Senin, 09 Mei 2016

Hakikat Pendidikan Multikultural



BAB II
HAKIKAT PANDIDIKAN MULTIKULTURAL

A.    SUB POKOK BAHASAN
1.      Definisi pendidikan multikultural
2.      Sejarah pendidikan multikultural
3.      Dasar pendidikan multicultural
4.      Arti penting pendidikan multikultural
5.      Prinsip pendidikan multikultural
6.      Tujuan dan fungsi pendidikan multikultural

B.     TUJUAN
1.      Mahasiswa diharuskan dapat memjelaskan definisi pendidikan multikultural
2.      Mahasiswa diharuskan dapat memahami sejarah pendidikan multikultural
3.      Mahasiswa diharuskan dapat memahami prinsip pendidikan multikultural
4.      Mahasiswa diharuskan dapat memahami tujuan dan fungsi pendidikan multikultural

C.    PEMBAHASAN
1.      Definisi pendidikan multikultural
 Multikultural berasal dari dua kata yaitu Multi dan Kultur, multi berarti banyak sedangkan kultur berarti budaya.
Multikultural menurut  Gibson (1984) merupakan suatu proses pendidikan yang membantu individu mengembangkan cara menerima, mengevaluasi, dan masuk ke dalam sistem budaya yang berbeda dari yang mereka miliki.
Sedangkan menurut Nieto (1992) menyebutkan bahwa pendidikan multikultural adalah pendidikan yang bersifat anti rasis, yang memperhatikan keterampilan-keterampilan dan pengetahuan dasar bagi warga dunia, yang penting bagi semua murid, yang menembus seluruh aspek sistem pendidikan,  mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang memungkinkan murid bekerja bagi.
Dalam hal ini kita dapat menyimpulkan bahwa, Pendidikan Multikultural merupakan ide, gerakan pembaharuan pendidikan dan proses pendidikan yang tujuan utamanya adalah untuk mengubah struktur lembaga pendidikan supaya siswa baik pria maupun wanita, siswa berkebutuhan khusus, dan siswa yang merupakan anggota dari kelompok ras, etnis, dan kultur yang bermacam macam itu akan memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai prestasi akademis di sekolah.

2.      Sejarah pendidikan multikultural
Sejarah Multikulturalisme
Multikulturalisme adalah sebuah faham yang mengajarkan tentang keanekaragaman budaya. Multikulturalisme mengajarkan tentang menghargai perbedaan, sehingga setiap manusia memiliki hak dan derajat yang sama.
Perkembangan multikulturalisme tidak lepas dari sejarahnya. Multikulturalisme lahir atas nama penghargaan terhadap diskriminasi ras, ekonomi, dan agama. Pada tahun 1950an melihat ketimpangan sosial yang terjadi, kelompok-kelompok tertentu memunculkan gagasan multikulturaisme. Gagasan ini muncul karena adanya dominasi kelompok tertentu terhadap ekonomi dan pendidikan.
Faham multikulturalisme muncul dari pemikiran interkulturalisme, sedangkan interkulturalisme sendiri lahir sebelum perang dunia ke II. Tema-tema gagasan interkultural menekankan pada rasial, agama, dan kultur dominan.
Pada awal 1950an, nampaknya interkulturalime mulai tidak relevan lagi jika digunakan sebagai ideologi guna memperjuangkan hak-hak kaum minoritas yang kemudian memunculkan wacana multikulturalisme. Gagasan tentang multikulturalisme ini dicetuskan oleh aktivis-aktivis minoritas Amerika yang menyuarakan tentang persamaan hak bukan hanya pada rasial, agama, atau kultur tertentu tetapi juga permasalahan yang muncul dalam masyarakat diantaranya, tentang pendidikan anak minoritas, kesetaraan jender (quality), dan pelecehan seksual terhadap anak-anak.
Pada akhir tahun 1960an, pendidikan multikultural ulai dikenalkan di sekolah-sekolah dan langgsung dimasukan dalam kurikulum. Pengenalan ke sekolah-sekolah sangatlah penting karena sekolah merupakan tempat dimana setiap orang mengembangkan potensinya. Sejak saat itu multikulturalisme tidak hanya menjadi faham kebudayaan saja tetapi juga telah menjadi paradigma yang baru dalam pendidikan.
Secara sederhana pendidikan multikultural dajuanpat di artikan sebagai pendidikan tentang keragaman kebudayaan dalam merespok perubahan demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu. Munculnya pendidikan multikultural dilatarbelakangi oleh ketimpangan struktural rasial, ketidakadilan, penindasan, dan keterbelakangan kelompok-kelompok tertentu. Ketidakadilan tersebut membedakan golongan mayoritas yang mendominasi dan golongan minoritas, sehingga munculah gerakan-gerakan sipil untuk mengambil haknya, yang kemudian berimplikasi pada pendidikan yang menuntut pendidikan yang anti diskriminasi.
Dalam pendidikan multikultural, diskriminasi merupakan permasalahan utama yang melaterbelakangi pentingnya penerapan strategi pendidikan tersebut. Oleh karena itu dengan menerapkan pendidikan multikultural ini diharapkan generasi penerus bangsa akan menjunjung tinggi keadilan, demokrasi dan humanism.

3.    Dasar Pendidikan Multikultural
Berdasarkan kondisi masyarakat Indonesia yang multikultural, maka untuk membentuk negara Indonesia yang kokoh perlu mengembangkan jenis pendidikan yang cocok untuk bangsa yang multikultural. Jenis pendidikan yang cocok untuk bangsa yang multikultur ini adalah Pendidikan Multikultural.
Sebagaimana disebutkan di atas, Pendidikan Multikultural paling tidak menyangkut tiga hal yaitu (1) ide dan kesadaran akan nilai penting keragaman budaya, (2) gerakan pembaharuan pendidikan dan (3) proses. Berikut ini akan diuraikan dasar yang membentuk perlunya Pendidikan Multikultur.
1.    Kesadaran nilai penting keragaman budaya
Perlu peningkatan kesadaran bahwa semua siswa memiliki karakteristik khusus karena usia, agama, gender, kelas sosial, etnis, ras, atau karakteristik budaya tertentu yang melekat pada diri masing-masing. Pendidikan Multikultural berkaitan dengan ide bahwa semua siswa tanpa memandang karakteristik budayanya itu seharusnya memiliki kesempatan yang sama untuk belajar di sekolah. Perbedaan yang ada itu merupakan keniscayaan atau kepastian adanya namun perbedaan itu harus diterima secara wajar dan bukan untuk membedakan. Artinya perbedaan itu perlu kita terima sebagai suatu kewajaran dan perlu sikap toleransi agar kita bisa hidup berdampingan secara damai tanpa melihat unsur yang berbeda itu untuk membeda-bedakan.
Pendidikan Multikultural ini memberikan pemahaman mengenai berbagai jenis kegiatan pendidikan sebagai bagian integral dari kebudayaan universal. Di dalamnya akan dibahas kebudayaan yang teraktualisasi secara internasional, regional, dan lokal sepanjang sejarah kemanusiaan. Kegiatan pendidikan sebagai interaksi sosio-kultural paedagogis di Indonesia bukan hanya dilakukan oleh suku bangsa Indonesia, tapi berbagai bangsa. Di dalam Pendidikan Multikultural ini akan diungkap pula aktivitas paedagogis masa lalu, masa kini dan masa depan di berbagai belahan dunia dengan fokus kebudayaan Indonesia.
2.    Gerakan pembaharuan pendidikan
Ide penting yang lain dalam Pendidikan Multikultural adalah bahwa sebagian siswa karena karakteristik tersebut di atas, ternyata ada yang memiliki kesempatan yang lebih baik untuk belajar di sekolah favorit tertentu sedangkan siswa dengan karakteristik budaya yang berbeda tidak memiliki kesempatan itu.
Beberapa karakteristik institusional dari sekolah secara sistematis menolak kelompok siswa untuk mendapatkan kesempatan pendidikan yang sama, walaupun itu dilakukan secara halus. Dalam arti, dibungkus dalam bentuk aturan yang hanya bisa dipenuhi oleh segolongan tertentu dan tidak bisa dipenuhi oleh golongan yang lain. Kita perhatikan di lingkungan sekitar kita. Ada kesenjangan ketika muncul fenomena sekolah favorit yang didominasi oleh golongan orang kaya karena ada
kebijakan lembaga yang mengharuskan untuk membayar uang pangkal yang mahal untuk bisa masuk dalam kelompok sekolah favorit itu. Ada kebijakan yang dipandang tidak adil bagi golongan Tionghoa karena ada diskriminasi terhadap kelompok mereka sehingga mereka hanya berkecimpung di bidang yang sangat terbatas, misalnya dagang, pengacara, dokter dan mengalami kesulitan berkarier di bidang ketentaraan dan pemerintahan. Mereka dan sebagian warga negara asing lainnya sulit mendapatkan status kewarganegaraan bagi anak-anak mereka sebelum tahun 2006. Ada keluhan di kalangan atlit bulutangkis untuk dimasuki golongan pribumi karena sudah didominasi oleh warga keturunan Cina. Warga dari Suku Anak Dalam di Lampung kurang mendapat kesempatan memperoleh pendidikan yang memadai karena karakteristik budaya mereka yang unik dan tinggal di daerah pedalaman.
Pendidikan Multikultural bisa muncul berbentuk bidang studi, program, dan praktek yang direncanakan lembaga pendidikan untuk merespon tuntutan, kebutuhan dan aspirasi berbagai kelompok. Sebagaimana ditunjukkan Grant dan Sleeter, Pendidikan Multikultur bukan sekedar merupakan praktek aktual satu bidang studi atau program pendidikan semata, namun mencakup seluruh aspek pendidikan.
3.    Proses pendidikan.
Pendidikan Multikultural juga merupakan proses (pendidikan) yang tujuannya tidak akan pernah terrealisasikan secara penuh. Pendidikan Multikultural adalah proses menjadi. Pendidikan Multikultural harus dipandang sebagai suatu proses yang terus-menerus (an ongonging process), dan bukan sebagai sesuatu yang langsung bisa tercapai. Tujuan utama dari Pendidikan Multikultural adalah untuk memperbaiki prestasi secara utuh bukan sekedar meningkatkan skor.
Persamaan pendidikan, seperti juga kebebasan dan keadilan, merupakan ide umat manusia yang harus dicapai dengan perjuangan keras namun tidak pernah dapat mencapainya secara penuh. Ras, gender, dan diskriminasi terhadap orang yang berkebutuhan akan tetap ada sekalipun kita telah berusaha sekeras mungkin menghilangkan masalah ini. Jika prasangka dan diskriminasi dikurangi pada suatu kelompok, biasanya keduanya terarah pada kelompok lain atau mengambil bentuk yang lain. Karena tujuan Pendidikan Multikultur tidak akan pernah tercapai secara penuh, kita seharusnya bekerja secara kontinyu meningkatkan persamaan pendidikan untuk semua siswa (educational equality for all students).
Sejalan dengan pemikiran dari Banks di atas, Gorski menyimpulkan bahwa sejak konsep paling awal muncul pada tahun 1960-an, pendidikan multikultural telah berubah, difokuskan kembali, dan dikonseptualisasikan kembali. Pendidikan multikultural berada di dalam kondisi perubahan baik teoritis maupun praktek sehingga jarang ada dua pengajar atau ahli pendidikan yang memiliki definisi yang sama tentang pendidikan multikultural. Seperti halnya dalam suatu dialog pendidikan, individu cenderung mengubah konsep untuk disesuaikan dengan fokus tertentu. Beberapa di antaranya membahas pendidikan multikultural sebagai suatu perubahan kurikulum, mungkin dengan menambah materi dan perspektif baru. Yang lain berbicara tentang isu iklim kelas dan gaya mengajar yang dipergunakan kelompok tertentu. Yang lain berfokus pada isu sistem dan kelembagaan seperti jurusan, tes baku, atau ketidak cocokan pendanaan antara golongan tertentu yang mendapat jatah lebih sementara yang lain kurang mendapat perhatian. Yang lain lagi melihat perubahan pendidikan sebagai bagian dari perubahan masyarakat yang lebih besar di mana kita mengeksplorasi dan mengkritik dasar-dasar kemasyarakatan yang menindas dan bagaimana pendidikan berfungsi untuk memelihara status quo – seperti di Amerika Serikat yang terlalu berpihak pada supremasi kulit putih, kapitalisme, situasi sosio-ekonomi global dan eksploitasi. Sekalipun banyak perbedaan konsep pendidikan multikultural, ada sejumlah ide yang dimiliki bersama dari semua pemikiran dan merupakan dasar bagi pemahaman Pendidikan Multikultural:
-       kesempatan yang sama bagi setiap siswa untuk mewujudkan potensi sepenuhnya,
-       penyiapan pelajar untuk berpartisipasi penuh dalam masyarakat antar budaya,
-       penyiapan pengajar agar memudahkan belajar bagi setiap siswa secara efektif, tanpa memperhatikan perbedaan atau persamaan budaya dengan dirinya,
-       partisipasi aktif sekolah dalam menghilangkan penindasan dalam segala bentuknya. Pertama-tama dengan menghilangkan penindasan di sekolahnya sendiri, kemudian menghasilkan lulusan yang sadar dan aktif secara sosial dan kritis
-       pendidikan harus berpusat pada siswa dengan mendengarkan aspirasi dan pengalaman siswa,
-       pendidik, aktivis, dan yang lain harus mengambil peranan lebih aktif dalam mengkaji kembali semua praktek pendidikan, termasuk teori belajar, pendekatan mengajar, evaluasi, psikhologi sekolah dan bimbingan, materi pendidikan dan buku teks, dan lain-lain.
Menurut Paul Gorski pendidikan multikultural merupakan pendekatan progresif untuk mengubah pendidikan secara holistik dengan mengkritik dan memusatkan perhatian pada kelemahan, kegagalan, dan praktek diskriminatif di dalam pendidikan akhir-akhir ini. Keadilan sosial, persamaan pendidikan, dan dedikasi menjadi landasan Pendidikan Multikultural dalam memfasilitasi pengalaman pendidikan agar semua siswa dapat mewujudkan semua potensinya secara penuh dan menjadikannya sebagai manusia yang sadar dan aktif secara lokal, nasional, dan global.

4.        Rasionalita Arti Pentingnya Keberadaan Pendidikan Multikultural
Pendidikan Multikultural dapat menjadi elemen yang kuat dalam kurikulum Indonesia untuk mengembangkan kompetensi dan ketrampilan hidup (life skills). Masyarakat Indonesia terdiri dari masyarakat multikultur yang mencakup berbagai macam perspektif budaya yang berbeda. Jadi sangat relevanlah bagi sekolah di Indonesia untuk menerapkan Pendidikan Multikultural. Pendidikan Multikultural dapat melatih siswa untuk menghormati dan toleransi terhadap semua kebudayaan.
Pendidikan Multikultural sebagai kesadaran merupakan suatu pendekatan yang didasarkan pada keyakinan bahwa budaya merupakan salah satu kekuatan yang dapat menjelaskan perilaku manusia. Budaya memiliki peranan yang sangat besar di dalam menentukan arah kerjasama maupun konflik antar sesama manusia. Huntington meramalkan bahwa pertentangan manusia yang akan datang merupakan pertentangan budaya. Oleh sebab itu kita perlu meneliti kekuatan yang tersimpan di dalam budaya masing-masing kelompok manusia agar dapat dimanfaatkan bagi kebaikan bersama. Pendidikan Multikultural dipersepsikan sebagai suatu jembatan untuk mencapai kehidupan bersama dari umat manusia di dalam era globalisasi yang penuh tantangan baru. Pertemuan antarbudaya bisa berpotensi memberi manfaat tetapi sekaligus menimbulkan salah paham. Itulah rasional yang menunjukkan arti pentingnya keberadaan Pendidikan Multikultural.

5.      Prinsip pendidikan multikultural
Prinsip Pendidikan Multikultural menurut Groski adalah sebagai berikut:
a.       Pemilihan materi pelajaran harus terbuka secara budaya didasarkan pada siswa. Keterbukaan ini harus menyatukan opiniopini yang berlawanan dan interpretasi-interpretasi yang berbeda.
b.      Isi materi pelajaran yang dipilih harus mengandung perbedaan dan persamaan dalam lintas kelompok.
c.       Materi pelajaran yang dipilih harus sesuai dengan konteks waktu dan tempat.
d.      Pengajaran semua pelajaran harus menggambarkan dan dibangun berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dibawa siswa ke kelas.
e.       Pendidikan hendaknya memuat model belajar mengajar yang interaktif agar supaya mudah dipahami.
Multikulturalisme bukan hanya sebuah wacana tetapi sebuah ideologi yang harus diperjuangkan, karena dibutuhkan sebagai landasan bagi tegaknya demokrasi, HAM, dan kesejahteraan hidup masyarakatnya. Multikulturalisme bukan sebuah ideologi yang berdiri sendiri terpisah dari ideologi-ideologi lainnya, dan multikulturalisme membutuhkan seperangkat konsep-konsep yang merupakan bangunan knsep-konsep untuk dijadikan acuan bagi yang memahaminya dan mengembangluaskannya dalam kehidupan bermasyarakat.

6.      Tujuan dan fungsi pendidikan multicultural
Tujuan Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural berusaha menolong siswa mengembangkan rasa hormat kepada orang yang berbeda budaya, memberi kesempatan untuk bekerja bersama dengan orang atau kelompok orang yang berbeda etnis atau rasnya secara langsung, menolong siswa untuk mengakui ketepatan dari pandangan-pandangan budaya yang beragam, menolong siswa mengembangkan kebanggaan terhadap warisan budaya mereka, menyadarkan siswa bahwa konflik nilai sering menjadi penyebab konflik antar kelompok masyarakat (Savage & Armstrong, 1996). Farris & Cooper (1994) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan multikultural adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk memandang kehidupan dari berbagai perspektif budaya yang berbeda dengan budaya yang mereka miliki, dan bersikap positif terhadap perbedaan budaya, ras, dan etnis.
Sementara itu, Banks (dalam Skeel, 1995), mengidentifikasi tujuan pendidikan multikultural, adalah: 
a.       untuk memfungsikan peranan sekolah dalam memandang keberadaan siswa yang beraneka ragam; 
b.       untuk membantu siswa dalam membangun perlakuan yang positif terhadap perbedaan kultural, ras, etnik, kelompok keagamaan; 
c.       memberikan ketahanan siswa dengan cara mengajar mereka dalam mengambil keputusan dan ketrampilan sosialnya; dan 
d.      untuk membantu peserta didik dalam membangun ketergantungan lintas budaya dan memberi gambaran positif kepada mereka mengenai perbedaan kelompok.
Secara konseptual pendidikan multikultural menurut Groski mempunyai tujuan sebagai berikut.
a.       Setiap siswa mempunyai kesempatan untuk mengembangkan prestasi mereka.
b.      Siswa belajar bagaimana belajar dan berpikir secara kritis.
c.       Mendorong siswa untuk mengambil peran aktif dalam pendidikan, dengan menghadirkan pengalaman-pengalaman mereka dalam konteks belajar.
d.      Mengakomodasikan semua gaya belajar siswa.
e.       Mengapresiasi kontribusi dari kelompok-kelompok yang berbeda.
f.       Mengembangkan sikap positif terhadap kelompok-kelompok yang mempunyai latar belakang berbeda.
g.      Untuk menjadi warga yang baik di sekolah maupun di masyarakat.
h.      Belajar bagaimana menilai pengetahuan dari perspektif yang berbeda.
i.        Untuk mengembangkan identitas etnis, nasional, dan global.
j.        Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan mengambil keputusan dan analisis secara kritis sehingga siswa dapat membuat pilihan yang lebih baik dalam kehidupan sehari-hari.
Fungsi Pendidikan Multikultural
The National Council for Social Studies (Gorski, 2001) mengajukan sejumlah fungsi yang menunjukkan pentingnya keberadaan dari Pendidikan Multikultural. Fungsi tersebut adalah :
1.      memberi konsep diri yang jelas.
2.      membantu memahami pengalaman kelompok etnis dan budaya ditinjau dari sejarahnya.
3.      membantu memahami bahwa konflik antara ideal dan realitas itu memang ada pada setiap masyarakat.
4.      membantu mengembangkan pembuatan keputusan (decision making), partisipasi sosial dan ketrampilan kewarganegaraan (citizenship skills).
5.      mengenal keberagaman dalam penggunaan bahasa.
Pendidikan Multikultural memberi tekanan bahwa sekolah pada dasarnya berfungsi mendasari perubahan masyarakat dan meniadakan penindasan dan ketidakadilan. Fungsi pendidikan multikultural yang mendasar adalah mempengaruhi perubahan sosial. Jalan di atas dapat dirinci menjadi tiga butir perubahan :
1.      perubahan diri
2.      perubahan sekolah dan persekolahan
3.      perubahan masyarakat
Perubahan diri dimaknai sebagai perubahan dimulai dari diri siswa sendiri itu sendiri yang lebih menghargai orang lain agar dia bisa hidup damai dengan sekelilingnya. Kemudian diwujudkan dalam tata tutur dan tata perlakunya di lingkungan sekolah dan berlanjut hingga di masyarakat. Karena sekolah merupakan agen perubahan, maka diharapkan ada perubahan yang terjadi di masyarakat seiring dengan terjadi perubahan yang terdapat dalam lingkungan persekolahan (Gorski, 2001).

D.    BAHAN DISKUSI
1.      Dikelas terdapat anak dengan berbeda-beda entis yang menyebabkan beragamnya pula pola pikirnya. Bagaimana cara mengajarnya agar mereka semua memiliki pemahaman yang setara?
2.      Fungsi pendidikan multikultural pada poin keempat adalah “membantu pengembangan pembuatan keputusan (decision making), partisipasi sosial dan keterampilan kewarganegaraan (citizenship skills)” apa contohnya?
3.      Bagaimanakah aplikasi multikultural yang kita tahu bahwa pendidikan multikultural itu yang dari tidak ada menjadi ada, contohnya?
4.      Bagaimana budaya memiliki peranan yang sangat besar di dalam menentukan arah kerjasama maupun konflik antar sesama manusia ?

E.     SUMBER PUSTAKA
Sutarno. 2007. Pendidikan Multikultural. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Hanum, Farida. 2009. Pendidikan Multikultural sebagai Sarana Membentuk Karakter Bangsa.
http://ariise.wordpress.com/2009/12/31/pendidikan-multikultral/ diunduh tanggal 7 Maret 2013 pukul 15:27 wib


0 komentar:

Posting Komentar

 
;