Konsep dan Kedudukan Evaluasi Kurikulum
dalam Pengembangan Kurikulum di Sekolah Dasar
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum SD
Dosen
Pengampu: Drs. Purnomo, M. Pd.
Disusun Oleh:
Nama : Ulfah Nurul
Wahdah
NIM : 1401414283
Rombel : 11
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2016
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada saya
sehingga mampu menyelesaikan tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum SD.
Pada kesempatan
ini, saya ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dan selalu memberi dukungan, mereka adalah:
1.
Bapak Drs. Purnomo, M.
Pd., selaku dosen mata
kuliah Pengembangan Kurikulum SD yang telah memberikan bimbingan serta arahan
dalam mengerjakan makalah ini.
2.
Kedua orang tua saya yang telah memberikan
dukungan baik secara moral maupun material sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ini.
3.
Teman-teman Rombel 11 yang telah memberikan
dukungan serta bantuan.
4.
Semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Saya sadar bahwa
kesempurnaan hanyalah milik Yang Maha Sempurna, tetapi usaha maksimal telah
kami lakukan dalam penulisan makalah ini. Kritik dan saran akan kami terima
dengan tangan terbuka. Saya
berharap, semoga makalah ini
memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan
dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Serta dapat
memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada
pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Negeri Semarang.
Semarang,
20 Oktober 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL ................................................................................................ i
KATA
PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR
ISI .......................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar
Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah ......................................................................................... 1
C. Tujuan............................................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Pengertian Evaluasi Kurikulum.....................................................................
3
B. Fungsi Evaluasi Kurikulum............................................................................
4
C. Tujuan Evaluasi Kurikulum...........................................................................
5
D. Konsep Evaluasi dalam Kurikulum...............................................................
6
E. Kedudukan Evaluasi dalam Pengembangan Kurikulum............................. 10
F.
Model-model Evaluasi Kurikulum...............................................................
16
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 21
A. Simpulan
..................................................................................................... 21
B. Saran
........................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 23
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam proses
belajar mengajar, kurikulum merupakan aspek yang sangat penting, karena kurikulum
menentukan isi dan juga tujuan akan dibawa ke arah mana suatu proses pendidikan
tersebut..
Kurikulum merupakan suatu komponen yang
sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena itu kurikulum merupakan
alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam
pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan.
Seiring
kemajuan zaman yang semakin pesat, pendidikan harus bisa mengantisipasi hal-hal
yang akan terjadi. Kurikulum yang diterapkan juga harus berkembang sesuai
kebutuhan, tidak bisa menggunkan kurikulum lama yang sudah tidak relevan dengan
keadaan. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengevaluasi kurikulum yang
telah ada, apakah masih sesuai, atau perlu dikembangkan lagi. Evaluasi suatu kurikulum harus dilakukan pada
saat pengembangan sehingga sebelum kurikulum digunakan sudah dilakukan evaluasi
secara menyeluruh. Evaluasi merupakan bagian dari suatu sistem yaitu
perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Dalam pengembangan
kurikulum prosesnya
mulai dari perencanaan, organisasi kemudian pelaksanaan dan akhirnya monitoring
dan evaluasi. Dalam makalah ini akan dibahas tentang evaluasi
kurikulum, baik pengertian evaluasi, fungsi dan kedudukan evaluasi, serta
model-model evaluasi.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah yang dimaksud evaluasi kurikulum?
2. Bagaimanakah fungsi evaluasi kurikulum?
3. Apa sajakah tujuan evaluasi kurikulum?
4. Bagaimanakah konsep-konsep evaluasi dalam kurikulum?
5. Bagaimanakah kedudukan evaluasi dalam pengembangan kurikulum?
6. Apa sajakah model-model evaluasi kurikulum?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian evaluasi kurikulum.
2. Untuk mengetahui fungsi evaluasi kurikulum.
3. Untuk mengetahui tujuan evaluasi kurikulum.
4. Untuk mengetahui konsep-konsep evaluasi dalam kurikulum.
5. Untuk mengetahui kedudukan evaluasi dalam pengembangan kurikulum.
6. Untuk mengetahui model-model evaluasi kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Evaluasi Kurikulum
Menurut Oemar
Hamalik (2008), evaluasi merupakan suatu proses berkelanjutan tentang
pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai keputusan-keputusan yang
dibuat dalam merancang suatu sistem pengajaran. Tyler
seperti yang dikutip Sukmadinata menyatakan bahwa evaluasi adalah proses untuk
mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah tercapai atau terealisasikan.
Evaluasi adalah
suatu tindakan atau suatu proses untuk menetukan nilai dari sesuatu. Evaluasi
dalam pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses dalam usaha untuk
mengumpulkan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
membuat keputusan akan perlu tidaknya memperbaiki sistem pembelajaran sesuai
dengan tujuan yang akan ditetapkan.
Dari beberapa definisi evaluasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai
rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program secara terus menerus dan
menyeluruh.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas). Tyler
dalam buku Hamalik, berpendapat bahwa evaluasi kurikulum pada dasarnya adalah
suatu proses untuk mengecek keberlakuan kurikulum yang harus diberlakukan ke
dalam empat tahap yaitu sebagai berikut:
1. Evaluasi tehadap
tujuan pembelajaran.
2. Evaluasi
terhadap pelaksanaan kurikulum atau proses pembelajaran yang meliputi metode,
media dan evaluasi
pembelajaran.
3. Evaluasi
terhadap evektifitas, baik evektifitas waktu, tenaga dan biaya.
4. Evaluasi
terhadap hasil yang telah dicapai.
Dari
pengertian evaluasi dan kurikulum diatas, maka pengertian evaluasi kurikulum
adalah proses penerapan prosedur ilmiah yang dilakukan terus menerus dan
menyeluruh untuk mengumpulkan data yang valid dan reliable untuk membuat
keputusan tentang kurikulum yang akan digunakan, yang meliputi tujuan, isi,
atau metode pembelajaran yang ada dalam kurikulum tersebut. Dengan
demikian, evaluasi kurikulum merupakan suatu tindakan pengendalian, penjaminan,
dan penetapan mutu kurikulum, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu,
sabagai bentuk akuntabilitas pengembangan kurikulum dalam rangka menentukan
keefektifan kurikulum. Evaluasi kurikulum ini dapat mencakup keseluruhan
kurikulum atau masing-masing komponen kurikulum seperti tujuan, isi, atau
metode pembelajaran yang ada dalam kurikulum tersebut.
B.
Fungsi Evaluasi Kurikulum
Evaluasi
kurikulum pada dasarnya harus dilakukan sebagai langkah untuk memperbaiki
kualitas pendidikan pada masa yang akan datang. Oleh karena itu tungsi dari
evaluasi kurikulum harus kita pahami sesuai dengan tujuan pendidikan itu
sendiri. Adapun
fungsi evaluasi kurikulum yaitu:
1. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki isi
program, pelaksanaan, dan evaluasi itu sendiri, disamping itu dapat digunakan
untuk dasar pengembangan kurikulum yang
akan datang.
2. Penempatan, yaitu sebagai acuan untuk
melihat hasil pembelajaran dari peserta didik, sehingga kita dapat memetakan
mereka dalam kelompok tinggi, sedang dan rendah. Oleh karena itu sangat penting
untuk mengembangkan kualitas kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
3. Penyebaran, yaitu untuk hasil evaluasi
kurikulum dapat digunakan secara merata dan menyeluruh di setiap jenjang maupun
wilayah. Sehingga kurikulum yang ada sesuai dengan kebutuhan dan kondisi dari
jenjang maupun wilayah dan karakteristik sistem pembelajaran sebagai wujud
implementasinya di lapangan.
4. Penelitian dan pengembangan, yaitu untuk melihat dampak perubahan yang
terjadi setelah kurikulum tersebut digunakan. Sehingga kita dapat menyimpulkan
apakah kurikulum perlu direvisi bahkan dikembangkan atau sudah tidak relevan
lagi.
C.
Tujuan Evaluasi Kurikulum
Pada dasarnya tujuan evaluasi
kurikulum mencakup dua hal, yaitu: evaluasi digunakan untuk menilai efektifitas
program, dan evaluasi dapat digunakan sebagai alat bantu dalam pelaksanaan
kurikulum (pembelajaran). Tujuan dari evaluasi kurikulum adalah penyempurnaan
kurikulum dengan jalan mengungkapkan proses pelaksanaan kurikulum yang telah
berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta untuk
mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem kurikulum,baik yang menyangkut
tentang tujuan, isi/materi, strategi, media, sumber belajar, lingkungan maupun
sistem penilaian itu sendiri.
Menurut Zainal Arifin (2011), dalam kegiatan evaluasi
guru harus memahami terlebih dahulu tentang tujuan evaluasi. Bila tidak, guru
akan mengalami kesulitan merencanakan dan melaksanakan evaluasi.
1.
Menentukan efektivitas suatu
kurikulum/program pembelajaran.
2.
Menentukan keunggulan dan
kelemahan kurikulum/program pembelajaran.
3.
Menentukan tingkat keberhasilan
pencapaian hasil belajar peserta didik.
4.
Menentukan masukan untuk
memperbaiki program.
5.
Mendeskripsikan kondisi
pelaksanaan kurikulum.
6.
Menetapkan keterkaitan antar
komponen kurikulum.
Evaluasi banyak
digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan. Setiap bidang atau kegiatan
mempunyai tujuan evaluasi yang berbeda yaitu dalam kegiatan bimbingan, kegiatan
supervisi, dan kegiatan seleksi.
1.
Dalam kegiatan bimbingan,
misalnya, tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh informasi secara menyeluruh
mengenai karakteristik peserta didik sehingga dapat diberikan bimbingan dengan
sebaik-baiknya.
2.
Dalam kegiatan supervisi, tujuan
evaluasi yaitu untuk menentukan keadaan suatu situasi pendidikan atau
pembelajaran sehingga dapat diusahakan langkah-langkah perbaikan untuk
meningkatkan mutu pendidikan disekolah.
3.
Dalam kegiatan seleksi, tujuan
evaluasi yaitu untuk mengetahui tingkat pengetahuan keterampilan,sikap dan
nilai-nilai dari test untuk jenis pekerjaan atau jabatan tertentu.
D.
Konsep Evaluasi dalam Kurikulum
Konsep dasar evaluasi kurikulum yang harus dikuasai
oleh pendidik adalah pengertian dasar tentang evaluasi kurikulum, fungsi
evaluasi kurikulum, tujuan evaluasi kurikulum dan model-model evalusai
kurikulum. Tanpa mengetahui konsep dasar evaluasi
seorang pendidik tidak akan dapat menyusun suatu alat evaluasi Untuk itu diperlukan pemahaman yang mendasar tentang konsep dasar
evaluasi. Zainal Arifin (2009) mengelompokkan sepuluh konsep evaluasi yaitu
sebagai berikut:
1.
Konsep Tyler (Tyler Konsep)
Konsep ini dibangun atas dua dasar pemikiran.
Pertama, evaluasi ditujukan pada tingkah laku pesrta didik. Kedua, evaluasi harus dilakukan pada tingkah
laku awal peserta didik sebelum melaksanakan kurikulum dan sesudah melaksanakan
kurikulum (hasil). Dasar pemikiran yang kedua ini menunjukkan bahwa seseorang
evaluator kurikulum harus dapat menentukan perubahan tingkah laku peserta didik
mengikuti pengalaman belajar dan menegaskan bahwa yang terjadi merupakan
perubahan yang disebabkan oleh kegiatan kurikulum. Konsep tyler disebut juga
konsep black box, karena konsep ini sangat menekankan adanya tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). Konsep tyler memerlukan
informasi perubahan tingkah laku terutama pada saat sebelum dan sesudah
terjadinya pelaksanaan kurikulum.
2.
Konsep yang Berorientasi pada Tujuan
(goal oriented evaluation konsep)
Konsep ini dianggap lebih praktis untuk mendesain
dan mengembangkan suatu kurikulum karena menentukan hasil yang diinginkan
dengan rumusan yang dapat diukur (logis antara kegiatan, hasil, dan prosedur
pengukuran hasil). Konsep ini dapat membantu guru menjelaskan rencana
pelaksanaan kegiatan suatu kurikulum dengan proses penyampaian tujuan dan
instrumen yang digunakan bergantung pada tujuan yang ingin di ukur. Kelebihan
model ini terletak pada hubungan antara tujuan dan kegiatan dan menekankan pada
peserta didik sebagai aspek penting
dalam kurikulum. Kekurangannya adalah memungkinkan terjadinya proses evaluasi
melebihi konsekuensi yang tidak diharapkan.
3.
Konsep Pengukuran (R. Thorndike dan
R. L. Ebel)
Dalam pengembangan kurikulum, model ini telah
diterapkan untuk mengungkap perbedaan-perbedaan individual maupun kelompok
dalam hal kemampuan, minat, dan sikap. Hasil evaluasi digunakan untuk keperluan
seleksi peserta didik, bimbingan, dan perencanaan pendidikan. Objek evaluasi
dalam model ini adalah tingkah laku peserta didik, yang mencakup hasil belajar (kognitif),
pembawaan, sikap, minat, bakat, dan juga aspek kepribadian peserta didik.
Instrumen yang biasa dilakukan adalah tes tertulis dalam bentuk tes objektif,
yang cenderung dibakukan.
4.
Konsep Kesesuaian (Ralph W.
Tyler, John B. Carrol, Leen J. Cronbach)
Konsep ini memandang evaluasi sebagai suatu
kegiatan untuk melihat kesesuaian (congruence) antara tujuan dengan hasil
belajar yang telah dicapai. Hasil evaluasi digunakan untuk menyempurnakan
sistem bimbingan peserta didik dan untuk memberikan informasi kepada pihak yang
memerlukan. Tekhnik evaluasi yang digunakan tidak hanya tes (tulisan, lisan, dan
perbuatan) tetapi juga non-test (observasi, wawancara, skala sikap). Konsep
evaluasi ini memerlukan informasi perubahan tingkah laku pada dua tahap yaitu
sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran. Berdasarkan konsep ini maka guru
perlu melakukan pre and post-test. Model ini menekankan pada pendekatan
penilaian acuan patokan.
5.
Konsep Evaluasi Sistem Pendidikan
(education system evaluation konsep)
Tokoh konsep ini Daniel L. Stufflebeam, Michael
Scriven, Robert E.Stake, dan Malcolm M.Provus. Menurut pandangan mereka,
evaluasi berarti membandingkan performance dari berbagai dimensi (tidak hanya
dimensi hasil saja) dengan sejumlah kriteria, baik yang bersifat mutlak/intern
maupun relatif/ekstern. Konsep ini menekankan sistem sebagai suatu keseluruhan.
Konsep ini menitikberatkan evaluasi pada
dua hal pokok, yaitu description dan judgement. Dalam konsep ini, evaluasi
dilakukan dengan membandingkan antara satu kurikulum dengan kurikulum lain yang
dianggap standar. Proses evaluasi tidak hanya berakhir dengan satu description mengenai keadaan sistem
sistem kurikulum, tetapi harus sampai pada judgement
sebagai kesimpulan dari evaluasi. Konsep ini menuntut agar hasil evaluasi
digunakan sebagai masukan untuk membuat keputusan dalam rangka penyempurnaan
sistem kurikulum secara keseluruhan.
6.
Konsep Alkin (Marvin Alkin, 1969)
Menurut Alkin, evaluasi adalah suatu proses untuk
meyakinkan keputusan, mengumpulkan
informasi sehingga dapat disusun laporan bagi pembuat keputusan dalam memilih
beberapa alternatif (memilih informasi yang tepat dan menganalisis informasi). Alkin
mengemukakan ada 5 jenis evaluasi yaitu:
a.
Sistem assessment, yaitu untuk
memberikan informasi tentang keadaan atau posisi dari suatu sistem.
b.
Program planning yaitu untuk
membantu pemilihan program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi
kebutuhan program.
c.
Program implementation yaitu
menyiapkan informasi apakah suatu program sudah diperkenalkan pada kelompok
tertentu yang tepat sebagaimana yang direncanakan.
d.
Program improvement yaitu
memberikan informasi tentang bagaimana suatu program dapat berfungsi, bekerja
atau berjalan.
e.
Program certification yaitu
memberikan informasi tentang nilai atau manfaat suatu program.
7.
Konsep Brinkerhoff
Robert O.Brikerhoff (1987), mengemukakan 3 jenis
evaluasi berdasarkan gabungan dari elemen yang sama, yaitu:
a.
Fixed vs Emergent Evaluation Design,
Desain evaluasi fixed (tetap) harus direncanakan
dan disusun secara sistematik-terstruktur sebelum program dilaksanakan.
Sedangkan dalam evaluasi rmergen, tujuan evaluasi adalah untuk beradaptasi
dengan situasi yang sedang berlansung dan berkembang, seperti menampung
pendapat audiense, masalah-masalah, dan kegiatan program.
b.
Formative vs Summative Evaluation (Michael Scriven, 1967)
Evaluasi Formative berfungsi untuk memperbaiki
kurikulum, sedangkan Evaluasi Sumatif berfungsi untuk melihat kemanfaatan
kurikulum secara menyeluruh.
c.
Desain Eksperimental dan Desain
Quasi Eksperimental vs Natural
Inquiri
Desain eksperimental banyak menggunakan pendekatan
kuantitatif, random sampling, memberikan perlakuan, dan mengukur dampak ayng
bertujuan untuk menilai manfaat hasil percobaan dari suatu kurikulum, sedangkan
desain evaluasi natural-inkuiri, evaluator banyak menghabiskan waktu untuk
melakukan pengamatan dan wawancara dengan orang-orang yang terlibat.
8.
Konsep Illuminatif (Malcom
Parlett dan Hamilton)
Konsep ini lebih menekankan pada
evaluasi kualitatif-terbuka (open-ended). Tujuan evaluasi adalah untuk menganalisis
pelaksanaan sistem, faktor-faktor yang mempengaruhinya kelebihan dan kekurangan
sistem dan pengaruh sistem terhapat pengalaman belajar peserta didik. Hasil
evaluasi lebih bersifat deskriftif dan interprestasi, bukan pengukuran dan
prediksi.konsep ini lebih banyak menggunakan judgment (pertimbangan) yang hasilnya digunakan untuk penyempurnaan
program.
9.
Konsep Responsif (Responsive
Konsep)
Konsep ini juga menekankan pada
pendekatan kualitatif-naturalistik. Evaluasi diartikan sebagai pemberian makna
atau melukiskan sebuah realitas dari berbagai perspektif orang-orang yang
terlibat, berminat dan berkepentingan dengan program. Konsep ini kurang percaya
terhadap hal-hal yang bersifat kuantitaif. Kelebihan dari konsep ini adalah
peka terhadap berbagai pandangan dan kemampuannya mengakomodasikan pendapat
yang ambisius serta tidak fokus, sedangkan kekurangannya yaitu pembuat
keputusan sulit menentukan prioritas atau penyederhanaan informasi.
10. Konsep Studi Kasus
Konsep ini memiliki beberapa
karakteristik, antara lain: terfokus pada kegiatan kurikulum di suatu sekolah,
di kelas atau bahkan hanya kepada seorang kepala sekolah atau guru.
Langkah-langkah untuk menggunakan
konsep ini adalah mendekatkan dan mengakrabkan dirinya terhadap kurikulum yang
akan dievaluasi sehingga evaluator tidak kaku dalam mengumpulkan data. Teknik
yang digunakan untuk mengumpulkan data terutama adalah observasi. Meskipun
demikian evaluator juga dapat menggunakan wawancara, kuesioner, dan dokumentasi
untuk mengumpulkan data-data kualitatif. Hal yang terpenting bagi seorang
evaluator adalah instrumen yang dikembangkan harus bersumber dari
masalah-masalah yang timbul dari hasil survei di lapangan dengan bentuk
pertanyaan terbuka.
E.
Kedudukan Evaluasi Kurikulum dalam Pengembangan Kurikulum
1.
Kedudukan
evaluasi dalam pengembangan kurikulum bagi kualitas masyarakat masa kini dan
masa depan
Dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan, peran
kurikulum dalam pendidikan formal untuk membentuk masyarakat di masa kini dan
masyarakat masa depan hanya bisa dapatkan di sekolah sangatlah strategis.
Bahkan kurikulum memiliki kedudukan dan posisi yang sangat sentral dalam
keseluruhan proses pendidikan, serta kurikulum merupakan syarat mutlak dan
bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan itu sendiri, karena peran kurikulum
sangat penting maka, menjadi tanggung jawab semua pihak yang terkait dala
proses pendidikan.
2.
Kedudukan
evaluasi kurikulum di dalam pengembangan kurikulum untuk kualitas masyarakat di
masa kini
Bagi guru, hasil evaluasi kurikulum berfungsi sebagai
pedoman dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Bagi kepala sekolah dan
pengawas berfungsi sebagai pedoman supervisi atau pengawasan. Bagi orang tua
kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi
terselenggaranya proses pendidikan. Sedangkan bagi siswa hasil evaluasi dan
pengembangan kurikulum sebagai pedoman pelajaran. Kegiatan evaluasi untuk
menentukan apakah kualitas yang diharapkan sudah dimiliki oleh peserta didik
dilakukan berdasarkan rencana yang dicantumkan dalam kurikulum. Oleh karena itu
kedudukan evaluasi kurikulum dan pengembangan kurikulum adalah dasar dan
sekaligus pengontrol terhadap aktivitas pendidikan. Tanpa kurikulum yang jelas
apalagi jika tidak ada kurikulum sama sekali maka kehidupan pendidikan di suatu
lembaga menjadi tanpa arah dan tidak efektif dalam mengembangkan potensi
peserta didik menjadi kualitas pribadi yang maksimal.
3.
Kedudukan
evaluasi kurikulum di dalam pengembangan kurikulum untuk kualitas masyarakat di
masa depan
Kedudukan evaluasi di dalam pengembangan kurikulum
yakni memperhatikan tuntutan masyarakat dan rencana bangsa untuk kehidupan masa
mendatang dengan melakukan evaluasi dan pengembangan. Kedudukan evaluasi
kurikulum di dalam pengembangan kurikulum untuk kualitas masyarakat di masa
depan yang sebagai “construct” yang dibangun untuk mentransfer apa yang sudah
terjadi di masa lalu kepada generasi berikutnya untuk dilestarikan, diteruskan
atau dikembangkan.
4.
Kedudukan
evaluasi dalam pengembangan kurikulum dalam segi tantangan
Kedudukan evaluasi dalam pengembangan kurikulum dalam
segi tantangan berfungsi untuk menjawab tantangan-tantangan atau permasalahan
dalam evaluasi serta pengembangan kurikulum pada tingkat evaluasi harus mampu
menyelesaikan permasalahan seperti:
a. Digunakan
untuk menjawab dan menyelesaikan tujuan pendidikan tersebut, apakah dapat
tercapai atau tidak dan sesuai dengan rumusan dokumen kurikulum yang telah
dibuat.
b. Digunakan
untuk menilai menilai kesuluruhan sistem kurikulum atau hanya komponen-komponen
tertentu dalam sistem kurikulum tersebut. Apakah mengevaluasi keseluruhan
sistem atau komponen-komponen tertentu saja, diperlukan persyaratan tertentu.
Komponen-komponen kurikulum yang dievaluasi juga
sangat luas. Program evaluasi kurikulum bukan hanya mengevaluasi hasil belajar siswa
dan proses pembelajarannya, tetapi juga desain dan implementasi kurikulum,
kemampuan dan unjuk kerja guru, kemampuan dan kemajuan siswa, sarana, fasilitas
dan sumber-sumber belajar dan lain-lain.
5.
Kedudukan
evaluasi dalam pengembangan kurikulum pada tahap standar isi dan standar
kompetensi lulusan
a.
Kedudukan evaluasi
dalam pengembangan kurikulum pada tahap standar isi
Materi kurikulum perlu dievaluasi dan dilakukan
pengembangan, yaitu berkaitan dengan relevansi materi pembelajaran dengan
tujuan, sehingga dapat memberikan pengalaman belajar. Evaluasi dalam hal ini
dilakukan dengan maksud mengetahui sampai sejauh mana proses dapat memberikan
hasil berupa perubahan perilaku secara optimal. Sejumlah pertanyaan yang dapat
dijadikan kriteria untuk menguji isi atau materi kurikulum di antaranya:
1)
Apakah isi kurikulum sesuai atau
dapat mendukung pencapaian tujuan seperti yang telah ditetapkan?
2)
Apakah isi atau materi kurikulum
sesuai dengan pandangan-pandangan atau penemuan-penemuan yang mutakhir?
3)
Apakah isi kurikulum sesuai dengan
pengalaman dan karakteristik lingkungan di mana anak tinggal?
4)
Apakah urutan isi kurikulum sesuai
karakteristik isi atau materi kurikulum?
b.
Kedudukan evaluasi dalam
pengembangan kurikulum pada standar kompetensi lulusan
Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara Standar
Kompetensi Lulusan dan lulusan dari masing-masing satuan pendidikan dan kurikulum
yang digunakan pada satuan pendidikan tertentu perlu dilakukan monitoring dan
evaluasi secara berkala dan berkelanjutan dalam setiap periode. Hasil yang
diperoleh dari monitoring dan evaluasi digunakan sebagai bahan masukan bagi
penyempurnaan Standar Kompetensi Lulusan di masa yang akan datang.
6.
Kedudukan
evaluasi dalam pengembangan kurikulum dalam bidang ide kurikulum
Ide atau konsep kurikulum mempunyai kedudukan evaluasi
di dalam pengembangan kurikulum yang mempunyai sifat dinamis, artinya akan selalu
berubah mengikuti perkembangan zaman, minat, kebutuhan peserta didik, tuntutan
masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Ide gagasan mengenai kurikulum
didapatkan dari evaluasi dan selanjutnya dilakukan pengembangan. Dimensi
kurikulum sebagai sebuah ide ini, dijadikan sebagai langkah awal di dalam
pengembangan kurikulum yaitu ketika melakukan studi pendapat. Dari sekian
banyak ide dari studi pendapat tersebut maka akan dipilih dan ditentukan ide
mana yang paling kreatif, inovatif dan konstruktif sesuai dengan visi misi dan
tujuan pendidikan.
7.
Kedudukan
evaluasi dalam pengembangan kurikulum dalam bidang dokumen kurikulum dan
pengembangan silabus
a.
Kedudukan evaluasi dalam
pengembangan kurikulum dalam bidang dokumen kurikulum
Dokumen kurikulum merupakan realisasi dari dimensi
kurikulum sebagai ide, aspek-aspek yang penting perlu dibahas antara lain
pengembangan tujuan dan kompetensi, struktur kurikulum, kegiatan dan pengalaman
belajar, organisasi kurikulum, manajemen kurikulum dan hasil belajar dan sistem
evaluasi.
Suatu program atau dokumen, kurikulum memiliki
beberapa komponen pokok, yaitu tujuan yang ingin dicapai, isi atau materi
kurikulum itu sendiri, strategi pembelajaran yang direncanakan, serta rencana
evaluasi keberhasilan. Rumusan tujuan merupakan salah satu komponen yang ada
dalam dokumen kurikulum. Evaluasi kurikulum sebagai dokumen adalah evaluasi
terhadap tujuan. Setiap mata pelajaran terdapat sejumlah kriteria untuk menilai
tujuan:
1)
Apakah tujuan setiap mata pelajaran
itu berhubungan dan diarahkan untuk mencapai tujuan lembaga sekolah yang
bersangkutan?
2)
Apakah tujuan itu mudah dipahami
oleh setiap guru?
3)
Apakah tujuan yang dirumuskan dalam
dokumen itu sesuai dengan tingkat perkembangan siswa?
b.
Kedudukan evaluasi dalam
pengembangan kurikulum dalam bidang silabus kurikulum
Istilah silabus dapat didefenisikan sebagai garis
besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran (Salim,
1987:98). Silabus digunakan untuk menyebut suatu produk pengembangan kurikulum
berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kemampuan dasar yang
ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa
dalam mencapai standar kompetensi dan kemampuan dasar. Kedudukan evaluasi dalam
pengembangan kurikulum dalam bidang silabus kurikulum untuk pedoman dalam
pengembangan pembelajaran, seperti pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan
kegiatan pembelajaran dan pengemabangan system penilaian.
8.
Kedudukan
evaluasi dalam pengembangan kurikulum dalam bidang kurikulum sebagai proses
Kedudukan evaluasi dalam pengembangan kurikulum dalam
bidang kurikulum sebagai proses yaitu:
a.
Tahap perencanaan
Proses perencanaan yang menyangkut perumusan tujuan
dan kompetensi serta memperkirakan cara pencapaian tujuan dan pembentukan
kompetensi tersebut. Dalam kaitannya dengan implementasi kurikulum, perencanaan
ini dituangkan dalam program pembelajaran, yang berkaitan dengan cara bagaimana
proses pembelajaran dilaksanakan untuk mewujudkan tujuan dan kompetensi secara
efektif dan efisien.
b.
Tahap pelaksanaan
Proses pelaksanaan adalah proses yang memberikan
kepastian bahwa program pembelajaran telah memiliki sumber daya manusia dan
sarana serta rasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan, sehingga dapat
membentuk kompetensi, karakter dan mencapai tujuan yang diinginkan. Fungsi
pelaksanaan ini mencakup pengorganisasian dan kepemimpinan yang melibatkan
penetuan berbagai kegiatan, seperti pembagian pekerjaan ke dalam berbagai tugas
yang harus dilakukan guru dan peserta didik dalam pembelajaran.
c.
Tahap penilaian
Proses penilaian yang sering juga
disebut pengendalian atau evaluasi dan pengendalian. Penilaian bertujuan untuk
menjamin bahwa proses kinerja yang dicapai telah sesuai dengan rencana dan
tujuan. Untuk kepentingan tersebut, pelaksanaan penilaian perlu membandingkan
kinerja aktual dengan kinerja standar.
9.
Kedudukan
evaluasi dalam pengembangan kurikulum dalam bidang hasil kurikulum
Adapun proses pengembangan kurikulum adalah kegiatan
menghasilkan kurikulum baru melalui langkah-langkah penyusunan, pelaksanaan dan
penyempurnaan kurikulum atas dasar penilaian yang dilakukan selama kegiatan
pelaksanaan kurikulum, dan hal tersebut bisa dikatakan bahwa terjadinya
perubahan-perubahan kurikulum mempunyai tujuan untuk perbaikan.
Kedudukan evaluasi dalam pengembangan kurikulum dalam
bidang hasil kurikulum di dalam pengajaran yaitu implementasi untuk mencapai
tujuan dan menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan serta menilai
proses pelaksanaan mengajar secara keseluruhan. Implementasi sebagai
penyempurnaan pengajaran yaitu hasil-hasil evaluasi, baik evaluasi hasil
belajar, maupun evaluasi pelaksanaan mengajar secara keseluruhan, merupakan
umpan balik bagi penyempurnaan-penyempurnaan lebih lanjut. Hasil-hasil
penilaian demikian akan sangat membantu pengembangan kurikulum, untuk memahami
hambatan-hambatan dalam implementasi kurikulum dan juga dapat membantu mencari
cara untuk mengoptimalkan kegiatan guru.
F.
Model-model Evaluasi Kurikulum
Ada beberapa model dalam
evaluasi kurikulum, yaitu sebagai berikut:
1.
Evaluasi kurikulum model penelitian (research
evaluation model)
Model evaluasi
kurikulum yang menggunakan penelitian didasarkan atas teori dan metode tes
psikologi serta eksperimen lapangan. Salah satu pendekatan dalam evaluasi yang
menggunakan eksperimen lapangan adalah comparative approach, yaitu dengan mengadakan perbandingan
antara dua macam kelompok anak.
Ada beberapa
kesulitan yang dihadapi dalam eksperimen tersebut. Pertama, kesulitan administratif, sedikit sekali sekolah
yang bersedia dijadikan sekolah eksperimen. Kedua, masalah teknis dan logis, yaitu kesulitan
menciptakan kondisi kelas yang sama untuk kelompok-kelompok yang diuji. Ketiga, sukar untuk mencampurkan
guru-guru untuk mengajar pada kelompok eksperimen dengan kelompok control,
pengaruh guru-guru tersebut sukar dikontrol. Keempat, ada keterbatasan mengenai manipulasi eksperimen
yang dapat dilakukan.
2.
Model evaluasi kurikulum yang berorientasi pada tujuan (goal/objective oriented evaluation model)
Dalam model ini,
evaluasi merupakan bagian yang sangat penting dari proses pengembangan
kurikulum. Kurikulum tidak dibandingkan dengan kurikulum lain, tetapi diukur
dengan seperangkat tujuan atau kompetensi tertentu. Keberhasilan pelaksanaan
kurikulum diukur oleh penguasaan siswa akan tujuan-tujuan atau kompetensi
tersebut.
Ada beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi oleh tim pengembang model obyektif, yaitu
sebagai berikut:
a.
Ada kesepakatan tentang
tujuan-tujuan kurikulum,
b.
Merumuskan tujuan-tujuan tersebut
dalam perbuatan siswa.
c.
Menyusun materi kurikulum yang
sesuai dengan tujuan tersebut.
d.
Mengukur kesesuaian antara
perilaku siswa dengan hasil yang diinginkan.
3.
Model evaluasi kurikulum yang lepas dari tujuan (goal free evaluation model)
Model ini
dikembangkan oleh Micheal Scriven, yang cara kerjanya berlawanan dengan model
evaluasi yang berorientasi pada tujuan. Menurut pendapat Scriven, seorang
evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan pembelajaran, yang
perlu diperhatikan adalah bagaimana kerjanya. Caranya dengan memperhatikan
dan mengidentifikasi penampilan yang terjadi, baik hal-hal positif yang
diharapkan maupun hal-hal negatif yang tidak diinginkan.
4.
Model campuran multi-variasi
Model campuran
multi-variasi adalah strategi evaluasi yang menyatukan unsur-unsur dari
beberapa model evaluasi kurikulum. Model ini memungkinkan perbandingan lebih
dari satu kurikulum dan secara serempak. Keberhasilan tiap kurikulum diukur
berdasarkan kriteria khusus dari masing-masimg kurikulum.
5.
Model evaluation program for innovate curriculumbs (EPIC)
Model ini
menggambarkan keseluruhan program evaluasi kurikulum dalam sebuah kubus. Kubus
ini memiliki tiga bidang, bidang pertama adalah perilaku (behavior) yang meliputi perilaku kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Bidang kedua adalah pembelajaran (instruction), yang meliputi organisasi, materi, metode fasilitas
atau sarana dan pendanaan. Bidang ketiga adalah kelembagaan (institution) yang meliputi guru, murid,
administrasi, tenaga kependidikan, keluarga dan masyarakat.
6.
Model CIPP (Contex, Input, Procces, and
Product)
Model ini
dikembangkan oleh Stufflebeam (1967) dan kawan-kawan di Ohio State University
AS. Model ini memandang bahwa kurikulum yang dievaluasi adalah sebuah sistem,
maka apabila evaluator telah menentukan untuk menggunakan model CIPP, maka
evaluator harus menganalisis kurikulum tersebut berdasarkan komponen-komponen
model CIPP.
Dalam model ini pada dasarnya merupakan
perbandingan antara performance
setiap dimensi program dan kriteria, yang akan berakhir denga suatu deskripsi
dan judgment. Model ini lebih komplek karena melihat dari
semua aspek mulai dari karakteristik peserta didik, lingkungan, tujuan isi,
peralatan, sarana dan prasarana yang digunakan yang akhirnya didiskripsikan
kemudian digunakan pengambilan keputusan mengenai kurikulum yang dinilai.
Keunggulan dari model ini adalah penilaian yang dilakukan tahap demi tahap dari
berbagai sudut pandang dan dimensi. Sedangkan kelemahannya masih terlihat
adanya permasalahan pada tahap tertentu yang tidak dibawah ke atahap
berikutnya.
7.
Model Ten Brink
Ten Brink
mengemukakan adanya tiga tahap evaluasi kurikulum yaitu: pertama, tahap
persiapan yaitu dengan menggambarkan secara spesifik pertimbangan dan keputusan
yang dibuat. Kedua, tahap pengumpulan yaitu memperoleh informasi yang
diperlukan dan menganalisis dan mencatat informasi. Ketiga, tahap penilaian
yaitu dengan membuat pertimbangan yang digunakan sebagai dasar pembuatan
keputusan.
8.
Model Pendekatan Proses
Evaluasi
kurikulum model pendekatan proses ini tumbuh dan berkembang secara kualitatif,
yang menjadi pendekatan yang penting. Karakteristik model ini adalah kriteria
yang digunakan untuk evaluasi tidak dikembangkan sebelum pelaksana (evaluator)
berada di lapangan serta evaluasi yang dilakukan terhadap kurikulum adalah
merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak terpecah belah dalam bagian-bagian
tertentu.
Adapun prosedur
evaluasi kurikulum model pendekatan proses adalah sebagai berikut:
a.
Pengumpulan data dari berbagai
sumber, misalnya kepala sekolah atau madrasah, guru dan tenaga kependidikan
b.
Menganalisis data setelah data
terkumpul dari berbagai sumber
c.
Pengambilan keputusan dan
berpijak pada kelebihan dan kekurangan suatu kurikulum, sehingga akan
melahirkan pemikiran alternatif untuk perbaikan atau inovasi kurikulum.
9.
Model Evaluasi Kuantitatif
Model
kuantitatif ditandai oleh cirri yang menonjol dalam penggunaan prosedur
kuantitatif untuk mengumpulkan data sebagai konsekuensi penerapan pemikiran
paradigma positivisme. Hal lain yang dapat dikemukakan mengenai model-model
kuantitatif ini ialah persamaan mereka dalam fokus evaluasi yaitu pada kurikulum
dimensi hasil belajar.
10.
Model
Evaluasi Kualitatif
Ciri khas dari
model evaluasi kualitatif adalah selalu menempatkan proses pelaksanaan
kurikulum sebagai fokus utama evaluasi. Oleh karena itu kurikulum dalam dimensi
kegiatan atau proses lebih mendapatkan perhatian dibandingkan dimensi lain
suatu kurikulum walaupun harus dikatakan bahwa perhatian utama terhadap proses
dimensi lain.
Model utama
evaluasi kualitatif adalah studi kasus. Demikian kuatnya posisi studi kasus
sebagai model utama dilingkungan evaluasi kualitatif sehingga setiap orang
berbicara tentang model evaluasi kualitatif maka nama studi kasus segera muncul
dalam kontak memorinya.
11. Model Pengukuran (Measurement)
Untuk memperoleh data yang akurat dalam
pengukuran merupakan alternatif yang mungkin dianggap lebih tepat jika
dibandingkan dengan model lainnya. Karena hal ini dapat kita lihat dari hasil
belajar siswa yang berupa angka (skor hasil tes). Alat penilaian yang sering digunakan dalam
model ini adalah tes tertulis atau paper
and pencil test.
Keunggulan model ini
adalah sumbangannya yang sangat berarti dalam hal penekanannya terhadap
pentingnya objektivitas peoses penilaian. Sedangkan kelemahan model ini
terletak pada penekannannya yang berlebihan pada aspek pengukuran dalam
kegiatan penilaian pendidikan.
12. Model Penyesuaian (Congruence)
Dalam model ini pada dasarnya merupakan
pemeriksaan kesesuaian atau congruence antara tujuan pendidikan dan hasil
belajar yang diperoleh peserta didik, sehigga yang dijadikan objek penilaian adalah
tingkah laku siswa. Hasil
evaluasi dari model ini dapat digunakan
sebagai usaha pengembangan kurikulum selanjutnya.
Keunggulan dari model ini
dapat menghubungkan hasil belajar dengan tujuan pendidikan sebagai kriteria
perbandingan, memperkenalkan sistem pengolahan hasil penilaian secara parsial
lebih relevan dengan kebutuhan pengembangan sistem. Sedangkan kelemahannya
tidak menjadikan input dan proses pelaksanaan sebagai objek penilaian secara
langsung.
13. Penerangan atau
Penyempurnaan (Illumunation)
Dalam model ini pada
dasarnya merupakan studi mengenai pelaksanaan program yang meliputi faktor
lingkungan, kebaikan-kebaikan dan kelemahan program. Hasil evaluasi
ditekankan pada deskripsi dan interpretasi, bukan pengukuran dan prediksi
sebagaimana model sebelumnya untuk penyempurnaan program. Tujuan penilaian
menurut model ini adalah mengadakan studi yang cermat terhadap sistem yang
bersangkutan.
Keunggulan dari
model ini menekankan
kontinuitas proses pelaksanaannya, informasi yang dihasilkan dapat digunakan
tepat waktu, karena jeda antara pengumpulan dan laporan hasil penilaian cukup pendek. Sedangkan keterbatasanya adalah lebih pada
teknis pelaksanaannya seperti: kurang objektif, ada kecenderungan untuk menggunakan alat penilaian
yang terbuka kurang spesifik dan kurang terstruktur, tidak menekankan
pentingnya penilaian terhadap program bahan-bahan kurikulum selama bahan-bahan
tersebut disusun dalam tahap perencanaan.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
1. Evaluasi kurikulum adalah proses penerapan prosedur ilmiah yang dilakukan terus menerus
dan menyeluruh untuk mengumpulkan data yang valid dan reliable untuk membuat
keputusan tentang kurikulum yang akan digunakan, yang meliputi tujuan, isi,
atau metode pembelajaran yang ada dalam kurikulum tersebut.
2. Fungsi evaluasi kurikulum meliputi: fungsi perbaikan, fungsi penempatan, fungsi penyebaran, fungsi penelitian dan pengembangan.
3. Tujuan dari evaluasi yaitu: evaluasi
digunakan untuk menilai efektifitas program, dan evaluasi dapat digunakan
sebagai alat bantu dalam pelaksanaan kurikulum (pembelajaran).
4. Konsep-konsep evaluasi dalam kurikulum meliputi 10 konsep yaitu: konsep
tyler, konsep yang berorientasi pada tujuan, konsep pengukuran, konsep
kesesuaian, konsep evaluasi sistem pendidikan, konsep alkin, konsep
brinkerhoff, konsep illuminatif, konsep responsif, dan konsep studi kasus.
5. kedudukan evaluasi dalam pengembangan kurikulum yaitu meliputi: bagi kualitas masyarakat masa kini dan masa depan, untuk
kualitas masyarakat di masa kini, untuk kualitas masyarakat di
masa depan, dalam segi tantangan, dalam
tahap standar isi dan standar kompetensi lulusan, dalam
bidang ide kurikulum, dalam bidang dokumen kurikulum dan pengembangan silabus, dalam
bidang kurikulum sebagai proses, dan dalam bidang hasil kurikulum.
6. Model-model evaluasi kurikulum secara garis besar dapat dibedakan menjadi: evaluasi kurikulum
model penelitian, model evaluasi kurikulum yang
berorientasi pada tujuan (goal/objective
oriented evaluation model), model pengukuran (measurement), model penyesuaian (congruence), model penerangan atau penyempurnaan (illumination) dan CIPP (Contex,
Input, Procces, and Product).
B.
Saran
1.
Pada pengembangan
kurikulum, evaluasi pada kurikulum tersebut sangatlah dibutuhkan untuk
memperbaiki dan menambahkan aspek-aspek pada kurikulum. Setiap kurikulum pasti
memiliki kelebihan dan kekurangannya baik disisi pendidik maupun disisi peserta
didik. Kelebihan yang ada pada suatu kurikulum dapat terus dipakai dan
dikembangkan, sedangakan
kekurangan yang ada sebaiknya
harus dirombak dan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Evaluasi tidak
bertujuan untuk memberikan penilaian yang negatif dan hanya bersifat mengoreksi
saja, tetapi evaluasi juga memberikan penilaian yang positif dan memberikan
masukan-masukan yang membangun untuk pengembangan kurikulum selanjutnya.
2.
Dengan evaluasi, kita akan mengetahui bagaimana kondisi
kurikulum tersebut dikembangkan, pelaksanaan serta hasilnya. Dengan evaluasi
kurikulum yang tepat akan dapat memberikan dan memperbaiki aspek-aspek
kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan, serta dapat menyajikan informasi
mengenai kesesuaian, efektifitas dan efisiensi kurikulum tersebut terhadap
tujuan yang ingin dicapai dan penggunaan sumber daya, yang mana informasi ini
sangat berguna sebagai bahan pembuat keputusan apakah kurikulum tersebut tetapi
perlu revisi atau harus diganti dengan kurikulum yang baru. Lebih lanjut
evaluasi kurikulum juga dapat digunakan untuk penyesuaian dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar yang berubah dari
waktu-kewaktu.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Ghufroni, Anik. 2011. Fungsi,
Peran, Urgensi, dan Implementasi Kurikulum dalam Pembelajaran, online (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/KURIKULUM
%20DALAM%20PEMBELAJARAN.pdf). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Hamalik,
Oemar. 1993. Evaluasi Kurikulum.
Bandung: PT. Remain Resdakarya
Kampus, Perpus. 2012. Kedudukan Evaluasi didalam Kurikulum dan Pengajaran, online(http://www.perpuskampus.com/2012/04/kedudukan-evaluasi-di-dalam-kurikulum.html). Diakses pada 20 Oktober 2016.
Renata, Lia. 2012. Kedudukan Evaluasi dalam Pengembangan Kurikulum, online (https://renataliaa.wordpress.com/2012/12/05/kedudukan-evaluasi-dalam-pengembangan-kurikulum/). Diakses pada 20 Oktober 2016.
Rusyani, Endang. 2012. Pengertian,
Fungsi, dan Peran
Kurikulum, online (http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195705101985031-ENDANG_RUSYANI/Pengertian,_Fungsi_dan_Peran.pdf). Diakses
pada 20 Oktober 2016.
Soeparto, dan Lise Chamisijatin. 2014. Pengembangan Kurikulum, online (educloud.fkip.unila.ac.id/index.php?...Ilmu%20Pendidikan/Pendidikan.html). Diakses
pada 20 Oktober 2016.
Sudjana, Nana. 2005. Pembinaan
dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Jakarta : Sinar Baru Algensindo.
0 komentar:
Posting Komentar