BAB
XII
PERENCANAAN
PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA
A.
SUB
POKOK BAHASAN
Perencanaan
Pembelajaran Berbasis Budaya
B.
TUJUAN
Selesai
mengikuti perkuliahan, mahasiswa/mahasiswi harus dapat membuat Perencanaan
Pembelajaran Berbasis Budaya
C.
PEMBAHASAN
Perencanaan
Pembelajaran Berbasis Budaya
Pemakaian budaya lokal (etnis)
dalam Pembelajaran Berbasis Budaya sangat bermanfaat bagi pemaknaan proses dan
hasil belajar, karena peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang kontekstual
dan bahan apersepsi untuk memahami konsep ilmu pengetahuan dalam budaya lokal
(etnis) yang dimiliki. Di samping itu, model pengintegrasian budaya dalam
pembelajaran dapat memperkaya budaya lokal (etnis) tersebut yang pada
gilirannya juga dapat mengembangkan dan mengukuhkan budaya nasional yang
merupakan puncak-puncak budaya lokal dan budaya etnis yang berkembang (Dikti,
2004:4). Dalam Pembelajaran Berbasis Budaya, “budaya diintegrasikan sebagai
alat bagi proses belajar untuk memotivasi peserta didik dalam mengaplikasikan
pengetahuan, bekerja secara kooperatif, dan mempersepsikan keterkaitan antara
berbagai mata pelajaran.”
Gambar Wayang
1. Petunjuk
untuk mengajarkan materi multikultural
Empat
belas petunjuk berikut didesain untuk membantu kita agar lebih baik dalam
mengintegrasikan isi tentang kelompok etnis ke dalam perencanaan dan pelaksanaan
sekolah dan mengajar secara efektif dalam lingkungan multikultural.
a. Kita
sebagai calon guru, adalah variabel yang amat penting dalam mengajarkan materi etnis.
Jika kita memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan, maka
saat kita menghadapi materi rasis didalam bahan pelajaran atau mengobservasi
rasisme dalam pernyataan dan perilaku siswa, kita dapat menggunakan situasi ini
untuk mengajarkan pelajaran penting tentang pengalaman kelompok etnis tertentu.
b. Pengetahuan
tentang kelompok etnis diperlukan untuk mengajarkan materi etnis secara
efektif. Dengan membaca paling sedikit satu buku utama yang mensurvei sejarah
dan budaya kelompok etnis.
c. Sensitiflah
dengan sikap, perilaku rasial kita sendiri dan pernyataan yang kita buat disekitar
kelompok etnis di kelas. Pernyataan seperti ”Duduk seperti seorang Indian”
sebagai stereotipe Amerika Asli. Duduk “bersimpuh seperti orang Jawa”.
d. Yakinkan
bahwa di dalam kelas kita membawa citra positif tentang berbagai kelompok
etnis. Kita dapat melakukan ini dengan menayangkan majalah dinding, poster, dan
kalender yang memperlihatkan perbedaan rasial dan etnis dalam masyarakat.
e. Sensitiflah
terhadap sikap rasial dan etnis dari siswa dan jangan menerima keyakinan bahwa
“anak-anak tidak melihat ras, kelompok kaya/miskin, warna kulit.” Karena hal
ini disangkal oleh riset. Semenjak riset pemula oleh Lasker pada tahun 1929,
peneliti telah mengetahui bahwa anak yang muda sekali sadar akan perbedaan
rasial dan bahwa mereka cenderung menerima penilaian atas berbagai kelompok ras
yang normatif dalam masyarakat luas. Jangan mencoba mengabaikan perbedaan ras
dan etnis yang kita lihat; cobalah merespon perbedaan ini secara positif dan
sensitif.
f. Bijaksanalah
dalam pilihan kita dan dalam menggunakan materi pelajaran. Sebagian materi
mengandung stereotipe yang halus maupun mencolok atas kelompok etnis.
Menjelaskan pada siswa kalau suatu kelompok etnis distereotipkan, diabaikan
dari, atau menggambarkan materi dari sudut pandang tertentu.
g. Gunakan
buku, film, videotipe, dan rekaman yang dijual di pasaran untuk pelengkap buku
teks dari kelompok etnis dan menyajikan perspektif kelompok etnis pada siswa.
Beberapa sumber ini mengandung gambaran yang kaya dan kuat atas pengalaman dari
orang kulit berwarna.
h. Berikan
sentuhan warisan budaya dan etnis kita sendiri. Dengan berbagi kisah etnis dan
budaya dengan siswa, kita akan menciptakan iklim berbagai di kelas, akan
membantu memotivasi siswa mendalami akar budaya dan etnis dan akan menghasilkan
pembelajaran yang kuat bagi siswa.
i. Sensitiflah
dengan kemungkinan sifat kontroversial dari sebagian materi studi etnis. Jika kita
telah jelas dan paham tentang tujuan pengajaran, kita dapat menggunakan buku
yang kurang kontroversial untuk mencapai tujuan yang sama.
j. Sensitiflah
dengan tahap perkembangan dari siswa jika memilih konsep, materi, dan aktivitas
yang berkaitan dengan kelompok etnis. Konsep dan aktivitas belajar bagi anak TK
dan SD seharusnya spesifik dan kongkrit. Siswa di Sekolah Dasar seharusnya
diajari konsep seperti persamaan, perbedaan, prasangka, dan diskriminasi
daripada konsep yang lebih tinggi seperti rasisme dan penjajahan. Visi dan
biografi merupakan wahana yang bagus untuk memperkenalkan konsep ini pada siswa
di Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar. Kita bisa kenalkan bagaimana seorang
yang memiliki kekurangan dalam segi pendengaran dan terkucilkan dari lingkungan
seperti Thomas Alfa Edison mampu menghasilkan karya yang spektakuler. Siswa
berkembang berangsur-angsur, mereka dapat dikenalkan konsep, contoh, dan
aktivitas yang lebih kompleks.
k. Memandang
siswa kelompok minoritas sebagai pemenang. Beberapa siswa kulit berwarna
mencapai tujuan karier dan akademis yang tinggi. Mereka membutuhkan guru yang
meyakini bahwa mereka dapat berhasil dan berkemauan untuk membantu keberhasilan
mereka. Baik riset maupun teori menunjukkan bahwa siswa lebih mungkin mencapai
prestasi akademis tinggi jika guru mereka memiliki harapan akademis yang tinggi
untuk siswa-siswanya.
l. Ingatlah
bahwa orang tua dari siswa berkulit berwarna amat berminat dalam pendidikan dan
ingin anak-anak mereka berhasil secara akademis sekalipun orang tua mereka
terpinggirkan dari sekolah. Jangan menyamakan pendidikan dengan persekolahan.
Sebagian orang tua-orang tua yang ingin anak-anak mereka berhasil memiliki
perasaan yang bersatu tentang sekolah. Mencoba memperoleh dukungan dari orang
tua dan menjadikan mereka partner dalam pendidikan bagi anak-anak mereka.
m. Gunakan
teknik belajar yang kooperatif dan kerja kelompok untuk meningkatkan integrasi
ras dan etnis di sekolah dan di kelas. Riset menunjukkan bahwa jika kelompok
belajar itu terintegrasi secara rasial, siswa mengembangkan lebih banyak teman
dari kelompok rasial yang lain, dan hubungan rasial di sekolah diperbaiki.
n. Yakinkan
bahwa permainan sekolah, pemandu sorak, publikasi sekolah, kelompok informal
dan formal yang lain terintegrasi secara rasial. Juga yakinkan bahwa berbagai
kelompok etnis dan rasial memiliki status yang sama di penampilan dan
presentasi sekolah. Dalam sekolah multirasial, jika semua pemegang peran
pembimbing di sekolah diisi oleh karakter kulit putih, pesan penting dikirimkan
pada siswa dan orang dari siswa kulit berwarna betapa pun pesan itu
diintensifkan atau tidak.
Hernandes (1989) memberi
petunjuk pada guru dalam memilih materi
dan proses Pendidikan Multkultural. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan materi dan proses pembelajaran Pendidikan Multikultural adalah
sebagai berikut:
a. Penting
mengemukakan alasan politik, sosial, pendidikan dan ekonomi untuk mengenalkan
bangsa sebagai masyarakat yang beraneka ragam secara budaya.
b. Pendidikan
Multikultural untuk semua siswa.
c. Pendidikan
Multikultural sinonim dengan pengajaran efektif.
d. Pengajaran
adalah pertemuan multi dan lintas budaya.
e. Sistem
pendidikan tidak melayani semua siswa sama baiknya.
f. Pendidikan
Multikultural (seharusnya) sinonim dengan inovasi dan reformasi pendidikan.
g. Yang
terdekat dengan orang tua (terutama pemberi perhatian) adalah guru. Guru merupakan
salah satu faktor terpenting dalam hidup siswa.
h. Interaksi
kelas antara guru dan siswa merupakan bagian utama dari proses pendidikan dari
sebagian besar siswa.
Tujuan
dari tindakan di atas adalah untuk:
a. Memberi
setiap siswa kesempatan untuk mencapai potensinya.
b. Mempelajari
bagaimana belajar dan berpikir secara kritis.
c. Mendorong
siswa untuk mengambil peranan aktif dalam pendidikannya sendiri dengan membawa
kisah dan pengalamannya ke dalam lingkup belajarnya.
d. Menujukan
pada gaya belajar yang bermacam-macam.
e. Menghargai
kontribusi kelompok lain yang telah berkontribusi pada dasar pengetahuan kita.
f. Mengembangkan
sikap positif tentang kelompok orang yang berbeda dari dirinya sendiri.
g. Menjadi
warga sekolah, warga masyarakat, warga negara dan masyarakat dunia yang baik.
h. Belajar
bagaimana mengevaluasi pengetahuan dari perspektif yang berbeda.
i. Mengembangkan
identitas etnis, nasional, dan global.
j. Memberi
ketrampilan mengambil keputusan dan ketrampilan analisis kritis sehingga siswa
dapat membuat pilihan yang lebih baik dalam kehidupannya sehari-hari.
2. Prinsip-prinsip
dalam menyeleksi materi pokok bahasan
Dari
Gordon dan Robert mengajukan sejumlah prinsip yang menjadi dasar dalam menyeleksi materi pokok:
a. Seleksi
materi pokok bahasan seharusnya mencantumkan hal-hal kultural.
b. Didasarkan
pada keilmuan masa kini. Keinklusifan ini seharusnya berhubungan dengan
pendapat yang berbeda dan interpretasi yang beragam.
c. Materi
pokok bahasan yang diseleksi untuk dicantumkan seharusnya merepresentasikan
keberagaman dan kesatuan di dalam dan lintas kelompok.
d. Materi
pokok bahasan yang diseleksi untuk dicantumkan seharusnya berada dalam konteks
waktu dan tempat.
e. Materi
pokok bahasan yang diseleksi untuk dicantumkan seharusnya memberikan prioritas
untuk memperdalam di samping keluasan.
f. Perspektif
multi budaya seharusnya dimasukkan di dalam keseluruhan kurikulum.
g. Materi
pokok bahasan yang diseleksi untuk dicantumkan seharusnya diperlakukan sebagai
konstruk sosial dan oleh karena itu tentatif seperti halnya seluruh
pengetahuan.
h. Pokok
bahasan seharusnya menggambarkan dan tersusun berdasarkan pengalaman dan
pengetahuan yang dialami siswa untuk dibawa ke kelas.
i. Pedagogi
seharusnya berkaitan dengan sejumlah cara belajar mengajar interaktif agar
menambah pengertian, pengujian kontraversi dan saling belajar.
D.
BAHAN
DISKUSI
1.
Penerapan apa yang diterapkan model pengintegrasian budaya
dalam pembelajaran sehingga dapat memperkaya budaya lokal (etnis) tersebut yang
pada gilirannya juga dapat mengembangkan dan mengukuhkan budaya nasional yang
merupakan puncak puncak budaya lokal dan budaya etnis yang berkembang?
2.
Bagaimana
cara mengevaluasi pengetahuan dari perspektif yang berbeda?
3.
Sebutkan
contoh-contoh sikap positif terhadap kelompok orang yang berbeda dari diri kita
sendiri?
E.
SUMBER
PUSTAKA
Sutarno.
2008. Pendidikan Multikultural.
Jakarta:Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional
Wedi,
Husni. 2012. Perencanaan Pembelajaran, online (http://aguswedi.blogspot.co.id/2012/10/perencanaan-pembelajaran.html).
Diakses pada tanggal 14 September 2015 pukul 16.00 WIB)
Multikultural_UNIT
7.Pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar