BAB I
PEMBUKA
A.Latar Belakang
Setiap insan memiliki potensi
yang sama untuk menguasai bahasa. Proses dan sifat penguasaan bahasa setiap
orang berlangsung dinamis dan melalui tahapan berjenjang. Manusia mengawali
komunikasinya dengan dunia sekitarnya melalui bahasa tangis. Seorang bayi
melatih bahasa tersebut dengan mengkomunikasikan segala kebutuhan dan
keinginannya. Sejalan dengan perkembangan kemampuan serta kematangan jasmani
terutama yang berkaitan dengan proses bicara, komunikasi tersebut makin
meningkat dan meluas, Misalnya, dengan orang di sekitarnya, lingkungan dan berkembang
dengan orang lain yang baru dikenal dan bersahabat dengannya.
Perkembangan bahasa tersebut
selalu meningkat sesuai dengan meningkatnya usia anak.. Perkembangan bahasa
pada anak-anak sangat penting karena anak dapat mengembangkan kemampuan sosialnya
(social skill) melalui berbahasa. Melalui bahasa, anak dapat mengekspresikan
pikirannya menggunakan bahasa sehingga orang lain dapat menangkap apa yang
dipikirkan oleh anak dan menciptakan suatu hubungan sosial. Pada saatnya anak
akan dapat berkembang dan tumbuh menjadi pribadi yang bahagia karena dengan
mulai berkomunikasi dengan lingkungan, bersedia mcmberi dan menerima segala
sesuatu yang terjadi di lingkungannya. Proses perkembangan tersebut melalui
berbagai tahapan-tahapan perkembangan bahasa anak, mulai kanak-kanak sampai
dengan penguasaan usia sekolah. Dalam tahapan penguasaan bahasa inilah peran
orang tua sebagai orang terdekat sangat dibutuhkan. Orang tua sebaiknya selalu
memperhatikan perkembangan tersebut, sebab pada masa ini sangat menentukan
proses seorang anak dalam bersosialisasi maupun belajar.
B.Rumusan Masalah
1.
Apakah pengertian perkembangan bahasa ?
2.
Bagaimanakah perkembangan bahasa pada anak ?
3.
Teori apa saja yang mendukung perkembangan bahasa pada anak ?
4.
Apa saja tahapan perkembangan bahasa pada anak ?
5.
Apakah faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak ?
6.
Apa implementasi perkembangan bahasa pada anak terhadap pendidikan ?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Perkembangan
Bahasa
Bahasa dalam bahasa inggris berarti language, Dalam bukunya,
Berko Gleason mengungkapkan Language has been hailed as the hallmark of
humanity, the ability that separates humans from animals (Berko-Gleason, 1997).
As humans in society, we use our language ability continuously to embrace
ideas, share our feelings, comment on the world, and understand each other’s
minds. Language can be defined as an organized system of arbitrary signals and
rule-governed structures that are used as a means for communication. Bahasa
merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa merupakan
faktor hakiki yang membedakan manusia dengan hewan. Bahasa erat kaitannya
dengan perekembangan berfikir individu. Perkembangan berfikir individu tampak
dalam perkembangan bahasanya yaitu kemampuan membentuk pengertian, menyusun
pendapat dan menarik kesimpulan.
Banyak orang yang mempertukarkan penggunaan istilah “bicara”
(speech) dengan bahasa (language), meskipun kedua istilah tersebut sebenarnya
tidak sama. Bahasa mencakup setiap sarana komunikasi dengan menyimbolkan
pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain. Termasuk
didalamnya perbedaan bentuk komunikasi yang luas seperti: tulisan, bicara,
bahasa symbol, ekspresi muka, isyarat, dan seni. Bicara adalah bentuk bahasa
yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan
maksud. Karena bicara merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif,
penggunaannya paling luas dan paling penting. Berbicara merupakan alat
komunikasi terpenting dalam berkelompok. Anak belajar bagaimana berbicara
dengan baik dalam berkomunikasi dengan orang lain. Bertambahnya kosakata yang
berasal dari berbagai sumber menyebabkan semakin banyak perbendaharaan kata
yang dimiliki. Anak mulai menyadari bahwa komunikasi yang bermakna tidak dapat
dicapai bila anak tidak mengerti apa yang dikatakan oleh orang lain. Hal ini
mendorong anak untuk meningkatkan pengertiannya.
Sementara pengertian perkembangan atau dalam bahasa
inggrisnya development merupakan suatu proses yang pasti dialami setiap individu,
perkembangan ini adalah bersifat kualitatif dan berhubungan dengan kematangan
serta sistematis.
Syamsu
Yusuf dalam bukunya mendefinisikan perkembangan sebagai perubahan yang progress
dan kontinyu dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati. Yang mana
aspek-aspek dari perkembangan meliputi : fisik, intelegensi, emosi, bahasa,
sosial, kepribadian, moral dan kesadaran beragama.
2.
Perkembangan Bahasa pada Anak
Bahasa merupakan alat komunikasi bagi setiap orang, termasuk
anak-anak. Bahasa yang pertama dikenali anak adalah bahasa ibu. Maka dari itu
pemerolehan bahasa merupakan proses yang berlangsung didalam otak seorang
anak-anak ketika ia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Agar dapat
berbahasa dengan baik dan lancar , anak-anak memerlukan latihan yang intensif
dan bertahap. Hal ini sesuai dengan pendapat Soenyono Darjowidjojo (Tarigan
dkk.,1998) bahwa pemerolehan bahasa anak itu tidaklah tiba-tiba atau sekaligus,
tetapi bertahap. Kemajuan kemampuan berbahasa mereka berjalan seiring dengan
perkembangan fisik, mental, intelektual, dan sosialnya. Oleh karena itu,
perkembangan bahasa anak ditandai oleh suatu rangkaian kesatuan yang bergerak
dari bunyi-bunyi atau ucapan yang sederhana menuju tuturan yang lebih kompleks.
Perkembangan bahasa anak itu dipengaruhi oleh bakat bawaan, lingkungan
atau faktor lain yang menunjang, yaitu perkembangan fisik dan intelektual.
Kemampuan berbahasa sangat penting bagi anak-anak karena anak-anak akan dapat
mengembangkan kemampuan sosialnya melalui berbahasa. Keterampilan bergaul dalam
lingkungan sosial dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa. Melalui
bahasa, anak dapat mengekspresikan pikiran, sehingga orang lain memahaminya dan
menciptakan suatu hubungan sosial. Jadi, tidaklah mengherankan bahwa bahasa
dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang anak.
3.
Teori-teori perkembangan bahasa pada
anak
Berbagai pendapat tentang teori pengembangan bahasa
dikemukakan oleh para ahli. Pemahaman akan berbagai teori pengembangan bahasa
dapat memengaruhi penerapan metode implementasi terhadap pengembangan bahasa
anak. Beberapa teori mengenai hal ini antara lain:
3.1
Teori Behaviorisme
Kaum behaviorisme menerangkan bahwa proses pemerolehan
bahasa pertama dikendalikan dari luar diri si anak, yaitu oleh rangsangan yang
diberikan melalui lingkungan. Istilah bahasabagi kaum behaviorisme dianggap
kurang tepat karenan istilah bahasa itu menyiaratkan suatu wujud, sesuatu yang
dimiliki atau digunakan, dan bukan sesuatu yang dilakukan. Padahal bahasa itu
merupakan salah satu perilaku, di antara perilaku-perilaku manusia lainnya.
Menurut kaum behaviorisme kemempuan berbicara dan memehami bahasa oleh anak
diperoleh melalui rangsangan dari lingkungannya. Anak dianggap sebagai penerima
pasif dari tekanan lingkungannya, tidak memiliki peranan yang aktif di dalam
proses perkembangan perilaku verbalnya. Bahkan kaum behaviorisme tidak mengakui
kematangan anak dalam pemerolehan bahasa. Kaum behaviorisme tidak mengakui
pandangan bahwa anak menguasai kaidah bahasa dan memiliki kemempuan untuk
mengabstrakkan cirri-ciri penting dari bahasa di lingkungannya. Mereka
berbendapat rangsangan (stimulus) dari lingkungan tertentu memperkuat kemempuan
berbahasa anak. Perkembangan bahasa mereka pandang sebagai suatu kemajuan dari
pengungkapan verbal yang berlaku secara acak sampai ke kemampuan yang
sebenarnya untuk berkomunikasi memalui prinsip pertalian S – P (stimulus –
respon) dan proses peniruan-peniruan.
Skinner, mendefinisikan bahwa pembelajaran dipengaruhi oleh
perilaku yang dibentuk oleh lingkungan eksternalnya, artinya pengetahuan
merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungannya melalui pengondisian
stimulus yang menimbulkan respons. Perubahan lingkungan pembelajaran dapat
memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku anak secara bertahap. Perilaku
positif pada anak cenderung akan diulang ketika mendapat dorongan yang sesuai
dengan kemampuan anak dari lingkungannya. Latihan untuk anak harus menggunakan
bentuk-bentuk pertanyaan (stimulus) dan jawaban (respons) yang dikenalkan
secara bertahap, mulai dari yang sederhana sampai pada yang lebih rumit.
3.2 Teori Nativisme
Nativisme berpendapat bahwa selama proses pemerolehan bahasa
pertama, kanak-kanak (manusia) sedikit demi sedikit membuka kemampuan
lingualnya yang secara genetis telah diprogramkan. Pandangan ini tidak
mengangggap lingkungan punya pengaruh dalam pemerolehan bahasa, melainkan mengganggap
bahwa bahasa merupakan biologis, sejalan dengan yang disebut “hipotesis
pemberian alam”. Kaum nativis berpendapat bahwa bahasa itu terlalu
kompleks dan rumit, sehingga mustahil dapat dipelajari dalam waktu singkat
melalui metode seperti “peniruan” (imitation). Jadi, pasti ada beberapa aspek
penting mengenai system bahasa yang sudah ada pada manusia secara alamiah.
Menurut Chomsky (1965, 1975) bahasa hanya dapat dikuasai
oleh manusia, Binatang tidak mungkin dapat menguasai bahasa manusia. Pendapat
ini didasarkan pada asumsi. Pertama,perilaku bahasa adalah sesuattu yang
diturunkan (genetik); pola perkembangan bahasa adalah sama pada semua macam
bahasa dan budaya (merupakan sesuatu yang universal); dan lingkungan hanya
memiliki peran kecil di dalan proses pematangan bahasa. Kedua, bahasa dapat
dikuasai dalam waktu singkat, anak berusia empat tahun sudah dapat berbicara
mirip dengan orang dewasa. Ketiga, lingkungan bahasa si anak tidak dapat
menyediakan data secukupnya bagi penguasaan tata bahasa yang rumit dari orang
dewasa.
Menurut Chomsky, seorang anak
dibekali “alat pemerolehan bahasa” (language acquisition device (LAD). Alat
yang merupakan pemberian biologis yang sudah diprogramkan untuk merinci
butir-butir yang mungkin dari suatu tat bahasa, dan dianggap sebagai bagian
fisiologis dari otak yang khususuntuk memproses bahasa, yang tidak punya
kaitannya dengan kemempuan kognitif lainnya
3.3
Teori Kognitivisme
Istilah kognitif berkaitan dengan peristiwa mental yang terlibat dalam
proses pengenalan tentang dunia, yang sedikit banyak melibatkan pikiran atau
berpikir. Oleh karena itu, secara umum kata kognisi bias dianggap bersinonim
dengan kata berpikir atau pikiran. Piaget menyatakan adnya beberapa tahap dalam
perkembangan kognitif anak. Tahap itu yaitu :
3.3.1
Tahap sensomontorik
Tahap ini merupakan tahap pertama dalam perkembangan kognisi
anak dan berlangsung pada sebagaian dari dua tahun pertama dalam kehidupannya,
lalu pada tahun kedua muncul koordiansi dari kedua kemampuan awal ini.
Pada akhirnya periode sensorik bayi dapat berpikir tentang dunia, yaitu yang
berhungan dengan pengalaman-pengalaman dan tindakan-tindakan yang sederhana.
3.3.2
Tahap Praoperasional
Pada tahap ini cara “berfikir” anak-anak masih didominasi
oleh cara bagaimana hal-hal atau benda-benda itu tampak. Cara berfikirnya masih
kurang operasional.
3.3.3 Tahap Operasional Konkret
Pada tahap ini anak-anak telah memahami konsep
konvensi.Tahap ini dilalui anak yang berusia sekitar tujuh sampai dengan
menjelang sebelas tahun.
3.3.4
Tahap Operasional Formal
Pada tahap ini dilalui anak setelah anak berusia 11 tahun ke
atas, anak-anak sudah berfikir logis seperti halnya dengan orang dewasa. Mereka
merumuskan dan mengetes hipitesis-hipotesis yang rumit mereka berfikir abstrak
dan mereka menggeneralisasikan dengan menggunakan konsep yang abstrak, dari
satu situasi ke situasi yang lain (Morgan, 1986).
4. Tahap-Tahap Perkembangan Bahasa
Pada Anak
4.1
Menurut pendapat Piaget (Sumantri,
dkk. 2009:1-15) mengemukakan bahwa proses perkembangan anak dari kecil hingga
dewasa melalui empat tahap perkembangan, yaitu:
4.1.1
Tahap Sensori Motor (0–2 Tahun)
Pada tahap ini, kegiatan intelektual
anak hampir seluruhnya merupakan gejala yang diterima secara langsung melalui
indera. Pada saat anak mencapai kematangan dan secara perlahan mulai memperoleh
keterampilan berbahasa, mereka menerapkannya pada objek-objek yang nyata. Pada
tahap ini anak mulai memahami hubungan antara benda dengan nama benda tersebut
4.1.2 Tahap Praoperasional (2–7 Tahun)
Perkembangan yang pesat dialami oleh
anak pada tahap ini. Anak semakin memahami lambang-lambang bahasa yang
digunakan untuk menunjukkan benda-benda. Keputusan yang diambil hanya
berdasarkan intuisi, bukan atas dasar analisis rasional. Kesimpulan yang
diambil merupakan kesimpulan dari sebagian kecil yang diketahuinya, dari suatu
keseluruhan yang besar. Anak akan berpendapat bahwa pesawat terbang berukuran
kecil karena itulah yang mereka lihat di langit ketika ada pesawat terbang yang
lewat.
4.1.3
Tahap Operasional Konkret (7–11 Tahun)
Pada tahap ini anak mulai berpikir
logis dan sistematis untuk mencapai pemecahan masalah. Masalah yang dihadapi
dalam tahap ini bersifat konkret. Anak akan merasa kesulitan bila menghadapi
masalah yang bersifat abstrak. Pada tahap ini anak menyukai soal-soal yang
telah tersedia jawabannya.
4.1.4
Tahap Operasional Formal (11–15 Tahun)
Anak mencapai tahap perkembangan ini ditandai dengan pola
pikirnya yang seperti orang dewasa. Anak telah dapat menerapkan cara berpikir
terhadap permasalahan yang konkret maupun abstrak. Pada tahap ini anak sudah
dapat membentuk ide-ide dan berpikir tentang masa depan secara realistis.
4.2
Sedangkan Johan Amos Comenius dalam
Kartini Kartono (2007: 34-35) berpendapat bahwa perkembangan bahasa seseorang
terdiri dari empat periode perkembangan, yaitu:
4.2.1 Periode Sekolah-Ibu (0-6 Tahun)
Pada periode ini hampir semua usaha
bimbingan-pendidikan berlangsung di lingkungan keluarga, terutama aktivitas ibu
sangat mempengaruhi proses perkembangan anak.
4.2.2
Periode Sekolah-Bahasa-Ibu (6-12 Tahun)
Pada periode ini anak baru mampu
menghayati setiap pengalaman dengan pengertian bahasa sendiri (bahasa ibu).
Bahasa ibu ini digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain, yaitu untuk
mendapatkan impresi dari luar berupa pengaruh, sugesti serta transmisi kultural
dari orang dewasa, dan untuk mengekspresikan kehidupan batinnya kepada orang
lain.
4.2.3
Periode Sekolah-Latin (12-18 Tahun)
Pada periode ini anak mulai
diajarkan bahasa latin sebagai bahasa kebudayaan. Bahasa ini perlu diajarkan
kepada anak agar anak mencapai taraf beradab dan berbudaya.
4.2.4
Periode Sekolah-Universitas (18-24
Tahun)
Pada periode yang terakhir ini anak
muda mengalami proses pembudayaan dengan menghayati nilai-nilai ilmiah, di
samping mempelajari macam-macam ilmu pengetahuan.
Khusus mengenai perkembangan bahasa
anak,
4.3 Conny
R. Semiawan (2000: 128-136) berpendapat bahwa tahap perkembangan bahasa anak
terdiri dari empat tahap, yaitu:
4.3.1 Perkembangan Bahasa Usia Bayi
Secara umum bayi mulai mengeluarkan
ucapan pada saat usianya 10-16 bulan, walaupun pada kenyataannya ada juga yang
memerlukan waktu lebih lama dari itu. Sebelum anak-anak mengucapkan kata-kata,
terlebih dahulu membuat ocehan misalnya dengan ucapan baa, maa atau paa. Mengoceh
ini mulai terjadi saat usia sekitar 3-6 bulan. Tujuan komunikasi yang dilakukan
oleh bayi pada usia dini ialah untuk menarik perhatian orang tua dan orang lain
yang ada di sekitarnya. Pada umumnya, bayi menarik perhatian orang lain dengan
membuat kontak mata, membunyikan ucapan, serta menggerak-gerakkan tangan.
Biasanya kata-kata anak yang pertama kali muncul adalah nama-nama orang penting
yang ada disekitarnya, nama-nama binatang, dan benda-benda lain yang ada di
sekitarnya. Anak-anak yang telah memasuki usia 18-24 bulan mulai mengucapkan
pernyataan dengan dua kata.
4.3.2 Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
Beberapa anak usia pra sekolah
memiliki kesulitan dalam mengucapkan kelompok konsonan, misalnya untuk
mengucapkan kata setrika, mangga, dan lain-lain. Pada usia ini, anak-anak sudah
dapat mengembangkan ungkapannya lebih dari dua kata-kata setiap kalimatnya.
Anak-anak mulai berbicara dengan urutan kata yang menunjukkan suatu pendalaman
yang meningkat terhadap aturan yang komplek tentang urutan kata-kata yang
diucapkan. Pada usia ini anak-anak juga sudah mulai mampu mengembangkan
pengetahuan tentang makna dengan cepat.
4.3.3 Perkembangan Bahasa Usia Sekolah
Pada tahap ini penekanan
perkembangan berubah dari bentuk bahasa ke isi dan penggunaan bahasa. Anak-anak
telah mencapai tahap kreatif dalam perkembangan bahasa. Bahasa kreatif anak
dapat didengar dalam bentuk nyanyian atau sajak.
4.3.4 Perkembangan Membaca dan Menulis
Salah satu faktor yang berpengaruh
pada perkembangan membaca anak usia dini ialah kesediaan orang tua untuk
menyediakan bahan bacaan dan menciptakan suasana yang kondusif bagi
perkembangan kemampuan membaca anak. Kegiatan membaca yang dilakukan secara
alamiah dalam suasana kehidupan sosial memiliki efektifitas yang tinggi untuk
peningkatan kemampuan membaca pada anak. Anak usia tujuh atau delapan tahun
telah memperoleh pengetahuan tentang huruf, suku kata dan kata. Siswa kelas
tiga dan empat sudah mampu menganalisis kata-kata baru dengan menggunakan pola
orthograpik dan inferensi kontekstual. Siswa kelas lima dan enam sudah mulai
membaca dari keterampilan decoding menuju ke pemahaman.
5.
Tahap-tahap Perkembangan Bahasa Anak
Ada
beberapa ahli yang membagi tahap-tahap perkembangan bahasa itu ke dalam tahap
pralinguistik dan tahap linguistik. Akan tetapi ada ahli-ahli lain yang
menyanggah pembagian ini, dan mengatakan bahwa tehap pralinguistik tidak dapat
dikatakan bahasa permulaan karena bunyi-bunyi seperti: tangisan, rengekan, dan
lain sebagainya dikendalikan oleh ransangan (stimulus) semata. Sudah diuraikan
sebelumnya bahwa kemampuan berbahasa anak-anak tidaklah diperoleh secara
tiba-tiba atau sekaligus, tetapi berkembang secara bertahap.
5.1
Perkembangan Fonologis
Sebelum
masuk SD, anak telah menguasai sejumlah fonem/bunyi bahasa, tetapi masih ada
beberapa fonem yang masih sulit diucapkan dengan tepat. Menurut Woolfolk (1990)
sekitar 10 % anak umur 8 tahun masih mempunyai masalah dengan bunyi s, z, v.
Hasil penelitian Budiasih dan Zuhdi (1997) menunjukkan bahwa anak kelas dua
dan tiga melakukan kesalahan pengucapan f, sy, dan ks diucapkan p,
s, k. Terkait dengan itu, Tompkins (1995) juga menyatakan bahwa ada
sejumlah bunyi bahasa yang belum diperoleh anak sampai menginjak usia kelas
awal SD, khususnya bunyi tengah dan akhir, misalnya v, zh, sh,ch. Bahkan
pada umur 7 atau 8 tahun anak masih membuat bunyi pengganti pada bunyi konsonan
kluster. Kaitannya dengan anak SD di Indonesia diduga pun mengalami kesulitan dalam
pengucapan r, z, v, f, kh, sh, sy, x, dan bunyi kluster misalnya str,
pr, pada kata struktur dan pragmatik. Di samping itu, anak SD
bahkan orang dewasa kadangkala ada yang kesulitan mengucapkan bunyi kluster
pada kata: kompleks, administrasi diucapkan komplek dan adminitrasi.
Agar hal itu tidak terjadi, sejak di SD anak perlu dilatih mengucapkan
kata-kata tersebut.
5.2
Perkembangan Morfologis
Afiksasi
bahasa Indonesia merupakan salah aspek morfologi yang kompleks. Hal ini terjadi
karena satu kata dapat berubah makna karena proses afiksasinya (prefiks,
sufiks, simulfiks) berubah-ubah. Misalnya kata satu dapat berubah
menjadi: bersatu, menyatu, kesatu, satuan, satukan, disatukan, persatuan,
kesa-tuan, kebersatuan, mempersatukan, dst. Zuhdi dan Budiasih (1997)
menyatakan bahwa anak-anak mempelajari morfem mula-mula bersifat hapalan. Hal
ini kemudian diikuti dengan membuat simpulan secara kasar tentang bentuk dan
makna morfem. Akhirnya anak membentuk kaidah. Proses yang rumit ini dimulai
pada priode prasekolah dan terus berlangsung sampai pada masa adolesen.
Berdasarkan
kerumitan afiksasi tersebut, perkembangan morfologis atau kemampuan menggunakan
morfem/afiks anak SD dapat diduga sebagai berikut:
5.2.1 Anak kelas awal SD telah dapat mengunakan
kata berprefiks dan bersufiks seperti melempar dan makanan.
5.2.2
Anak kelas menengah SD telah dapat
mengunakan kata berimbuhan simulfiks/konfiks sederhana seperti menjauhi,
disatukan.
5.2.3 Anak kelas atas SD telah dapat menggunakan
kata berimbuhan konfiks yang sudah kompleks misalnya diperdengarkan dan memberlakukan
dalam bahasa lisan atau tulisan.
5.3
Perkembangan Sintaksis
Brown
dan Harlon (dalam Nurhadi dan Roekhan, 1990) berkesimpulan bahwa kalimat awal
anak adalah kalimat sederhana, aktif, afirmatif, dan berorientasi berita.
Setelah itu, anak baru menguasai kalimat tanya, dan ingkar. Berikutnya kalimat
anak mulai diwarnai dengan kalimat elips, baik pada kalimat berita, tanya,
maupun ingkar. Sedangkan menurut hasil pengamatan Brown dan
Bellugi
terhadap percakapan anak, memberi kesimpulan bahwa ada tiga macam cara yang
biasa ditempuh dalam mengembangkan kalimat, yaitu: pengembangan, pengurangan,
dan peniruan. Kedua peneliti ini sepakat bahwa peniruan merupakan cara
pertama yang ditempuh anak, meskipun peniruan yang dilakukan terbatas pada prinsip
kalimat yang paling pokok yaitu urutan kata.
Cara
yang kedua yang ditempuh anak untuk mengembangkan kalimat mereka adalah
pengulangan dan pengembangan. Anak mengulang bagian kalimat yang memperoleh
tekanan yaitu bagian kalimat kontentif, atau bagian kalimat yang berisi pesan
pokok, sedangkan bagian lain dihilangkan secara sistematis. Karena itu, bahasa
anak disebut dengan istilah tuturan telegrafis, karena mengandung pengurangan
bagian kalimat secara sistematis. Dilihat dari segi frase, menurut Budiasih dan
Zuchdi (1997) bahwa frase verba lebih sulit dikuasai oleh anak SD dibanding
dengan frase nomina dan frase lainnya. Kesulitan ini mungkin berkaitan dengan
perbedaan bentuk kata kerja yang menyatakan arti berbeda. Misalnya ditulis,
menuliskan, ditulisi, dan seterusnya.
Dari
segi pola kalimat lengkap, anak kelas awal cenderung menggunakan struktur
sederhana bila berbicara. Mereka sudah mampu memahami bentuk yang lengkap namun
belum dapat memahamai bentuk kompleks seperti kalimat pasif (Wood dalam Crown, 1992).
Menurut Emingran siswa kelas atas SD menggunakan struktur yang lebih kompleks
dalam menulis daripada dalamberbicara (Tompkins, 1989). Pada umumnya anak SD
mengenal bentuk pasif daripada preposisi“oleh” misalnya “Buku itu
dibeli oleh Ali.” Dengan demikian kalimat pasif yang tidak disertai kata oleh,
mereka menganggapnya bukan kalimat pasif, misalnya “Saya melempar mangga (kalimat
aktif) menjadi “Mangga saya lempar (kalimat pasif) bukan “Mangga
dilempar oleh saya.” (Salah).
Anak
biasanya menggunakan kalimat pasif yang subjeknya dari kata ganti/tak dapat
dibalik dan kalimat pasif yang subjeknya bukan kata ganti/dapat dibalik secara
seimbang. Namun, anak sering mengalami kesulitan dalam membuat kalimat dan
menafsirkan makna kalimat pasif yang dapat
dibalik
(subjeknya bukan kata ganti). Menjelang umur 8 tahun mereka mulai lebih banyak
menggunakan kalimat pasif yang tidak dapat dibalik (subjeknya kata ganti). Pada
umur 9 tahun, anak mulai banyak menggunakan bentuk pasif yang subjeknya dari
kata ganti. Dan pada umur 11-13 tahun mereka banyak menggunakan kalimat yang
subjeknya dari kata ganti. Penggunaan kata penghubung juga meningkat pada usia
SD. Anak di bawah umur 11 tahun sering menggunakan kata “dan” pada awal
kalimat. Pada umur 11-14 tahun, penggunaan “dan” pada awal kalimat mulai
jarang muncul.
Anak
sering mengalami kesulitan penggunaan kata penghubung “karena”: dalam
kalimat, seperti “Saya menghadiri pertemuan itu karena diundang”.
Anak SD bingung membedakan kata hubung karena, dan, lalu dilihat dari
segi urutan waktu kejadiannya. Yakni diundang dahulu baru pergi ke pertemuan.
Oleh karena itu kadangkala ada anak TK yang mengucapkan “Saya sakit karena
saya tidak masuk sekolah” padahal maksudnya “Saya tidak masuk
sekolah karena sakit.”. Pemahaman kata penghubung “karena“ baru mulai
berkembang pada umur 7 tahun. Pemahaman yang benar dan konsisten baru terjadi
pada umur skitar 10-11 tahun (Budiasih dan Zuchdi, 1997).
5.4
Perkembangan Semantik
Selama
priode usia sekolah dan dewasa, ada dua jenis penambahan makna kata. Secara
horisontal, anak semakin mampu memahami dan dapat menggunakan suatu kata dengan
nuansa makna yang agak berbeda secara tepat. Penambahan vertikal berupa
penambahan jumlah kata yang dapat dipahami dan digunakan dengan tepat (Owens dalam
Budiasih dan Zuchdi, 1997). Menurut Lindfors, perkembangan semantik berlangsung
dengan sangat pesat di SD. Kosa kata anak bertambah sekitar 3000 kata per tahun
(Tompkins,1989). Sedang Berger menyatakan bahwa antara 2-6 rata-rata anak mempelajari
6 -10 kata per hari. Ini berarti bahwa rata-rata anak umur 6 tahun mempunyai
kata 8.000 - 14.000 kata. Dan pada usia 9 - 10 thn. sekitar 5000 kata baru
dalam perbendaharaan kosa katanya (Woolfolk, 1990). Merujuk apa yang tercantum
dalam Kurikulum 1994, perbendaharaan kata siswa SD diharapkan lebih kurang 6000
kata. Dengan demikian pendapat
Berger
di atas sangat tinggi. Pendapat yang relatif mendekati harapan Kurikulum 1994
adalah hasil temuan penelitian Slegers bahwa rata-rata anak masuk kelas awal
dengan pengetahuan makna sekitar 2500 kata dan meningkat rata-rata 1000 kata
per tahun di kelas awal dan menengah SD dan 2000 kata di kelas atas sehingga
perbendaharaan kosa kata siswa berjumlah 8500 di kelas VI
(Harris
dan Sipay, 1980). Kemampuan anak kelas rendah SD dalam mendefinisikan kata
meningkat dengan dua cara. Pertama, secara konseptual yakni dari
definisi berdasar pengalaman individu ke makna yang bersifat sosial atau makna
yang dibentuk bersama. Kedua, anak bergerak secara sintaksis dari
definisi kata-kata lepas ke kalimat yang menyatakan hubungan kompleks (Owens,
1992).
5.5 Perkembangan Pragmatik
Berbicara
tentang pragmatik ada 7 faktor penentu yang perlu dipahami anak (1) kepada
siapa berbicara (2) untuk tujuan apa, (3) dalam konteks apa, (4) dalam situasi
apa, (5) dengan jalur apa, (6) melalui media apa, (7) dalam peristiwa apa
(Tarigan, 1990). Ke-7 faktor penentu komunikasi tersebut berkaitan erat dengan
fungsi (penggunaan) bahasa yang dikemukakan oleh M.A.K Halliday: instrumental,
regulator, interaksional, personal, imajinatif, heuristik, dan
informatif. Pinnel (1975) dalam penelitiannya tentang penggunaan fungsi
bahasa di SD kelas awal menemukan bahwa umumnya anak menggunakan fungsi interaksional
(untuk bekomunikasi) dan jarang menggunakan fungsi heuristic (mengunakan bahasa
untuk mencari ilmu pengetahuan saat belajar dan berbicara dalam kelompok
kecil). Dilihat dari segi perkembangan kemampuan bercerita, anak umur 6 th sudah
dapat bercerita secara sederhana tentang acara televisi/film yang mereka lihat.
Kemampuan ini selanjutnya berkembang secara teratur dan sedikit-demi sedikit.
Mereka belajar menghubungkan kejadian tetapi bukan yang mengandung hubungan
sebab akibat. Kata penghubung yang digunakan: dan, lalu. Pada
usia 7 tahun anak mulai dapat membuat cerita yang ang agak padu. Mereka sudah
mulai mengemukakan masalah, rencana mengatasi masalah dan penyelesaian masalah
tersebut meskipun belum jelas siapa yang melakukannya.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan bahasa pada anak
Faktor perkembangan bahasa anak
dapat di sebabkan oleh banyak factor antaran lain yaitu:
6.1
Tingkat pendidikan orang tua
Tingkat
pendidikan merupakan salah satu faktor dari kualitas pengasuhan anak.
Penelitian oleh NICHD menyimpulkan bahwa anak yang mendapatkan pengalaman
perawatan dengan kualitas yang tinggi secara konsisten menunjukkan fungsi
kognitif dan perkembangan bahasa yang lebih baik sepanjang tiga tahun pertama
kehidupannya. Penelitian Pancsofar dan Vemon-Feagans menemukan bahwa tingkat pendidikan orangtua
mempunyai pengaruh yang bermakna pada kemampuan bicara dan bahasa anaknya,
sebab memberi dampak pada pola bahasa dalam keluarga.
6.2
Faktor ekonomi orang tua
Faktor
ekonomi orang tua sangat mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak-anak seperti
yang diungkapkan A family history of language and learning problems, and low
socioeconomic status are each associated with language impairment. Beberapa
studi tentang hubungan antara perkembangan bahasa dengan status sosial ekonomi
keluarga menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin mengalami
kelambatan dalam perkembangan bahasa dibandingkan dengan anak yang berasal dari
keluarga yang lebih baik. Kondisi ini terjadi mungkin disebabkan oleh perbedaan
kecerdasan atau kesempatan belajar (keluarga miskin diduga kurang memperhatikan
perkembangan bahasa anaknya), atau kedua-duanya (Hetzer & Reindorf dalam E.
Hurlock. 1956).
6.3.Hubungan Keluarga
Hubungan
ini dimaknai sebagai proses pengalaman berinteraksi dan berkomunikasi dengan
lingkungan keluarga, terutama dengan orang tua yang mengajar, melatih dan
memberikan contoh berbahasa dengan anak. Hubungan yang sehat antara orang tua
dan anak memfasilitasi perkembangan bahasa anak, sedangkan hubungan yang tidak
sehat menakibatkan anak akan mengalami kesulitan atau kelambatan dalam
perkembangan bahasanya. Hubungan yang sehat itu bisa berupa sikap orang tua
yang keras\kasar, kurang kasih sayang dan kurang perhatian untuk memberikan
latihan dan contohdalam berbahasa yang baik kepada anak, maka perkembangan
bahasa anak cenderung akan mengalami stagnasi atau kelainan. Seperti gagap
dalam berbicara, tidak jelas dalam mengungkapkan kata-kata, merasa takut untuk
mengungkapkan pendapat, dan berkata yang kasar atau tidak sopan.
6.4
Kesehatan
Anak
yang sehat lebih cepat belajar berbicara ketimbang anak yang tidak sehat,
karena motivasinya lebih kuat untuk menjadianggauta kelompok sosial dan
berkomunikasi dengan anggauta kelompok tersebut. Apabila pada usia dua tahun
pertama, anak mengalami sakit terus menerus, maka anak tersebut cenderungakan
mengalami kelambatan atau kesulitan dala perkembangan bahasannya.
6.5
Metode Pelatihan Anak
Anak-anak
yang dilatih secara otoriter yang menekankan bahwa ”anak harus dilihat dan
didengar” merupakan hambatan belajar. Sedangkan pelatihan yang memberikan
keleluasan dan demokratis akan mendorong anak untuk belajar.
7. Implikasi Perkembangan Bahasa Terhadap
Pendidikan
Implikasi
perkembangan bahasa anak terhadap segi pendidikan salah satunya adalah terhadap
penyelenggaraan pendidikan. Sebagai individu yang sedang tumbuh dan berkembang,
maka proses pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sangat dipengaruhi oleh
perkembangan bahasa. Bahasa merupakan sebuah pengantar. Jika telah memahami
bahasa maka tidak akan sulit bagi anak untuk menerima pesan ataupun kata-kata
yang diucapkan oleh seorang guru. Karena Perkembangan bahasa adalah merupakan
proses alamiah yang difasilitasi oleh kesempatan-kesempatan memanfaatkan bahasa
dalam aktivitas sehari-hari. Para guru dapat mengintruksikan kepada para siswa
untuk mengekspresikan dirinya secara verbal dan dalam bentuk tulisan ketika
mereka memecahkan persoalan dan menyelesaikan tugas-tugas akademik.
Perkembangan bahasa sangat penting karena Melalui bahasa, anak dapat
mengekspresikan pikiran, sehingga orang lain memahaminya dan menciptakan suatu
hubungan sosial. Jadi, tidaklah mengherankan bahwa bahasa dianggap sebagai
salah satu indikator kesuksesan seorang anak.
PENUTUP
A.
SIMPULAN
1. Perkembangan atau dalam bahasa
inggrisnya development merupakan suatu proses yang pasti dialami setiap
individu, perkembangan ini adalah bersifat kualitatif dan berhubungan dengan
kematangan serta sistematis.
2. Perkembangan bahasa anak ditandai
oleh suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari bunyi-bunyi atau ucapan yang
sederhana menuju tuturan yang lebih kompleks.
3. Teori perkembangan bahasa anak : (a)
Teori Behaviorisme, (b) Teori Nativisme, (c) Teori Kognitivisme
4. Tahap
perkembangan bahasa anak : (a) Perkembangan Fonologis, (b) Perkembangan morfologis, (c) Perkembangan sintaksis, (d) Perkembangan semantic, (e) Perkembangan pragmatic
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak : (a) Tingkat pendidikan orang tua,
(b) Faktor
ekonomi orang tua, (c) Hubungan Keluarga ,
(d) Kesehatan,
(e) Metode Pelatihan Anak
6. Implikasi perkembangan bahasa
terhadap pendidikan :
Para
guru dapat mengintruksikan kepada para siswa untuk mengekspresikan dirinya
secara verbal dan dalam bentuk tulisan ketika mereka memecahkan persoalan dan
menyelesaikan tugas-tugas akademik.
B.
SARAN
Mengingat
keterbatasan sumber literatur penulis, maka untuk keakuratan data sejarah yang
diperoleh, disarankan kepada pembaca juga memiliki sumber literatur lain yang
lebih valid, di luar sumber bacaan dari internet yang belum dapat divalidasi
seluruhnya.
SUMBER PUSTAKA
Tarigan
dkk. 1998. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah.
Jakarta: Depdikbud.
Zuchdi, Darmiati dan Budiasih. 1997. Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Jakarta: Depdikbud.
Tarigan
dkk., Henry Guntur. 1988. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung:
Angkasa
Aminuddin.
1997. Isi dan Strategi Pengajaran Bahasa dan Sastra. Malang: PPS IKIP
Malang.
Sumantri
, Mulyani, syaodiah, nana. Perkembangan Peserta Didik. Universitas terbuka:
Jakarta
Website :
http://yayangy08.student.ipb.ac.id/2010/06/18/perkembangan-bahasa-pada-anak/
diakses pada 07 September 2015 pukul 11.00.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar