BAB II
HAKIKAT
PANDIDIKAN MULTIKULTURAL
A.
SUB
POKOK BAHASAN
1.
Definisi pendidikan
multikultural
2.
Sejarah pendidikan multikultural
3.
Dasar pendidikan multicultural
4.
Arti penting pendidikan multikultural
5.
Prinsip pendidikan multikultural
6.
Tujuan dan fungsi pendidikan
multikultural
B.
TUJUAN
1.
Mahasiswa diharuskan dapat
memjelaskan definisi pendidikan multikultural
2.
Mahasiswa diharuskan
dapat memahami sejarah pendidikan multikultural
3.
Mahasiswa diharuskan
dapat memahami prinsip pendidikan multikultural
4.
Mahasiswa diharuskan
dapat memahami tujuan dan fungsi pendidikan multikultural
C.
PEMBAHASAN
1.
Definisi pendidikan multikultural
Multikultural berasal dari dua kata yaitu
Multi dan Kultur, multi berarti banyak sedangkan kultur berarti budaya.
Multikultural
menurut Gibson
(1984) merupakan suatu proses pendidikan yang membantu individu mengembangkan
cara menerima, mengevaluasi, dan masuk ke dalam sistem budaya yang berbeda dari
yang mereka miliki.
Sedangkan menurut Nieto (1992) menyebutkan bahwa pendidikan multikultural
adalah pendidikan yang bersifat anti rasis, yang memperhatikan
keterampilan-keterampilan dan pengetahuan dasar bagi warga dunia, yang penting
bagi semua murid, yang menembus seluruh aspek sistem pendidikan, mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan
yang memungkinkan murid bekerja bagi.
Dalam
hal ini kita dapat menyimpulkan bahwa, Pendidikan Multikultural merupakan ide, gerakan
pembaharuan pendidikan dan proses pendidikan yang tujuan utamanya
adalah untuk mengubah struktur lembaga pendidikan supaya siswa baik pria maupun
wanita, siswa berkebutuhan khusus, dan siswa yang merupakan anggota dari
kelompok ras, etnis, dan kultur yang bermacam macam itu akan memiliki
kesempatan yang sama untuk mencapai prestasi akademis di sekolah.
2.
Sejarah pendidikan multikultural
Sejarah
Multikulturalisme
Multikulturalisme adalah sebuah faham yang
mengajarkan tentang keanekaragaman budaya. Multikulturalisme mengajarkan
tentang menghargai perbedaan, sehingga setiap manusia memiliki hak dan derajat
yang sama.
Perkembangan multikulturalisme tidak lepas
dari sejarahnya. Multikulturalisme lahir atas nama penghargaan terhadap
diskriminasi ras, ekonomi, dan agama. Pada tahun 1950an melihat ketimpangan sosial
yang terjadi, kelompok-kelompok tertentu memunculkan gagasan multikulturaisme.
Gagasan ini muncul karena adanya dominasi kelompok tertentu terhadap ekonomi
dan pendidikan.
Faham multikulturalisme muncul dari
pemikiran interkulturalisme, sedangkan interkulturalisme sendiri lahir sebelum
perang dunia ke II. Tema-tema gagasan interkultural menekankan pada rasial,
agama, dan kultur dominan.
Pada awal 1950an, nampaknya interkulturalime
mulai tidak relevan lagi jika digunakan sebagai ideologi guna memperjuangkan
hak-hak kaum minoritas yang kemudian memunculkan wacana multikulturalisme.
Gagasan tentang multikulturalisme ini dicetuskan oleh aktivis-aktivis minoritas
Amerika yang menyuarakan tentang persamaan hak bukan hanya pada rasial, agama,
atau kultur tertentu tetapi juga permasalahan yang muncul dalam masyarakat
diantaranya, tentang pendidikan anak minoritas, kesetaraan jender (quality),
dan pelecehan seksual terhadap anak-anak.
Pada akhir tahun 1960an, pendidikan
multikultural ulai dikenalkan di sekolah-sekolah dan langgsung dimasukan dalam
kurikulum. Pengenalan ke sekolah-sekolah sangatlah penting karena sekolah
merupakan tempat dimana setiap orang mengembangkan potensinya. Sejak saat itu
multikulturalisme tidak hanya menjadi faham kebudayaan saja tetapi juga telah
menjadi paradigma yang baru dalam pendidikan.
Secara
sederhana pendidikan multikultural dajuanpat di artikan sebagai pendidikan
tentang keragaman kebudayaan dalam merespok perubahan demografis dan kultural
lingkungan masyarakat tertentu. Munculnya pendidikan multikultural
dilatarbelakangi oleh ketimpangan struktural rasial, ketidakadilan, penindasan,
dan keterbelakangan kelompok-kelompok tertentu. Ketidakadilan tersebut
membedakan golongan mayoritas yang mendominasi dan golongan minoritas, sehingga
munculah gerakan-gerakan sipil untuk mengambil haknya, yang kemudian
berimplikasi pada pendidikan yang menuntut pendidikan yang anti diskriminasi.
Dalam
pendidikan multikultural, diskriminasi merupakan permasalahan utama yang
melaterbelakangi pentingnya penerapan strategi pendidikan tersebut. Oleh karena
itu dengan menerapkan pendidikan multikultural ini diharapkan
generasi penerus bangsa akan menjunjung tinggi keadilan, demokrasi dan
humanism.
3.
Dasar Pendidikan Multikultural
Berdasarkan kondisi masyarakat
Indonesia yang multikultural, maka untuk membentuk negara Indonesia yang kokoh
perlu mengembangkan jenis pendidikan yang cocok untuk bangsa yang
multikultural. Jenis pendidikan yang cocok untuk bangsa yang multikultur ini adalah
Pendidikan Multikultural.
Sebagaimana
disebutkan di atas, Pendidikan Multikultural paling tidak menyangkut tiga hal
yaitu (1) ide dan kesadaran akan nilai penting keragaman budaya, (2) gerakan
pembaharuan pendidikan dan (3) proses. Berikut ini akan diuraikan
dasar yang membentuk perlunya Pendidikan Multikultur.
1. Kesadaran nilai
penting keragaman budaya
Perlu
peningkatan kesadaran bahwa semua siswa memiliki karakteristik khusus karena
usia, agama, gender, kelas sosial, etnis, ras, atau karakteristik budaya
tertentu yang melekat pada diri masing-masing. Pendidikan Multikultural
berkaitan dengan ide bahwa semua siswa tanpa memandang karakteristik budayanya
itu seharusnya memiliki kesempatan yang sama untuk belajar di sekolah. Perbedaan
yang ada itu merupakan keniscayaan atau kepastian adanya namun perbedaan itu
harus diterima secara wajar dan bukan untuk membedakan. Artinya perbedaan itu
perlu kita terima sebagai suatu kewajaran dan perlu sikap toleransi agar kita
bisa hidup berdampingan secara damai tanpa melihat unsur yang berbeda itu untuk
membeda-bedakan.
Pendidikan
Multikultural ini memberikan pemahaman mengenai berbagai jenis kegiatan
pendidikan sebagai bagian integral dari kebudayaan universal. Di dalamnya akan
dibahas kebudayaan yang teraktualisasi secara internasional, regional, dan
lokal sepanjang sejarah kemanusiaan. Kegiatan pendidikan sebagai interaksi
sosio-kultural paedagogis di Indonesia bukan hanya dilakukan oleh suku bangsa
Indonesia, tapi berbagai bangsa. Di dalam Pendidikan Multikultural ini akan
diungkap pula aktivitas paedagogis masa lalu, masa kini dan masa depan di
berbagai belahan dunia dengan fokus kebudayaan Indonesia.
2. Gerakan
pembaharuan pendidikan
Ide penting
yang lain dalam Pendidikan Multikultural adalah bahwa sebagian siswa karena
karakteristik tersebut di atas, ternyata ada yang memiliki kesempatan yang
lebih baik untuk belajar di sekolah favorit tertentu sedangkan siswa dengan
karakteristik budaya yang berbeda tidak memiliki kesempatan itu.
Beberapa karakteristik
institusional dari sekolah secara sistematis menolak kelompok siswa untuk
mendapatkan kesempatan pendidikan yang sama, walaupun itu dilakukan secara
halus. Dalam arti, dibungkus dalam bentuk aturan yang hanya bisa dipenuhi oleh
segolongan tertentu dan tidak bisa dipenuhi oleh golongan yang lain. Kita
perhatikan di lingkungan sekitar kita. Ada kesenjangan ketika muncul fenomena
sekolah favorit yang didominasi oleh golongan orang kaya karena ada
kebijakan
lembaga yang mengharuskan untuk membayar uang pangkal yang mahal untuk bisa
masuk dalam kelompok sekolah favorit itu. Ada kebijakan yang dipandang tidak
adil bagi golongan Tionghoa karena ada diskriminasi terhadap kelompok mereka
sehingga mereka hanya berkecimpung di bidang yang sangat terbatas, misalnya
dagang, pengacara, dokter dan mengalami kesulitan berkarier di bidang
ketentaraan dan pemerintahan. Mereka dan sebagian warga negara asing lainnya
sulit mendapatkan status kewarganegaraan bagi anak-anak mereka sebelum tahun
2006. Ada keluhan di kalangan atlit bulutangkis untuk dimasuki golongan pribumi
karena sudah didominasi oleh warga keturunan Cina. Warga dari Suku Anak Dalam
di Lampung kurang mendapat kesempatan memperoleh pendidikan yang memadai karena
karakteristik budaya mereka yang unik dan tinggal di daerah pedalaman.
Pendidikan
Multikultural bisa muncul berbentuk bidang studi, program, dan praktek yang
direncanakan lembaga pendidikan untuk merespon tuntutan, kebutuhan dan aspirasi
berbagai kelompok. Sebagaimana ditunjukkan Grant dan Sleeter, Pendidikan
Multikultur bukan sekedar merupakan praktek aktual satu bidang studi atau
program pendidikan semata, namun mencakup seluruh aspek pendidikan.
3. Proses
pendidikan.
Pendidikan
Multikultural juga merupakan proses (pendidikan) yang tujuannya tidak akan
pernah terrealisasikan secara penuh. Pendidikan
Multikultural adalah proses menjadi. Pendidikan Multikultural harus
dipandang sebagai suatu proses yang terus-menerus (an ongonging process), dan
bukan sebagai sesuatu yang langsung bisa tercapai. Tujuan utama dari Pendidikan
Multikultural adalah untuk memperbaiki prestasi secara utuh bukan sekedar
meningkatkan skor.
Persamaan
pendidikan, seperti juga kebebasan dan keadilan, merupakan ide umat manusia
yang harus dicapai dengan perjuangan keras namun tidak pernah dapat mencapainya
secara penuh. Ras, gender, dan diskriminasi terhadap orang yang berkebutuhan
akan tetap ada sekalipun kita telah berusaha sekeras mungkin menghilangkan
masalah ini. Jika prasangka dan diskriminasi dikurangi pada suatu kelompok,
biasanya keduanya terarah pada kelompok lain atau mengambil bentuk yang lain.
Karena tujuan Pendidikan Multikultur tidak akan pernah tercapai secara penuh,
kita seharusnya bekerja secara kontinyu meningkatkan persamaan pendidikan untuk
semua siswa (educational equality for all
students).
Sejalan
dengan pemikiran dari Banks di atas, Gorski menyimpulkan bahwa sejak konsep
paling awal muncul pada tahun 1960-an, pendidikan multikultural telah berubah,
difokuskan kembali, dan dikonseptualisasikan kembali. Pendidikan multikultural
berada di dalam kondisi perubahan baik teoritis maupun praktek sehingga jarang
ada dua pengajar atau ahli pendidikan yang memiliki definisi yang sama tentang
pendidikan multikultural. Seperti halnya dalam suatu dialog pendidikan, individu
cenderung mengubah konsep untuk disesuaikan dengan fokus tertentu. Beberapa di
antaranya membahas pendidikan multikultural sebagai suatu perubahan kurikulum,
mungkin dengan menambah materi dan perspektif baru. Yang lain berbicara tentang
isu iklim kelas dan gaya mengajar yang dipergunakan kelompok tertentu. Yang
lain berfokus pada isu sistem dan kelembagaan seperti jurusan, tes baku, atau
ketidak cocokan pendanaan antara golongan tertentu yang mendapat jatah lebih
sementara yang lain kurang mendapat perhatian. Yang lain lagi melihat perubahan
pendidikan sebagai bagian dari perubahan masyarakat yang lebih besar di mana
kita mengeksplorasi dan mengkritik dasar-dasar kemasyarakatan yang menindas dan
bagaimana pendidikan berfungsi untuk memelihara status quo – seperti di Amerika
Serikat yang terlalu berpihak pada supremasi kulit putih, kapitalisme, situasi
sosio-ekonomi global dan eksploitasi. Sekalipun banyak perbedaan konsep
pendidikan multikultural, ada sejumlah ide yang dimiliki bersama dari semua
pemikiran dan merupakan dasar bagi pemahaman Pendidikan Multikultural:
-
kesempatan
yang sama bagi setiap siswa untuk mewujudkan potensi sepenuhnya,
-
penyiapan
pelajar untuk berpartisipasi penuh dalam masyarakat antar budaya,
-
penyiapan
pengajar agar memudahkan belajar bagi setiap siswa secara efektif, tanpa
memperhatikan perbedaan atau persamaan budaya dengan dirinya,
-
partisipasi
aktif sekolah dalam menghilangkan penindasan dalam segala bentuknya.
Pertama-tama dengan menghilangkan penindasan di sekolahnya sendiri, kemudian
menghasilkan lulusan yang sadar dan aktif secara sosial dan kritis
-
pendidikan
harus berpusat pada siswa dengan mendengarkan aspirasi dan pengalaman siswa,
-
pendidik,
aktivis, dan yang lain harus mengambil peranan lebih aktif dalam mengkaji
kembali semua praktek pendidikan, termasuk teori belajar, pendekatan mengajar,
evaluasi, psikhologi sekolah dan bimbingan, materi pendidikan dan buku teks,
dan lain-lain.
Menurut Paul
Gorski pendidikan multikultural merupakan pendekatan progresif untuk mengubah
pendidikan secara holistik dengan mengkritik dan memusatkan perhatian pada
kelemahan, kegagalan, dan praktek diskriminatif di dalam pendidikan akhir-akhir
ini. Keadilan sosial, persamaan pendidikan, dan dedikasi menjadi landasan
Pendidikan Multikultural dalam memfasilitasi pengalaman pendidikan agar semua
siswa dapat mewujudkan semua potensinya secara penuh dan menjadikannya sebagai
manusia yang sadar dan aktif secara lokal, nasional, dan global.
4.
Rasionalita Arti Pentingnya Keberadaan Pendidikan
Multikultural
Pendidikan
Multikultural dapat menjadi elemen yang kuat dalam kurikulum Indonesia untuk
mengembangkan kompetensi dan ketrampilan hidup (life skills). Masyarakat
Indonesia terdiri dari masyarakat multikultur yang mencakup berbagai macam
perspektif budaya yang berbeda. Jadi sangat relevanlah bagi sekolah di
Indonesia untuk menerapkan Pendidikan Multikultural. Pendidikan Multikultural
dapat melatih siswa untuk menghormati dan toleransi terhadap semua kebudayaan.
Pendidikan
Multikultural sebagai kesadaran merupakan suatu pendekatan yang didasarkan pada
keyakinan bahwa budaya merupakan salah satu kekuatan yang dapat menjelaskan
perilaku manusia. Budaya memiliki peranan yang sangat besar di dalam menentukan
arah kerjasama maupun konflik antar sesama manusia. Huntington meramalkan bahwa
pertentangan manusia yang akan datang merupakan pertentangan budaya. Oleh
sebab itu kita perlu meneliti kekuatan yang tersimpan di dalam budaya
masing-masing kelompok manusia agar dapat dimanfaatkan bagi kebaikan bersama. Pendidikan
Multikultural dipersepsikan sebagai suatu jembatan untuk mencapai kehidupan
bersama dari umat manusia di dalam era globalisasi yang penuh tantangan baru.
Pertemuan antarbudaya bisa berpotensi memberi manfaat tetapi sekaligus
menimbulkan salah paham. Itulah rasional yang menunjukkan arti pentingnya
keberadaan Pendidikan Multikultural.
5.
Prinsip pendidikan multikultural
Prinsip Pendidikan Multikultural menurut
Groski adalah sebagai berikut:
a.
Pemilihan materi
pelajaran harus terbuka secara budaya didasarkan pada siswa. Keterbukaan ini
harus menyatukan opiniopini yang berlawanan dan interpretasi-interpretasi yang
berbeda.
b.
Isi materi pelajaran
yang dipilih harus mengandung perbedaan dan persamaan dalam lintas kelompok.
c.
Materi pelajaran yang
dipilih harus sesuai dengan konteks waktu dan tempat.
d.
Pengajaran semua
pelajaran harus menggambarkan dan dibangun berdasarkan pengalaman dan
pengetahuan yang dibawa siswa ke kelas.
e.
Pendidikan hendaknya
memuat model belajar mengajar yang interaktif agar supaya mudah dipahami.
Multikulturalisme bukan hanya sebuah wacana tetapi
sebuah ideologi yang harus diperjuangkan, karena dibutuhkan sebagai landasan
bagi tegaknya demokrasi, HAM, dan kesejahteraan hidup masyarakatnya.
Multikulturalisme bukan sebuah ideologi yang berdiri sendiri terpisah dari
ideologi-ideologi lainnya, dan multikulturalisme membutuhkan seperangkat
konsep-konsep yang merupakan bangunan knsep-konsep untuk dijadikan acuan
bagi yang memahaminya dan mengembangluaskannya dalam kehidupan bermasyarakat.
6.
Tujuan dan fungsi pendidikan multicultural
Tujuan Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural berusaha menolong siswa
mengembangkan rasa hormat kepada orang yang berbeda budaya, memberi kesempatan
untuk bekerja bersama dengan orang atau kelompok orang yang berbeda etnis atau
rasnya secara langsung, menolong siswa untuk mengakui ketepatan dari
pandangan-pandangan budaya yang beragam, menolong siswa mengembangkan kebanggaan
terhadap warisan budaya mereka, menyadarkan siswa bahwa konflik nilai sering
menjadi penyebab konflik antar kelompok masyarakat (Savage & Armstrong,
1996). Farris & Cooper (1994) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan
multikultural adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk memandang kehidupan
dari berbagai perspektif budaya yang berbeda dengan budaya yang mereka miliki,
dan bersikap positif terhadap perbedaan budaya, ras, dan etnis.
Sementara itu, Banks (dalam Skeel, 1995),
mengidentifikasi tujuan pendidikan multikultural, adalah:
a.
untuk memfungsikan peranan
sekolah dalam memandang keberadaan siswa yang beraneka ragam;
b.
untuk membantu siswa
dalam membangun perlakuan yang positif terhadap perbedaan kultural, ras, etnik,
kelompok keagamaan;
c.
memberikan ketahanan siswa
dengan cara mengajar mereka dalam mengambil keputusan dan ketrampilan
sosialnya; dan
d.
untuk membantu peserta didik
dalam membangun ketergantungan lintas budaya dan memberi gambaran positif
kepada mereka mengenai perbedaan kelompok.
Secara konseptual pendidikan multikultural menurut
Groski mempunyai tujuan sebagai berikut.
a.
Setiap siswa mempunyai
kesempatan untuk mengembangkan prestasi mereka.
b.
Siswa belajar bagaimana belajar
dan berpikir secara kritis.
c.
Mendorong siswa untuk mengambil
peran aktif dalam pendidikan, dengan menghadirkan pengalaman-pengalaman mereka
dalam konteks belajar.
d.
Mengakomodasikan semua gaya
belajar siswa.
e.
Mengapresiasi kontribusi dari
kelompok-kelompok yang berbeda.
f.
Mengembangkan sikap positif
terhadap kelompok-kelompok yang mempunyai latar belakang berbeda.
g.
Untuk menjadi warga yang baik
di sekolah maupun di masyarakat.
h.
Belajar bagaimana menilai
pengetahuan dari perspektif yang berbeda.
i.
Untuk mengembangkan identitas
etnis, nasional, dan global.
j.
Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan
mengambil keputusan dan analisis secara kritis sehingga siswa dapat membuat
pilihan yang lebih baik dalam kehidupan sehari-hari.
Fungsi Pendidikan
Multikultural
The National Council for Social Studies (Gorski, 2001) mengajukan sejumlah fungsi
yang menunjukkan pentingnya keberadaan dari Pendidikan Multikultural. Fungsi
tersebut adalah :
1.
memberi
konsep diri yang jelas.
2.
membantu
memahami pengalaman kelompok etnis dan budaya ditinjau dari sejarahnya.
3.
membantu
memahami bahwa konflik antara ideal dan realitas itu memang ada pada setiap
masyarakat.
4.
membantu
mengembangkan pembuatan keputusan (decision making), partisipasi sosial dan
ketrampilan kewarganegaraan (citizenship skills).
5.
mengenal
keberagaman dalam penggunaan bahasa.
Pendidikan
Multikultural memberi tekanan bahwa sekolah pada dasarnya berfungsi mendasari
perubahan masyarakat dan meniadakan penindasan dan ketidakadilan. Fungsi
pendidikan multikultural yang mendasar adalah mempengaruhi perubahan sosial.
Jalan di atas dapat dirinci menjadi tiga butir perubahan :
1.
perubahan
diri
2.
perubahan
sekolah dan persekolahan
3.
perubahan
masyarakat
Perubahan diri dimaknai sebagai perubahan dimulai dari
diri siswa sendiri itu sendiri yang lebih menghargai orang lain agar dia bisa
hidup damai dengan sekelilingnya. Kemudian diwujudkan dalam tata tutur dan tata
perlakunya di lingkungan sekolah dan berlanjut hingga di masyarakat. Karena
sekolah merupakan agen perubahan, maka diharapkan ada perubahan yang terjadi di
masyarakat seiring dengan terjadi perubahan yang terdapat dalam lingkungan
persekolahan (Gorski, 2001).
D.
BAHAN
DISKUSI
1.
Dikelas terdapat anak
dengan berbeda-beda entis yang menyebabkan beragamnya pula pola pikirnya.
Bagaimana cara mengajarnya agar mereka semua memiliki pemahaman yang setara?
2.
Fungsi pendidikan
multikultural pada poin keempat adalah “membantu pengembangan pembuatan
keputusan (decision making), partisipasi sosial dan keterampilan
kewarganegaraan (citizenship skills)” apa contohnya?
3.
Bagaimanakah aplikasi
multikultural yang kita tahu bahwa pendidikan multikultural itu yang dari tidak
ada menjadi ada, contohnya?
4.
Bagaimana budaya memiliki peranan yang sangat besar di dalam
menentukan arah kerjasama maupun konflik antar sesama manusia ?
E.
SUMBER
PUSTAKA
Sutarno. 2007. Pendidikan
Multikultural. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional.
Hanum, Farida. 2009. Pendidikan Multikultural sebagai Sarana
Membentuk Karakter Bangsa.
http://ariise.wordpress.com/2009/12/31/pendidikan-multikultral/
diunduh tanggal 7 Maret 2013 pukul 15:27 wib
0 komentar:
Posting Komentar