MAKALAH
Apresiasi Sastra Prosa
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan dan sebuah kreasi yang dibuat seseorang. Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada
hakikatnya adalah suatu media yang digunakan untuk mengungkapkan kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra, pada umumnya,
berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan
sastra lahir dilatar belakangi adanya dorongan dasar manusia untuk
mengungkapkan eksistensi dirinya. (dalam Sarjidu, 2004: 2).
Pendidikan
sastra dan bahasa Indonesia sendiri mempunyai peranan yang penting didalam
dunia pendidikan. Di sekolah dasar, pembelajaran sastra dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasikan karya sastra. Pembelajaran sastra
di SD adalah pembelajaran sastra anak. Sastra anak adalah karya sastra yang
secara khusus dipahami oleh anak-anak. Sifat sastra anak adalah imajinasi,
bukan berdasarkan pada fakta. Unsur-unsur imajinasi ini sangat menonjol dalam
sastra anak. Hakikat sastra anak harus sesuai dengan dunia kehidupan anak-anak
yang dimiliki mereka dan bukan milik orang dewasa. Sastra anak dianggap mampu
untuk dijadikan pedoman tingkah laku dalam kehidupan. Sastra anak sendiri
haruslah dihargai oleh orang lain agar anak bisa mengembangkan dan mau
mengapresiasikan karyanya. Untuk itu, dibutuhkan pula apresiasi yang
dimaksudkan untuk memberi penghargaan sebaik-baiknya kepada anak atas karya
sastra yang telah dibuat olehnya.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apakah yang dimaksud dengan apresiasi sastra?
2.
Apa saja tingkatan apresiasi sastra?
3.
Apa manfaat apresiasi sastra bagi anak?
4.
Apa sajakah jenis dan ragam sastra anak?
5.
Apa ciri-ciri sastra anak?
6. Apa
pengertian apresiasi prosa?
7. Apa
ciri-ciri prosa?
8. Apa saja
unsur-unsur yang ada dalam prosa?
9. Apa saja
langkah-langkah apresiasi prosa?
C.
TUJUAN
1.
Untuk menjelaskan apa itu apresiasi sastra.
2.
Untuk mengetahui tingkatan dalam apresiasi sastra.
3.
Untuk menjelaskan manfaat dari apresiasi sastra.
4.
Untuk mengetahui jenis dan ragam sastra anak.
5.
Untuk mengetahui ciri-ciri sastra anak.
6.
Untuk mengetahui pengertian apresiasi prosa.
7.
Untuk mengetahui ciri-ciri prosa.
8.
Untuk menjelaskan unsur-unsur dalam prosa.
9.
Untuk mengetahui langkah- langkah apresiasi prosa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Apresiasi Sastra
Istilah
apresiasi berasal dari bahasa Inggris "apresiation" yang
berarti penghargaan, penilaian, pengertian. Bentuk itu berasal dari kata kerja
" ti appreciate" yang berarti menghargai, menilai,
mengerti dalam bahasa indonesia menjadi mengapresiasi. Dengan demikian, yang
dimaksud dengan apresiasi sastra adalah penghargaan, penilaian, dan
pengertian terhadap karya sastra, baik yang berbentuk puisi maupun prosa atau suatu
kegiatan menggauli sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan
yang baik
terhadap cipta sastra. Adapun definisi apresiasi sastra menurut para ahli,
yaitu:
(1)
Apresiasi sastra ialah penghargaan
(terhadap karya sastra) yang didasarkan atas pemahaman (Sudjiman, 1990:9).
(2)
Apresiasi sastra adalah penghargaan
dan pemahaman atas suatu hasil seni atau budaya (Natawidjaja, 1981:1).
(3)
Apresiasi sastra adalah penaksiran
kualitas karya sastra serta pemberian nilai yang wajar kepadanya berdasarkan
pengamatan dan pengalaman yang sadar dan kritis (Tarigan, 1984:233).
(4)
Apresiasi adalah penimbangan,
penilaian, pemahaman, dan pengenalan secara memadai (Hornby, 1973:41).
(5)
Apresiasi sastra adalah kegiatan
menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh hingga timbul pengertian, penghargaan,
kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra
(Effendi, 1982:7).
(6)
Apresiasi sastra ialah kegiatan
memahami cipta sastra dengan sungguh-sungguh hingga menimbulkan pengertian dan
penghargaan yang baik terhadapnya. (Zakaria, 1981:6).
(7)
Apresiasi sastra ialah proses
(kegiatan) pengindahan, penikmatan, penjiwaan, dan penghayatan karya sastra
secara individual dan momentan, subjektif dan eksistensial, ruhaniah dan
budiah, khusuk dan kafah, dan intensif dan total, supaya memperoleh sesuatu
daripadanya sehingga tumbuh, berkembang, dan terpiara kepedulian, kepekaan,
ketajaman, kecintaan, dan keterlibatan terhadap karya sastra (Saryono,
2009:34).
B.
Tingkatan
Apresiasi Sastra
Adapun tingkatan apresiasi sastra, Wardani (1981) membagi
tingkatan apresiasi sastra ke dalam empat tingkatan sebagai berikut.
(1)
Tingkat menggemari, yang ditandai oleh
adanya rasa tertarik kepada buku-buku sastra serta keinginan membacanya dengan
sungguh-sungguh, anak melakukan kegiatan kliping sastra secara rapi, atau
membuat koleksi pustaka mini tentang karya sastra dari berbagai bentuk.
(2)
Tingkat menikmati, yaitu mulai dapat
menikmati cipta sastra karena mulai tumbuh pengertian, anak dapat merasakan
nilai estetis saat membaca puisi anak-anak, atau mendengarakan deklamasi
puisi/prosa anak-anak, atau menonton drama anak-anak.
(3)
Tingkat
mereaksi yaitu mulai ada keinginan utuk menyatakan pendapat tentang cipta
sastra yang dinikmati misalnya menulis sebuah resensi, atau berdebat dalam
suatu diskusi sastra secara sederhana. Dalam tingkat ini juga termasuk
keinginan untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sastra.
(4)
Tingkat produktif, yaitu mulai ikut
menghasilkan cipta sastra di berbagai media masa seperti koran, majalah atau
majalah dinding sekolah yang tersedia, baik dalam bentuk puisi, prosa atau
drama.
Berbeda dengan P. Suparman (Tarigan, 2000) membagi
tingkatan apresiasi sastra atas lima tingkatan, yakni sebagai berikut:
(1) Tingkat penikmatan, misalnya menikmati
pembacaan/deklamasi puisi, menonton drama, mendengarkan cerita.
(2) Tingkat penghargaan, misalnya memetik pesan
positif dalam cerita, mengagumi suatu karya sastra, meresapkan nilai-nilai
humanistik dalam jiwa; menghayati amanat yang terkandung dalam puisi yang
dibacanya atau yang dideklamasikan.
(3) Tingkat pemahaman, misalnya mengemukakan
berbagai pesan-pesan yang terkandung dalam karya sastra setelah menelaah atau
menganalisis unsur instrinsik-ekstrinsiknya, baik karya puisi, prosa maupun
drama anak-anak.
(4) Tahap penghayatan, misalnya melakukan
kegiatan mengubah bentuk karya sastra tertentu ke dalam bentuk karya lainnya (parafrase),
misalnya mengubah puisi ke dalam bentuk prosa, mengubah prosa ke dalam bentuk drama,
menafsirkan menemukan hakikat isi karya sastra dan argumentasinya secara tepat.
(5)
Tingkat implikasi, misalnya mengamalkan
isi sastra, mendayagunakan hasil apresiasi satra untuk kepentingan peningkatan
harkat kehidupan.
Tingkatan apresiasi yang dipaparkan di atas
mendorong kita untuk tidak sekedar menghasilkan karya sastra tetapi yang lebih
penting adalah untuk dihayati dan diamalkan oleh peserta didik dalam
kehidupannya.
C.
Manfaat
Apresiasi Sastra
Apresiasi sastra memiliki berbagai manfaat. Moody
dan Leslie S (dalam Wardani,1981) mengemukakan manfaat apresiasi sastra:
(1)
Melatih keempat keterampilan berbahasa.
(2)
Menambah pengetahuan tentang pengalaman
hidup manusia seperti adat istiadat, agama, kebudayaan, dan sebagainya.
(3)
Membantu mengembangkan pribadi.
(4)
Membantu pembentukan watak.
(5)
Memberi kenyamanan.
(6)
Meluaskan dimensi kehidupan dengan
pengalaman baru.
Hal tersebut sejalan dengan Huck (1987) yang
mengemukakan dua manfaat apresiasi sastra, yakni:
(1) Nilai personal: memberi kesenangan,
mengembangkan imajinasi, memberi pengalaman yang dapat terhayati, mengembangkan
pandangan ke arah persoalan kemanusiaan, menyajikan pengalaman yang bersifat
emosional.
(2)
Nilai pendidikan: membantu
perkembangan bahasa, meningkatkan kelancaran-kemahiran membaca, meningkatkan
keterampilan menulis, mengembangkan kepekaan terhadap sastra.
Manfaat apresiasi sastra yang dikemukakan tersebut,
hanya manfaat mengembangkan imajinasi, mengembangkan pandangan ke arah
persoalan kemanusiaan, dan meningkatkan
keterampilan membaca-menulis yang akan diuraikan secara singkat.
(1)
Mengembangkan
Imajinasi
Salah satu tujuan utama
pembelajaran bahasa/sastra adalah terbentuknya kemampuan siswa yang kreatif.
Untuk menjadi kreatif, salah satu aspek mutlak yang harus dimiliki adalah daya
imajinasi yang memadai. Sebagaimana yang dikemukakan Huck (1987) bahwa
mengapresiasi sastra dapat mengembangkan imajinasi siswa. Imajinasi yang
dimaksud adalah daya pikir untuk membayangkan (dalam angan) atau menciptakan
sesuatu (gambar, karangan,dan sejenisnya) berdasarkan kenyataan atau pengalaman
sesorang (dalam KBBI, 1994:372).
(2)
Meluaskan
pandangan tentang kemanusiaan
Melalui pergaulan
dengan karya sastra berbagai pengalaman dapat diperoleh, yang kelak berfungsi
untuk meluaskan pandangan tentang kemanusian sekaligus berkaitan dengan
pembentukan watak dan pribadi yang baik dalam mengarungi kehidupan masyarakat.
Misalnya dalam puisi POT oleh Sutarji Kalsum Bachri, memberi perluasan wawasan
dan pengalaman kejiwaan bahwa kita harus menjadi ibu, ibu yang mampu melahirkan
generasi yang berkualitas, generasi dapat mengharumkan bangsa di tingkat internasional.
(3)
Meningkatkan
Keterampilan Berbahasa
Tujuan utama
pembelajaran BI di SD adalah untuk meningkatkan keterampilan berbahasa.
Kaitannya dengan apresiasi sastra yang dapat meningkatkan keterampilan berbahasa
siswa, berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan karya sastra
dalam pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan berbahasa. Adapun
hubungannya dengan peningkatan keterampilan menulis dengan memanfaatkan karya
sastra sebagai bahan pembelajaran.
D.
Jenis
dan Contoh Apresiasi Sastra Anak
Jenis sastra (anak-anak) terdiri
atas:
(1) Puisi
Secara etimologi istilah puisi berasal dari bahasa Yunani “poeima” =
membuat atau “poeisis” = pembuatan. Sedangkan dalam bahasa Inggris
disebut “poem” atau “poetry”. Merupakan
pengungkapan gagasan dan perasaan dalam bentuk rangkaian bait. Apresiasi puisi dapat dilakukan dengan memadukannya dengan empat aspek
keterampilan berbahasa, yakni: mendengarkan, berbicara, membaca, dan
menulis. Apresiasi puisi yang berkaitan dengan tujuan tersebut dapat dilakukan
dengan cara membaca, mendeklamasikan, menciptakan puisi, dan mendiskusikan
tema, keindahan bahasa, serta hal-hal yang menarik dari puisi tersebut. Seperti bentuk karya sastra lain, puisi mempunyai ciri-ciri khusus. Pada
umumnya penyair mengungkapkan gagasan dalam kalimat yang relatif pendek-pendek
serta padat, ditulis berderet-deret ke bawah (dalam bentuk bait-bait), dan
tidak jarang menggunakan kata-kata/kalimat yang bersifat konotatif. Struktur dan
ragam puisi sebagai karya cipta kreatif jika dilihat dari ciri-cirinya terus
mengalami perubahan zaman. Misal di masa lampau, penciptaan puisi harus memenuhi ketentuan jumlah baris, ketentuan rima dan
persyaratan lain (Wirjosoedarmo:karangan terikat). Definisi tersebut tentu saja tidak tepat lagi untuk masa sekarang karena
saat ini penyair sudah lebih bebas dan tidak harus tunduk pada
persyaratan-persyaratan tertentu. Menurut zaman puisi dibagi dalam dua kategori, yaitu:
1.
Puisi Lama, dengan ciri-ciri :
a. Merupakan puisi
rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
b. Disampaikan
lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
c. Sangat
terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata
maupun rima.
Yang termasuk
puisi lama adalah :
a)
Mantra, adalah
ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
b)
Pantun, adalah
puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri
dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai
isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi,
agama/nasihat, teka-teki, jenaka. Contoh pantun
:
Jalan-jalan ke kota Blitar
Membawa peti dari malaka
jangan lupa beli sukun Berisi pakaian si anak raja
Jika kamu ingin pintar Kalau hati sudah merasa suka
belajarlah dengan tekun Semua keadaan indah di mata
jangan lupa beli sukun Berisi pakaian si anak raja
Jika kamu ingin pintar Kalau hati sudah merasa suka
belajarlah dengan tekun Semua keadaan indah di mata
c) Karmina, adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
d) Seloka, adalah
pantun berkait.
e) Gurindam, adalah
puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
Kurang pikir kurang siasat Barang siapa tinggalkan sembahyang
Tentu dirimu akan tersesat Bagai rumah tiada bertiang
f) Syair, adalah
puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a,
berisi nasihat atau cerita.
Bila dua orang wanita berbicara
mereka tidak mengatakan apa-apa
tetapi jika seorang saja yang berbicara
dia akan membuka semua tabir kehidupannya
g) Talibun, adalah
pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
2. Puisi
Baru dengan ciri-ciri :
Bentuknya lebih
bebas daripada puisi lama, baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
Menurut
isinya, puisi baru dibedakan atas:
a)
Balada, adalah
puisi berisi kisah/cerita.
b)
Himne, adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan.
c)
Ode, adalah
puisi sanjungan untuk orang yang berjasa.
d)
Epigram, adalah
puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup.
e)
Romance, adalah
puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih.
f)
Elegi, adalah
puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan.
g)
Satire, adalah
puisi yang berisi sindiran/kritik.
Contoh puisi modern:
biduk di langit masih kering tertawa
melihat aku yang tetap bercumbu dengan khayal
menari kata dalam balutan puisi
membingkaikan rasa dalam bait
puisi adalah aku
aku bercinta dengan kata
dan merangkai menjadi satu kenangan indah
dekapan kalimat panjang membuai mesra diriku
kutemukan ada detak lemah setia
melihat aku yang tetap bercumbu dengan khayal
menari kata dalam balutan puisi
membingkaikan rasa dalam bait
puisi adalah aku
aku bercinta dengan kata
dan merangkai menjadi satu kenangan indah
dekapan kalimat panjang membuai mesra diriku
kutemukan ada detak lemah setia
(2) Prosa
Prosa ialah karya sastra yang berbentuk cerita yang bebas, tidak terikat
oleh rima (bunyi yang berselang/berulang di dalam/akhir larik), irama, dan
kemerduan bunyi (meliputi euphony/mengambarkan keriangan, cacophony/bernuansa
ketertekanan batin, kebekuan dan kesedihan, onomatope/sugesti suara
yang sebenarnya). Prosa juga pemaparan pemikiran dan perasaan
melalui bentuk paragraf demi paragraf.
(3) Drama
Merupakan
pengemukaan gagasan dan perasan melalui bentuk dialog antaraberbagai
tokoh. Drama adalah salah
satu genre sastra yang berada pada dua dunia seni, yaitu seni
sastra dan seni pertunjukan atau teater. Orang yang melihat drama sebagai seni
sastra menunjukkan perhatiannya pada seni tulis teks drama yang dinamakan juga
dengan seni lakon. Teknik penulisan teks drama berbeda dengan teknik penulisan
puisi atau prosa. Orang yang menganggap drama sebagai seni pertunjukan (teater)
fokus perhatiannya ditujukan pada pertunjukannya atau pementasannya, tidak
semata pada teksnya saja. Drama anak merupakan suatu bentuk drama yang diperankan/ tokoh pelakunya adalah anak-anak. Misalnya: opera anak (trans7), ketoprak anak, dan lain-lain.
E.
Ciri-ciri
Apresiasi Sastra Anak
Ciri
pembelajaran apresiasi satra (anak) diantaranya :
(1)
Ciri keterbacaan, meliputi :
a. Bahasa yang
digunakan dapat dipahami anak, artinya kosa kata yang digunakan dikenal oleh anak, susunan kalimatnya sederhana sehingga dapat
dipahami oleh anak.
b. Pesan yang
dikandung puisi dapat dibaca dan dipahami anak karena tidak bersifat diapan
(tersembunyi) melainkan bersifat transparan atau eksplisit.
(2) Ciri kesesuaian, meliputi:
a. Kesesuaian dengan kelompok usia anak, pada
usia anak sekolah dasar menyukai puisi
yang membicarakan kehidupan sehari-hari , petualangan, kehidupan
keluarga yang nyata.
b. Kesesuaian
dengan lingkungan sekitar tempat anak berada. Artinya, anak
yang berada di lingkungan sekitar pantai akan bersemangat jika puisi yang
diberikan untuk dipelajari adalah puisi yang berbicara tentang pantai. Atau
pada musim kemarau, puisi yang diajadikan irri ajar adalah puisi yang berbicara tentang kemarau
Adapun ciri-ciri apresiasi sastra sesuai dengan jenisnya yaitu:
(1) Puisi
a. Isi sajak harus merupakan pengalaman
dari dunia anak sesuai umur dan taraf perkembangan jiwa anak.
b. Sajak itu
memiliki daya tarik terhadap anak.
c. Sajak itu
harus memiliki keindahan lahiriah bahasa, misalnya irama yang hidup, tekanan
kata yang nyata, permainan bunyi, dan lain-lain.
d. Perbendaharaan
kata yang sesuai dengan dunia anak.
(2) Prosa
a. Bahasa yang
digunakan haruslah sesuai dengan tingkat perkembangan bahasa anak.
b. Isi
ceritanya haruslah sesuai dengan tingkat usia.
c. Latarnya dikenal anak, alurnya berbentuk maju
dan tunggal, penokohannya dari kalangan anak dengan jumlah sekitar 3-4 orang,
temanya tentang kehidupan sehari-hari, petualangan, olahraga, dan keluarga.
(3) Drama
Drama
anak-anak tidak jauh beda dengan cerita anak-anak, baik dari segi bahasanya, tema, pesannya. Yang berbeda adalah dari segi dialog yang sederhana
dan jumlah adegan yang tidak terlalu panjang dan berbelit.
F.
Pengertian Apresiasi
Prosa
Kata
apresiasi secara harfiah berarti ‘penghargaan’ terhadap suatu objek, hal,
kejadian, atau pun peristiwa. Apresiasi adalah kegiatan menggauli cipta sastra
dengan sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan,
kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra (Effendi 1973 :
44). Untuk
dapat memberi penghargaan terhadap sesuatu, tentunya kita harus mengenal
sesuatu itu dengan baik dan dengan akrab agar kita dapat bertindak dengan
seadil-adilnya terhadap sesuatu itu, sebelum kita dapat memberi pertimbangan
bagaimana penghargaan yang akan diberikan terhadap sesuam itu. Kalau yang
dimaksud dengan sesuatu itu adalah karya sastra, lebih tepat iagi karya sastra
prosa, maka apresiasi itu berati memberi penghargaan dengan sebaik-baiknya terhadap
karya sastra prosa itu.
Apresiasi
prosa adalah memberi penghargaan dengan sebaik-baiknya dan seobjektif mungkin
pada suatu karya sastra prosa. Seobjektif mungkin dapat diartikan bahwa
pemberian penghargaan dilakukan setelah karya sastra itu kita baca, telaah
unsur-unsur pembentuknya dan tafsirkan berdasarkan wawasan dan visi kita
terhadap karya sastra itu.
G.
Ciri-ciri
Prosa
Prosa
sebagai salah satu bentuk cipta sastra, mendukung fungsi sastra pada umumnya.
Fungsi prosa adalah untuk memperoleh keindahan, pengalaman, nilai-nilai moral
yang terkandung dalam cerita, dan nilai-nilai budaya yang luhur. Selain itu
dapat pula mengembangkan cipta, rasa, serta membantu pembentukan untuk
pembelajaran (secara tidak langsung). Prosa sebagai salah satu bentuk karya
sastra, sering menimbulkan masalah dalam mengajarkannya. Hal ini muncul karena
cerita yang ditulis dalam bentuk prosa pada umumnya panjang. Masalah ini tentu
saja dapat mempengaruhi proses pembelajaran prosa karena bimbingan apresiasi yang
menyangkut teks enggan diberikan. Seperti halnya puisi, prosapun sebaiknya
dinikmati oleh siswa secara utuh agar fungsi prosa benar-benar terwujud.
1) Ciri-ciri
Prosa Lama
a) Di pengaruhi oleh sastra hindu atau arab.
b) Ceritanya anonim “tanpa nama”
c) Milik bersama.
d) Bersifat statis, sesuai dengan kondisi masyarakat
waktu itu.
e) Berbentuk hikayat, tambo, dongeng”pembaca di bawa
ke alam imajinasi”
2) Ciri-ciri Prosa baru
a) Tertulis.
b) Masyarakat sentris”cerita diambil
dari kehidupan masyarakat sekitar”.
c) Dipengaruhi pengarangnya.
d) Dipengaruhi sastra barat.
e) Bentuk ronam,cerpen,drama.
H.
Unsur-unsur
dalam Prosa
Unsur-unsur
dalam Prosa
1. Unsur-unsur Intrinsik
a) Tema
Tema adalah
gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Tema suatu cerita menyangkut segala
persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang,
kecemburuan, dan sebagainya. Untuk mengetahui tema suatu cerita, diperlukan
apresiasi menyeluruh terhadap berbagai unsur karangan itu. Bisa saja
tematerdapat pada unsur penokohan, alur, atau latar.Tema jarang dituliskan
secara tersurat oleh pengarangnya. Untuk dapat merumuskan tema cerita fiksi,
seorang pembaca harus terlebih dahulu mengenali unsur-unsur intrinsik yang
dipakai oleh pengarang untuk mengembangkan cerita fiksinya.
b) Alur
Alur
merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab-akibat.
Bagian-bagian alur tersebut tidaklah seragam. Kadang-kadang susunannya itu
langsung pada penyelesaian lalu kembali pada bagian pengenalan. Ada pula yang
diawali dengan pengungkapan peristiwa, lalu 13 pengenalan, penyelesaian
peristiwa, dan puncak konflik. Tidak sedikit pula cerita yang alurnya
berbelit-belit dan penuh kejutan, juga kadang-kadang sederhana.
c)
Tokoh dan Penokohan
Penokohan
yaitu cara kerja pengarang untuk menampilkan tokoh cerita. Penokohan dapat
dilakukan menggunakan metode (1) analitik, (2) dramatik, dan (3) kontekstual.
Tokoh cerita akan menjadi hidup jika ia memiliki watak seperti layaknya
manusia. Watak tokoh terdiri atas sifat, sikap, serta kepribadian tokoh. Cara
kerja pengarang memberi watak pada tokoh cerita dinamakan penokohan, yang dapat
dilakukan melalui penggambaran (1) fisik, (2) psikis, dan (3) sosial. Latar
berkaitan erat dengan tokoh dan alur.
d) Latar
Latar adalah
seluruh keterangan mengenai tempat, waktu, serta suasana yang ada dalam cerita.
Latar tempat terdiri atas tempat yang dikenal, tempat tidak dikenal, dan tempat
yang hanya ada dalam khayalan. Latar waktu ada yang menunjukkan waktu dengan jelas,
namun ada pula yang tidak dapat diketahui secara pasti. Cara kerja pengarang
untuk membangun cerita bukan hanya melalui penokohan dan perwatakan, melainkan
pula dapat melalui sudut pandang.
e) Sudut
Pandang
Sudut
pandang (point of view) adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita.Posisi
pengarang ini terdiri atas dua macam, yaitu berperan langsung, sebagai orang
pertama dan berperan sebagai pengamat atau sebagai orang ketiga.
f) Amanat
Amanat merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang
disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya. Amanat tersimpan rapi
dan disembunyikan pengarangnya dalam isi cerita.
2. Unsur-unsur
Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik prosa adalah segala
faktor luar yang melatarbelakangi penciptaan
karya sastra, seperti faktor
pendidikan pengarang, faktor kesejarahan, dan faktor
sosial budaya.
I.
Langkah-langkah
Apresiasi Prosa
Dalam berbagai buku sumber ada disebutkan langkah-langkah yang dilakukan
dalam melaksanakan apresiasi sastra secara umum dan apresiasi karya sastra
secara khusus. Yang disebut di bawah ini pada dasarnya tidak berbeda dengan
yang disebutkan dalam buku-buku sumber itu.
·
Pertama, membaca
novel (cerpen, roman) itu secara tenang dan seksama. Kalau perlu bisa diiakukan
dua tiga kali. Biasanya sebuah karya prosa yang baik akan mengundang kita untuk
membacanya berkali-kali karena kita memperoleh kenikmatan dari pembacaan itu.
·
Kedua,
melibatkan emosi ketika membaca prosa tersebut.
·
Ketiga, mencoba
menelaah apa tema cerita tersebut, dan mengetahui bagaimana tema itu disajikan,
menelaah plot, penokohan, setting atau latar, dan berbagai unsur instrinsik
lainnya.
·
Keempat mencoba
menelaah amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang dengan novel (cerpen,
roman) tersebut.
·
Kelima, mencoba
menelaah penggunaan bahasa yang digunakan dalam karya prosa tersebut melihat
kekuatannya, dan mencari kekurangannya.
·
Keenam, mencoba
menarik kesimpulan akan nilai karya prosa tersebut berdasarkan telaah objektif
terhadap unsur intrinsik dan unsur ekstrinsiknya.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Sastra
anak-anak dapat dikatakan bahwa suatu karya sastra yang bahasa dan isinya
sesuai perkembangan usia dan kehidupan anak, baik ditulis oleh pengarang yang
sudah dewasa, remaja atau oleh anak-anak itu sendiri. Karya sastra yang
dimaksud berupa puisi dan prosa. Prosa ialah karya sastra yang berbentuk cerita yang bebas, tidak terikat
oleh rima (bunyi yang berselang/berulang di dalam/akhir larik), irama, dan
kemerduan bunyi (meliputi euphony/mengambarkan
keriangan, cacophony/bernuansa
ketertekanan batin, kebekuan dan kesedihan, onomatope/sugesti suara yang sebenarnya). Apresiasi
prosa adalah memberi penghargaan dengan sebaik-baiknya dan seobjektif mungkin
pada suatu karya sastra prosa. Seobjektif mungkin dapat diartikan bahwa
pemberian penghargaan dilakukan setelah karya sastra itu kita baca, telaah
unsur-unsur pembentuknya dan tafsirkan berdasarkan wawasan dan visi kita
terhadap karya sastra itu.
Manfaat
apresiasi sastra, diantaranya :
1. Melatih
keempat keterampilan berbahasa, yakni mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis.
2. Menambah
pengetahuan tentang pengalaman hidup manusia seperti adat istiadat, agama,
kebudayaan, dan sebagainya.
3. Membantu
mengembangkan pribadi.
4. Membantu
pembentukan watak.
5. Memberi kenyamanan.
6. Meluaskan dimensi kehidupan dengan pengalaman baru (Wardani
1981).
B.SARAN
Dalam
kegiatan pengapresiasian sastra hendaknya memperhatikan audience dari penikmat
sastra tersebut. Hal ini, bisa pada tingkatan dewasa dan anak-anak. Pada
tingkatan anak-anak, bahasa yang digunakan adalah bahasa dalam kehidupan
sehari-hari dan tidak baku. Dalam manfaaynya, sastra diharapkan memiliki
unsure-unsur yang dapat mengembangkan apresiasi anak.
Hal diatas merupakan tugas guru dalam merangsang kreativitas anak agar
dapat tereksplore dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
(Selasa,
2 September 2014; 16:42 )
Nurul. 2012. Apresiasi Sastra.
Diambil dari: http://nurulelkhalieqy.blogspot.com/2012/01/apresiasi-sastra.html
(Selasa,
2 September 2014; 16:33)
(Selasa,
2 September 2014; 16:37)
(Selasa,
2 September 2014; 16:29 )
(Selasa,
2 September 2014; 16:31)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar