MAKALAH
Kesalahan Sintaksis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Bahasa merupakan alat atau sarana komunikasi yang
digunakan antar manusia. Bahasa dapat mengekspresikan maksud dan tujuan
seseorang. Lewat bahasa pula kita dapat memahami serta berkomunikasi dengan
baik sesama manusia. Dengan latar belakang diatas maka kita dapat mengetahui
bahwa sebagian besar penduduk di dunia adalah dwibahasawan, maksudnya bahwa
sebagian manusia di bumi ini menggunakan dua bahasa atau lebih sebagai alat
komunikasi.
Pembelajaran pada dasarnya adalah sebuah proses yang
sebelumnya selalu melibatkan pembuatan kesalahan (Brown). Dengan kata lain
keslahan merupakan suatu yang tidak terhindarkan dalam proses belajar mengajar,
begitu pula dalam proses belajar bahasa. Hal ini diperkuat oleh pendapat Corder
bahwa semua orang yang belajar bahasa pasti tidak luput dari berbuat kesalahan
(Corder, 1974).
Dalam kegiatan sehari-hari, guru yang mengajarkan
bahasa sering menemukan suatu kesalahan yang dilakukan oleh pelajar (siswa).
Kesalahan-kesalahan ini ada yang berhubungn dengan keterampilan bahasa, yaitu
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Sebagai contoh, seorang guru menyuruh membuat
kalimat dengan kata hasil. Pembelajar dengan kalaimat hasil daripada
pembangunan harus kiat nikamti. Guru yang mendengar penggunaan kata daripada
kalimat ini menyatakan bahwa penggunakan laimat itu tidak tepat. Demikian
puala guru menyuruh pembelajar membuat kalimat dengan kata meninggal. Pelajar
memuat kalimat “kucing saya kemarin meninggal”. Guru yang menendengarkan
menggunakan kata meninggal peda kaliamat ini, mengatakan bahwa penggunakan
kalimat itu tidak benar.
Untuk mengatasi hal tersebut, guru memerlukan suatu
pendapat yang dapat menolong guru untuk menganalisis kesalahan yang
dilalkukannya dan tidak mengulangi ketika ia menggunakan bahasa. Pendekatan
yang dibutuhkan adalah analisis kesalahan.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa
yang dimaksud dengan kesalahan sintaksis?
2.
Mengapa
kesalahan sintaksis dapat terjadi?
3.
Bagaimana
menangani kesalahan sintaksis?
C.
TUJUAN
1.
Memahami
arti dari kesalahan sintaksis
2.
Mengetahui
penyebab kesalahan sintaksis
3.
Mengetahui
penanganan pada kesalahan sintaksis
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa
dalam Bidang Sintaksis
Menurut Sofa (2008) bahwa Kesalahan sintaksis adalah
kesalahan atau penyimpangan struktur frasa, klausa, atau kalimat, serta
ketidaktepatan pemakaian partikel. Analisis kesalahan dalam bidang tata kalimat
menyangkut urutan kata, kepaduan, susunan frase, kepaduan kalimat, dan logika
kalimat (Lubis Grafura : 2008). Bidang tata kalimat menyangkut urutan kata dan
frase dikaitkan dengan hukum-hukumnya (DM, MD) (Maharsiwi : 2009). Untuk
keperluan itu semua perlu adanya deskripsi yang jelas antara bahasa Bl dan B2.
Di sisi yang lain Samsuri dalam Maharsiwi (2009) mengungkapkan bahwa dalam
berbahasa mengucapkan kalimat-kalimat, untuk dapat berbahasa dengan baik, kita
harus dapat menyusun kalimat yang baik. Untuk dapat menyusun kalimat yang baik,
kita harus menguasai kaidah tata kalimat (sintaksis). Hal ini disebabkan tata
kalimat menduduki posisi penting dalam ilmu bahasa.
Kalimat adalah serangkaian kata yang tersusun secara
bersistem sesuai dengan kaidah yang berlaku untuk mengungkapkan gagasan,
pikiran, atau perasaan yang relatif lengkap (Werdiningsih, 2006:77-79) dalam
(Budi Santoso). Kesatuan kalimat dalam bahasa tulis dimulai dari penggunaan
huruf kapital pada awal kalimat dan diakhiri dengan penggunaan tanda titik,
tanda tanya, atau tanda seru pada akhir kalimat. (Werdiningsih, 2006:78) dalam
(Budi Santoso) mengungkapkan bahwa sebuah kalimat dikatakan efektif jika dapat
mendukung fungsinya sebagai alat komunikasi yang efektif. Maksudnya bahwa
kalimat tersebut mampu mengungkapkan gagasan, pikiran, dan gagasan secara jelas
sehingga terungkap oleh pembaca sebagaimana diinginkan.
Menurut Arifin (2001: 116) sebuah kalimat hendaknya
berisikan suatu gagasan atau ide. Agar gagasan atau ide sebuah kalimat dapt
dipahami pembaca, fungsi bagian kalimat yang meliputi subjek, predikat, objek,
dan keterangan harus tampak dengan jelas (eksplisit). Di samping unsur
eksplisit kalimat harus dirakit secara logis dan teratur.
Pateda (1989 : 58) menyatakan bahwa kesalahan pada
daerah sintaksis berhubungan erat dengan kesalahan pada morfologi, karena
kalimat berunsurkan kata-kata itu sebabnya daerah kesalahan sintaksis
berhubungan misalnya dengan kalimat yang berstruktur tidak baku, kalimat yang
ambigu, kalimat yang tidak jelas, diksi yang tidak tepat yang menbentuk
kalimat, kalimat mubazir, kata serapan yang digunakan di dalam kalimat dan
logika kalimat.
B.
Sumber dan Penyebab
Sumber dan penyebab kesalahan dapat terjadi kerena
berapa hal, diantaranya pengaruh dari bahasa ibu, lingkungn, kebiasaan, dan
tidak kalah pentingnya adalah kesadaran penutur bahasa itu sendiri.
Pendapat umum menyatakan bahwa kesalahan dapat
bersumbar pada kecerobohan atau ketidakhati-hatian pembelajaran, kurangnya
pengetahuan meraka, dan juga interferensi, norrish (dalam Pateda, 1987)
berpendapat kesalahan bersumber pada :
a. Pemilihan basa;
b. Pengajaran;
c. Contoh bahasa yang
digunakan sebagai bahan;
d. Pembelajaran.
Bahan yang tidak sesuai dengan pembelajaran dan
tidak menarik minat dapat menyebabkan terjadinya kesalahan berbahasa. Guru
hendaknya menggunakan metode danteknik mengajar dengan tepat dan menarik, juga
memberikan penjelasan yang sejela-jelasnya. Jika tidak demikian mengakiabatkan
terjadinya kesalahan bahasa.
Kesalahan pembelajaran untuk memperbaiki kesalahan
berbahasanya kurang atau sama sekali tidak ada keinginan utuk memperbaiki
kesalahannya. Pakar lain berpendapat bahwa kesalahan berbahasa bersumber pada:
a. Strategi belajar;
b. Teknik mengajar;
c. System bahasa yang
dipelajari;
d. Usia pembelajar;
e. Dan sitiuasi
sosiolinguistik (Jain, 1974 dalam pateda, 1987).
Lingkungan dapat pual menjadi sumber dan penyebab
kesalahan berbahas. Lingkungn ini meliputi lingkungan di rumah, di sekolah, dan di masyarakat. Pembelajaran dalam kesehariannya
tidak hidup sendiri. Setiap hari bergaul dengan sesama teman-temannya, ia berbicara tetapi kadang-kadang menyimak
perkataan teman-temanya. Pada waktu berbicara, pembelajar tidak memperhatikan
bahasa yang di gunakannya, apakah sudah memenuhi kaidah atau belum.
Hal yang sama juga terjadi di lingkungan rumah. Ibi,
bapak, kakak, adik yang sedang berbicara tidak memperhatikan kaidah bahasa, hal
ini sanagat mempengaruhi terhadap pembelajar. Di sekolah ia mempelajari bahasa
Indonesia, sedangkan ia di rumah tidak mempelajari bahsa Indonesia bahka bias
menggunakan bahasa daerah, kalupun menggunakan bahasa Indonesia pasti bukan
bahasa Indonesia ragam melainkan dialek bahasa Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, kita mengetahui bahwa
lingkungn besar pengeruhnya terhadap kesalahan penggunaan bahasa pembelajar. Di
sekoalah pembelajar belajar bahasa dengan kaidah yang benar, sedangkan di
rumah, pembelajar sering mendengarkan penggunaan bahasa yang menyimpang. Hal
ini dapat mempengaruhi sikap pembelajar. Dia akan menggunakan bahasa yang baik
hanya berkembang pada waktu pelajaran bahas.
Dengan demikian, dapat kita katakan dalam kehidupan
sehari-hari kesalahan yang bersumber dari:
a.
Penggunaan bahasa di lingkungan keluarga
seisi rumah ;
b.
Teman sekolah ;
c.
Teman sepermainan ;
d.
Pemimpin di masyarakat ;
e.
Siaran radio, televisi ;
f.
Surat kabar, majalah ;
g.
Kegiatan yang menggunakan bahasa seperti
sepanduk, paplet, dan selebaran.
Guru sebaiknya memperhitungkan sumber kesalahan ini
dengan jalan mencatat apa yang salah lalu membicarakanya di kelas.
C. Daerah
pada kesalahan sintaksis
Bahasa merupakan objek linguistic. Telah kita
ketahui bahwa linguistic terdiri atas tataran fonologi, morfologi, sintaksis,
dan semantik.
Kesalahan
pada daerah sintaksis berhubungan erat dengan kesalahan pada daerah morfologi,
karena kalimat berunsurkan kata-kata. Itu sebabnya daerah kesalahan sintaksis
berhubungan misalnya dengan (1) kalimat yang berstuktur tidak baku ; (2)
pemakaian kata perangkaian tidak tepat ; (3) diksi yang tidak tepat dalam
menentukan kalimat.
D.
Cara Menaggulangi Kesalahan Berbahasa
Bidang Sintaksis
Kita sependapat bahwa kesalahan-kesalahan yang
terjadi pada pembelajar jangan dibiarkan berlarut-larut. Kita harus mencari
cara bagaimana mengatasi hal tersebut. Penanggulangan kesalahan bahasa para pembelajar
dapat melalui koreksi kesalahan berbahasa (KKB). Koreksi kesalahan bahasa dapat
digunakan baik untuk kesalahan berbahasa lisan maupun kesalahan bahasa tulis.
Selanjutnya kita akan membahas secara singkat KKB ini dapat digunakan untuk
mengatasi kesalahan yang terjadi pada pembelajar.
Wals (dalam Tarigan,1988) mengklasifikasikan
prosedur koreksi kesalahan ke dalam tiga katagori :
a. Koreksi diri sendiri
dengan bantuan guru ;
b. Koreksi sesama teman ;
c. Koreksi guru.
Ketiga koreksi tersebut kita gunakan untuk koreksi
kesalahan dalam bahasa lisan. Guru menggunakan katagori setelah
mempertimbangkan berat tidaknya kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar.
Jika kesalahan pembelajar sudah tidak dapat diatasi
oleh dirinya sendiri mauapan dikoreksi oleh sesama teman, maka kesalahan
pembelajar hendaknya diatasi dengan cara dikoreksi oleh guru.
Untuk mengatasi kesalahan bahasa tulis, kita dapat
menggunakan 2 macam teknik yaitu :
a. Teknik koreksi langsung
b. Teksik koreksi tidak
langsung
Guru menggunakan teknik langsung dengan pertimbangan
pembelajar kurang mampu untuk mengkoreksi kesalahannya, dengan demikian guru
memperbaiki kesahalan pembelajar langsung pada tulisan yang salah.
Selain
itu, guru dapat juga menggunakan teknik koreksi tidak langsung dengan
pertimbangan bahwa dengan teknik ini pembelajar diberi kesempatan
menginterpretasikan kode-kode (simbol) yang digunakan oleh guru pada waktu
menandai kesalahan-kesalahan dari tulis penbelajar, mereka memperbaiki kesahalan
sendiri, dan kemudian menuliskan kembali karangan tersebut.
E.
Analisis Kesalahan Sintaksis
1)
Kesalahan Bidang Frase
Kesalahan berbahasa yang biasa terjadi dalam bidang
sintaksis, khususnya segi frasa, antara lain sebagai berikut:
a.
Pengunaan kata depan tidak tepat.
Contoh:
·
di
masa itu seharusnya
- pada masa itu
·
di
waktu itu seharusnya - pada
waktu itu
b.
Penyusunan frasa yang salah struktur.
Contoh:
·
belajar
sudah seharusnya - sudah
belajar
·
habis
sudah seharusnya
-
sudah habis
c.
Penambahan yang dalam frasa benda (B+S)
Contoh:
·
guru yang profesional seharusnya -
guru profesional
·
anak
yang saleh seharusnya
-
anak saleh
d.
Penambahan kata dari atau tentang dalam
Frasa Benda (B+B)
Contoh:
·
gadis dari Bali seharusnya - gadis Bali
·
cerita tentang anak jalanan seharusnya -cerita anak jalanan
e.
Penambahan kata kepunyaan dalam Frasa
Benda (B+Pr)
Contoh:
·
buku
kepunyaan Ani seharusnya -buku
Ani.
f.
Penambahan kata untuk dalam frase kerja
( K pasif + K lain )
Contoh:
·
Diajar
untuk membaca seharusnya - diajar
membaca
g.
Penghilangan frase yang dalam frase
benda (benda+yang+ K pasif)
Contoh:
·
Buku
kupinjam seharusnya-
buku yang kupinjam
h.
Penghilangan kata oleh dalam Frasa kerja pasif
Contoh:
·
Dipandu
paman seharusnya- Dipandu
oleh paman
i.
Penghilangan kata yang dalam frasa sifat
Contoh:
·
Paling
cerdas seharusnya-
yang paling cerdas
2)
Kesalahan Bidang klausa
a.
Penambahan preposisi diantara kata kerja
dan objeknya dalam klausa aktif.
Dalam klausa aktif seharusnya antara kata kerja dan
objeknya tidak diantarai modalitas atau kata keterangan tertentu.
Contoh:
Kami
mengharap atas kehadiran saudara tepat pada waktunya.
seharusnya:
Kami
mengharapkan kehadiran saudara yang tepat pada waktunya.
b.
Penambahan kata kerja bantu dalam klausa
ekuasional
Dalam klausa ekuasional atau nominal, kata kerja
bantu adalah tidak perlu diantara
subjek dan predikat.
Contoh:
Ibuku adalah guru SD
Seharusnya:
Ibuku guru SD
c.
Pemisahan pelaku dan kata kerja dalam
klausa aktif
Dalam klausa aktif, modalitas semestinya tidak
diantara subjek dan predikat.
Contoh:
Saya akan mengambil buku itu
Seharusnya:
Akan saya mengambil buku itu.
d.
Penghilangan kata oleh dalam klausa pasif
Contoh:
Buku matematika itu dibaca Tina
Seharusnya:
Buku matematika itu dibaca oleh Tina
e.
Penghilangan kata kerja dalam klausa
intransitif
Contoh:
Pak Adi ke Sulawesi
Seharusnya:
Pak Adi ke Sulawesi
3)
Kesalahan Bidang Kalimat
Kesalahan kalimat meliputi kesalahan urutan kata dan
penghilangan fungtor kalimat. Perhatikanlah contoh-contoh kesalahan urutan kata dan kesalahan karena
penghilangan fungtor kalimat di bawah ini.
a.
Penghilangan Subjek
Kalimat yang benar dalam ragam bahasa paling sedikit harus memiliki
subjek dan predikat, kecuali kalimat perintah atau ujaran yang merupakan
jawaban pertanyaan. Biasanya, kalimat yang subjeknya tidak jelas terdapat dalam
kalimat rancu, antara lain kaliamt yang berpredikat kata kerja aktif tetapi subjeknya didahului kata depan, atau
kalimat pasif yang subjeknya diawali kata depan. Kata depan yang sering
mengawali subjek antara lain pada, di, dari, kepada, untuk, ke, bagi, dalam,
sebagai, tentang, melalui, dengan, demi, terhadap, daripada, dan antara.
Contoh:
Di Jakarta akan mengadakan pameran pembangunan
selama bulan agustus tahun ini.
Seharusnya:
Di Jakarta akan diadakan pameran pembangunan.
b.
penggunaan kata penghubung secara ganda
pada kalimat majemuk
contoh:
meskipun
sedang sakit kepala, namun Udin
tetap pergi sekolah
seharusnya : meskipun sedang sakit kepala, udin
tetap pergi sekolah.
c.
Penghilangan Predikat
Kalimat yang tidak mempunyai predikat terjadi antara
lain akibat adanya keterangan subjek yang beruntun, kemudian keterangan itu
diberi keterangan lagi sehingga penulisnya lupa kalau kalimat yang dibuatnya
belum lengkap.
Contoh bentuk salah:
Kandungan zat kimia tertentu dalam limbah industri
yang mencemari perairan dalam jumlah tertentuyang dapat membahayakan kehidupan
sumber hayati perikanan penghuni perairan tersebut.
Contoh bentuk Benar:
Kandungan zat kimia tertentu dalam limbah industri
yang mencemari perairan dalam jumlah tertentu dapat membahayakan kehidupan
sumber hayati perikanan yang menghuni perairan tersebut.
d.
Kalimat yang dipenggal
Kalimat yang dipenggal masih mempunyai
hubungan gantung dengan kalimat lainnya. Kalimat yang memilki hubungan gantung
tiu disebut anak kalimat, sedangkan kalimat yang digantunginya disebut induk
kalimat.
Contoh bentuk salah:
Mereka tetap bekerja seperti biasa. Walaupun
diperlakukan tidak adil oleh pimpinannya.
Contoh bentuk benar:
Mereka tetap bekerja seperti biasa walaupun
diperlakukan tidak adil oleh pimpinannya.
e.
Penggandaan subjek
Kalimat yang seolah-olah kurang tegas sehingga tidak jelas bagian mana
yang mendapat penekanan.
Contoh bentuk salah:
Masalah penyelesaian perbaikan trotoar di Serang
saya sudah laporkan.
Contoh bentuk benar:
Saya sudah melaporkan penyelasaian perbaikan trotoar
di serang.
f.
Dua kata bermakna sama
Pemakaian dua kata yang mengandung makna yang sama dipakai sekaligus
dalam sebuah kalimat tidak tepat. Hal semacam itu termasuk pemakaian kata yang
mubajir.
Contoh bentuk salah:
Sejak dari kecil ia sudah terlihat sebagai anak yang
cerdas.
Contoh bentuk benar:
Sejak kecil ia sudah terlihat sebagai anak yang
cerdas.
g.
Penghilangan kata penghubung sebagai
penanda anak kalimat
Gejala penghilangan kata penghubung dalam anak
kalima sering kita baca dalam tulisan-tulisan resmi. Kata penghubung sebagai
penanda anak kalimat, yang sering ditanggalkan adalah jika, apabila, setelah,
sesudah, ketika, karena, dan sebagainya.
Contoh bentuk salah:
Sering digunakan untuk kejahatan, komputer itu kini
dilengkapi pula dengan alat pengaman.
Contoh bentuk benar:
Karena sering digunakan untuk kejahatan, komputer
itu kini dilengkapi pula dengan alat pengaman.
h.
Padanan kata
Padanan kata yang tidak
tepat terjadi karena dua kaidah bahasa bersilang dan bergabung dalam sebuah
kalimat.
Contoh bentuk salah:
Walaupun hukuman sangat berat, tetapi tampaknya
pengedar ganja tiu tidak gentar.
Contoh bentuk benar:
Meskipun hukuman sangat berat, tampaknya penedar
ganja itu tidak gentar.
i.
Salah urutan
Gejala
salah urutan sebagian besar disebabkan oleh pengaruh bahasa asing, atau
merupakan terjemahan harfiah dari bentuk bahasa asaing. Paahal struktur bahasa
indonesia berbeda dengan struktur bahasa asing.
Contoh bentuk salah:
Tugas itu saudara dapat kerjakan setiap saat.
Contoh bentuk benar:
Tugas itu dapat saudara kerjakan setiap saat.
j.
Kesalahan penyusunan kalimat majemuk
bertingkat.
Contoh bentuk salah:
...bila hasil karya atau buah pikiran seorang ilmuan
tidak mendapat tanggapan apa-apa dalam masyarakat ilmiah, maka sebenarnya
ilmuan tadi tidak mengatakan sesuatu yang layak didengar.
Contoh bentuk benar:
...hasil karya atau buah pikiran seorang ilmuan
tidak mendapat tanggapan apa-apa dalam masyarakat ilmiah, maka sebenarnya
ilmuan tadi tidak mengatakan sesuatu yang layak didengar.
k.
Pengariuh
Struktur Bahasa Asing
Pemakaiaan bahasa asing dalam bahasa Indonesia
termasuk salaha satu hal yang mempengaruhi terjadinya kesalahan bahasa. seperti
yang terlihat pada kalimat berikut ini:
·
Kantor dimana dia bekerja tak
jauh dari rumahnya.
·
Orang dengan siapa dia akan
berunding belum datang.
·
Daerah dari mana sayur-mayur di datangkan terletak jauh di
pedalaman.
l.
Penggunaan Kalimat yang Tidak Logis
contoh:
buku itu
membahas peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar.
Kalimat tersebut tidak logis karena tidak mungkin buku memiliki kemampuan membahas
peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar.
seharusnya : di dalam buku itu dibahas tentang
peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar.
m.
Penggunaan penghubung yang tidak tepat
contoh:
mereka tidak menulis melainkan sedang melukis.
Seharusnya
: mereka tidak menulis tapi sedang melukis.
n.
penggunaan Kalimat yang Tidak Padu
contoh:
mereka menyatakan
persetujuannya tentang keputusan yang bijaksana
itu.
Seharusnya:
mereka menyetujui keputusan yang bijaksana itu.
o.
Penyusun Kalimat yang Mubazir
contoh:
dalam konsep pendidikan yang disusunnya banyak
terdapat berbagai kesalahan.
Seharusnya:
dalam konsep pendidikan yang disusunnya terdapat
banyak kesalahan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau
penyimpangan struktur frasa, klausa, atau kalimat, serta ketidaktepatan
pemakaian partikel. Analisis kesalahan dalam bidang tata kalimat menyangkut
urutan kata, kepaduan, susunan frase, kepaduan kalimat, dan logika kalimat.
Kalimat adalah serangkaian kata yang tersusun secara bersistem sesuai dengan
kaidah yang berlaku untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan yang
relatif lengkap. Sbuah kalimat hendaknya berisikan suatu gagasan atau ide. Agar
gagasan atau ide sebuah kalimat dapt dipahami pembaca, fungsi bagian kalimat
yang meliputi subjek, predikat, objek, dan keterangan harus tampak dengan jelas
(eksplisit). Analisis kesalahan berbahasa dalam bidang sintaksis antara lain,
kesalahan bidang frasa, kesalahan bidang klausa, kesalahan bidang kalimat.
B. SARAN
1. Dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca
menerapkan tujuan dari pembuatan makalah.
2. Dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca dapat
mengerti mengenai kesalahan sintaksis supaya dalam penerapannya di kehidupan
sehari-hari tidak menemui dan menggunakan kalimat yang ambigu.
DAFTAR
PUSTAKA
Doyin, Mukh dan Wagiran.2012.Bahasa Indonesia Pengantar Penulisan
Karya Ilmiah.Semarang : UNNES PRESS
Faisal, Muh.2009.KAJIAN
BAHASA INDONESIA SD.
Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Flores:
Nusa Indah.
Parera, Jos
Daniel.1992.SINTAKSIS.Jakarta:Pt
Gramedia Pustaka.
Inta,Sahrudin.2008.AnalisisKesalahanBerbahasa.http://www.inta.wordpress.com.Diakses pada tanggal 20 November 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar