ALIRAN PENDIDIKAN
KONVENSIONAL
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas diskusi
mata kuliah
Pengantar Ilmu Pendidikan
Dosen Pengampu :
Drs. H. A. Zaenal Abidin, M.Pd.
Disusun oleh :
Ulfah Nurul Wahdah (1401414283)
2. Hidayatun Ni’mah (1401414313)
3. Maulana Alam (1401414322)
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
DASAR
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI
SEMARANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat kami
susun dengan baik. Sholawat dan salam semoga tetap telimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa manusia menuju jalan kebenaran.
Makalah
ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Diharapkan dengan
penyusunan makalah ini pemahaman kami tentang aliran-aliran pendidikan
konvensional khususnya dapat semakin dalam. Harapan selanjutnya kami dapat
memperluas wawasan di mata kuliah pengantar ilmu pendidikan.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan
ini jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun
penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun, sebagai acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik
di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi
masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua. Serta
dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada
pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Negeri Semarang.
Semarang, 05 September 2014
Penyusun
JUDUL............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang............................................................................................................. 1
2. Rumusan Masalah........................................................................................................ 1
3. Tujuan........................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Aliran-Aliran Pendidikan
Konvensional...................................................................... 2
B. Gerakan-gerakan Baru dalam
Pendidikan.................................................................... 7
C.
Dua Aliran Pokok Pendidikan di
Indonesia.............................................................. 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................................ 17
B. Saran.......................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penddikan merupakan suatu proses
dalam kehidupan manusia yang dapat dilakukan oleh manusia mulai dari kecil
hingga dewasa. Dari dulu hingga saat ini, pendidikan merupakan hal yang paling
penting untuk membawa mereka kepada kehidupan yang lebih baik. Gagasan dan
pelaksanaan pendidikan selalu dinamis sesuai dengan dinamika manusia dan
masyarakatnya. Sejak dulu, kini, maupun dimasa yang akan datang, pendidikan
selalu mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial budaya dan
perkembangan IPTEK. Pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan pendidikan itu
disebut aliran-aliran pendidikan. Seperti dalam bidang-bidang lainnya,
pemikiran-pemikiran dalam pendidikan berlangsung seperti suatu diskusi
berkepanjangan yakni pemikiran-pemikiran terdahulu selalu ditanggapi dengan pro
dan kontra oleh pemikiran-pemikiran berkutnya, dan arena dialog melahirkan lagi
pemikiran-pemikiran baru, dan demikian seterusnya.
Sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, pendidikan memiliki nuansa berbeda antara satu era dengan era
lain, tempat satu dengan lainnya, sehingga banyak bermunculan
pemikiran-pemikiran yang dianggap sebagai penyesuaian proses pendidikan dengan
kebutuhan yang diperlukan. Oleh sebab itu, banyak teori yang dikemukakan pada
pemikir yang bermuara pada munculnya berbagai aliran pendidikan. Pada setiap
aliran pendidikan memiliki pandangan yang berbeda dalam memandang perkembangan
manusia. Oleh karena itu penulis akan memaparkan aliran-aliran dalam
pendidikan, terutama aliran pendidikan konvensional.
2. Rumusan Masalah
1. Apa macam-macam
aliran pendidikan konvensional?
2. Bagaimana
gerakan-gerakan baru dalam pendidikan?
3. Apa saja dua
aliran pokok pendidikan di Indonesia?
3. Tujuan
1. Untuk
mengetahui macam-macam aliran pendidikan konvensional.
2. Untuk
mengetahui gerakan-gerakan baru dalam pendidikan.
3. Untuk
mengetahui dua aliran pokok pendidikan di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
ALIRAN-ALIRAN
PENDIDIKAN KONVENSIONAL
Aliran-aliran klasik terdiri atas
aliran empiris, nativisme, naturalisme, dan konvergensi. Aliran ini
menghubungkan pemikiran dimasa lalu, sekarang, dan mungkin di masa yang akan
datang. Aliran ini memicu munculnya berbagai argumen-argumen tentang pendidikan,
mulai dari yang pesimis hingga yang paling optimis. Selain itu, muncul pula
beragam gerakan baru dalam pendidikan yang pengaruhnya masih terasa sampai
sekarang. Yaitu gerakan pengajaran alam sekitar, pengajaran pusat perhatian,
sekolah kerja, dan pengajaran proyek. Kemunculan gerakan baru tersebut memunculkan beragam pro dan kontra dalam
masyarakat. Aliran pendidikan konvensional dibagi menjadi empat aliran, yaitu:
1. Aliran
Empirisme
Kata empirisme berasal dari kata “empiri” yang berarti pengalaman.
Aliran Empirisme yaitu suatu aliran yang menganggap bahwa manusia itu dalam
hidup dan perkembangan pribadinya semata-mata ditentukan oleh dunia luar,
sedangkan pengaruh-pengaruh dari dalam (faktor keturunan) dianggapnya tidak
ada. Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan
stimulsi eksternal dalam perkembangan manusia dan menyatakan bahwa perkembangan
anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan.
Pengalaman yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia
sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam bebas
ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan. Tokoh perintisnya
adalah John Locke. Teorinya
disebut Tabula Rasa. Dalam teori ini, perkembangan anak bergantung 100%
dari dunia luar yang disebut lingkungan.
Aliran ini dipelopori oleh John Locke (1632-1704) seorang filsuf berkebangsaan Inggris, yang
berpendapat :
a.
Anak lahir di dunia ini seperti
kertas kosong atau sebagai meja berlapis lilin yang belum ada tulisan di
atasnya.
b.
Anak yang baru lahir tidak membawa
potensi/kemampuan.
c.
Perkembangan kepribadian anak sangat
ditentukan oleh faktor lingkungan yang disengaja/dikondisikan dinamakan
pendidikan.
Menurut aliran ini, pendidikan adalah Maha Kuasa dalam
membentuk anak didik menjadi apa yang diinginkannya. Sedangkan, mendidik adalah
membentuk manusia menurut kehendak pendidik.
Aliran empirisme didasarkan atas konsepsi yang
menyatakan bahwa perkembangan individu bergantung pada pengalaman-pengalaman
yang diperoleh selama hidupnya.Sehingga, Aliran bersikap optimis terhadap hasil
pendidikan disebut aliran optimisme dalam pendidikan.
Berdasarkan konsep dasar ini, maka hal yang harus
diperhatikan dalam pendidikan adalah :
1) Pendidikan
diberikan seawal mungkin,
2) Pembiasaan dan
latihan lebih penting daripada aturan, nasihat, atau perintah,
3) Mengamati anak
didik secara lebih dekat :
a.
Apa yang paling tepat bagi anak itu sesuai dengan umurnya
b. Hasrat-hasratnya
yang kuat
c.
Kecenderungannya mengikuti orang tua tanpa merusak semangat anak itu
4) Anak harus
dianggap sebagai makhluk rasional
5) Pelajaran di
sekolah jangan sampai menjadi beban.
Menurut pandangan empirisme pendidik memegang peranan
yang sangat penting sebab pendidik dapat menyediakan lingkungan pendidikan
kepada anak dan akan diterima oleh anak sebagai pengalaman-pengalaman. Hal ini
juga banyak mempengaruhi pola piker orang Indonesia, sebagai contoh, banyak
orang tua yang memaksa anaknya untuk tumbuh kearah yang mereka inginkan tanpa
menghiraukan bakat, pembawaan, serta cita-cita anak itu sendiri.
Aliran Empiris dipandanga berat sebelah karena hanya
mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan
kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan.
Namun aliran ini dapat dibenarkan/diperkuat dengan
contoh, seperti : ada dua anak kembar, mereka dianggap mempunyai kesanggupan
dan sifat-sifat yang sama.kemudian keduanya dipisahkan semenjak lahirm, yang
satu dibesarkan di lingkungan desa dan dididik oleh keluarga petani, yang satu
lagi dibesarkan di kota dan dididik oleh keluarga kaya raya. Bakat dan
kesanggupan keduanya juga berbeda yang satu menjadi guru, sedangkan yang satu
lagi menjadi saudagar. Yang menyebabkan perbedaan itu adalah pendidikan dan
lingkungan yang berbeda.
Kelebihan aliran empirisme adalah dapat membimbing keluarga atau lingkungan
anak untuk menciptakan lingkungan yang mendukung bagi anak sehingga perkembangan
anak dapat berjalan dengan baik.
Kelemahan aliran empirisme adalah hanya mementingkan pengalaman. Sedangkan
kemampuan dasar yang dibawa sejak lahir dikesampingkan. Padahal ada anak yang
berbakat dan dapat berhasil walaupun lingkungan tidak mendukung.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa keberhasilan belajar peserta didik
menurut aliran empirisme ini, adalah lingkungan sekitarnya. Keberhasilan ini
disebabkan oleh adanya kemampuan dari pihak pendidik yang mengajar mereka.
2. Aliran
Nativisme (Aliran Pembawaan)
Kata nativisme berasal dari kata natus (lahir);
nativis (pembawaan) yang ajarannya memandang manusia (anak manusia)
sejak lahir telah membawa sesuatu kekuatan yang disebut potensi (dasar). Aliran
ini menyatakan bahwa perkembangan manusia dalam hidup bermasyarakat itu
tergantung kepada pembawaan, sehingga pengaruh di dunia sekitar sedikit sekali.
Orang akan menjadi ahli agama, pelukis, guru, dll itu semuanya semata-mata
karena pembawaan bukan karena lingkungan atau pendidikan. Hasil perkembangan
tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran.
Lingkungan kurang berpengaruh terhadap dan pendidikan anak.
Aliran Nativisme bertolak dari Leinitzian Tradition yang menekankan
kemampuan dalam diri anak. Tokoh aliran Nativisme adalah Schopenheuer. Ia adalah filsof Jerman
yang hidup pada tahun 1788-1880. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan
individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir. Faktor lingkungan kurang
berpengaruh pada pendidikan dan perkembangan anak. Oleh karena itu, hasil
pendidikan ditentukan oleh bakat bawaan anak sejak lahir. Dengan demikian,
keberhasilan pendidikan seseorang ditentukan oleh individu itu sendiri.
Nativisme berpendapat, jika anak memiliki bakat jahat
sejak lahir maka ia akan menjadi jahat, jika anak memiliki bakat baik sejak
lahir maka ia akan menjadi baik. Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat
yang dibawa tidak akan berguna bagi perkembangan individu itu sendiri.
Pandangan tersebut tidak menyimpang dari kenyataan, misalnya
anak mirip orangtuanya secara fisik dan akan mewarisi sifat dan bakat orang
tuanya. Prinsipnya, pandangan nativisme adalah pengakuan tentang adanya daya
asli yang telah terbentuk sejak manusia lahir ke dunia, yaitu daya-daya
psikologis dan fisiologis yang bersifat herediter, serta kemampuan dasar
lainnya yang kemampuannya berbeda dalam tiap diri manusia. Ada yang tumbuh dan
berkembang sampai pada titik maksimal kemampuannya dan ada pula yang hanya
sampai pada titik tertentu. Misalnya seorang anak yang berasal dari orang tua
yang ahli seni musik akan berkembang menjadi seniman musik yang mungkin
melebihi kemampuan orangtuanya, mungkin juga hanya sampai setengah kemampuan
orangtuanya.
3. Aliran
Naturalisme
Aliran ini dipelopori oleh J.J. Rousseau (1712-1778) seorang filsuf bangsa Perancis, yang
berpendapat bahwa semua anak adalah baik pada waktu lahir, tetapi menjadi buruk
di tangan manusia. Prinsip kembali ke alam menjadi ciri utama aliran
naturalisme. Aliran ini meragukan perlunya pendidikan bagi pengembangan bakat
dan kemampuan anak. Oleh karena itu aliran ini disebut juga aliran negativisme.
Pendidikan lebih baik ditunda daripada mengakibatkan hal-hal yang tidak
diinginkan pada diri anak didik.
Naturalisme memiliki tiga prinsip tentang proses
pembelajaran (M. Arifin dan Aminuddin
R., 1992: 9), yaitu :
a.
Anak didik belajar melalui
pengalamannya sendiri, kemudian terjadi antara interaksi pengalaman dengan
kemampuan pertumbuhan dan perkembangan di dalam dirinya secara alami.
b.
Pendidik hanya menyediakan
lingkungan belajar yang menyenangkan. Pendidik berperan sebagai fasilitator
atau narasumber yang menyediakan lingkungan yang mampu mendorong keberanian
anak didik ke arah pandangan yang positif dan tanggap terhadap kebutuhan untuk
memperoleh bimbingan dan sugesti dari pendidik. Tanggungjawab belajar terletak
pada diri anak itu sendiri.
c.
Program pendidikan di sekolah harus
disesuaikan dengan minat dan bakat yang menyediakan lingkungan belajar yang
berorientasi kepada pola belajar anak didik. Anak didik secara bebas diberi
kesempatan untuk menciptakan lingkungan belajarnya sendiri sesuai dengan minat
dan perhatiannya.
Dengan demikian, aliran naturalisme menitik beratkan pada strategi
pembelajaran yang bersifat paedosentris, artinya faktor kemampuan
individu anak didik menjadi pusat kegiatan proses belajar mengajar.
4. Aliran
Konvergensi
Kata konvergensi berasal dari kata konvergen,
artinya bersifat menuju satu titik pertemuan. Aliran konvergensi merupakan
kompromi atau kombinasi dari aliran nativisme dan empirisme. Aliran ini
dipelopori oleh Willian Stern
(1871-1939) seorang ahli pendidikan bangsa Jerman, yang berusaha
menggabungkan dua aliran yang 180 derajat berlawanan yaitu aliran empirisme dan
nativisme. Menurut konsepsi konvergensi baik pembawaan maupun lingkungan
kedua-duanya mempunyai pengaruh terhadap perkembangan anak didik.Hasil
pendidikan bergantung pada besar kecilnya pembawaan serta situasi
lingkungannya. Jika kualitas pembawaan dan/atau lingkungan berubah, maka hasil
perkembangan atau pendidikan akan berubah pula.
Misalnya, anak yang mempunyai pembawaan baik maka akan berkembangan lebih
baik jika didukung oleh lingkungan yang baik pula. Bakat yang dibawa sejak
lahir tidak akan dapat berkembang secara optimal jika tanpa dukungan lingkungan
yang sesuai bagi perkembangan bakat itu sendiri. Sebaliknya, lingkungan yang
baik tidak akan dapat menghasilkan perkembangan anak secara maksimal jika tidak
didukung oleh bakat anak.
Perkembangan manusia bukan hasil dari pembawaan dan lingkungan saja.
Manusia tidak hanya diperkembangkan saja tetapi ia memperkembangkan dirinya
sendiri. Manusia adalah makhluk yang dapat dan sanggup memilih dan menentukan
sesuatu mengenai dirinya dengan bebas. Karena itu ia bertanggungjawab terhadap segala
perbuatannya. Ia dapat mengambil keputusan yang berlainan dari apa yang pernah
diambilnya.
Jadi, kebanyakan ahli psikologi individual (a.l. Alfred Adler dan Kinkel)
lebih menitik beratkan pada pengaruh lingkungan, sedangkan ahli-ahli biologi
dan ahli-ahli psikologi yang lain lebih menekankan pada kekuatan / pengaruh
pembawaan atau keturunan.
B. GERAKAN BARU PENDIDIKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PELAKSANAAN DI INDONESIA
1.
Pengajaran
Alam Sekitar
Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak
dengan sekitarnya adalah gerakanpengajaran alam
sekitar, perintis gerakan ini antara lain: Fr. A. Finger
(1808-1888) di Jerman dengan heimatkunde (pengajaran
alam sekitar, dan J. Ligthart (1859-1916) di' Belanda
dengan Met Volle-Leven {kehidupan senyatanya).
Beberapa prinsip gerakan Heimatkunde adalah:
1.
Dengan pengajaran alam sekitar itu
guru dapat meragakan secara langsung. Betapa pentingnya
pengajaran dengan meragakan atau mewujudkan itu sesuai
dengan sifat-sifat atau dasar-dasar orang pengajaran.
2.
Pengajaran alam sekitar memberikan
kesempatan sebanyak-banyaknya agar anakaktif atau giat tidak
hanya duduk, dengar, dan catat saja.
3.
Pengajaran alam sekitar memungkinkan
untuk memberikan pengajaran totalitas, yaitu suatu bentuk
pengajaran dengan ciri-ciri dalam garis besarnya
sebagai berikut:
a)
Suatu pengajaran yang tidak mengenai
pembagian mata pengajaran dalamdaftar pengajaran,
tetapi guru memahami tujuan pengajaran dan mengarahkan
usahanya untuk mencapai tujuan.
b)
Suatu pengajaran yang menarik
minat, karena segala sesuatu dipusatkan atassuatu bahan
pengajaran yang menarik perhatian anak dan
diambilkan dari alam sekitarnya.
c)
Suatu pengajaran yang
memungkinkan segala bahan pengajaran ituberhubung-hubungan satu
sama lain seerat-eratnya secara teratur.
4.
Pengajaran alam sekitar
memberi kepada anak bahan apersepsi
intelektual yang kukuh dan tidak verbalistis. Yang
dimaksud dengan apersepsi intelektual ialah segala
sesuatu yang baru dan masuk di dalam intelek anak, harus dapat
luluh menjadi satu dengan kekayaan pengetahuan yang sudah dimiliki
anak. Harus terjadi proses asimilasiantara pengetahuan
lama dengan pengetahuan baru.
5.
Pengajaran alam sekitar
memberikan apersepsi emosional, karena alam sekitar
mempunyai ikatan emosional dengan anak. Untuk anak pun alam
sekitar tidak berbeda dengan untuk orang dewasa; segala kejadian
di alam sekitarnya merupakan sebagian dari hidupnya
sendiri, dalam duka maupun suka {perhelatan, kelahiran, kematian,
pesta desa, panen, penanaman ladang, dan sebagainya). Bahkan
kali, kolam, ladang, gunung, jalan, itu semua
merupakan bagian dari dirinya atau dirinrTa adalah
bagian dari itu semua. Demikianlah alam sekitar sebagai
fundamen pendidikan dan pengajaran memberikan dasar
emosional, sehingga anak menaruh perhatian yang spontan
terhadap segala sesuatu yang diberikan kepadanya asal itu didasarkan
atas dan diambil dari alam sekitarnya. Sedangkan J.
Lingthart mengemukakan pegangan dalam Het Voile Leven
sebagai berikut:
1)
Anak harus mengetahui
barangnya terlebih dahulu sebelum mendengar
namanya, tidakkebalikannya, sebab kata itu hanya suatu
tanda dari pengertian tentang barang itu.
2)
Pengajaran sesungguhnya harus
mendasarkan pada pengajaran selanjutnya atau roatapengajaran
yang lain harus dipusatkan atas pengajaran itu.
3)
Haruslah diadakan perjalanan memasuki
hidup senyatanya kesemua jurusan, agar muridpaham akan
hubungan antara bermacam-macam lapangan dalam hidupnya
(pengajaran alam sekitar).
Pokok-pokok pendapat pengajaran alam
sekitar tersebut telah banyak dilakukan disekolah, baik
dengan peragaan, penggunaan bahan lokal dalam
pengajaran, dan lain-lain. Sepertitelah dikemukakan bahwa
beberapa tahun terakhir initelah ditetapkan
adanya muatan lokal dalam kurikulum, termasuk
penggunaan alam sekitar. Dengan muatan lokal
tersebut diharapkan anak makin dekat dengan alam dan
masyarakat lingkungannya. Di samping alam sekitar
sebagai isi bahan ajaran, alam sekitar juga menjadi
kajian empirik melalui percobaan, studi banding, dan
sebagainya. Dengan memanfaatkan alam sekitar
sebagai sumber belajar, anak akan lebih menghargai,
mencintai, dan melestarikan lingkungannya.
2. Pengajaran Pusat perhatian
Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Decroly
(1g71-1932) dari Belgia dengan pengajaran melalui pusat-pusat
minat (Centres d'interef), di samping pendapatnya
tentang pengajaran global. Pendidikan raenurut
Decroly berdasar pada semboyan: Ecole pour la vie, par la vie
{sekolah untuk hidup dan oleh hidup). Anak harus dididik untuk
dapat hidup dalam masyarakat dan dipersiapkan dalam masyaraka! anak
harus diarahkan kepada pembentukan individu dan anggota
masyarakat. Oleh karena itu, anak harus mempunyai
pengetahuan terhadap dirisendiri (tentang hasrat dan
cita-citanya) dan pengetahuan tentang dunianya
(lingkungannya, tempat hidup di hari depannya). Menurut Decroly
dunia ini terdiri dari alam dan kebudayaan. Dan dunia itu
harus hidup dan dapat mengembangkan kemampuan
untuk mencapai cita-cita. Oleh karena itu, anak harus
mempunyai pengetahuan atas diri sendiri dan dunianya.
Pengetahuan anak-anak harus bersifat subjektif
dan objektif. Dari penelitian secara tekun, Decroly
menyumbangkan dua pendapat yang sangat berguna bagi
pendidikan dan pengajaran, yang merupakan
dua halyang khas dari Decroly, yaitu :
1. Metode
Global {keseluruhan). Dari hasil yang didapat dari
observasi dan tes, dapatlah ia menciptakan, bahwa
anak-anak mengamati dan mengingat secara global
(keseluruhan). Mengingat keseluruhan lebih dulu daripada
bagian-bagian. Jadi ini berdasar atas prinsip psikologi Gestalt.
Dalam mengajarkan membaca dan menulis, temyata
mengajarkan kalimat lebih mudah daripada mengajarkan
ftata-kata lepas. Sedang kata lebih mudah diajarkan daripada
mengajarkan hur.uf-huruf secara tersendiri. Metode ini
bersifat video visual sebab artisesuatu kata yang
diajarkan itu selalu diasosiasikan dengan tanda
(tulisan), atau suatu gambar yang dapat dilihat.
2. Centre
d'interet (pusat-pusat minat). Dari penyelidikan
psikologik, ia menetapkan bahwa anak-anak mempunyai
minat yang spontan {sewajarnya). pengajaran harus disesuaikan
dengan minat-minat spontan tersebut. Sebab apabila
tidak, yaitu misalnya minat yang ditimbulkan oteh guru, maka
pengajaran itu tidak akan banyak hasilnya. Anak mempunyai
minat-minat spontan terhadap diri sendiri dan minat spontan
terhadap dirisendiri itu dapat kita bedakan menjadi:
a.
Dorongan mempertahankan diri.
b.
Dorongan mencarimakan dan minum.
c.
Dorongan memelihara diri.
Sedangkan minat terhadap masyarakat
(biososial) ialah:
a.
Dorongan sibuk bermain-main.
b.
Dorongan meniru orang lain.
Dorongan-dorongan inilah yang digunakan sebagai
pusat-pusat minat. Sedangkanpendidikan dan pengajaran harus
selalu dihubungkan dengan pusat-pusat minat tersebut.
Gerakan pengajaran pusat perhatian tersebut telah
mendorong berbagai upaya agar dalam kegiatan
belajar mengajar diadakan berbagai variasi (cara mengajar,
dan lain-lain) agarperhatian siswa tetap terpusat
pada bahan ajaran. Dengan kemajuan teknologi
pengajaran, peluang mengadakan variasi tersebut menjadi
terbuka lebar, dan dengan demikian upaya menarik minat menjadi
lebih besar. Pemusatan perhatian dalam pengajaran biasanya
kerja di prograrn pendidikan jalur sekolah, pengaruh
terbesar di pendidikan ini adalah pada
jatrurpendidikan luar sekolah {seperti kursus-kursus,
balai latihan kerja, dan sebagainya.
3. Sekolah Kerja
Gerakan sekolah kerja dapat dipandang
sebagaititik kulminasi dari pandangan-pandangan yang
mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan.
J.A. Corrnenius (1592-1670) menekankan agar pendidikan
mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa, dan tangan
(keterampilan, kerja tangan). J. H. Pstalozzi
{L746-1827} mngajarkan bermacam-macam mata pelajaran
pertukaran disekolahnya. Namun yang sering dipandang
sbagai kpalah skolah adalah G. Kerschensteiner
(1354-1932) dengan Arbeitschule-nya (sekolah
kerja) dijerman. Perlu dikemukakan bahwa sekolah
individu tetapijuga demi kepentingan masyarakat. Dngan
kata lain, sekolah berkewajiban menyiapkan warga
negara yang baik, yakni :
a.
Tiap orank adalah pekerja
dalam salah satu lapangan jabatan.
b.
Tiap orang wajib menyumbangkan
tenaganya untuk kepentingan negara .
c.
Dalam menunaikan kdua tugas tersebut
haruslah selalu diusahakan kesempurnaannya, agar dengan jalan itu
tiap warga negara ikut membantu mernpertinggi dan
menyempurnakan kesusilaan dan keselamatan negara.
Berdasarkan hal itu, maka menurut G.
Kerschensteinertujuan sekolah adalah :
1.
Menambah pengetahuan anak, yaitu
pengetahuan yang didapat dari buku atau pengetahuan
orang lain, dan yang didapat dari pengalaman sendiri.
2.
Agar anak dapat memiliki kernampuan
dan kemahiraan tertentu.
3.
Agar anak dapat memiliki pekerjaan
sebagai persiapan jabatan dalam mengabdi negara.
Kerschensteiner brpendapat bahwa kewajiban utama
sekolah adalah mmpersiapkan anak-anak untuk dapat bekrja.
Bukan pekrjaan otak yang dipentingkan, melainkan
pekerjaan tangan, sebab pekerjaan tangan adalah
dasar dari segala pengetahuan adat, agama, bahasa,
kesenian,ilmu pengetahuan dan lain-lain. Oleh karena itu
dmikian banyaknya macam pekerjaan yang menjadi
pusat pelajaran, maka sekolah kerja dibagi menjaditiga
golongan besar :
1. Sekolah-sekolah
prindustrian {tukang cukur, tukang cetak, tukang kayu,
tukang dagin, masinis, dan lain-lain).
2. Sekolah-sekolah
perdagangan {rnakanan, pakaian, bank, asuransi,
pmegang buku, porselin, pisau, dan gunting dari besi, dan
lain-lain).
3. Sekolah
sekolah rumah tangga, bertujuan mendidik para
calon ibu yang diharapkan akan menghalilkan warga ngara
yang baik.
Segala pekerjaan itu dilaksanakan disekolah
sehingga sekolah mempunyai alat-alat yang lengkap dan ternpat
(ruang) yang ukup; dapur, laboratorium,
kebun sekolah, tempat bertukang dan sebagainya. Pengikut
G. Kerschensteiner antara lain ialah leo de paeuw. Leo de
paeuw adalah direktur jenderal pengajaran normal
di belgia, yang mendirikan sekolah kerja seperti
Kerschensteiner di negaranya. la membuka lima maam
sekolah kerja yaitu:
1.
Sekolah tekhnik kerajinan.
2.
Sekolah dagang.
3.
Sekolah pertanian bagianak laki.
4.
Sekolah rumah tangga kota, dan
5.
Sekolah rumah tangga desa.
Kedua yang terakhir ini khusus untuk para gadis, dan dapat berhasil
baik sedang sekolah-sekolah bentuk lainnya bersifat intelektualistik.
Di Amerika Serikat, gema sekolah kerja
dapat ditmukan dalarn gagasan-gagasan J. Dewey Tentang pendidikan,
khususnya rnetode pnoyek (lihat butir brikutnya). Di
samping itu gagasan sekolah kerja sangad mendorong berkembangnya
sekolah kejuruan di stiap negara, termasuk di lndonesia. Peranan
sekolah kejuruan pada tingkat menengah
merupakan tulang punggung penyiapan tenaga trampil yang
diperlukan oleh negara sedang membangun seprti lndoneia.
Pendidikan
keterampilan itu sangat diperlukan oleh setiap
orang yang akan memasuki lapangan kerja. Oleh
karenaitu, dalam rangka wajib belajan 9 tahun di
lndonesia akan dikernbangkan paket prograrn yang rnemberi
peluang lulusannya untuk memasukilapangan kerja,
dengan tidak mengabaikan pendidikan umum yang akan
dilanjutkan ke SMTA. Disamping pengaruh sekolah kerja di
program pendidikan jalur sekolah, pengaruh terbesar gagasan ini adalah pada
jalur pendidikan luar sekolah (seperti kursus-kursus, balai latihan kerja, dan
sebagainya).
4. Pengajaran Proyek
Dasar filosofi dan pedagogis dari
pengajaran-pengjaran proyek diletakan oleh johnDewey
(1859-1952), natrnun pelaksanaannya dilakukan oleh
pengikutnya, haruslah sebagai mikrokosmos dari masyarakat
{becomes microcosm of soc'letyh oleh karena itu, pendidikan
adalah suatu proses kehidupan itu sendiri bukannya penyiapan
untuk kehidupan di masa depan (education is a process of
living and not a preparation for future living) (ulich, 1950:
318). Perlu pula dikemukakan bahwa Dewey merupakan
peletak dasar dari falsafah pragmatisme dan penganut
behaviorisme. J. Dewey sering dipandang sebagai
pemikir dan peletak dasar masyarakat modern Amerika.
Khusus dalam bidang pengajaran, Dewey menegaskan
pengajaran proyek, yang dilanjudkan oleh kilpatrick
dan kawan-kawannya. Dalam pengajaran proyek anak
bebas menentukan pilihannya (terhadap pekerjaan), merancang,
serta memimpinnya. Proyek yang ditentukan oleh
anak, mendorongnya mencarijalan pemecahan bila ia menemui
kesukaran. Anak dengan sendirinya giat dan aktif karena
sesuai dengan apa yang diinginkannya. Proyek itulah
yang menyebabkan mata pelajaran-mata pelajaran itu
tidak terpisah-pisah antara yang satu dengan yang lain.
Fengajaran berkisar disekltar pusat-pusat minat
sewajarnya. Menurut Dewey yang menjadi kompleks pokok ialah
pertr.rkaran kayu, mernasak, dan menenun. Mata pelajarn-mata
pelajaran seperti menulis, membaca, dan berhitung serta
bahasa tidak ada sebab semua itu berjalan dengan
sendirinya pada waktu anak-anak melaksanakan proyek itu. Anak
tidak boleh dipisChkan-daripengajaran bahasa ibu sebab bahasa ibu
merupakan alat pernyataan pengalaman dan perasaan anak-anak.
Dalam pengaiaran proyek, pekerjaan-pekerjaan dikerjakan secara
berkelompok untuk menghidupkan rasa gotong-royong. Juga
dalam bekerja sama itu akan lahir sifat-sifut
baik pada diri anak seperti bersaing seara sportif,
bebas menyatakan pendapat, dan disiplin yang sewajarnya.
Sifat-sifat manusia tersebut sangat dipelukan dalam
masyarakat luas yang kapitalistik dan demokratik.
Pengajaran proyek biasa pula digunakan sebagai
salah satu metode mengajar di lndonesia, antara
lain dengan nama pengajaran proyek, pengajarn unit, dan
sebagainya. Yarrg perlu ditekankan bahwa pengajaran proyek
rnenumbuhkan kemampuan untuk memandang dan memecahkan
persoalan seara komprehensif; dengan kata lain,
menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah
secaramultidisiplin. Pendekatan multidisipin tersebut
makin lama makin penting, utamanya dalam masyarakat
yang maju.
5. Pengaruh Gerakan Baru dalanr
Fendidikan Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan di lndonesia
Telah dikemukakan bahwa gerakan baru dalam
pendidikan tersebut terutama berkaitan dengan kegiatan
belajar mengajar di sekolah, namun dasar-dasar
pikirannya tentulah menjangkau semua segi dari
pendidikan, baik aspek konseptual maupun operasional.
Sebab itu mungkin saja gerakan-gerakan ltu tidak di
adopsi seutuhnya di suatu masyarakat atau Negara tertentu,
namun asas pokoknya rnenjiwai kebijakan-kebijakan pendidikan dalam
masyarakat atau negara itu. Sebagai contoh yang telah
dikemukakan pada setiap paparan tentang gerakan F-itu,
untuk indonesia, seperti rnuatan lokal dalam kurikuluM
untuk mendekatkan peserta didik dengan lingkungannya,
berkembangnya sekolah kejuruan, pemupukan semangat
kerja sama multidisiplin dalam mengahadapi masalah, dan
sebagainya. Akhirnya, perlu ditekankan lagi bahwa kajian tentang
pemikiran-pemikiran pada masalalu akan sangat bemanfaat
untuk memperluas pemahaman tentang seluk beluk pendidikan,
sertamemupuk wawasan historis darisetiaptenaga kependidikam.
Kedua halite sangat penting karena setiap
keputusan dan tindakan di bidang pendidikan, termasuk
di bidang pembelajaran, akan mernbawa darnpak bukan hanya
pada masa kinl tetapijuga rnasa epan. Oleh
karenaitu, setiap keputusan dan tindakan itu harus
dipertanggung jawabkan secara profesional. Sebagai contoh,
beberapa tahun terakhir ini telah terjadi polemik tentangperan
pokok pendiikan {utamanya jalur sekolah) yaknitentang
masalah relevansi tentang dunia kerja (siap pakai); apakah
tekanan pada pembudayaan manusia yang menyadari harkat dan
martabatnya, ataukah memberi bekal keterampilan
untuk memasuki dunia kerja.kedua halite tentulah sama
pentingnya dalarn rnembangun sumber day manusia
lndonesia yang bermutu.
C. DUA ALIRAN POKOK PENDIDIKAN DI INDONESIA
Dua aliran pokok pendidikan di
Indonesia yang dimaksud adalah Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang
Pendidikan INS Kayu Tanam. Kedua aliran ini dipandang sebagai suatu tonggak
pemikiran tentang pendidikan di Indonesia.
1.
Perguruan
Kebangsaan Taman Siswa
Perguruan
Kebangsaan Taman siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli
1932 di Yogyakarta.
a.
Asas dan Tujuan
Taman Siswa
Taman Siswa memiliki tujuh asas perjuangan yang dikenal dengan “Asas 1922”, antara lain:
·
Setia orang mempunyai hak mengatur
dirinya sendiri dengan mengingat terbitnya persatuan dalam perikehidupan umum.
·
Pengajaran harus member pengetahuan
yang berfaedah yang dalam arti lahri dan batin dapat memerdekakan diri.
·
Pengajaran harus berdasar pada
kebudayaan dan kebangsaan sendiri.
·
Pengajaran harus tersebar luas
sampai menjangkau seluruh masyarakat.
·
Mengejar kemerdekaan hidup hendaknya
diusahakan dengan kekuatan sendiri dan menolak bantuan apapun dan dari siapapun
yang mengikat.
·
Sebagai konsekuensi hidup dengan
kekuatan sendiri maka mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang
dilakukan.
·
Mendidik anak-anak perlu adanya
keikhlasan lahir dan batin dengan mengorbankan segala kepentingan pribadi demi
kebahagiaan anak-anak.
Dalam perkembangannya, Taman Siswa melengkapi “Asas
1922” dengan “Dasar-Dasar 1947” yang disebut pula “Panca Dharma”. Asas-asas
tersebut antara lain : asas kemerdekaan, asas kodrat alam, asas kebudayaan,
asas kebangsaan, dan asas kemanusiaan.
Adapun tujuan Perguruan Kebangsaan
Taman Siswa antara lain:
1.
Sebagai badan perjuangan kebudayaan
dan pembangunan masyarakat tertib dan damai.
2.
Membangun anak didik menjadi manusia
yang merdeka lahir batin, luhur akal budinya, serta sehat jasmaninya untuk
menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab atas keserasian
bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya.
b. Upaya-Upaya Pendidikan yang Dilakukan Taman Siswa
1.
Menyelenggarakan tugas pendidikan
dalam bentuk perguruan dari tingkat dasar hingga tingkat tinggi.
2.
Mengikuti dan mempelajari
perkembangan dunia di luar Taman Siswa yang ada hubungannya dengan bidang
kegiatan Taman Siswa.
3.
Menumbuhkan lingkungan hidup
keluarga Taman Siswa, sehingga dapat tampak benar wujud masyarakat Taman Siswa
yang dicita-citakan.
c.
Hasil-Hasil yang Dicapai
Taman Siswa telah mencapai berbagai
hal seperti : gagasan/pemikiran tentang pendidikan nasional, lembaga-lembaga
pendidikan dari Taman Indria sampai dengan Sarjana Wiyata, dan sejumlah besar
alumni perguruan banyak yang menjadi tokoh nasional, seperti Ki Hajar
Dewantara, Ki Mangunsarkoro, dan Ki Suratman.
2. Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang Pendidik
INS Kayu Tanam didirikan oleh Mohammad Sjafei pada tanggal 31 Oktober 1962 di
Kayu Tanam.
a. Asas dan Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
1.
Berpikir logis dan rasional.
2.
Keaktifan atau kegiatan.
3.
Pendidikan masyarakat.
4.
Memperhatikan pembawaan anak.
5.
Menentang intelektualisme.
Namun, seiring perkembangan zaman, asas tersebut berkembang menjadi
dasar-dasar pendidikan. Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam adalah :
1.
Mendidik rakyat kea rah kemerdekaan.
2.
Member pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
3.
Mendidik para pemuda agar berguna
untuk masyarakat.
4.
Menanamkan kepercayaan terhadap diri
sendiri dan berani bertanggung jawab.
5.
Mengusahakan mandiri dalam
pembiayaan.
b. Usaha-Usaha Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Usaha-usaha yang dilakukan Mohammad Sjafei dan
kawan-kawan antara lain: memantapkan dan menyebarluaskan gagasan-gagasannya
tentang pendidikan nasional, pengembangan Ruang Pendidik INS, upaya
pemberantasan buta huruf, penerbitan majalah anak-anak, dan lain-lain.
c. Hasil-Hasil yang Dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
INS Kayu Tanam telah mengupayakan
gagasan tentang pendidikan nasional, beberapa ruang pendidikan,dan sejumlah
alumni. Salah satu Alumni pun telah
berhasil menerbitkan salah satu tulisan Moh. Sjafei yakni Dasar-Dasar pendidikan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Keberhasilan teori belajar mengajar jika dikaitkan dengan aliran-aliran
dalam pendidikan, diketahui beberapa rumusan yang berbeda antara aliran yang
satu dengan aliran lainnya.Menurut aliran empirisme bahwa justru lingkungan
yang mempengaruhi peserta didik tersebut.Menurut aliran nativisme bahwa seorang
peserta tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Menurut aliran naturalisme
menitik beratkan pada strategi pembelajaran bahwa kemampuan individu peserta
didik menjadi pusat kegiatan proses belajar mengajar. Menurut aliran
konvergensi bahwa antara lingkungan dan bakat pada peserta didik yang terbawa
sejak lahir saling mempengaruhi.
Ketika aliran-aliran pendidikan, yakni empirisme, nativisme, naturalisme,
dan konvergensi, dikaitkan dengan teori belajar mengajar kelihatan bahwa kedua
aliran yang telah disebutkan (nativisme-empirisme) mempunyai kelemahan.
Adapun kelemahan empirisme dan nativisme adalah sifatnya yang ekslusif dengan
cirinya ekstrim berat sebelah. Sedangkan aliran yang terakhir (konvergensi) pada
umumunya diterima seara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami
tumbuh-kembang seorang peserta didik dalam kegiatan belajarnya.
B.
SARAN
Sehubungan dengan aliran pendidikan
konvensional yang dibagi menjadi empat aliran, yaitu aliran empirisme, nativisme,
naturalisme, dan konvergensi, menurut kami aliran yang dapat diterima oleh
pandangan masyarakat luas pada umumnya adalah aliran konvergensi, karena aliran
konvergensi memiliki pandangan yang tepat dalam tumbuh kembang seorang anak
dalam kegiatan belajarnya. Dalam konsep aliran konvergensi, pembawaan dan
lingkungan itu memiliki pengaruh dalam perkembangan anak. Hasil pendidikan juga
bergantung pada besar kecilnya pembawaan serta situasi lingkungannya. Manusia
juga tidak hanya diperkembangkan saja tetapi ia juga harus memperkembangkan
dirinya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Munib, Achmad, dkk. 2010. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UPT MKK UNNES.
Belha Aisyah. Aliran-aliran
Pendidikan “Pengantar Pendidikan” (online). file:///D:/
TUGAS%20KULIAH/Tugas%20Kuliah%20%20Aliran-Aliran%20Pendidikan% 20%27Pengantar%20Pendidikan%27.htm.
Diakses pada Minggu, 19 Oktober 2014 pukul 15.12
2 komentar:
mantap informasinya.
pusat grosir souvenir kediri
Terimakasih
Posting Komentar