BAB VI
WAWASAN MULTIKULTURAL LOKAL, NASIONAL, DAN UNIVERSAL
A.
SUB POKOK BAHASAN
1. Transmisi Program Budaya
2. Identifikasi Multikultural
Lokal
3. Identifikasi Multikultural
Nasional
4. Identifikasi Multikultural
Universal
B.
TUJUAN
1. Mahasiswa
diharuskan dapat menjelaskan transmisi program budaya.
2. Mahasiswa
diharuskan dapat menjelaskan identifikasi multikultural lokal.
3. Mahasiswa
diharuskan dapat menyimpulkan identifikasi multikultural nasional.
4. Mahasiswa
diharuskan dapat mengetahui identifikasi multikultural universal.
C.
PEMBAHASAN
1. Transmisi
Program Budaya
Budaya atau kebudayaan merupakan
sesuatu hal yang kompleks dan abstrak. Kebudayaan dalam suatu kelompok daerah,
wilayah atau bangsa berkaitan dengan tiga aspek utama, yaitu ide atau gagasan,
aktivitas atau perilaku, dan hasil karya. Aspek berasal dari kognitif manusia.
Aspek tersebut bersatu ditujukan untuk membantu manusia dalam kelangsungan
kehidupannya maupun kehidupan masyarakat. Berbicara mengenai kebudayaan tidak
lepas dari cara mempertahankan, menjaga dan yang paling penting adalah
melestarikannya agar tetap eksis diantara budaya yang lain. Menurut
Koentjaraningrat dan M. Jacobs (dalam Ajeeng:2012) kebudayaan merupakan warisan
sosial yang harus diwariskan kembali kepada generasi selanjutnya dengan proses
belajar.
Jadi kebudayaan yaitu keseluruhan
gagasan dan karya manusia yang harus diwariskan kembali kepada generasi
selanjutnya dengan proses belajar serta dari keseluruhan dari budi dan
karyanya. Dalam hal melestarikan dan mewariskan budaya ini kita mengenal
istilah transmisi budaya.
Transmisi budaya merupakan kegiatan
pengiriman atau penyebaran pesan dari generasi yang satu ke generasi yang lain
tentang sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sulit diubah. Transmisi
budaya dinilai sebagai suatu usaha untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan atau
pengalaman untuk dijadikan sebagai pegangan dalam meneruskan estafet
kebudayaan. Dalam hal ini tidak ada suatu masyarakat yang tidak melakukan usaha
pewarisan budaya. Usaha pewarisan ini bukan sekedar menyampaikan atau
memberikan suatu yang material, melainkan yang terpenting adalah menyampaikan
nilai-nilai yang dianggap terbaik yang telah menjadi pedoman yang baku dalam
masyarakat.
Transmisi kebudayaan merupakan salah
satu fungsi komunikasi yang paling luas. Dikatakan demikian karena, dalam
proses pewarisan budaya kita menggunakan bahasa dan cara-cara interaktif
sebagai usaha untuk mentransfer budaya dari satu generasi ke generasi lain.
Dalam proses pewarisan budaya secara tidak langsung terjadi interaksi sosial
antar individu yang mungkin saja membahas tentang ide-ide atau gagasan suatu
budaya atau dapat saja memperkuat kesepakatan norma-norma.
Transmisi budaya memiliki fokus dan
konsentrisitas pada tiga misi, yaitu:
a. Menanamkan,
menggagas, mengkreasi, apabila publik belum memiliki bibit dan potensi
keunggulan kebudayaan.
b. Mengembangkan
dengan inovasi dan adaptasi, apabila masyarakat telah memiliki benih-benih
keunggulan dalam kebudayaan yang kemudian diperluas dan ditingkatkan.
c. Memantapkan, melestarikan
dan konservasi, apabila masyarakat telah mengembangkan tradisi keunggulan
secara padu dan bersama.
Adapun proses-proses transmisi
kebudayaan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Imitasi adalah
meniru tingkah laku dari sekitar. Pertama-tama tentunya imitasi didalam
lingkungan keluarga dan semakin lama semakin meluas terhadap masyarakat lokal.
b. Identifikasi,
yaitu proses pengenalan atau penentuan identitas. Seperti telah dikemukakan,
manusia adalah aktor dan manipulator dalam kebudayaannya. Oleh sebab itu,
unsur-unsur tersebut harus diidentifikasi. Proses identifikasi itu berjalan
sepanjang hayat sesuai dengan tingkat kemampuan manusia itu sendiri memilih
mana yang sesuai dan tidak sesuai.
c.
Sosialisasi, yaitu proses mempelajari
dan menanamkan suatu nilai, norma, peran, dan pola dari satu generasi ke
generasi lain dalam sebuah kelompok atau masyarakat agar dapat berpartisipasi
dalam kehidupan bermasyarakat. Selanjutnya nilai-nilai atau unsur-unsur budaya
tersebut haruslah disosialisasikan artinya harus diwujudkan dalam kehidupan
yang nyata didalam lingkungan yang semakin lama semakin meluas. Nilai-nilai
yang dimiliki seseorang harus mendapatkan pengakuan lingkungan sekitarnya.
Artinya kelakuan-kelakuan yang dimiliki tersebut adalah yang sesuai atau yang
seimbang dengan nilai-nilai yang ada dalam lingkungannya.
2. Identifikasi
Budaya Lokal
Identifikasi budaya lokal merupakan identifikasi
budaya yang bersifat langsung, dekat dan secara fisik ada di
sekelilingnya. Budaya ini biasanya dikenalkan oleh keluarga dan kerabat
dekat dan biasanya berwujud perilaku
pembudayaan. Contoh dari pembudayaan ini yaitu, perilaku
gender yang terkait dengan perilaku maskulin dan feminin yang ternyata
bukan didasarkan oleh faktor biologis melainkan pembudayaan.
Ada suku yang membebankan perilaku maskulin seperti berburu kepada perempuan
sedangkan memasak dibebankan pada laki-laki. Sebaliknya pada suku yang lain
dilakukan sebaliknya yaitu laki laki berburu, perempuan memasak. Sementara di
suku yang ketiga pekerjaan itu dilakukan secara bergantian baik oleh laki-laki
maupun oleh perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku
sebenarnya ditentukan oleh pembiasaan dan pembudayaan yang ada dan
berlaku pada lokal tertentu. Disadari atau tidak, seseorang
dibesarkan dan menggunakan budaya lokal yang ada di sekitar dirinya.
Tiap daerah di Indonesia memiliki kekhususan yang
dapat menjadi identitas daerah itu. Kekhasan itu bisa jadi karena
ras, sejarah, lokasi, agama dan kepercayaan yang dianutnya. Seorang
Individu dapat mengakui dan mengapresiasi budaya lokalnya sendiri (misalnya,
etnis Jawa atau lebih khusus lagi Jawa Timur, Solo, Jogja) dan belajar mengapresiasi
budaya/etnis pelajar lain di lingkungannya. Budaya tidak terletak pada etnis
atau ras itu sendiri, namun lebih ditujukan pada nilai, perilaku dan produk
yang khas yang melekat pada orang dan menjadi identitas etnis atau
ras itu. Identifikasi pada budaya lokal ini nampak paling menonjol,
mewarnai serta menjadi ciri khas yang bisa dikenali pada orang
tersebut oleh orang lain. Misalnya, seseorang dapat mengenali orang
yang berasal dari Jawa atau Sumatra dari logat bicaranya sekalipun
saat itu dia menggunakan bahasa Indonesia ataupun bahasa Inggris. Mengapa
budaya lokal ini kuat dan lebih menonjol dibanding dengan budaya nasional
atau internasional? Karena dia hidup dengan nilai-nilai budaya lokalnya. Ada
kebiasaan yang selalu menjadi kriteria dan patokan dalam bertindak. Disadari
atau tidak, dia akan bersikap, berperilaku serta mengumpulkan berbagai produk
yang selaras dengan nilai-nilai yang ada pada dirinya dalam
merespon lingkungan fisik, sosial dan metafisiknya.
Seorang anak yang memiliki identifikasi budaya lokal
tertentu tidak lepas dari lingkungan yang dekat dan paling
mempengaruhi dirinya. Lingkungan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Lingkungan
fisik
Lingkungan fisik tertentu dapat membentuk budaya lokal
tertentu. Suatu masyarakat yang berada di daerah yang banyak dikelilingi sungai
dan karena seringnya air sungai meninggi dan menggenangi daratan maka membentuk
budaya berupa rumah yang lantai rumahnya lebih tinggi dari permukaan tanah. Misalnya
rumah Palimasan Joglo, Sungai Jingah Kalimantan Selatan.
Karena lingkungan fisik di daerah Kalimantan Selatan
sangat kaya dengan jenis-jenis kayu maka berbagai kebutuhan sehari-hari dibuat
dengan menggunakan jenis kayu seperti Palimasan Kandangrasi desa Kuin Utara
Kalimantan Selatan.
Lingkungan fisik tertentu dapat membentuk budaya lokal
tertentu. Masyarakat dari daerah panas dan padang pasir seperti di Saudi Arabia
akan cenderung memilih warna yang putih supaya tidak panas. Karena warna putih
tidak menyerap panas. Di samping itu mereka cenderung memakai pakaian yang
berbentuk jubah untuk melindungi tubuh mereka dari sengatan matahari. sedangkan
budaya bagi warga Eropa untuk ”mandi matahari” dengan berjemur seharian di
pantai ketika berada di daerah tropis untuk prestise di hadapan teman-temannya
bahwa dia telah pergi ke daerah tropis. Ada kebanggaan ketika tubuh mereka
menjadi kecoklatan tersengat sinar matahari. Sementara masyarakat Indonesia
yang berada di daerah tropis tidak melakukan hal yang sama. Kebudayaan daerah
lokal (misalnya di Jawa Tengah, Jawa Timur dan suku Madura) memang lebih sering
memakai kain sarung dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan ada untuk daerah
Madura, sarung mahal dari merek tertentu menjadi lambang status sosial sehingga
mereka akan rela hati membayar mahal untuk bisa membeli sarung tenun sutera
untuk dipakai dalam hajatan, sholat Jum’at ataupun kehidupan keseharian.
Sementara suku lain tidak akan membelanjakan uang yang ratusan ribu untuk
membeli kain sarung.
Pria yang berasal dari desa di Jawa dan sedang berada
di desa akan memakai kain sarung untuk tidur. Dia terbawa oleh budaya yang
disebabkan lingkungan fisiknya yang dingin dan kebiasaan yang berlaku di daerah
itu. Namun dia tidak akan melakukan hal yang sama itu ketika dia sedang berada
di lingkungan yang bukan tergolong lingkungan budaya lokalnya misalnya ketika
dia di hotel atau di tempat kosnya di kota. Seseorang yang berasal dari daerah
yang memiliki kebudayaan tertentu akan memilih jenis makanan yang sesuai dengan
budaya yang dirinya.
b. Lingkungan sosial
Selain lingkungan fisik, lingkungan sosial sangat
mempengaruhi sikap dan berperilaku seseorang. Orang yang dibesarkan dalam
lingkungan komunitas tertentu akan bersikap dan berperilaku sesuai dengan
tradisi warga tersebut.
c. Lingkungan
metafisik
Lingkungan metafisik ini tidak dibatasi oleh
lingkungan fisik dalam arti mesti tinggal di daerah itu. Lingkungan metafisik
memang mewarnai budaya yang ada di lingkungan fisik di lokal tertentu, tetapi
selain itu juga dapat mengenai orang-orang yang ”merasa memiliki’ (sense of
belonging) budaya itu. Biasanya mereka yang merasa memiliki itu dulunya berasal
dari daerah itu dan ada sudah pindah tempat tinggal dari daerah itu, atau
keturunan dari warga daerah itu. Pada prinsipnya orang yang termasuk dalam
lingkungan metafisik ini adalah orang yang mengikatkan diri dengan tradisi
budaya dan nilai-nilai tertentu. Mereka akan menyempatkan datang pada acara
tertentu. Pada hari-hari tertentu warga akan melakukan kegiatan ritual yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat yang berada pada lingkungan metafisik
tertentu. Warga daerah Jogja dan Solo akan rela berdatangan dan berdesakan
untuk mengikuti tradisi ”sekaten”. Warga masyarakat akan memperebutkan gunungan
yang tersaji dalam peringatan ”sekaten” karena mereka meyakini bahwa mereka
akan dapat rejeki dan hidup tenang bila berhasil mendapatkan dan menyimpan nasi
atau benda-benda lain yang ada di gunungan itu. Warga masyarakat kelompok
tradisional tertentu dari daerah Pasuruan, akan mendatangi acara haul akbar
(peringatan orang meninggal) Kyai Abdul Hamid, seorang ulama besar dari kota
tersebut, sehingga peserta kegiatan bisa mencapai radius 1 kilometer dari
lokasi itu. Orang Islam akan berbondong-bondong mendatangi orang yang baru
datang dari menjalankan ibadah haji dan minum air zam-zam dengan harapan
mendapatkan berkah dari jiarah hajinya itu. Ada aura spiritual yang sangat
diharapkan pada orang yang baru menjalankan ibadah hajinya. Identifikasi etnis
ini merupakan dasar untuk pengembangan level identifikasi selanjutnya yaitu
identifikasi budaya nasional.
3. Identifikasi Budaya Nasional
Selain memiliki identifikasi budaya lokal, seorang
individu juga memiliki identifikasi budaya nasional yang perlu
dipahaminya. Identifikasi budaya nasional merupakan identifikasi yang memerlukan
pemahaman dan komitmen pada ideologi Negara dan bangsa. Sebagai warga Pancasilais dan
tinggal bersama dalam wadah Negara memerlukan ide yang dapat
mempersatukan berbagai identitas budaya lokal itu dalam bentuk
identitas budaya nasional. Ada dua ide yang perlu dimiliki setiap warga
Negara Indonesia yaitu persatuan dalam perbedaan (wawasan kebangsaan/nasional)
dan perbedaan dalam persatuan (Bhineka Tunggal Ika). Kita memiliki simbol
identifikasi budaya nasional antara lain seperti batik, keris,
candi borobudur. Bali dengan segala atribut yang menyertainya. Identifikasi budaya
nasional ini berasal dari identifikasi budaya lokal yang sudah banyak dikenal secara
nasional bahkan internasional. Identitas budaya nasional ini sudah dijadikan simbol
kenegaraan dan menjadi ciri khas ke-Indonesia-an. Dengan mengenali identitas
budaya ini seluruh dunia akan tahu bahwa budaya ini adalah ciri budaya Indonesia.
4. Identifikasi
Budaya Universal
Perkembangan identifikasi global memberi kesempatan
pada individu untuk melihat bagaimana sebagai bangsa kita
menyesuaikan diri dengan masyarakat dunia. Yang memungkinkan
individu memahami dengan baik bahwa tindakan suatu Negara tidak
hanya harus dilihat kaitannya dengan pengaruhnya pada negara ini namun juga apa
pengaruhnya pada dunia keseluruhan. individu yang telah mengembangkan identitas
nasional dan etnis yang kuat seharusnya memiliki perspektif untuk mengembangkan
juga identifikasi global yang membuat mereka menjadi warga masyarakat
dunia yang lebih baik. Pada saat ini penting untuk menyadari bahwa identifikasi
yang dibahas di atas bersifat hierarkhis. Dengan kata lain, kurikulum dan kebutuhan
belajar yang berproses dengan mengenalkan identitas budaya lokal, kemudian
nasional dan akhirnya global/universal. Perkembangan yang belakangan tergantung
pada perkembangan sebelumnya. Juga penting bahwa identitas individu tidak
statis namun kontinyu dan mencakup adanya ide tentang identitas ganda (lokal, nasional,
dan global/universal).
Contoh budaya universal adalah permainan sepak bola.
Seluruh dunia mengenal sepak bola dan ingin tampil dalam kejuaraan
dunia sepak bola.sepak bola merupakan Salah satu kebudayaan universal di
bidang olah raga yang paling digemari . Ka’bah sebagai simbol
pemujaan yang juga merupakan identitas budaya universal yang diakui
seluruh dunia, terutama umat Islam. Ka’bah merupakan salah satu
simbol penghambaan manusia di hadapan Tuhan yang diakui di seluruh dunia.
D.
BAHAN DISKUSI
1. Transmisi
budaya merupakan kegiatan pengiriman atau penyebaran pesan dari generasi yang
satu ke generasi yang lain tentang sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan
sulit diubah.
Jelaskan bagaimana proses-proses transmisi kebudayaan?
2. Identifikasi
budaya lokal merupakan identifikasi budaya yang bersifat langsung,
dekat dan secara fisik ada di sekelilingnya. Dengan demikian identifikasi
budaya lokal tertentu tidak lepas dari lingkungan yang dekat
dan paling mempengaruhi dirinya. Jelaskan lingkungan-lingkungan tersebut dalam
identifikasi budaya lokal!
3. Perkembangan
identifikasi universal memberi kesempatan pada individu untuk melihat
bagaimana sebagai bangsa kita menyesuaikan diri dengan masyarakat dunia.
Jelaskan bagaimana langkah-langkah yang dapat diambil dalam menyesuaikan diri
dengan masyarakat dunia?
4. Berbagai masalah yang timbul
cenderung berujung konflik, banyak dikarenakan adanya keberagaman budaya yang
memang pada dasarnya Indonesia adalah negara yang tediri dari berbagai latar
belakang sosial budaya. Bagaimana peran serta seorang mahasiswa dalam
mencegah adanya masalah yang berujung dengan konflik, berkaitan dengan latar
belakang sosial budaya seseorang yang berbeda?
E.
DAFTAR PUSTAKA
Sutarno. 2008. Pendidikan
Multikultural. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional.
Amazona. 2014. Wawasan Multi Budaya: Lokal, nasional, dan Universal,
online (https://currikicdn.s3-us-west-2.amazonaws.com/resourcefiles/54d37731213b1.pdf).
Diakses pada 03 September 2015.
Unila. 2004. MULTIKULTURAL UNIT 3, online (http://educloud.fkip.unila.ac.id/index.php?dir=Ilmu%20Pendidikan/Pendidikan%20Guru%20Sekolah%20Dasar/Pendidikan%20Multikultural/&file=Multikultural_UNIT%203.pdf).
Diakses pada 03 September 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar