenarnya, sampai
akhir tahun 1940, pimpinan militer Jepang tidak menghendaki untuk berperang
melawan beberapa negara sekaligus, namun sejak pertengahan tahun 1941 mereka
melihat, bahwa Amerika Serikat, Inggris dan Belanda harus dihadapi sekaligus,
apabila mereka ingin menguasai sumber daya alam di Asia Tenggara. Apalagi
setelah Amerika melancarkan embargo minyak bumi, yang sangat mereka butuhkan,
baik untuk industri di Jepang, maupun untuk keperluan perang.
Admiral Isoroku Yamamoto,
Panglima Angkatan Laut Jepang, mengembangkan strategi perang yang sangat berani,
yaitu mengerahkan seluruh kekuatan armadanya untuk dua operasi besar. Seluruh
potensi Angkatan Laut Jepang mencakup 6 kapal induk (pengangkut pesawat
tempur), 10 kapal perang, 18 kapal penjelajah berat, 20 kapal penjelajah
ringan, 4 kapal pengangkut perlengkapan, 112 kapal perusak, 65 kapal selam
serta 2.274 pesawat tempur.
Kekuatan pertama, yaitu 6 kapal
induk, 2 kapal perang, 11 kapal perusak serta lebih dari 1.400 pesawat tempur,
pada 7 Desember 1941, akan menyerang secara mendadak basis Armada Pasifik
Amerika Serikat di Pearl Harbor di kepulauan Hawaii. Sedangkan kekuatan kedua,
sisa kekuatan Angkatan Laut yang mereka miliki, mendukung Angkatan Darat dalam
Operasi Selatan, yaitu penyerangan atas Filipina dan Malaya/Singapura, yang
akan dilanjutkan ke wilayah jajahan Belanda,Netherlands Indië (India-Belanda).
Kekuatan yang dikerahkan ke Asia Tenggara adalah 11 Divisi Infantri yang
didukung oleh 7 resimen tank serta 795 pesawat tempur. Seluruh operasi
direncanakan selesai dalam 150 hari. Admiral Chuichi Nagumo memimpin armada
yang ditugaskan menyerang Pearl Harbor.
Hari minggu pagi tanggal 7
Desember 1945, 360 pesawat terbang yang terdiri dari pembom pembawa torpedo
serta sejumlah pesawat tempur diberangkatkan dalam dua gelombang. Serangan
mendadak tersebut berhasil menenggelamkan dua kapal perang besar serta merusak
6 kapal perang lain. Selain itu pemboman Jepang tesebut juga menghancurkan 180
pesawat tempur Amerika. Lebih dari 2.330 serdadu Amerika tewas dan lebih dari
1.140 lainnya luka-luka. Namun tiga kapal induk Amerika selamat, karena pada
saat itu tidak berada di Pearl Harbor. Tanggal 8 Desember 1941, Kongres Amerika
Serikat menyatakan perang terhadap Jepang.
Perang Pasifik, yang dimulai
dengan pemboman Jepang atas Pearl Harbour tanggal 7 Desember 1941, juga
berpengaruh besar terhadap gerakan kemerdekaan negara-negara di Asia Timur,
termasuk Indonesia. Tujuan Jepang menyerang dan menduduki India-Belanda adalah
untuk menguasai sumber-sumber alam, terutama minyak bumi, guna mendukung
potensi perang Jepang serta mendukung industrinya. Jawa dirancang sebagai pusat
penyediaan bagi seluruh operasi militer di Asia Tenggara, dan Sumatera sebagai
sumber minyak utama.
Penyerangan Jepang ke
India-Belanda, diawali dengan pendaratan tentara Jepang di Tarakan tanggal 10
Januari 1942. Balikpapan (Kalimantan) dan Kendari (Sulawesi) jatuh ke tangan
tentara Jepang tanggal 24 Januari 1942, Ambon tanggal 4 Februari, Makasar
tanggal 8 Februari, dan Banjarmasin tanggal 16 Februari. Bali diduduki tanggal
18 Februari, dan tanggal 24 Februari tentara Jepang telah menguasai Timor.
Seiring dengan penyerbuan ke
Singapura, tanggal 13 Februari Jepang menerjunkan pasukan payung di Palembang,
yang jatuh ke tangan tentara Jepang tiga hari kemudian. Dalam pertempuran di
Laut Jawa tanggal 27 Februari 1942 yang berlangsung selama tujuh jam, Angkatan
Laut Sekutu dihancurkan. Sekutu kehilangan lima kapal perangnya, sedangkan
Jepang hanya menderita kerusakan pada satu kapal perusaknya (Destroyer). Rear
Admiral Karel Willem Frederik Marie Doorman, Komandan Angkatan Laut
India-Belanda, yang baru dua hari sebelumnya, tanggal 25 Februari 1942 ditunjuk
menjadi Tactical Commander armada tentara Sekutu ABDACOM (American,
British, Dutch, Australian Command), tenggelam bersama kapal perang utamanya
(Flagship) De Ruyter.
Belanda Menyerah Kepada Jepang
Tanggal 28 Februari 1942, Tentara
ke 16 di bawah pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura mendarat di tiga tempat
di Jawa –Banten, Eretan Wetan dan Kragan- dan segera menggempur pertahanan
tentara Belanda. Setelah merebut Pangkalan Udara Kalijati, Letnan Jenderal
Imamura membuat markasnya di sana. Pada 8 Maret 1942, Imamura memberikan
ultimatum kepada Belanda, bahwa apabila tidak menyerah, maka tentara Jepang
akan menghancurkan seluruh tentara Belanda dan sekutunya.
Tentara Jepang mendarat di
Kragan, Maret 1942
Pada 9 Maret 1942, Gubernur
Jenderal Jonkheer Tjarda van Starkenborgh Stachouwer bersama Letnan Jenderal
Hein ter Poorten, Panglima Tertinggi Tentara India-Belanda datang ke Kalijati
dan dimulai perundingan antara Pemerintah India Belanda dengan pihak tentara
Jepang yang dipimpin langsung oleh Letnan Jenderal Imamura. Imamura menyatakan,
bahwa Belanda harus menandatangani pernyataan menyerah tanpa syarat.
Letnan Jenderal ter Poorten,
mewakili Gubernur Jenderal menanda-tangani pernyataan MENYERAH TANPA SYARAT.
Dengan demikian, bukan sajade facto, melainkan juga de jure,
seluruh wilayah bekas India-Belanda sejak itu berada di bawah kekuasaan dan
administrasi Jepang.
Hari itu juga, tanggal 9 Maret
Jenderal Hein ter Poorten memerintahkan kepada seluruh tentara India Belanda
untuk juga menyerahkan diri kepada balatentara Kekaisaran Jepang. Dengan
demikian, tentara Belanda secara sangat pengecut dan memalukan, menyerah hamper
tanpa perlawanan sama sekali. Dengan tindakan yang sangat memalukan itu,
Belanda menghancurkan sendiri citra yang ratusan tahun dibanggakan oleh mereka
yaitu bangsa Belanda/kulit putih tidak terkalahkan.
Boleh dikatakan, sang penguasa
yang telah ratusan tahun menikmati dan menguras bumi Nusantara, menindas
penduduknya, kini dengan sangat tidak bertanggungjawab, menyerahkan jajahannya
ke tangan penguasa lain, yang tidak kalah kejam dan rakusnya. Di atas secarik
kertas, Belanda telah melepaskan segala hak dan legitimasinya atas wilayah dan
penduduk yang dikuasainya.
Dengan demikian, tanggal 9 Maret
1942 bukan hanya merupakan tanggal menyerahnya Belanda kepada Jepang, melainkan
juga merupakan hari dan tanggal berakhirnya penjajahan Belanda di bumi
Nusantara, karena ketika Belanda kembali ke Indonesia setelah tahun 1945,
bangsa Indonesia telah merdeka.
Para penguasa “perkasa” yang
lain, segera melarikan diri. Dr. Hubertus Johannes van Mook, Letnan Gubernur
Jenderal untuk India Belanda bagian timur, Dr. Charles Olke van der Plas,
Gubernur Jawa Timur, masih sempat melarikan diri ke Australia. Bahkan Jenderal
Ludolf Hendrik van Oyen, perwira Angkatan Udara Kerajaan Belanda -yang
kegemarannya adalah minuman wine (anggur), makanan dan wanita-
kabur dengan kekasihnya dan meninggalkan isterinya di Bandung. Tentara KNIL
yang tidak sempat melarikan diri ke Australia –di pulau Jawa, sekitar 20.000
orang- ditangkap dan dipenjarakan oleh tentara Jepang; sedangkan orang-orang
Eropa lain dan juga warganegara Amerika Serikat, diinternir. Banyak juga warga
sipil tersebut yang dipulangkan kembali ke Eropa.
Di Eropa, Jerman hanya
membutuhkan waktu tiga hari untuk menduduki Belanda. Pemerintah Belanda serta
keluarga kerajaan melarikan diri ke Inggris dan mendirikan pemerintahan Exil di
London. Tanggal 7 Desember 1942, Wilhelmina, Ratu Belanda membacakan pidato di
radio, yang isinya menjanjikan pemerintahan sendiri kepada jajahannya, India
Belanda, apabila Perang Dunia selesai dan Jepang dapat ditaklukkan. Memang
kelihatannya sangat lucu, bahwa dia memberikan janji tersebut, setelah
India-Belanda “diserahkan” kepada Jepang tanpa upaya untuk mempertahankannya.
Di kemudian hari, setelah Jepang kalah perang, Wilhelmina berlaku seperti “The
sleeping beauty”, yang menganggap bahwa masa pendudukan Jepang hanya sebagai
mimpi buruk, dan setelah terbangun, segala sesuatunya akan kembali seperti
dahulu.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
1. Belanda datang ke Indonesia dipengaruhi oleh banyak
faktor, antara lain adalah sebagai berikut: Pada mulanya pedagang-pedagang
Belanda yang berpusat di Rotterdam membeli rempah-rempah dari Lisabon.; Pada
tahun 1580 Raja Philip dari Spanyol naik tahta,ia berhasil mempersatukan
Spanyol dan Portugis ; Adanya petunjuk jalan ke Indonesia dari JAN HUYGEN VAN
LINSCOTEN, mantan pelaut Belanda yang berkerja pada portugis dan pernah
keIndonesia
2. Masa VOC berkuasa di Indonesia disebut sebagai
"zaman kompeni". Dalam upaya mengembangkan usahanya, VOC memperoleh
piagam (charter) yang diterima dari pemerintah Kerajaan Belanda. Piagam
(charter), secara umum menyatakan bahwa VOC diberikan hak monopoli
dagang di wilayah sebelah timur Tanjung Harapan serta beberapa kekuasaan
seperti mencetak uang, memiliki tentara, mengangkat pegawai, menduduki daerah
asing, membentuk pengadilan, bertindak atas nama Belanda (Oktroi), dan
mengadakan perjanjian dengan raja-raja setempat.
3. Penjajahan yang dilakukan
Belanda terhadap Indonesia dilakukan melalui penindasan kerja paksa, penarikan
pajak, dan tanam paksa.
4. Perjuangan Rakyat Indonesia Untuk Mencapai Kemerdekaan
Pada Masa Penjajahan Belanda : Perlawanan
terhadap VOC; Perlawanan Pattimura (1817); Perang Padri (1821-1837); Perang
Diponegoro (1925-1830); Perang Banjarmasin (1859-1863); Perang Bali
(1846-1868); Perang Sisingamangaraja XII (1870-1907); Perang Aceh (1873-1906); Perjuangan Sultan Agung Hanyakrakusuma Dari
Mataram (Tahun 1628 Dan Tahun 1629); Perjuangan
Sultan Ageng Tirtayasa Dari Banten (1650–1682); dan Perjuangan Sultan
Hasanudin Dari Makasar Sulawesi Selatan
5. Kelemahan Perjuangan Rakyat Indonesia Melawan
Penjajahan Belanda diantaranya adalah Bersifat lokal atau kedaerahan;
Perlawanan secara sporadic dan tidak serentak; Perlawanan dipimpin oleh
pimpinan kharismatik sehingga tidak ada yang melanjutkan; Sebelum masa 1908
perlawanan menggunakan kekerasan senjata Dan Para pejuang di adu domba oleh
penjajah (devide et impera politik memecah belah bangsa Indonesia).
6.
Pergerakan Nasional dipelopori
oleh R. A. Kartini, Dewi Sartika, dr. Sutomo, K.H.
Dewantoro, Douwes Dekker melalui organisasi Budi
Utomo (BU), Sarekat Islam (SI), Indische Partij (IP), Partai Nasional
Indonesia ( PNI ) dan Organisasi Keagamaan.
7.
Berakhirnya masa
penjajahan Belanda terhadap masyarakat Indonesia terjadi pada 8 Maret 1942.
B. Saran
1. Kajian
tentang Perjuangan Rakyat Indonesia Untuk Mencapai Kemerdekaan Pada Masa
Penjajahan Belanda itu akan memberikan pengetahuan dan wawasan kepada tenaga
kependidikan. Hal itu sangat penting agar para pendidik dapat memahami dan
memberikan ilmunya kepada para siswa sehingga kelak dapat memberikan kontribusi
terhadap dinamika pendidikan itu.
2. Dengan
pengetahuan dan wawasan sosial tersebut, setiap tenaga kependidikan diharapkan
memiliki bekal yang memadai dalam meninjau Perjuangan Rakyat Indonesia Untuk
Mencapai Kemerdekaan Pada Masa Penjajahan Belanda itu akan memberikan
pengetahuan dan wawasan kepada tenaga kependidikan
3. Penulis
berharap dengan adanya makalah tentang Perjuangan Rakyat Indonesia Untuk
Mencapai Kemerdekaan Pada Masa Penjajahan Belanda rakyat Indonesia semakin
sadar akan pentingnya nasionalisme.
4. Penulis
pun berharap adanya kritik dan saran dari para pembaca, guna sempurnanya
pembuatan makalah ini dimasa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Samlawi, Faqih.
2001. Konsep Dasar IPS. Bandung : CV Maulana
Syumaatmadja,
Nursid, dkk. 2004. Konsep Dasar IPS. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka
(Diakses
pada Sabtu, 1 Novemeber 2014 )
(Diakses
pada Sabtu, 1 Novemeber 2014 )
(Diakses
pada Sabtu, 1 Novemeber 2014 )
(Diakses
pada Sabtu, 1 Novemeber 2014 )
(Diakses
pada Sabtu, 1 Novemeber 2014 )
(Diakses
pada Sabtu, 1 Novemeber 2014 )
(Diakses
pada Sabtu, 1 Novemeber 2014 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar