BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kekayaan hayati di dunia tidak tersebar seragam,
daerah tropis umumnya merupakan tempat hidup berbagai jenis spesies dalam
jumlah yang besar dibandingkan daerah lain. Secara efisien dan efektif
diperlukan target dalam usaha konservasi dengan mengetahui dimana pusat
keanekaragaman hayati yang dijadikan tingkatan prioritas secara nasional maupun
internasional. Dalam skala global, secara sederhana dapat diidentifikasi daerah
target yang dimaksud dengan membuat penilaian (scoring) antar negara yang
memiliki kekayaan spesies yang tinggi. Seperti misalnya didasarkan atas
kekayaan hayati vertebrata, kupu-kupu dan tumbuh-tumbuhan terdapat 12 negara
teridentifikasi sebagai ‘megadiversity’ yaitu : Brazil, Indonesia, Peru,
Ecuador, Malaysia Colombia, Mexico, India, Zaire, Madagaskar, China dan
Australia. Negara-negara ini menyumbang lebih dari 70 persen dari keseluruhan
taxonomy spesies tersebut. Jika ditambah dan didasarkan atas kekayaan hayati
dari laut maka ‘megadiversity’ akan terpusat penyebarannya di wilayah ‘Coral
Triangle’ yaitu Indonesia, Filipina, Timor Timur, Malaysia dan Brunei (Sabah),
Papua New Guinea, Australia utara serta Jepang di wilayah kepulauan paling
selatan.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia
dengan keanekaragaman hayati yang tinggi dan merupakan aset bangsa yang tak
ternilai dan perlu dilestarikan melalui perlindungan dan pemanfaatan secara
berkelanjutan, seperti diamanatkan dalam UU Nomor 5 Tahun 1994 Tentang
Keanekaragaman Hayati, yang meliputi konservasi, pemanfaatan berkelanjutan atas
komponen keanekaragaman hayati, serta akses dan pembagian keuntungan yang adil.
Sebagai kader bangsa, mahasiswa perlu dibekali dengan
pengetahuan tentang keanekaragaman hayati dan nilai pentingnya bagi kehidupan
manusia. Dengan demikian mahasiswa akan memiliki kepekaan untuk menjaga,
melestarikan, dan memanfaatkan keanekaragaman hayati Indonesia secara
berkelanjutan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa
yang dimaksud keanekaragaman hayati ?
2. Apa
saja macam-macam keanekaragaman hayati ?
3. Bagaimana
kekayaan jenis hayati di Indonesia?
4. Bagaimana
nilai dan pemanfaatan keanekaragaman hayati ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui
pengertian keanekaragaman hayati.
2. Mengetahui
macam-macam keanekaragaman hayati.
3. Mengetahui
kekayaan jenis hayati di Indonesia.
4. Mengetahui
nilai dan pemanfaatan keanekaragaman hayati.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
Keanekaragaman
hayati merupakan pernyataan mengenai
berbagai macam (variasi) bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat yang terdapat
pada berbagai tingkatan makhluk hidup.
Menurut UU No.
5 tahun 1994, keanekaragaman hayati
merupakan keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk di
antaranya daratan, lautan, dan ekosistem akuatik (perairan) lainnya, serta
komplek-komplek Ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya, mencakup
keanekaragaman dalam spesies, antara spesies dengan ekosistem. Berdasarkan
definisi dari undang-undang tersebut.
Keanekaragaman hayati (biodiversitas)
adalah semua kehidupan di atas bumi ini baik tumbuhan, hewan, jamur dan
mikroorganisme, serta berbagai materi genetik yang dikandungnya dan
keanekaragaman sistem ekologi di mana mereka hidup. Termasuk didalamnya
kelimpahan dan keanekaragaman genetik relatif dari organisme-organisme yang
berasal dari semua habitat baik yang ada di darat, laut maupun sistem-sistem
perairan lainnya.
B. MACAM-MACAM KEANEKARAGAMAN HAYATI
Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai
tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat
tinggi. Berikut macam-macam keanekaragaman hayati, yaitu:
1.
Keanekaragaman
Hayati Tingkat Gen
Gen atau plasma nuftah adalah substansi kimia yang menentukan
sifat keturunan yang terdapat di dalam kromosom.
Setiap individu mempunyai kromosom yang membawa sifat menurun (gen) dan
terdapat di dalam inti sel.
Perbedaan jumlah dan susunan faktor menurun tersebut akan menyebabkan
terjadinya keanekaragaman gen.
Makhluk hidup satu spesies (satu jenis) bisa
memiliki bentuk, sifat, atau ukuran yang berbeda. Bahkan pada anak kembar
sekalipun terdapat perbedaan. Semuaperbedaan yang terdapat dalam satu
spesies ini disebabkan
karena perbedaan gen.
Jadi, keanekaragaman gen adalah segala perbedaan yang ditemui pada makhluk hidup dalam satu spesies.
Contoh keanekaragaman tingkat gen ini misalnya, tanaman bunga mawar putih
dengan bunga mawar merah yang memiliki perbedaan, yaitu berbeda dari segi
warna. Atau perbedaan apa pun yang ditemui pada sesama ayam petelor dalam satu
kandang.
Gen merupakan faktor
pembawa sifat keturunan yang terdapat dalam kromosom. Setiap susunan gen akan
memberikan penampakan ( fenotipe ),
baik anatomi maupun fisiologi pada setiap organisme.
Perbedaan susunan gen
akan menyebabkan perbedaan penampakan baik satu sifat atau secara keseluruhan.
Perbedaan tersebut akan menghasilkan variasi pada suatu spesies. Hal ini
disebabkan adanya keanekaragaman gen atau struktur gen pada setiap organisme.
Keanekaragaman tingkat
ini dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dalam satu jenis (spesies). misalnya :
§ variasi
jenis kelapa : kelapa gading, kelapa hijau, kelapa kopyor
§ variasi
jenis padi : IR, PB, Rojolele, Sedani, Barito, Delangu, Bumiayu, dan sebagainya
§ variasi
jenis anjing : anjing bulldog, doberman, Collie, herder, anjing kampung, dan
sebagainya
§
variasi jenis bunga mawar :
Rosa gallica, Rosa damascene, Rosa canina
Apa yang menyebabkan terjadinya keanekaragaman gen?.
Perkawinan antara dua individu makhluk hidup sejenis merupakan salah satu
penyebabnya. Keturunan dari hasil perkawinan memiliki susunan perangkat gen
yang berasal dari kedua induk/orang tuanya. Kombinasi susunan perangkat gen
dari dua induk tersebut akan menyebabkan keanekaragaman individu dalam satu
spesies berupa varietas yang terjadi secara alami atau secara buatan.
Keanekaragaman yang terjadi secara alami adalah akibat adaptasi atau
penyesuaian diri setiap individu dengan lingkungan, seperti pada buah rambutan.
Faktor lingkungan juga turut mempengaruhi sifat yang tampak (fenotipe) suatu individu di samping
ditentukan oleh faktor genetiknya (genotipe).
Sedangkan keanekaragaman buatan dapat terjadi antara lain melalui perkawinan
silang (hibridisasi).
Pada manusia juga terdapat keanekaragaman gen yang
menunjukkan sifat-sifat berbeda, antara lain ukuran tubuh (besar, kecil,
sedang); warna kulit (hitam, putih, sawo matang, kuning); warna mata (biru,
hitam, coklat), serta bentuk rambut (ikal, lurus, keriting).
2.
Keanekaragaman
hayati tingkat jenis
Keanekaragaman
ini lebih mudah diamati daripada Keanekaragaman gen. Keanekaragaman hayati
tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya beraneka macam jenis mahluk hidup
baik yang termasuk kelompok hewan, tumbuhan dan mikroba.
Misalnya variasi dalam satu famili
antara kucing dan harimau. Mereka termasuk dalam satu famili(famili/keluarga
Felidae) walaupun ada perbedaan fisik, tingkah laku dan habitat. Contoh :
§ famili
Fellidae : kucing, harimau, singa
§ famili
Palmae : kelapa, aren, palem, siwalan, lontar
§ famili
Papilionaceae : kacang tanah, kacang buncis, kacang panjang, kacang kapri
§ familia
graminae : rumput teki, padi, jagung
§ genus
Ipomoea : ketela rambat (Ipomoea batatas) dan kangkungan(Ipomoea
crassicaulis)
§
genus Ficus : pohon beringin (Ficus
benjamina) dan pohon Preh (Ficus ribes)
Untuk mengetahui keanekaragaman hayati tingkat jenis
pada tumbuhan atau hewan, dapat diamati, antara lain ciri-ciri fisiknya.
Misalnya bentuk dan ukuran tubuh, warna, kebiasaan hidup dan lain-lain.
Sebagai contoh dalam suku kacang-kacangan, antara
lain; kacang tanah, kacang kapri, kacang hijau dan kacang buncis. Di antara
jenis kacang-kacangan tersebut dapat dengan mudah dibedakan, karena diantara
jenis tersebut ditemukan ciri-ciri yang berbeda antara ciri satu dengan yang
lainnya. Misalkan ukuran tubuh atau batang (ada yang tinggi dan pendek);
kebiasaan hidup (tumbuh tegak, ada yang merambat), bentuk buah dan biji, warna
biji, jumlah biji, serta rasanya yang berbeda.
Sebagai contoh hewan adalah suku Felidae. Walaupun hewan-hewan tersebut
termasuk dalam satu familia/suku Felidae, tetapi diantara mereka terdapat
perbedaan-perbedaan sifat yang mencolok. Misalnya, perbedaan warna bulu, tipe
lorengnya, ukuran tubuh, tingkah laku, serta lingkungan hidupnya.
3.
Keanekaragaman
Hayati Tingkat Ekosistem
Ekosistem berarti
suatu kesatuan yang dibentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup (komponen biotik) dan
lingkungannya (komponen abiotik). Setiap
ekosistem memiliki ciri-ciri lingkungan fisik, lingkungan kimia, tipe
vegetasi/tumbuhan, dan tipe hewan yang spesifik. Kondisi lingkungan makhluk
hidup ini sangat beragam. Kondisi lingkungan yang beragam tersebut menyebabkan
jenis makhluk hidup yang menempatinya beragam pula. Keanekaragaman seperti ini
disebut sebagai keanekaragaman tingkat ekosistem.
Faktor
abiotik yang mempengaruhi faktor biotik di antaranya adalah iklim, tanah, air,
udara, suhu, angin, kelembapan, cahaya, mineral, dan tingkat keasaman. Variasi
faktor abiotik menimbulkan kondisi berbeda pada setiap ekosistem. Untuk
mengetahui adanya keanekaragaman hayati pada tingkat ekosistem, dapat dilihat
dari satuan atau tingkatan organisasi kehidupan di tempat tersebut..
Secara garis besar, terdapat dua
ekosistem utama, yaitu ekosistem
daratan (eksosistem terestrial) dan ekosistem perairan (ekosistem
aquatik). Ekosistem darat terbagi atas beberapa bioma, di antaranya bioma
gurun, bioma padang rumput, bioma savana, bioma hutan gugur, bioma hutan hujan
tropis, bioma taiga, dan bioma tundra.
Bioma diartikan
sebagai kesatuan antara iklim dominan dan vegetasi serta hewan yang hidup di
dalam iklim dominan tersebut. Bisa juga diartikan suatu daratan luas yang
memiliki karakteristik komponen biotik dan abiotik.
Adapun ekosistem perairan dapat
dibagi menjadi ekosistem air tawar, ekosistem laut, ekosistem pantai, ekosistem
hutan bakau, dan ekosistem terumbu karang. Pembahasan mengenai ekosistem dapat
anda pelajari lebih jelas pada Bab Ekosistem.
Keanekaragaman ekosistem terbentuk
dari keanekaragaman gen dan jenis, sehingga dapat
digambarkan suatu urutan berikut :
Gen ——> keanekaragaman gen
——> keanekaragaman jenis ——> keanekaragaman ekosistem
Misalnya : Beberapa
spesies Palmae (kelapa, siwalan, dan aren berinteraksi dengan lingkungan
abiotik yang berbeda sehingga terbentuk ekosistem yang berbeda pula diantara
ketiga spesies tersebut. Kelapa di ekosistem pantai, siwalan di ekosistem
savana, dan aren di ekosistem hutan basah.
Lingkungan hidup meliputi komponen biotik dan
komponen abiotik. Komponen biotik meliputi berbagai jenis makhluk hidup mulai
yang bersel satu (uniseluler) sampai makhluk hidup bersel banyak (multiseluler)
yang dapat dilihat langsung oleh kita. Komponen abiotik meliputi iklim, cahaya,
batuan, air, tanah, dan kelembaban. Ini semua disebut faktor fisik. Selain
faktor fisik, ada faktor kimia, seperti salinitas (kadar garam), tingkat
keasaman, dan kandungan mineral. Baik komponen biotik maupun komponen abiotik
sangat beragam atau bervariasi. Oleh karena itu, ekosistem yang merupakan
interaksi antara komponen biotik dengan komponen abiotik pun bervariasi pula.
Di dalam ekosistem, seluruh makhluk hidup yang
terdapat didalamnya selalu melakukan hubungan timbal balik, baik antar makhluk
hidup maupun makhluk hidup dengan lingkungannya atau komponen abiotiknya.
Hubungan timbal balik ini menimbulkan keserasian hidup di dalam suatu
ekosistem. Apa yang menyebabkan terjadinya keanekaragaman tingkat ekosistem?.
Perbedaan letak geografis antara lain merupakan faktor yang menimbulkan
berbagai bentuk ekosistem.
Perbedaan letak geografis menyebabkan perbedaan
iklim. Perbedaan iklim menyebabkan terjadinya perbedaan temperature, curah
hujan, intensitas cahaya matahari, dan lamanya penyinaran. Keadaan ini akan
berpengaruh terhadap jenis-jenis flora (tumbuhan) dan fauna (hewan) yang
menempati suatu daerah.
Di daerah dingin terdapat bioma Tundra. Di tempat
ini tidak ada pohon, yang tumbuh hanya jenis lumut. Hewan yang dapat hidup,
antara lain rusa kutub dan beruang kutub. Di daerah beriklim sedang terdapat
bioma Taiga. Jenis tumbuhan yang paling sesuai untuk daerah ini adalah tumbuhan
conifer, dan fauna/hewannya antara lain anjing hutan, dan rusa kutub.
C. KEKAYAAN JENIS HAYATI INDONESIA
Dunia mengakui bahwa Indonesia adalah negara yang
memiliki keragaman hayati terbesar di dunia untuk darat dan laut. Dari 1,5 juta
spesies yang telah diidentifikasi di muka bumi ini hampir setengahnya ada di
Indonesia untuk ikan dan moluska, tidak kurang dari 30% untuk serangga dan
reptilia, 25% untuk fungi, atau secara total setidaknya 20% dari keragaman
hayati dunia ada di Indonesia (Tabel-1). Gambaran itupun baru dari yang telah
teridentifikasi, belum termasuk yang banyak sekali belum teridentifikasi
terutama keragaman hayati di bawah laut dan mikroba yang baru diperkirakan
teridentifikasi tidak lebih dari 10% dari semua jenis kehidupan mikroba.
Kekayaan hayati Indonesia dimungkinkan oleh beberapa
hal, yaitu : letaknya diantara dua benua (Asia dan Australiia) dan dua samudera
(Pasifik dan Hindia); jumlah pulaunya yang amat sangat banyak; serta
sifat-sifat geografisnya yang unik. Tak ada negara lain di dunia yang mempunyai
keadaan sama dengan Indonesia karena terletak di antara dua wilayah biogeografi
yaitu Indo-Malaya dan Australia dengan garis Wallace diantaranya. Oleh karena
itu, Indonesia tidak hanya merupakan negara mega
biodiversty tetapi juga mempunyai
tingkat endemisme yang tinggi.
Dari segi ekosistem, paling tidak terdapat 42
ekosistem daratan alami dan lima ekosistem lautan terdapat di Indonesia, dari
padang es dan padang rumput pegunungan di Irian Jaya sampai berbagai jenis
hutan hujan dataran rendah di Kalimantan; dari terumbu karang sampai padang
lamun di laut dan rawa bakau atau mangrove.
Keanekaragaman ekosistem menghasilkan keanekaragaman
spesies. Walaupun menempati hanya 1,3% wilayah daratan bumi, Indonesia memiliki
17% dari seluruh jumlah spesies dunia. Dari segi fauna Indonesia memiliki fauna
dari kawasan Indo-Malaya (Asia), dan dari kawasan Australia. Indonesia dihuni
paling tidak oleh 12% mammalia dunia,
15% amphibi dan reptilia, 17% dari semua burung dan 37% dari ikan dunia. Flora
Indonesia termasuk ke dalam wilayah Malenesia dan paling tidak mengandung 11%
dari spesies tanaman berbunga yang diketahui. Tingkat endemisme di Indonesia
tinggi terutama di pulau-pulau Sulawesi, Irian Jaya dan Mentawai.
Kebutuhan Indonesia untuk mengelola sumber daya alam
secara ekologis dan berkelanjutan sudah sangat mendesak. Eksploitasi berlebihan
akan meningkatkan risiko terjadinya perusakan lingkungan dan mengurangi pilihan
untuk pembangunan di masa depan. Eksploitasi biota secara berlebihan bukan
merupakan tujuan bagi pembangunan jangka panjang Indonesia. Keputusan-keputusan
yang sulit harus diambil untuk dapat menjamin penurunan tingkat eksploitasi
bagi populasi organisme di Indonesia.
Keanekaragaman hayati merupakan sumber daya yang
sangat penting bagi kehidupan sosial-ekonomi dan kebudayaan masyarakat
Indonesia maupun bagi negara secara keseluruhan. Sekitar 40 juta orang
Indonesia hidupnya ditopang langsung oleh keanekaragaman hayati, dengan
menggantungkan hidupnya pada hutan, sumber daya pesisir dan laut maupun
pertanian. Masyarakat menggunakan lebih dari 6.000 spesies tanaman dan hewan
dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi negara, keanekaragaman hayati adalah sumber daya
yang mempunyai arti ekonomi yang penting. Adanya sumber daya alam hayati yang
berlimpah, terutama dalam hal tumbuhan yang bernilai ekonomi dan dalam
keanekaragaman jenis membuat Indonesia juga dikenal sebagai pusat
keanekaragaman dunia atau pusat vavilov. Banyak jenis tanaman
yang kini mempunyai makna global dan nasional berasal dari Indonesia. Selain
itu hutan menyediakan lebih dari 100 spesies pohon kayu dengan nilai ekspor
sekitar US $ 4,5 milyar setiap tahun, sementara devisa dari hasil hutan
non-kayu mencapai US $ 300 juta per tahun. Sektor perikanan Indonesia
menyumbangkan sekitar US $ 2 milyar pada tahun 1991 atau 5% dari total ekspor
non-migas.
Penyebaran Flora-Fauna di Indonesia tumbuhan atau
flora Indonesia termasuk dalam pengaruh flora Asia dan Australia yang terbagi
dalam tiga zona. Flora zona barat didominasi suku Dipterocarpaceae yang meliputi Pulau Sumatera dan sebagian
Kalimantan (dipengaruhi vegetasi Asia), pada zona timur dipengaruhi vegetasi
Australia yang meliputi pulau-pulau Maluku, Nusa Tenggara dan Irian Jaya. Pada
zona timur banyak didominasi suku Araucariaceae
dan Myrtaceae. Antara kedua zona
tersebut adalah zona peralihan meliputi pulau Jawa dan Sulawesi yang didominasi
suku Araucariaceae, Myrtaceae dan Verbenaceae.
Hewan atau fauna Indonesia juga dipengaruhi oleh
fauna Asia dan Australia. Zona tengah sering disebut garis Wallace yang
meliputi Pulau Bali dan Lombok terus ke utara Pulau Kalimantan dan Sulawesi
sampai sebelah selatan Kepulauan Filipina. Pada zona tersebut dapat dijumpai
jenis-jenis endemik yaitu burung jalak Bali (leucopser rotschildii) yang hanya dapat dijumpai di Taman Nasional
Bali Barat, babi rusa (Babyroussa
babirussa) di Pulau Sulawesi. Zona barat meliputi pulau-pulau di sebelah
barat garis Wallace. Pada zona tersebut fauna yang dijumpai adalah gajah Asia (Elephas maximus sumatranus) di hampir
seluruh pulau Sumatera, badak Jawa (Rhinoceros
sondaicus) di Taman Nasional Ujung Kulon. Sedang zona timur meliputi
pulau-pulau di sebelah timur garis Wallace, antara lain dijumpai komodo (Varanus comodoensis) di pulau Komodo,
kangguru pohon, burung kasuari dan cenderawasih dijumpai di Irian Jaya.
D. NILAI KEANEKARAGAMAN HAYATI
Keanekaragaman
hayati memiliki nilai yang sangat tinggi untuk keberlangsungan kehidupan
manusia. Dengan mengetahui potensi dari nilai dan pemanfaatan keanekaragaman
hayati, diharapkan kita mampu melakukan kegiatan-kegiatan pemanfaatan secara
lestari untuk mempertahankan kekayaan sumber daya hayati. Nilai dan pemanfaatan
keanekaragaman hayati tersebut antara lain:
1.
Pasokan
Makanan
1.1 Hewan
Hanya beberapa dari spesies hewan yang telah didomestikasi untuk produksi
makanan. Pada dasarnya semua protein dari hewan hanya berasal dari domestikasi
hewan liar yang pernah dilakukan oleh manusia, termasuk proses pemuliaannya.
Contoh ikan menjadi hewan yang didomestikasi melalui teknik akuakultur saat ini
dikonsumsi hampir menyamai hasil tangkapan.
1.2 Tanaman
Hanya sebagian kecil tanaman di dunia telah
dimanfaatkan untuk bahan makanan dalam skala besar. Kurang lebih 10.000-50.000
spesies diperkirakan dapat dimakan, tetapi hanya sedikit sekali yang telah
dipergunakan sebagai makanan manusia. Sementara perekonomian menjadi semakin
mengglobal, manusia cenderung mengkonsentrasikan beberapa spesies saja,
sehingga dewasa ini 90% makanan di dunia berasal dari sedikit jenis tanaman
saja diantaranya: gandum, jagung, dan beras.
Meskipun terdapat lebih dari 10.000 spesies
padi-padian, tidak ada spesies baru yang dibudidayakan sejak tahun 2000 tahun
yang lalu. Bahayanya tergantung hanya pada beberapa jenis tanaman adalah
diilustrasikan oleh kelaparan di Irlandia (potato famine) yang terjadi tahun
1845-1847. Irlandia hanya menggantungkan satu jenis tanaman sebagai sumber
karbohidrat, yaitu kentang. Penyakit hawar daun (leaf blight) menghancurkan
tanaman kentang di negara ini dan menyebabkan kelaparan, kuurang lebih 1 juta
orang meninggal.
Gen dari tumbuhan liar merupakan sumber gen dengan
karakteristik yang berguna untuk tanaman yang dibudidayakan. Tanaman kentang
liar diketemukan di Peru dan ketika disilangkan dengan kentang yang telah
dibudidayakan , varietas yang dihasilkan resisten terhadap penyakit hawar daun.
Tanaman padi dilindungi dari empat macam penyakit
oleh gen yang diambil dari spesies padi liar di India. Di Asia dan Afrika
produksi ketela pohon meningkat berlipat-lipat karena adanya varietas yang
tahan penyakit yang berasal dari ketela pohon dari Brazil. Industri gula di Amerika
Serikat diselamatkan dari kehancuran dengan mengintroduksi spesies liar dari
Asia. Tomat liat dari Pegunungan Andes telah dipergunakan untuk meningkatkan
kandungan gula pada varietas tomat yang telah dibudidayakan.
Spesies tumbuhan liar biasanya memiliki variabilitas
genetik yang besar, sehingga strain yang berbeda dapat dikembangkan melalui
permuliaan. Ini merupakan alasan penting untuk mengonservasi tidak hanya
spesies, tetapi sampel dari variabilitas genetik di dalam spesies: sampel dari
lokasi berbeda, subspesies berbeda dsb.
2.
Produk
Pestisida Alami
Banyak tumbuhan tropis menghasilkan bahan kimia.
Masyarakat lokal telah menemukan banyak tumbuhan berguna sebagai racun atau
obat-obatan. Chrysanthemum pertama
kali digunakan seabad lalu di Timur Tengah untuk obat kutu. Bijinya mengandung purethrin. Telah dipergunakan untuk
sampo obat kutu, dan obat semprot serangga di rumah dan obat nyamuk bakar.
Azadirachta Indica
|
3.
Obat-obatan
Potensi untuk menemukan senyawa obat-obatan pada
organisme liar sangat besar dan memberikan salah satu alasan untuk konservasi
biodiversitas. Ini terutama di hutan tropis. Sesungguhnya industri farmasi
lebih tergantung pada produk alami. Kurang lebih seperempat obat-obatan yang
beredar diambil secara langsung dari tumbuhan. Kurang lebih 121 obat-obatan
berasal dari tumbuhan tingkat tinggi, termasuk morfin, codeine, quinine, atropine, dan digitalis. Namun, kurang dari 1% tumbuhan hutan tropis telah diuji
sebagai sumber obat-obatan.
Tumbuhan liar telah mengembangkan mekanisme
pertahanan kimiawi selama jutaan tahun. Bahan kimia yang dikembangkan adalah
racun yang sangat spesifik yang menyerang herbivora. Meskipun bahan kimia ini
sering beracun, kadang-kadang bila diberikan dengan dosis dan cara yang tepat,
atau diubah sifat kimiawinya, dapat dipergunakan untuk obat. Beberapa tanaman
yang dapat dimanfaatkan sebagai obat antara lain kumis kucing (sakit kencing
batu dan ginjal), jambu batu (diare), salam (darah tinggi), kunir (maag,
hepatitis), tapak dara (kanker dan diabet).
Kumis kucing
|
tapak dara
|
kunir kuning/kunyit
|
4.
Pupuk
Penelitian yang dilakukan baru-baru ini telah
berhasil mengidentifikasi spesies bakteria dari lautan dalam yang mampu
menambat nitrogen, mengonservasinya menjadi bentuk yang dapat dipergunakan
sebagai pupuk.
5.
Bahan
Baku Rumah Tangga/ Industri
Serat misal ulat sutera, pelapis (coating) misal lak Adesif, Casein
protein dan tanin telah dipergunakan secara intensif sebagai lem industri.
Biopolimer terutama polimer seperti plastik telah
dihasilkan dari bakteri dan secara teoritis dapat dihasilkan oleh tanaman.
Sehingga senyawa kimia ini dapat diproduksi dengan menumbuhkan tanaman
tertentu.
Minyak dari fosil dapat juga disintesis dari produk
tanaman. Enzim beberapa bakteri yang hidup
pada sumber air panas dapat hidup pada suhu setinggi 113 oC dan
mungkin berguna dalam produksi enzim yang stabil pada suhu tinggi (misal untuk
mesin cuci).
6.
Manfaat
Lingkungan
Organisme liar melakukan fungsi-fungsi lngkungan
yang vital dan kita mengalami kesulitan untuk melakukannya sendiri. Kelelawar
menyerbuki sukun, jambu biji, durian, kaliandra dsb. Mikroorganisme
mendekomposisi sampah dan serasah. Cacing tanah membalik tanah dan menjaga
aerasi. Bakteri tanah merubah nitrogen menjadi pupuk nitrat tumbhan menyerap
karbon dioksida dan menghasilkan oksigen, sehingga mengurangi pemanasan global
karena CO2. Semua manfaat ini adalah gratis dan biasanya diterima
apa adanya (taken for granted) dan
baru disadari kalau tidak memberikan manfaat lagi.
Bioremediasi (fitoremediasi)
mengacu kepada penggunaan organisme untuk membersihkan limbah beracun. Beberapa
spesies tumbuhan yang hidup alami dalam tanah dengan kandungan metal berat yang
tinggi telah mengembangkan mekanisme biokimiawi untuk mengekstrasi metal ini
dari tanah dan mengakumulasi dalam konsentrasi tinggi dalam jaringan tumbuhan.
E.
Krisis Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Dunia menjuluki negara kita
sebagai megabiodiversity country. Sementara itu, dalam hal kekayaan jenis ikan
air tawar, Indonesia memiliki sekitar 1.400 jenis. Jumlah itu hanya dapat
disaingi oleh Brasil. Sejarah geologi dan topografi Indonesia juga mendukung
kekayaan dan kekhasan hayatinya. Misalnya, letak Indonesia dalam lintasan
distribusi keanegaragaman hayati benua Asia, benua Australia dan peralihan
Wallacea, adanya variasi iklim bagian barat yang lembab dan bagian timur yang
kering sehingga mempengaruhi pembentukan ekosistem dan distribusi binatang dan
tumbuhan di dalamnya.
Di lain pihak, tingkat
keterancaman dan kepunahan spesies di Indonesia juga tinggi. Di tengah anugerah
yang berlimpah, kini kondisi keanekaragaman hayati kita terancam akibat dampak
perubahan iklim, pembalakan hutan, perburuan liar, perkembangan industri, dan
eksploitasi sumber daya semena-mena. Data dan informasi yang disajikan juga
mengindikasikan bahwa Indonesia sedang menghadapi krisis keanekaragaman hayati.
Krisis keanekaragaman hayati yang terjadi disebabkan oleh berbagai faktor yang
kadang saling berkaitan. Ada dua penyebab kerusakan keanekaragaman hayati
(biodiversity) :
1.
Penyebab
Utama
Ada dua penyebab utama
kerusakan keragaman hayati secara besar-besaran:
a. Kerusakan habitat yang berhubungan dengan
proyek-proyek mega yang dibiayai secara internasional seperti pembangunan
bendungan dan jalan bebas hambatan, serta kegiatan pertambangan dikawasan hutan
yang kaya akan keragaman hayati.
b.
Kerusakan
keanekaragaman hayati pada kawasan-kawasan budidaya, dorongan ekonomi dan
teknologi untuk menggantikan keragaman dengan homogenitas pada sektor
kehutanan, pertanian, perikanan dan peternakan. Revolusi hijau dalam pertanian,
revolusi putih di perusahaan susu dan revolusi biru di sektor biru di sektor
perikanan adalah revolusi-revolusi di mana keragaman hayati secara sengaja
digantikan dengan keseragaman hayati monokultur.
2.
Penyebab
Sekunder
a.
Tekanan
populasi, penggusuran penduduk dan penggusuran keragaman hayati berjalan seiring,
dan penduduk tergusur yang makin menghancurkan keragaman hayati.
b.
Dampak
negatif intensifikasi di lahan pertanian dan perkebunan, erosi, kebakaran,
pestisida dan pupuk anorganik menyebabkan pencemaran di daratan dan perairan.
c.
Pencemaran/polusi
baik tanah, perairan maupun udara.
d.
Eksploitasi
jenis tertentu secara besar-besaran.
Ada beberapa aspek permasalahan dalam usaha
pengelolaan biodiversitas/keanekaragaman hayati di Indonesia, diantaranya
adalah:
ü
Aspek
Pemanfaatan (Ekonomis)
- Berbagai potensi pemanfaatan keanekaragaman hayati
masih banyak yang belum diketahui.
- Prinsip keseimbangan pendayagunaan keanekaragaman
hayati belum diperhatikan, sehingga terdapat anggapan bahwa produktivitas
tinggi identik dengan dominasi spesies tertentu (monokultur).
ü
Aspek
Pelestarian (Ekologis)
- Belum adanya kontinuitas program pelestarian dan
pengolahan keanekaragaman hayati bagi instansi/pemerintah.
- Penelitian aplikatif tidak dipublikasikan kepada
masyarakan luas.
ü
Aspek
Pendidikan (Edukatif)
- Sosialisasi kepentingan keanekaragaman hayati belum
optimal, sehingga belum menjiwai perilaku masyarakat maupun pengambil
keputusan.
- Sosialisasi keanekaragaman hayati belum melibatkan
“informal leader” seperti ulama, tetua adat dan tokoh mayarakat lainnya
sehingga issu ini belum membumi.
ü
Aspek
Kebijakan Pemerintah (Policy)
- Belum ada mekanisme kontrol yang kuat oleh
independen yang legitimate (LSM dan masyarakat lainnya).
- Belum ada standart regional tentang monitoring
method keberhasilan dan kemajuan usaha pelestarian keaneka ragaman hayati.
- Belum adanya riset untuk menciptakan adanya
mekanisme pendukung pendayagunaan jenis unggulan daerah.
F.
Upaya Pelestarian Keanekaragaman Hayati
Kepulauan Indonesia berupa alam sangat luas dan
penting baik secara nasional, maupun internasional. Indonesia mempunyai
tanggung jawab dunia dan nasional untuk memerhatikan secara sungguh-sungguh
mengenai perlindungan. Kini lebih dari 350 daerah di Indonesia ditetapkan untuk
konservasi, meliputi upaya pelestarian ekosistem dan melindungi tanah dan air.
Ada dua cara pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia, yaitu
sebagai berikut:
·
Budi
daya atau pemuliaan hayati di bidang pertanian, perkebunan, perikanan,
peternakan, dan sebagainya.
·
Pelestarian
hayati, meliputi upaya in situ dan ex situ.
a.
Pelestarian
secara in situ, yaitu melindungi sumber hayati di tempat aslinya. Hal ini
dilakukan sehubungan dengan keberadaan organisme yang memerlukan habitat
khusus, dan akan membahayakan kehidupan organisme tersebut jika dipindahkan ke
tempat lainnya, contohnya: cagar alam, hutan lindung, suaka margasatwa, taman
laut, taman nasional.
b.
Pelestarian
secara ex situ, merupakan bentuk perlindungan kenanekaragaman hayati Indonesia
dengan cara memindahkan hewan atau tumbuhan ke tempat lainnya yang cocok bagi
kehidupannya, contoh: kebun raya, hutan nasional, hutan produksi, kebun
binatang, Tabulampot (tanaman budi daya dalam pot).
BAB
III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Keanekaragamn hayati atau biodiversity, adalah semua kehidupan di atas bumi ini baik
tumbuhan, hewan, jamur dan mikroorganisme, serta berbagai materi genetik yang
dikandungnya dan keanekaragaman sistem ekologi di mana mereka hidup. Termasuk
didalamnya kelimpahan dan keanekaragaman genetik relatif dari
organisme-organisme yang berasal dari semua habitat baik yang ada di darat,
laut maupun sistem-sistem perairan lainnya. Keanekaragaman hayati dapat terjadi
pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah sampai
organisme tingkat tinggi, yaitu keanekaragaman hayati tingkat gen,
keanearagaman hayati tingkat jenis, dan keanekaragaman hayati tingkat
ekosistem.
Keanekaragaman hayati memiliki nilai yang sangat
tinggi untuk keberlangsungan kehidupan manusia. Nilai dan pemanfaatan keanekaragaman
hayati antara lain sebagai pemasok makanan (baik hewan maupun tumbuhan), produk
pestisida alami, obat-obatan, pupuk, bahan baku rumah tangga/industri, dan
dapat dimanfaatkan di lingkungan.
Ada dua penyebab kerusakan keanekaragaman hayati (biodiversity),
Faktor utama karena kerusakan habitat oleh manusia, yang kedua karena
pertumbuhan penduduk yang mengurangi lahan pertumbuhan keanekaragaman hayati
tersebut. Upaya Pelestarian keanekaragaman hayati yaitu dengan cara ex-situ dan
in-situ.
B.
SARAN
Sebagai kader bangsa, mahasiswa perlu dibekali
dengan pengetahuan tentang keanekaragaman hayati dan nilai pentingnya bagi
kehidupan manusia. Dengan demikian mahasiswa akan memiliki kepekaan untuk
menjaga, melestarikan, dan memanfaatkan keanekaragaman hayati Indonesia secara
berkelanjutan.
DAFTAR
PUSTAKA
https://www.academia.edu/10024531/Makalah_Keanekaragaman_Hayati (diunduh pada tanggal 8 Oktober 2015, pukul 20.05
WIB)
IUCN-UNEP, WWF, Bumi Wahana, Strategi Menuju Kehidupan yang Berkelanjutan. Jakarta: PT.
Gramedia.
Soerjani, M., Rofiq, M. Dan M. Rozy, M. 1987. Lingkungan Sumberdaya Alam dan Kependudukan
dalam Pembangunan. Jakarta: UI Press.
Tim Penyusun Bahan Ajar PLH. 2009. Pendidikan Lingkungan Hidup. Semarang:
UNNES Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar