KONTRIBUSI PERKEMBANGAN
PERASAAN DAN EMOSI PESERTA DIDIK
TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN
MAKALAH
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan
Dosen
Pengampu Drs. Jaino, M.Pd.
Disusun
Oleh :
ULFAH
NURUL WAHDAH (1401414283)
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan hidayah-Nya
kepada saya sehingga mampu menyelesaikan Tugas Makalah Mata Kuliah Psikologi
Perkembangan ini.
Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dan selalu memberi dukungan, mereka
adalah :
1.
Drs. Jaino, M.Pd.
selaku Dosen Mata Kuliah Psikologi Perkembangan yang telah memberikan bimbingan
serta arahan dalam mengerjakan makalah ini.
2.
Kedua orang tua saya
yang telah memberikan dukungan baik secara moral maupun material sehingga saya
bisa menyelesaikan makalah ini.
3.
Teman-teman Rombel E
yang telah memberikan dukungan serta bantuan.
4.
Semua pihak yang telah
membantu dalam proses penulisan makalah ini.
Makalah ini berisi penjelasan
tentang kontribusi perasaan dan emosi peserta didik terhadap proses
pembelajaran. Selain tentang teori saya juga menampilkan contoh serta
implikasinya dalam kehidupan sehari – hari.
Saya sadar bahwa kesempurnaan hanyalah milik Yang Maha
Sempurna, tetapi usaha maksimal telah saya lakukan dalam penulisan makalah ini.
Kritik dan saran akan saya terima dengan tangan terbuka. Saya berharap, semoga makalah ini memberikan
informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan
peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Serta dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Negeri
Semarang.
Semarang, 03 November 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... .
i
KATA PENGANTAR.......................................................................................
ii
DAFTAR
ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah.......................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah ................................................................................... 1
C. Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Perasaan dan Emosi............................................................... 3
2.
Fase-fase
Perkembangan Emosi Peserta Didik ....................................... 4
3.
Faktor yang
Mempengaruhi Perkembangan Emosi Peserta Didik ......... 5
4.
Aspek-aspek
Kecerdasan Emosi.............................................................. 7
5.
Fungsi
dan Peranan Emosi pada Perkembangan Peserta Didik.............. 8
6.
Perbedaan
Individual dalam Perkembangan Emosi................................ 9
7.
Hubungan
Antara Emosi dan Tingkah Laku........................................... 9
8.
Metode
Belajar yang Menunjang Perkembangan Emosi....................... 10
9.
Upaya
Pengembangan Emosi dan Implikasi dalam Pendidikan........... 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
........................................................................................... 14
B. Saran
..................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang banyak hal yang
berhubungan dengan jiwa manusia diantaranya perasaan manusia, perilaku manusia,
kebiasaan-kebiasaan yang dilakukannya, termasuk emosi adalah salah satunya.
Dalam ilmu psikologi, emosi merupakan kajian penting yang perlu dibahas karena
dalam kehidupan sehari-hari manusia
selalu tak lepas akan adanya gejala-gejala emosi yang timbul. Berbagai
peristiwa yang sering terjadi yakni ketika manusia tidak lagi mendapatkan
sesuatu yang diinginkan, mendapatkan sebuah masalah, mengalami kerugian usaha
yang besar, cobaan datang terus menerus. Inilah yang menjadikan manusia
kadang-kadang meluapkan emosinya karena tidak dapat mengontrol atau
mengendalikan dirinya sendiri terhadap keadaan yang dialaminya.
Selain itu emosi pada hakikatnya tidaklah
mempelajari gejala negatif perasaan seorang manusia yang timbul namun juga
mempelajari emosi manusia yang bersifat positif seperti bahagia, senang, dan
ceria. Emosi tidak terjadi kadang-kadang namun emosi terjadi setiap hari dimana
manusia akan memunculkan hal tersebut sesuai dengan kondisi yang dialaminya.
Dengan berjalannya waktu, maka emosi akan selalu mengalami dinamika atau
perubahan. Sehingga emosi mengalami perkembangan sesuai bergantinya kondisi dan
usia. Dengan bertambahnya usia anak,
reaksi emosinya pun akan semakin beragam. Tak sulit bagi orang tua untuk
mengenali berbagai reaksi emosi anak ini. Tapi, yang paling penting adalah
menyikapi emosi anak dengan tepat.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian
perasaan dan emosi ?
2.
Bagaimana
fase-fase perkembangan emosi peserta didik ?
3.
Apa faktor
yang mempengaruhi perkembangan emosi peserta didik ?
4.
Apa aspek-aspek
kecerdasan emosi ?
5.
Apa fungsi
dan peranan emosi pada perkembangan peserta didik ?
6.
Apa perbedaan
individual dalam perkembangan emosi ?
7.
Apa hubungan
antara emosi dan tingkah laku ?
8.
Bagaimana
metode belajar yang menunjang perkembangan emosi?
9. Bagaimana
upaya pengembangan emosi dan implikasinya dalam penyelenggara pendidikan ?
C. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian perasaan dan emosi.
2.
Untuk
mengetahui fase-fase perkembangan emosi peserta didik.
3.
Untuk
mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi peserta didik.
4.
Untuk
mengetahui aspek-aspek kecerdasan emosi.
5.
Untuk
mengetahui fungsi dan peranan emosi pada perkembangan peserta didik.
6.
Untuk
mengetahui perbedaan individual dalam perkembangan emosi.
7.
Untuk
mengetahui hubungan antara emosi dan tingkah laku.
8.
Untuk
mengetahui metode belajar yang menunjang perkembangan emosi.
9.
Untuk
mengetahui upaya pengembangan emosi dan implikasi dalam pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Perasaan dan Emosi
Perasaan sering
kita alami, namun agak susah untuk mendefinisikannya secara persis. Chaplin (1989:163)
memberikan definisi perasaan sebagai pengalaman yang disadari yang diaktifkan
oleh perangsang eksternal maupun bermacam-macam keadaan jasmani. Sedangkan Max
Scheber (1990:79) membagi perasaan menjadi empat kelompok, yaitu :
a.
Perasaan pengindraan, yaitu perasaan
yang berhubungan dengan pengindraan, misalnya rasa panas, dingin, dan sebagainya.
b.
Perasaan vital, yaitu perasaan yang
dialami seseorang yang berhubungan keadaan tubuh, misalnya rasa lelah, lesu,
segar, dan lain-lain.
c.
Perasaan psikis, yaitu perasaan yang
menyebabkan perubahan- perubahan psikis, misalnya rasa senang, sedih, dan lain sebagainya.
d.
Perasaan pribadi, yaitu perasan yang
dialami seseorang secara pribadi, misalnya terasing, suka, tidak suka, dan
sebagainya.
Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada
seseorang atau sesuatu. Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau kejadian.
Emosi dapat ditunjukkan ketika merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut
terhadap sesuatu. Kebanyakan ahli yakin bahwa emosi lebih cepat berlalu
daripada suasana hati. Sebagai contoh, bila seseorang bersikap kasar, manusia
akan merasa marah. Perasaan
intens kemarahan tersebut mungkin datang dan pergi dengan cukup cepat tetapi
ketika sedang dalam suasana hati yang buruk, seseorang dapat merasa tidak enak
untuk beberapa jam. Definisi lain menyebutkan, bahwa
emosi adalah suatu respon (reaksi) terhadap suatu perangsang yang dapat
menyebabkan perubahan fisiologis, disertai dengan perasaaan yang kuat, biasanya
mengandung kemungkinan untuk meletus (Poerbakawatja, 1982:92)
Perasaan erat kaitannya dengan emosi. Perasaan
merupakan bagian dari emosi, dan tidak terdapat perbedaan yang tegas antara
perasaan dan emosi. Dalam beberapa hal perasaan mempunyai arti yang sama dengan
emosi, namun ada kalanya tidak demikian. Yang jelas emosi bersifat lebih intens
daripada perasaan, lebih ekspresif, ada kecenderungan untuk meletus, dan emosi
dapat timbulndari kombinasi beberapa perasaan, sehingga emosi mengandung arti
yang lebih kompleks dari perasaan.
Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa emosi
adalah suatu respon terhadap rangsangan yang diterima oleh individu, atau pun pengalaman
afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan
mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak.
2.
Fase-fase
Perkembangan Emosi Peserta Didik
Secara garis besar perilaku
dan perkembangan emosional anak adalah sebagai berikut :
1)
Perkembangan
Emosi Usia Pra Sekolah (3-5 tahun)
Pada masa ini anak kelihatan berperilaku agresif,
memberontak, menentang keinginan orang lain, khususnya orang tua. Pada usia ini
sikap menentang bisa berubah kembali bila orang tua, menunjukkkan sikap
konsisten dalam memperlihatkan kewibawaan dan peraturan yang telah ditetapkan dan selanjutnya bisa terjadi proses identifikasi pada anak
terhadap orang tua. Usia ini merupakan usia
yang temperamental bagi anak. Pola-pola emosi yang umum pada masa ini adalah
rasa takut, marah, emosi, iri, cemburu, dan rasa ingin tahu.
2) Perkembangan
Emosi Peserta Didik Usia Sekolah Dasar
Menurut Hurlock (1998) pola-pola emosi yang belum
terjadi pada masa kanak-kanak adalah takut, malu, canggung, khawatir, marah,
cemburu, duka cita, keingintahuan, gembira, dan kasih sayang.
3) Perkembangan
Emosi Peserta Didik Usia Remaja (SMP/SMA)
Masa remaja atau masa adolensia merupakan
masa peralihan atau masa transisi antara masa anak ke masa dewasa. Pada masa
ini individu mengalami perkembangan yang pesat mencapai kematangan fisik,
sosial, dan emosi. Pada masa ini dipercaya merupakan masa yang sulit, baik bagi
remaja sendiri maupun bagi keluarga dan lingkungannya. Perubahan-perubahan
fisik yang dialami remaja juga menyebabkan adanya perubahan psikologis. Hurlock
(1973: 17) disebut sebagai periode heightened
emotionality, yaitu suatu keadaan dimana kondisi emosi tampak lebih tinggi
atau tampak lebih intens dibandingkan dengan keadaan normal. Dengan
bertambahnya umur maka emosi yang tinggi akan mulai mereda atau menuju kondisi
yang stabil.
3. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Peserta Didik
Sejumlah penelitian tentang
emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan emosi peserta didik bergantung kepada faktor kematangan dan faktor
belajar (Hurlock, 2002: 154). Untuk mencapai kematangan emosi, peserta didik harus belajar memperoleh gambaran tentang
situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional. Adapun caranya adalah dengan
membicarakan berbagai masalah
pribadinya dengan orang lain.
Beberapa ahli psikologi
menyebutkan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan kematangan
emosi seseorang (Astuti, 2005), yaitu :
1)
Pola Asuh Orangtua
Pola asuh orang tua terhadap
anak bervariasi. Ada yang pola asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik oleh
dirinya sendiri saja, sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak,
acuh tak acuh, tetapi ada juga dengan penuh cinta kasih. Perbedaan pola asuh
dari orang tua seperti ini dapat berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan
emosi peserta didik.
2)
Pengalaman Traumatik
Kejadian-kejadian traumatis
masa lalu dapat mempengaruhi perkembangan emosi seseorang, dampaknya jejak rasa
takut dan sikap terlalu waspada yang ditimbulkan dapat berlangsung seumur
hidup. Kejadian-kejadian traumatis tersebut dapat bersumber dari lingkungan
keluarga ataupun lingkungan di luar keluarga.
3)
Temperamen
Temperamen dapat didefinisikan
sebagai suasana hati yang mencirikan kehidupan emosional kita. Hingga tahap
tertentu masing- masing individu memiliki kisaran emosi sendiri-sendiri,
temperamen merupakan bawaan sejak lahir, dan merupakan bagian dari genetik yang
mempunyai kekuatan hebat dalam rentang kehidupan manusia.
4)
Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin
memiliki pengaruh yang berkaitan dengan adanya perbedaan hormonal antara laki-
laki dan perempuan, peran jenis maupun tuntutan sosial yang berpengaruh pula
terhadap adanya perbedaan karakteristik emosi diantara keduanya.
5)
Usia
Perkembangan kematangan emosi
yang dimiliki seseorang sejalan dengan pertambahan usianya. Hal ini dikarenakan
kematangan emosi dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan dan kematangan fisiologis
seseorang. Ketika usia semakin tua, kadar hormonal dalam tubuh turut berkurang,
sehingga mengakibatkan penurunan pengaruhnya terhadap kondisi emosi (Moloney, dalam
Puspitasari Nuryoto 2001).
6)
Perubahan jasmani
Perubahan jasmani ditunjukkan
dengan adanya pertumbuhan yang sangat cepat dari anggota tubuh. Pada taraf
permulaan petumbuhan ini hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang
mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan tubuh ini
sering mempunyai akibat yang tidak terduga pada perkembangan emosi peserta
didik. Tidak setiap peserta didik dapat menerima perubahan kondisi tubuh
seperti ini, sehingga
dapat menyebabkan rangsangan di dalam tubuh peserta didik dan seringkali
menimbulkan masalah dalam perkembangan emosinya.
7)
Perubahan Interaksi dengan teman sebaya
Peserta didik sering kali
membangun interaksi dengan sesama teman sebayanya secara khas dengan cara
berkumpul. Fakor yang
sering menimbulkan masalah emosi pada masa ini adalah hubungan cinta dengan
teman lawan jenis. Gejala ini sebenarnya sehat bagi peserta didik, tetapi tidak
jarang menimbulkan konflik atau gangguan emosi pada mereka jika tidak diikuti
dengan bimbingan dari orang tua atau orang yang lebih dewasa.
8)
Perubahan Pandangan Luar
Ada sejumlah perubahan
pandangan dunia luar yang dapat menyebabkan konflik-konflik emosional dalam
diri peserta didik, yaitu:
a.
Sikap dunia
luar terhadap peserta didik sering tidak konsisten
b.
Dunia luar
atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda untuk peserta didik
laki-laki dan perempuan.
c.
Seringkali
kekosongan peserta didik dimamfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggung
jawab.
9)
Perubahan Interaksi dengan Sekolah
Sekolah merupakan tempat
pendidikan yang sangat diidealkan oleh pererta didik. Para guru merupakan tokoh
yang sangat penting dalam kehidupan mereka karena selain tokoh intelektual,
guru juga merupakan tokoh otoritas bagi para peserta didiknya. Oleh karena itu
tidak jarang anak-anak lebih percaya, lebih patuh, bahkan lebih takut kepada
guru daripada kepada orang tuanya. Posisi guru disini amat strategis apabila
digunakan untuk pengembangan emosi anak melalui penyampaian materi-materi yang
positif dan konstruktif.
4. Aspek-aspek
Kecerdasan Emosi
Goleman (1997) mengatakan
bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam
memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan
menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Kecerdasan emosi adalah
kecerdasan yang dimiliki seseorang yang dapat mengendalikan emosinya, menuntut
diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain
dan menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam
kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.
Aspek-aspek kecerdasan emosi
adalah sebagai berikut :
a. Pengelolaan diri
Mengandung
arti bagaimana seseorang mengelola diri dan perasaan-perasaan yang dialaminya
dan tahan terhadap frustasi.
b.
Kemampuan untuk
memotivasi diri
Kemampuan
ini berguna untuk mencapai tujuan jangka panjang untuk mengatasi setiap
kesulitan yang dialami bahkan untul mekegakan kegagalan yang terjadi.
c.
Empati
Empati
ini dibangun dari kesadaran diri dengan memposisikan diri senada, serasa dengan
emosi orang lain akan membantu untuk memahami perasaan orang lain tersebut.
d.
Keterampilan
sosial
Merupakan
keterampilan yang dapat dipelajari seseorang semenjak kecil mengenai pola-pola
berhubungan dengan orang lain.
5. Fungsi dan
Peranan Emosi pada Perkembangan Anak
a.
Merupakan bentuk
komunikasi sehingga anak dapat menyatakan segala kebutuhan dan perasaannya pada
orang lain.
b.
Emosi berperan
dalam mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri anak dengan lingkungan
sosialnya, antara lain :
·
Tingkah laku emosi
anak yang ditampilkan merupakan sumber penilaian lingkungan sosial terhadap
dirinya.
·
Emosi menyenangkan
atau tidak menyenangkan dapat mempengaruhi interaksi sosial anak melalui
reaksi-reaksi yang
ditampilkan lingkungannya
ditampilkan lingkungannya
·
Emosi dapat
mempengaruhi iklim psikologis lingkungan.
·
Tingkah laku yang
sama dan ditampilkan secara berulang dapat menjadi satu kebiasaan
·
Ketegangan emosi
yang dimiliki anak dapat menghambat atau mengganggu aktivitas motorik dan
mental anak.
c.
Menyesuaikan reaksi dengan kondisi khusus.
d.
Memotivasi tindakan yang ditujukan untuk pencapaian tujuan tertentu
e.
Mengomunikasikan sebuah niat pada orang lain
f.
Meningkatkan ikatan sosial
g.
Mempengaruhi memori dan evaluasi suatu kejadian
h.
Meningkatkan daya ingat terhadap memori tertentu
6. Perbedaan Individual dalam Perkembangan Emosi
Bersosialisasi dilakukan oleh setiap
orang, baik secara individu maupun berkelompok. Dilihat dari berbagai aspek
terdapat perbedaan individual manusia yang hal itu tampak juga dalam
perkembangan sosialnya. Sesuai dengan teori komprehensif tentang perkembangan
sosial yang dikembangkan oleh Erickson, maka di dalam upaya memenuhi kebutuhan
hidupnya setiap manusia menempuh langkah yang berlainan satu dengan yang lain.
Dalam teori Erickson dinyatakan bahwa manusia (anak) hidup dalam kesatuan
budaya yang utuh, alam dan kehidupan masyarakat menyediakan segala hal yang
dibutuhkan manusia namun sesuai dengan minat, kemampuan, dan latar belakang
kehidupan budayanya maka berkembang kelompok-kelompok sosial yang beraneka
ragam.
Individu
mengalami proses perkembangan emosi selama hidupnya, mulai dari bayi sampai
dengan dewasa. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi individu.
Kepribadian, lingkungan, pengalaman, kebudayaan, pendidikan, pendidikan,
merupakan variabel yang sangat berperan dalam perkembangan emosi
individu. Perbedaan individu juga dapat dipengaruhi oleh adanya perbedaan
kondisi atau keadaan individu yang bersangkutan, antara lain :
a. Kondisi dasar
individu. Hal ini erat kaitannya dengan struktur pribadi individu. Misalnya ada
yang mudah marah, ada juga yang susah marah.
b. Kondisi psikis
individu pada suatu waktu. Misalnya, saat sedang kalut, seseorang mudah
tersinggung dibanding dalam keadaan normal.
c. Kondisi jasmani
individu. Pada saat sedang sakit biasanya lebih mudah perasa atau lebih mudah
marah.
7. Hubungan
Antara Emosi dan Tingkah Laku
Emosi
berhubungan dengan motif. Emosi dapat berfungsi sebagai motif yang dapat
memotivasi atau menyebabkan timbulnya semacam kekuatan agar individu dapat
berbuat atau bertingkah laku. Tingkah laku yang ditimbulkan oleh emosi
tersebut, bisa bersifat positif maupun negatif. Hal ini dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya :
a. Ketika kita mengetahui saudara kita terimpa
bencana, timbul rasa haru, simpati, kemudian kita tergerak untuk memberikan
sumbangan.
b. Sekelompok supporter sepakbola yang
menyaksikan timkesebelasan favorit kalah, timbul perasaan kecewa, jengkel,
marah, lalu bertindak brutal dengan merusak stadion.
c. Pelajar saling mengolok-olok, kemudian timbul
kemarahan, sakit hati, atau dendam, yang akhirnya menyebabkan perkelahian atau
tawuran antar pelajar.
Dari gambaran diatas,
bisa kita ketahui betapa emosi dapat menimbulkan akibat positif maupun negatif.
Oleh karena itu seyogyanyalah kita dapat mengolah emosi kita agar tidak
menimbulkan dampak negatif yang tidak kita inginkan.
8. Metode Belajar
yang Menunjang Perkembangan
Emosi
a.
Belajar
dengan coba-coba.
Anak
belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang
memberikan pemuasan terbesar kepadanya dan menolak perilaku yang memberikan
pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan
b.
Belajar
dengan cara meniru.
Dengan
cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain. Anak-anak bereaksi
dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamatinya
c.
Belajar
dengan cara mempersamakan diri (learning
by identification).
Anak
menyamakan dirinya dengan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional
yang kuat dengannya. Yaitu menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah
oleh rangsangan yang sama.
d.
Belajar
melalui pengkondisian.
Dengan
metode ini objek situasi yang pada mulanya gagal memancing reaksi emosional,
kemudian dapat berhasil dengan cara asosiasi. penggunaan metode pengkondisian
semakin terbatas pada perkembangan rasa suka dan tidak suka, setelah melewati
masa kanak-kanak.
e.
Belajar
dibawah bimbingan dan pengawasan.
Dengan
pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasa
membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara
emosional yang tidak menyenangkan.
9.
Upaya Pengembangan Emosi dan
Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Intervensi pendidikan untuk mengembangkan emosi anak agar dapat
mengembangkan kecerdasan emosi, salah satunya adalah dengan menggunakan
intervensi yang dikemukakan oleh W.T Grant Consertium tentang “Unsur-Unsur
Aktif Program Pencegahan” yaitu :
1)
Pengembangan
Keterampilan Emosional :
·
Mengidentifikasi dan memberi nama
atau label perasaan
·
Mengungkapkan perasaan
·
Menilai intensitas perasaan
·
Mengelola perasaan
·
Menunda pemuasan
·
Mengendalikan dorongan hati
·
Mengurangi stress
·
Memahami perbedaan anatara perasaan
dan tindakan
2)
Pengembangan
Keterampilan Kognitif
·
Belajar melakukan dialog batin
sebagai cara untuk menghadapi dan mengatasi masalah atau memperkuat perilaku
diri sendiri
·
Belajar membaca dan menafsirkan
isyarat-isyarat social
·
Belajar menggunakan langkah-langkah
penyelesaian masalah dengan pengambilan keputusan
·
Belajar memahami sudut pandang
oranglain (empati)
·
Belajar memahami sopan santun
·
Belajar bersikap positif terhadap
kehidupan
·
Belajar mengembangkan kesadaran diri
3)
Pengembangan
Keterampilan Perilaku
·
Mempelajari keterampilan komunikasi
non verbal,misal melalui pandangan mata,ekspresi wajah, gerak-gerik, posisi
tubuh dan lain-lain.
·
Mempelajari keterampilan komunikasi
verbal, misal mengajukan permintaan dengan jelas, mendiskripsikan sesuatu
kepada oranglain dengan jelas, menanggapi kritik secara efektif.
Agar emosi
positif pada diri anak dapat berkembang dengan baik, peran orang tua, sekolah,
dan masyarakat sangat diharapkan dalam rangka membantu para anak untuk
mengontrol dan mengelola emosinya kepada penyaluran yang positif, yaitu :
1.
Orang tua
Orang tua
diharapkan dapat memberikan lingkungan yang kondusif terhadap perkembangan
emosi anak. Memberikan perhatian dan kasih sayang, meningkatkan komunikasi dua
arah, siap menerima keluhan dan mencarikan jalan keluar terhadap permasalahan
yang dialami anak. Secara
umum ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mengembnagkan
kecerdasan emosional pada anak dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya diskusi bersama anak tentang pengalamannya dan
pengalaman orang lain ketika merasa senang, marah, sedih, terkejut, dan kecewa. Lalu bisa dengan bermain drama atau peran, membacakan
dongeng, menonton klip atau film dan meminta anak menentukan keadaan emosi
tokoh. Orang tua membantu anak dalam membuat perencanaan. Anak dapat membuat antisipasi
terhadap peristiwa-peristiwa yang akan dihadapinya, misalnya masuk sekolah. Mendiskusikan
secara mendalam kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan emosi negatif anak
dan mendiskusikan cara untuk menghindari kondisi-kondisi itu.
2.
Sekolah
Sekolah
merupakan tempat dimana anak menghabiskan sebagian waktunya juga diharapkan
dapat menyediakan tempat untuk mentransfer ilmu pengetehuan. Sekolah diharapkan
mampu menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak dengan menyediakan fasilitas
yang bersifat kreatif dan positif, sehingga remaja dapat menyalurkan aktivitasnya.
Demikian juga pembuatan peraturan-peraturan dan penegakan disiplin di sekolah
diharapkan dapat dilakukan dengan bijaksana sehingga mendapat tanggapan yang
positif dari para peserta didik. Tak ketinggalan peran para guru di
sekolah. Guru diharapkan mampu menjadi orangtua kedua di sekolah. Disamping
memberikan ilmu pengetahuan, guru juga memberikan teladan yang baik. Guru harus
membina hubungan yang baik dengan peserta didik, sabar, pengertian, siap
membantu peserta didik yang mengalami kesulitan atau permasalahan, tidak arogan
dan sewenang-wenang merupakan sikap yang didambakan oleh para peserta didik
untuk melakukan tugas dan kewajibannya dalam rangka mencapai prestasi yang
tinggi.
3.
Masyarakat
Masyarakat
diharapkan dapat menjadi wahana yang baik bagi perkembangan emosi remaja.
Menyediakan fasilitas untuk penyaluran emosi remaja secara positif dan memberi
contoh yang baik atau memberikan norma-norma dalam mengontrol atau mengelola
emosi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan isi makalah
yang telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan mengenai perkembangan emosi
yang dominan terjadi pada peserta didik usia remaja. Faktor-faktor yang
mempengaruhi hal demikian adalah karena faktor perubahan fisik, perubahan
hubungan dengan orang tua, perubahan hubungan dengan teman, perubahan hubungan
dengan sekolah, dan sebenarnya masih banyak perubahan lain yang mempengaruhi
perkembangan emosi peserta didik. Namun, beberapa faktor yang sudah diuraikan
rasanya telah cukup banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja.
Pembahasan isi masalah makalah
juga dapat menyimpulkan kesimpulan mengenai emosi. Kepribadian memberi
kecenderungan kepada orang untuk mengalami suasana hati dan emosi tertentu,
contohnya beberapa orang merasa bersalah dan merasakan kemarahan dengan lebih
mudah dibandingkan orang lain, sedangkan orang lain mungkin merasa tenang dan
rileks dalam situasi apa pun. Intinya, beberapa orang memiliki kecenderungan
untuk memiliki emosi apa pun secara lebih intens atau memiliki intensitas afek
(perbedaan individual dalam kekuatan di mana individu-individu mengalami emosi
mereka) tinggi.
B. SARAN
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis
mempunyai beberapa saran antara lain :
1.
Diharapkan
guru dapat memahami perkembangan emosi anak sesuai dengan kebutuhan peserta
didik.
2.
Diperlukan
antusiasme guru dalam menangani sikap individu tentang perubahan dan
perkembangan emosi anak.
3.
Guru perlu
memahami sifat-sifat khas dan emosi anak, sehingga dapat menyesuaikan pelayanan
yang efektif dalam belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Rifa’i Achmad, dan Cathatina, T.A., 2012. Psikologi Perkembangan. Semarang : Pusat Pengembangan MKU-MKDK
UNNES 2012.
Syah Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan
dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Priyatno Elida. 1992. Psikologi
Perkembangan. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek
pembinaan Tenaga Kependidikan.
Amry. 2013. Perkembangan
Emosi Psikologi, online (http://amry90.blogspot.com/2013/09/perkembangan-emosi-psikologi.html). Diakses 02 November 2014.
Syukron. 2012. Perkembangan
dan Perasaan, online (http://blog-syukron.blogspot.com/2012/03/perkembangan-perasaan-dan-emosi.html).
Diakses 02 November 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar