Senin, 09 Mei 2016

Perencanaan Pembelajaran Berbasis Budaya



BAB XII
PERENCANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA

A.      SUB POKOK BAHASAN
Perencanaan Pembelajaran Berbasis Budaya

B.       TUJUAN
Selesai mengikuti perkuliahan, mahasiswa/mahasiswi harus dapat membuat Perencanaan Pembelajaran Berbasis Budaya

C.      PEMBAHASAN
Perencanaan Pembelajaran Berbasis Budaya

                 Pemakaian budaya lokal (etnis) dalam Pembelajaran Berbasis Budaya sangat bermanfaat bagi pemaknaan proses dan hasil belajar, karena peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang kontekstual dan bahan apersepsi untuk memahami konsep ilmu pengetahuan dalam budaya lokal (etnis) yang dimiliki. Di samping itu, model pengintegrasian budaya dalam pembelajaran dapat memperkaya budaya lokal (etnis) tersebut yang pada gilirannya juga dapat mengembangkan dan mengukuhkan budaya nasional yang merupakan puncak-puncak budaya lokal dan budaya etnis yang berkembang (Dikti, 2004:4). Dalam Pembelajaran Berbasis Budaya, “budaya diintegrasikan sebagai alat bagi proses belajar untuk memotivasi peserta didik dalam mengaplikasikan pengetahuan, bekerja secara kooperatif, dan mempersepsikan keterkaitan antara berbagai mata pelajaran.”
Gambar Wayang
             1.     Petunjuk untuk mengajarkan materi multikultural
Empat belas petunjuk berikut didesain untuk membantu kita agar lebih baik dalam mengintegrasikan isi tentang kelompok etnis ke dalam perencanaan dan pelaksanaan sekolah dan mengajar secara efektif dalam lingkungan multikultural.
a.    Kita sebagai calon guru, adalah variabel yang amat penting dalam mengajarkan materi etnis. Jika kita memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan, maka saat kita menghadapi materi rasis didalam bahan pelajaran atau mengobservasi rasisme dalam pernyataan dan perilaku siswa, kita dapat menggunakan situasi ini untuk mengajarkan pelajaran penting tentang pengalaman kelompok etnis tertentu.
b.    Pengetahuan tentang kelompok etnis diperlukan untuk mengajarkan materi etnis secara efektif. Dengan membaca paling sedikit satu buku utama yang mensurvei sejarah dan budaya kelompok etnis.
c.    Sensitiflah dengan sikap, perilaku rasial kita sendiri dan pernyataan yang kita buat disekitar kelompok etnis di kelas. Pernyataan seperti ”Duduk seperti seorang Indian” sebagai stereotipe Amerika Asli. Duduk “bersimpuh seperti orang Jawa”.
d.   Yakinkan bahwa di dalam kelas kita membawa citra positif tentang berbagai kelompok etnis. Kita dapat melakukan ini dengan menayangkan majalah dinding, poster, dan kalender yang memperlihatkan perbedaan rasial dan etnis dalam masyarakat.
e.    Sensitiflah terhadap sikap rasial dan etnis dari siswa dan jangan menerima keyakinan bahwa “anak-anak tidak melihat ras, kelompok kaya/miskin, warna kulit.” Karena hal ini disangkal oleh riset. Semenjak riset pemula oleh Lasker pada tahun 1929, peneliti telah mengetahui bahwa anak yang muda sekali sadar akan perbedaan rasial dan bahwa mereka cenderung menerima penilaian atas berbagai kelompok ras yang normatif dalam masyarakat luas. Jangan mencoba mengabaikan perbedaan ras dan etnis yang kita lihat; cobalah merespon perbedaan ini secara positif dan sensitif.
f.     Bijaksanalah dalam pilihan kita dan dalam menggunakan materi pelajaran. Sebagian materi mengandung stereotipe yang halus maupun mencolok atas kelompok etnis. Menjelaskan pada siswa kalau suatu kelompok etnis distereotipkan, diabaikan dari, atau menggambarkan materi dari sudut pandang tertentu.
g.    Gunakan buku, film, videotipe, dan rekaman yang dijual di pasaran untuk pelengkap buku teks dari kelompok etnis dan menyajikan perspektif kelompok etnis pada siswa. Beberapa sumber ini mengandung gambaran yang kaya dan kuat atas pengalaman dari orang kulit berwarna.
h.    Berikan sentuhan warisan budaya dan etnis kita sendiri. Dengan berbagi kisah etnis dan budaya dengan siswa, kita akan menciptakan iklim berbagai di kelas, akan membantu memotivasi siswa mendalami akar budaya dan etnis dan akan menghasilkan pembelajaran yang kuat bagi siswa.
i.      Sensitiflah dengan kemungkinan sifat kontroversial dari sebagian materi studi etnis. Jika kita telah jelas dan paham tentang tujuan pengajaran, kita dapat menggunakan buku yang kurang kontroversial untuk mencapai tujuan yang sama.
j.      Sensitiflah dengan tahap perkembangan dari siswa jika memilih konsep, materi, dan aktivitas yang berkaitan dengan kelompok etnis. Konsep dan aktivitas belajar bagi anak TK dan SD seharusnya spesifik dan kongkrit. Siswa di Sekolah Dasar seharusnya diajari konsep seperti persamaan, perbedaan, prasangka, dan diskriminasi daripada konsep yang lebih tinggi seperti rasisme dan penjajahan. Visi dan biografi merupakan wahana yang bagus untuk memperkenalkan konsep ini pada siswa di Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar. Kita bisa kenalkan bagaimana seorang yang memiliki kekurangan dalam segi pendengaran dan terkucilkan dari lingkungan seperti Thomas Alfa Edison mampu menghasilkan karya yang spektakuler. Siswa berkembang berangsur-angsur, mereka dapat dikenalkan konsep, contoh, dan aktivitas yang lebih kompleks.
k.    Memandang siswa kelompok minoritas sebagai pemenang. Beberapa siswa kulit berwarna mencapai tujuan karier dan akademis yang tinggi. Mereka membutuhkan guru yang meyakini bahwa mereka dapat berhasil dan berkemauan untuk membantu keberhasilan mereka. Baik riset maupun teori menunjukkan bahwa siswa lebih mungkin mencapai prestasi akademis tinggi jika guru mereka memiliki harapan akademis yang tinggi untuk siswa-siswanya.
l.      Ingatlah bahwa orang tua dari siswa berkulit berwarna amat berminat dalam pendidikan dan ingin anak-anak mereka berhasil secara akademis sekalipun orang tua mereka terpinggirkan dari sekolah. Jangan menyamakan pendidikan dengan persekolahan. Sebagian orang tua-orang tua yang ingin anak-anak mereka berhasil memiliki perasaan yang bersatu tentang sekolah. Mencoba memperoleh dukungan dari orang tua dan menjadikan mereka partner dalam pendidikan bagi anak-anak mereka.
m.  Gunakan teknik belajar yang kooperatif dan kerja kelompok untuk meningkatkan integrasi ras dan etnis di sekolah dan di kelas. Riset menunjukkan bahwa jika kelompok belajar itu terintegrasi secara rasial, siswa mengembangkan lebih banyak teman dari kelompok rasial yang lain, dan hubungan rasial di sekolah diperbaiki.
n.    Yakinkan bahwa permainan sekolah, pemandu sorak, publikasi sekolah, kelompok informal dan formal yang lain terintegrasi secara rasial. Juga yakinkan bahwa berbagai kelompok etnis dan rasial memiliki status yang sama di penampilan dan presentasi sekolah. Dalam sekolah multirasial, jika semua pemegang peran pembimbing di sekolah diisi oleh karakter kulit putih, pesan penting dikirimkan pada siswa dan orang dari siswa kulit berwarna betapa pun pesan itu diintensifkan atau tidak.

                 Hernandes (1989) memberi petunjuk pada guru dalam memilih        materi dan proses Pendidikan Multkultural. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan materi dan proses pembelajaran Pendidikan Multikultural adalah sebagai berikut:
              a.     Penting mengemukakan alasan politik, sosial, pendidikan dan ekonomi untuk mengenalkan bangsa sebagai masyarakat yang beraneka ragam secara budaya.
             b.     Pendidikan Multikultural untuk semua siswa.
              c.     Pendidikan Multikultural sinonim dengan pengajaran efektif.
             d.     Pengajaran adalah pertemuan multi dan lintas budaya.
              e.     Sistem pendidikan tidak melayani semua siswa sama baiknya.
              f.     Pendidikan Multikultural (seharusnya) sinonim dengan inovasi dan reformasi pendidikan.
             g.     Yang terdekat dengan orang tua (terutama pemberi perhatian) adalah guru. Guru merupakan salah satu faktor terpenting dalam hidup siswa.
             h.     Interaksi kelas antara guru dan siswa merupakan bagian utama dari proses pendidikan dari sebagian besar siswa.

Tujuan dari tindakan di atas adalah untuk:
              a.     Memberi setiap siswa kesempatan untuk mencapai potensinya.
             b.     Mempelajari bagaimana belajar dan berpikir secara kritis.
              c.     Mendorong siswa untuk mengambil peranan aktif dalam pendidikannya sendiri dengan membawa kisah dan pengalamannya ke dalam lingkup belajarnya.
             d.     Menujukan pada gaya belajar yang bermacam-macam.
              e.     Menghargai kontribusi kelompok lain yang telah berkontribusi pada dasar pengetahuan kita.
              f.     Mengembangkan sikap positif tentang kelompok orang yang berbeda dari dirinya sendiri.
             g.     Menjadi warga sekolah, warga masyarakat, warga negara dan masyarakat dunia yang baik.
             h.     Belajar bagaimana mengevaluasi pengetahuan dari perspektif yang berbeda.
               i.     Mengembangkan identitas etnis, nasional, dan global.
               j.     Memberi ketrampilan mengambil keputusan dan ketrampilan analisis kritis sehingga siswa dapat membuat pilihan yang lebih baik dalam kehidupannya sehari-hari.

             2.     Prinsip-prinsip dalam menyeleksi materi pokok bahasan
Dari Gordon dan Robert mengajukan sejumlah prinsip yang menjadi dasar dalam menyeleksi materi pokok:
a.    Seleksi materi pokok bahasan seharusnya mencantumkan hal-hal kultural.
b.    Didasarkan pada keilmuan masa kini. Keinklusifan ini seharusnya berhubungan dengan pendapat yang berbeda dan interpretasi yang beragam.
c.    Materi pokok bahasan yang diseleksi untuk dicantumkan seharusnya merepresentasikan keberagaman dan kesatuan di dalam dan lintas kelompok.
d.   Materi pokok bahasan yang diseleksi untuk dicantumkan seharusnya berada dalam konteks waktu dan tempat.
e.    Materi pokok bahasan yang diseleksi untuk dicantumkan seharusnya memberikan prioritas untuk memperdalam di samping keluasan.
f.     Perspektif multi budaya seharusnya dimasukkan di dalam keseluruhan kurikulum.
g.    Materi pokok bahasan yang diseleksi untuk dicantumkan seharusnya diperlakukan sebagai konstruk sosial dan oleh karena itu tentatif seperti halnya seluruh pengetahuan.
h.    Pokok bahasan seharusnya menggambarkan dan tersusun berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dialami siswa untuk dibawa ke kelas.
i.      Pedagogi seharusnya berkaitan dengan sejumlah cara belajar mengajar interaktif agar menambah pengertian, pengujian kontraversi dan saling belajar.


D.      BAHAN DISKUSI
1.                   Penerapan apa yang diterapkan model pengintegrasian budaya dalam pembelajaran sehingga dapat memperkaya budaya lokal (etnis) tersebut yang pada gilirannya juga dapat mengembangkan dan mengukuhkan budaya nasional yang merupakan puncak puncak budaya lokal dan budaya etnis yang berkembang?
2.                   Bagaimana cara mengevaluasi pengetahuan dari perspektif yang berbeda?
3.                   Sebutkan contoh-contoh sikap positif terhadap kelompok orang yang berbeda dari diri kita sendiri?

E.       SUMBER PUSTAKA
Sutarno. 2008. Pendidikan Multikultural. Jakarta:Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi          Departemen Pendidikan Nasional

Wedi, Husni. 2012. Perencanaan Pembelajaran, online (http://aguswedi.blogspot.co.id/2012/10/perencanaan-pembelajaran.html). Diakses pada tanggal 14 September 2015 pukul 16.00 WIB)

Multikultural_UNIT 7.Pdf

0 komentar:

Posting Komentar

 
;