Jumat, 11 November 2016

Makalah Konsep dan Kedudukan Evaluasi Kurikulum dalam Pengembangan Kurikulum di Sekolah Dasar




Konsep dan Kedudukan Evaluasi Kurikulum
dalam Pengembangan Kurikulum di Sekolah Dasar
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum SD
Dosen Pengampu: Drs. Purnomo, M. Pd.



Disusun Oleh:
Nama      :           Ulfah Nurul Wahdah
NIM       :           1401414283
Rombel   :           11




PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016





KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang  telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada saya sehingga mampu menyelesaikan tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum SD.
Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan selalu memberi dukungan, mereka adalah:
1.        Bapak Drs. Purnomo, M. Pd., selaku dosen mata kuliah Pengembangan Kurikulum SD yang telah memberikan bimbingan serta arahan dalam mengerjakan makalah ini.
2.        Kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan baik secara moral maupun material sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini.
3.        Teman-teman Rombel 11 yang telah memberikan dukungan serta bantuan.
4.        Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Saya sadar bahwa kesempurnaan hanyalah milik Yang Maha Sempurna, tetapi usaha maksimal telah kami lakukan dalam penulisan makalah ini. Kritik dan saran akan kami terima dengan tangan terbuka. Saya berharap, semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Serta dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Negeri Semarang.


Semarang, 20 Oktober 2016


Penulis



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................  i
KATA PENGANTAR .............................................................................................  ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................  iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................  1
A.      Latar Belakang ..............................................................................................  1
B.       Rumusan Masalah .........................................................................................  1
C.       Tujuan............................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................  3
A.      Pengertian Evaluasi Kurikulum..................................................................... 3
B.       Fungsi Evaluasi Kurikulum............................................................................ 4
C.       Tujuan Evaluasi Kurikulum........................................................................... 5
D.      Konsep Evaluasi dalam Kurikulum............................................................... 6
E.       Kedudukan Evaluasi dalam Pengembangan Kurikulum............................. 10
F.        Model-model Evaluasi Kurikulum............................................................... 16
BAB III PENUTUP ...............................................................................................  21
A.      Simpulan .....................................................................................................  21
B.       Saran ...........................................................................................................  22
     DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................  23




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam proses belajar mengajar, kurikulum merupakan aspek yang sangat penting, karena kurikulum menentukan isi dan juga tujuan akan dibawa ke arah mana suatu proses pendidikan tersebut..
Kurikulum  merupakan suatu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena itu kurikulum merupakan  alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan.
Seiring kemajuan zaman yang semakin pesat, pendidikan harus bisa mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi. Kurikulum yang diterapkan juga harus berkembang sesuai kebutuhan, tidak bisa menggunkan kurikulum lama yang sudah tidak relevan dengan keadaan. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengevaluasi kurikulum yang telah ada, apakah masih sesuai, atau perlu dikembangkan lagi. Evaluasi suatu kurikulum harus dilakukan pada saat pengembangan sehingga sebelum kurikulum digunakan sudah dilakukan evaluasi secara menyeluruh. Evaluasi merupakan bagian dari suatu sistem yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Dalam pengembangan kurikulum prosesnya mulai dari perencanaan, organisasi kemudian pelaksanaan dan akhirnya monitoring dan evaluasi. Dalam makalah ini akan dibahas tentang evaluasi kurikulum, baik pengertian evaluasi, fungsi dan kedudukan evaluasi, serta model-model evaluasi.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud evaluasi kurikulum?
2.      Bagaimanakah fungsi evaluasi kurikulum?
3.      Apa sajakah tujuan evaluasi kurikulum?
4.      Bagaimanakah konsep-konsep evaluasi dalam kurikulum?
5.      Bagaimanakah kedudukan evaluasi dalam pengembangan kurikulum?
6.      Apa sajakah model-model evaluasi kurikulum?
                                                                                           
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian evaluasi kurikulum.
2.      Untuk mengetahui fungsi evaluasi kurikulum.
3.      Untuk mengetahui tujuan evaluasi kurikulum.
4.      Untuk mengetahui konsep-konsep evaluasi dalam kurikulum.
5.      Untuk mengetahui kedudukan evaluasi dalam pengembangan kurikulum.
6.      Untuk mengetahui model-model evaluasi kurikulum.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Evaluasi Kurikulum
Menurut Oemar Hamalik (2008), evaluasi merupakan suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai keputusan-keputusan yang dibuat dalam merancang suatu sistem pengajaran. Tyler seperti yang dikutip Sukmadinata menyatakan bahwa evaluasi adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah tercapai atau terealisasikan.
Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menetukan nilai dari sesuatu. Evaluasi dalam pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses dalam usaha untuk mengumpulkan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat keputusan akan perlu tidaknya memperbaiki sistem pembelajaran sesuai dengan tujuan yang akan ditetapkan.
Dari beberapa definisi evaluasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program secara terus menerus dan menyeluruh.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas). Tyler dalam buku Hamalik, berpendapat bahwa evaluasi kurikulum pada dasarnya adalah suatu proses untuk mengecek keberlakuan kurikulum yang harus diberlakukan ke dalam empat tahap yaitu sebagai berikut:
1.      Evaluasi tehadap tujuan pembelajaran.
2.      Evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum atau proses pembelajaran yang meliputi metode, media dan evaluasi pembelajaran.
3.      Evaluasi terhadap evektifitas, baik evektifitas waktu, tenaga dan biaya.
4.      Evaluasi terhadap hasil yang telah dicapai.
Dari pengertian evaluasi dan kurikulum diatas, maka pengertian evaluasi kurikulum adalah proses penerapan prosedur ilmiah yang dilakukan terus menerus dan menyeluruh untuk mengumpulkan data yang valid dan reliable untuk membuat keputusan tentang kurikulum yang akan digunakan, yang meliputi tujuan, isi, atau metode pembelajaran yang ada dalam kurikulum tersebut. Dengan demikian, evaluasi kurikulum merupakan suatu tindakan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu kurikulum, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu, sabagai bentuk akuntabilitas pengembangan kurikulum dalam rangka menentukan keefektifan kurikulum. Evaluasi kurikulum ini dapat mencakup keseluruhan kurikulum atau masing-masing komponen kurikulum seperti tujuan, isi, atau metode pembelajaran yang ada dalam kurikulum tersebut.

B.     Fungsi Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum pada dasarnya harus dilakukan sebagai langkah untuk memperbaiki kualitas pendidikan pada masa yang akan datang. Oleh karena itu tungsi dari evaluasi kurikulum harus kita pahami sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Adapun fungsi evaluasi kurikulum yaitu:
1.      Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki isi program, pelaksanaan, dan evaluasi itu sendiri, disamping itu dapat digunakan untuk dasar pengembangan kurikulum  yang akan datang.
2.      Penempatan, yaitu sebagai acuan untuk melihat hasil pembelajaran dari peserta didik, sehingga kita dapat memetakan mereka dalam kelompok tinggi, sedang dan rendah. Oleh karena itu sangat penting untuk mengembangkan kualitas kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
3.      Penyebaran, yaitu untuk hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan secara merata dan menyeluruh di setiap jenjang maupun wilayah. Sehingga kurikulum yang ada sesuai dengan kebutuhan dan kondisi dari jenjang maupun wilayah dan karakteristik sistem pembelajaran sebagai wujud implementasinya di lapangan.
4.      Penelitian dan pengembangan, yaitu untuk melihat dampak perubahan yang terjadi setelah kurikulum tersebut digunakan. Sehingga kita dapat menyimpulkan apakah kurikulum perlu direvisi bahkan dikembangkan atau sudah tidak relevan lagi.

C.    Tujuan Evaluasi Kurikulum
Pada dasarnya tujuan evaluasi kurikulum mencakup dua hal, yaitu: evaluasi digunakan untuk menilai efektifitas program, dan evaluasi dapat digunakan sebagai alat bantu dalam pelaksanaan kurikulum (pembelajaran). Tujuan dari evaluasi kurikulum adalah penyempurnaan kurikulum dengan jalan mengungkapkan proses pelaksanaan kurikulum yang telah berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem kurikulum,baik yang menyangkut tentang tujuan, isi/materi, strategi, media, sumber belajar, lingkungan maupun sistem penilaian itu sendiri.
Menurut Zainal Arifin (2011), dalam kegiatan evaluasi guru harus memahami terlebih dahulu tentang tujuan evaluasi. Bila tidak, guru akan mengalami kesulitan merencanakan dan melaksanakan evaluasi.
1.      Menentukan efektivitas suatu kurikulum/program pembelajaran.
2.      Menentukan keunggulan dan kelemahan kurikulum/program pembelajaran.
3.      Menentukan tingkat keberhasilan pencapaian hasil belajar peserta didik.
4.      Menentukan masukan untuk memperbaiki program.
5.      Mendeskripsikan kondisi pelaksanaan kurikulum.
6.      Menetapkan keterkaitan antar komponen kurikulum.
Evaluasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan. Setiap bidang atau kegiatan mempunyai tujuan evaluasi yang berbeda yaitu dalam kegiatan bimbingan, kegiatan supervisi, dan kegiatan seleksi.
                     1.      Dalam kegiatan bimbingan, misalnya, tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh informasi secara menyeluruh mengenai karakteristik peserta didik sehingga dapat diberikan bimbingan dengan sebaik-baiknya.
                     2.      Dalam kegiatan supervisi, tujuan evaluasi yaitu untuk menentukan keadaan suatu situasi pendidikan atau pembelajaran sehingga dapat diusahakan langkah-langkah perbaikan untuk meningkatkan mutu pendidikan disekolah.
                     3.      Dalam kegiatan seleksi, tujuan evaluasi yaitu untuk mengetahui tingkat pengetahuan keterampilan,sikap dan nilai-nilai dari test untuk jenis pekerjaan atau jabatan tertentu.

D.    Konsep Evaluasi dalam Kurikulum
Konsep dasar evaluasi kurikulum yang harus dikuasai oleh pendidik adalah pengertian dasar tentang evaluasi kurikulum, fungsi evaluasi kurikulum, tujuan evaluasi kurikulum dan model-model evalusai kurikulum. Tanpa mengetahui konsep dasar evaluasi seorang pendidik tidak akan dapat menyusun suatu alat evaluasi Untuk itu diperlukan pemahaman yang mendasar tentang konsep dasar evaluasi. Zainal Arifin (2009) mengelompokkan sepuluh konsep evaluasi yaitu sebagai berikut:
1.      Konsep Tyler (Tyler Konsep)
Konsep ini dibangun atas dua dasar pemikiran. Pertama, evaluasi ditujukan pada tingkah laku pesrta didik. Kedua, evaluasi harus dilakukan pada tingkah laku awal peserta didik sebelum melaksanakan kurikulum dan sesudah melaksanakan kurikulum (hasil). Dasar pemikiran yang kedua ini menunjukkan bahwa seseorang evaluator kurikulum harus dapat menentukan perubahan tingkah laku peserta didik mengikuti pengalaman belajar dan menegaskan bahwa yang terjadi merupakan perubahan yang disebabkan oleh kegiatan kurikulum. Konsep tyler disebut juga konsep black box, karena konsep ini sangat menekankan adanya tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). Konsep tyler memerlukan informasi perubahan tingkah laku terutama pada saat sebelum dan sesudah terjadinya pelaksanaan kurikulum.
2.      Konsep yang Berorientasi pada Tujuan (goal oriented evaluation konsep)
Konsep ini dianggap lebih praktis untuk mendesain dan mengembangkan suatu kurikulum karena menentukan hasil yang diinginkan dengan rumusan yang dapat diukur (logis antara kegiatan, hasil, dan prosedur pengukuran hasil). Konsep ini dapat membantu guru menjelaskan rencana pelaksanaan kegiatan suatu kurikulum dengan proses penyampaian tujuan dan instrumen yang digunakan bergantung pada tujuan yang ingin di ukur. Kelebihan model ini terletak pada hubungan antara tujuan dan kegiatan dan menekankan pada peserta didik  sebagai aspek penting dalam kurikulum. Kekurangannya adalah memungkinkan terjadinya proses evaluasi melebihi konsekuensi yang tidak diharapkan.
3.      Konsep Pengukuran (R. Thorndike dan R. L. Ebel)
Dalam pengembangan kurikulum, model ini telah diterapkan untuk mengungkap perbedaan-perbedaan individual maupun kelompok dalam hal kemampuan, minat, dan sikap. Hasil evaluasi digunakan untuk keperluan seleksi peserta didik, bimbingan, dan perencanaan pendidikan. Objek evaluasi dalam model ini adalah tingkah laku peserta didik, yang mencakup hasil belajar (kognitif), pembawaan, sikap, minat, bakat, dan juga aspek kepribadian peserta didik. Instrumen yang biasa dilakukan adalah tes tertulis dalam bentuk tes objektif, yang cenderung dibakukan.
4.      Konsep Kesesuaian (Ralph W. Tyler, John B. Carrol, Leen J. Cronbach)
Konsep ini memandang evaluasi sebagai suatu kegiatan untuk melihat kesesuaian (congruence) antara tujuan dengan hasil belajar yang telah dicapai. Hasil evaluasi digunakan untuk menyempurnakan sistem bimbingan peserta didik dan untuk memberikan informasi kepada pihak yang memerlukan. Tekhnik evaluasi yang digunakan tidak hanya tes (tulisan, lisan, dan perbuatan) tetapi juga non-test (observasi, wawancara, skala sikap). Konsep evaluasi ini memerlukan informasi perubahan tingkah laku pada dua tahap yaitu sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran. Berdasarkan konsep ini maka guru perlu melakukan pre and post-test. Model ini menekankan pada pendekatan penilaian acuan patokan.
5.      Konsep Evaluasi Sistem Pendidikan (education system evaluation konsep)
Tokoh konsep ini Daniel L. Stufflebeam, Michael Scriven, Robert E.Stake, dan Malcolm M.Provus. Menurut pandangan mereka, evaluasi berarti membandingkan performance dari berbagai dimensi (tidak hanya dimensi hasil saja) dengan sejumlah kriteria, baik yang bersifat mutlak/intern maupun relatif/ekstern. Konsep ini menekankan sistem sebagai suatu keseluruhan. Konsep ini  menitikberatkan evaluasi pada dua hal pokok, yaitu description dan judgement. Dalam konsep ini, evaluasi dilakukan dengan membandingkan antara satu kurikulum dengan kurikulum lain yang dianggap standar. Proses evaluasi tidak hanya berakhir dengan satu description mengenai keadaan sistem sistem kurikulum, tetapi harus sampai pada judgement sebagai kesimpulan dari evaluasi. Konsep ini menuntut agar hasil evaluasi digunakan sebagai masukan untuk membuat keputusan dalam rangka penyempurnaan sistem kurikulum secara keseluruhan.
6.      Konsep Alkin (Marvin Alkin, 1969)
Menurut Alkin, evaluasi adalah suatu proses untuk meyakinkan keputusan,    mengumpulkan informasi sehingga dapat disusun laporan bagi pembuat keputusan dalam memilih beberapa alternatif (memilih informasi yang tepat dan menganalisis informasi). Alkin mengemukakan ada 5 jenis evaluasi yaitu:
a.         Sistem assessment, yaitu untuk memberikan informasi tentang keadaan atau posisi dari suatu sistem.
b.        Program planning yaitu untuk membantu pemilihan program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhan program.
c.         Program implementation yaitu menyiapkan informasi apakah suatu program sudah diperkenalkan pada kelompok tertentu yang tepat sebagaimana yang direncanakan.
d.        Program improvement yaitu memberikan informasi tentang bagaimana suatu program dapat berfungsi, bekerja atau berjalan.
e.         Program certification yaitu memberikan informasi tentang nilai atau manfaat suatu program.
7.      Konsep Brinkerhoff
Robert O.Brikerhoff (1987), mengemukakan 3 jenis evaluasi berdasarkan gabungan dari elemen yang sama, yaitu:
a.       Fixed vs Emergent Evaluation Design,
Desain evaluasi fixed (tetap) harus direncanakan dan disusun secara sistematik-terstruktur sebelum program dilaksanakan. Sedangkan dalam evaluasi rmergen, tujuan evaluasi adalah untuk beradaptasi dengan situasi yang sedang berlansung dan berkembang, seperti menampung pendapat audiense, masalah-masalah, dan kegiatan program.
b.      Formative vs Summative Evaluation (Michael Scriven, 1967)
Evaluasi Formative berfungsi untuk memperbaiki kurikulum, sedangkan Evaluasi Sumatif berfungsi untuk melihat kemanfaatan kurikulum secara menyeluruh.
c.       Desain Eksperimental dan Desain Quasi Eksperimental vs Natural Inquiri
Desain eksperimental banyak menggunakan pendekatan kuantitatif, random sampling, memberikan perlakuan, dan mengukur dampak ayng bertujuan untuk menilai manfaat hasil percobaan dari suatu kurikulum, sedangkan desain evaluasi natural-inkuiri, evaluator banyak menghabiskan waktu untuk melakukan pengamatan dan wawancara dengan orang-orang yang terlibat.
8.      Konsep Illuminatif (Malcom Parlett dan Hamilton)
Konsep ini lebih menekankan pada evaluasi kualitatif-terbuka (open-ended). Tujuan evaluasi adalah untuk menganalisis pelaksanaan sistem, faktor-faktor yang mempengaruhinya kelebihan dan kekurangan sistem dan pengaruh sistem terhapat pengalaman belajar peserta didik. Hasil evaluasi lebih bersifat deskriftif dan interprestasi, bukan pengukuran dan prediksi.konsep ini lebih banyak menggunakan judgment (pertimbangan) yang hasilnya digunakan untuk penyempurnaan program.
9.      Konsep Responsif (Responsive Konsep)
Konsep ini juga menekankan pada pendekatan kualitatif-naturalistik. Evaluasi diartikan sebagai pemberian makna atau melukiskan sebuah realitas dari berbagai perspektif orang-orang yang terlibat, berminat dan berkepentingan dengan program. Konsep ini kurang percaya terhadap hal-hal yang bersifat kuantitaif. Kelebihan dari konsep ini adalah peka terhadap berbagai pandangan dan kemampuannya mengakomodasikan pendapat yang ambisius serta tidak fokus, sedangkan kekurangannya yaitu pembuat keputusan sulit menentukan prioritas atau penyederhanaan informasi.
10.  Konsep Studi Kasus
Konsep ini memiliki beberapa karakteristik, antara lain: terfokus pada kegiatan kurikulum di suatu sekolah, di kelas atau bahkan hanya kepada seorang kepala sekolah atau guru.
Langkah-langkah untuk menggunakan konsep ini adalah mendekatkan dan mengakrabkan dirinya terhadap kurikulum yang akan dievaluasi sehingga evaluator tidak kaku dalam mengumpulkan data. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data terutama adalah observasi. Meskipun demikian evaluator juga dapat menggunakan wawancara, kuesioner, dan dokumentasi untuk mengumpulkan data-data kualitatif. Hal yang terpenting bagi seorang evaluator adalah instrumen yang dikembangkan harus bersumber dari masalah-masalah yang timbul dari hasil survei di lapangan dengan bentuk pertanyaan terbuka.

E.     Kedudukan Evaluasi Kurikulum dalam Pengembangan Kurikulum
1.        Kedudukan evaluasi dalam pengembangan kurikulum bagi kualitas masyarakat masa kini dan masa depan
Dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan, peran kurikulum dalam pendidikan formal untuk membentuk masyarakat di masa kini dan masyarakat masa depan hanya bisa dapatkan di sekolah sangatlah strategis. Bahkan kurikulum memiliki kedudukan dan posisi yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan, serta kurikulum merupakan syarat mutlak dan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan itu sendiri, karena peran kurikulum sangat penting maka, menjadi tanggung jawab semua pihak yang terkait dala proses pendidikan.
2.        Kedudukan evaluasi kurikulum di dalam pengembangan kurikulum untuk kualitas masyarakat di masa kini
Bagi guru, hasil evaluasi kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Bagi kepala sekolah dan pengawas berfungsi sebagai pedoman supervisi atau pengawasan. Bagi orang tua kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan. Sedangkan bagi siswa hasil evaluasi dan pengembangan kurikulum sebagai pedoman pelajaran. Kegiatan evaluasi untuk menentukan apakah kualitas yang diharapkan sudah dimiliki oleh peserta didik dilakukan berdasarkan rencana yang dicantumkan dalam kurikulum. Oleh karena itu kedudukan evaluasi kurikulum dan pengembangan kurikulum adalah dasar dan sekaligus pengontrol terhadap aktivitas pendidikan. Tanpa kurikulum yang jelas apalagi jika tidak ada kurikulum sama sekali maka kehidupan pendidikan di suatu lembaga menjadi tanpa arah dan tidak efektif dalam mengembangkan potensi peserta didik menjadi kualitas pribadi yang maksimal.
3.        Kedudukan evaluasi kurikulum di dalam pengembangan kurikulum untuk kualitas masyarakat di masa depan
Kedudukan evaluasi di dalam pengembangan kurikulum yakni memperhatikan tuntutan masyarakat dan rencana bangsa untuk kehidupan masa mendatang dengan melakukan evaluasi dan pengembangan. Kedudukan evaluasi kurikulum di dalam pengembangan kurikulum untuk kualitas masyarakat di masa depan yang sebagai “construct” yang dibangun untuk mentransfer apa yang sudah terjadi di masa lalu kepada generasi berikutnya untuk dilestarikan, diteruskan atau dikembangkan.
4.        Kedudukan evaluasi dalam pengembangan kurikulum dalam segi tantangan
Kedudukan evaluasi dalam pengembangan kurikulum dalam segi tantangan berfungsi untuk menjawab tantangan-tantangan atau permasalahan dalam evaluasi serta pengembangan kurikulum pada tingkat evaluasi harus mampu menyelesaikan permasalahan seperti:
a.       Digunakan untuk menjawab dan menyelesaikan tujuan pendidikan tersebut, apakah dapat tercapai atau tidak dan sesuai dengan rumusan dokumen kurikulum yang telah dibuat.
b.       Digunakan untuk menilai menilai kesuluruhan sistem kurikulum atau hanya komponen-komponen tertentu dalam sistem kurikulum  tersebut. Apakah mengevaluasi keseluruhan sistem atau komponen-komponen tertentu saja, diperlukan persyaratan tertentu.
Komponen-komponen kurikulum yang dievaluasi juga sangat luas. Program evaluasi kurikulum bukan hanya mengevaluasi hasil belajar siswa dan proses pembelajarannya, tetapi juga desain dan implementasi kurikulum, kemampuan dan unjuk kerja guru, kemampuan dan kemajuan siswa, sarana, fasilitas dan sumber-sumber belajar dan lain-lain.
5.        Kedudukan evaluasi dalam pengembangan kurikulum pada tahap standar isi dan standar kompetensi lulusan
a.       Kedudukan evaluasi dalam pengembangan kurikulum pada tahap standar isi
Materi kurikulum perlu dievaluasi dan dilakukan pengembangan, yaitu berkaitan dengan relevansi materi pembelajaran dengan tujuan, sehingga dapat memberikan pengalaman belajar. Evaluasi dalam hal ini dilakukan dengan maksud mengetahui sampai sejauh mana proses dapat memberikan hasil berupa perubahan perilaku secara optimal. Sejumlah pertanyaan yang dapat dijadikan kriteria untuk menguji isi atau materi kurikulum di antaranya:
1)      Apakah isi kurikulum sesuai atau dapat mendukung pencapaian tujuan seperti yang telah ditetapkan?
2)      Apakah isi atau materi kurikulum sesuai dengan pandangan-pandangan atau penemuan-penemuan yang mutakhir?
3)      Apakah isi kurikulum sesuai dengan pengalaman dan karakteristik lingkungan  di mana anak tinggal?
4)      Apakah urutan isi kurikulum sesuai karakteristik isi atau materi kurikulum?
b.      Kedudukan evaluasi dalam pengembangan kurikulum pada standar kompetensi lulusan
Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara Standar Kompetensi Lulusan dan lulusan dari masing-masing satuan pendidikan dan kurikulum yang digunakan pada satuan pendidikan tertentu perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan berkelanjutan dalam setiap periode. Hasil yang diperoleh dari monitoring dan evaluasi digunakan sebagai bahan masukan bagi penyempurnaan Standar Kompetensi Lulusan di masa yang akan datang.
6.        Kedudukan evaluasi dalam pengembangan kurikulum dalam bidang ide kurikulum
Ide atau konsep kurikulum mempunyai kedudukan evaluasi di dalam pengembangan kurikulum yang mempunyai sifat dinamis, artinya akan selalu berubah mengikuti perkembangan zaman, minat, kebutuhan peserta didik, tuntutan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Ide gagasan mengenai kurikulum didapatkan dari evaluasi dan selanjutnya dilakukan pengembangan. Dimensi kurikulum sebagai sebuah ide ini, dijadikan sebagai langkah awal di dalam pengembangan kurikulum yaitu ketika melakukan studi pendapat. Dari sekian banyak ide dari studi pendapat tersebut maka akan dipilih dan ditentukan ide mana yang paling kreatif, inovatif dan konstruktif sesuai dengan visi misi dan tujuan pendidikan.
7.        Kedudukan evaluasi dalam pengembangan kurikulum dalam bidang dokumen kurikulum dan pengembangan silabus
a.       Kedudukan evaluasi dalam pengembangan kurikulum dalam bidang dokumen kurikulum
Dokumen kurikulum merupakan realisasi dari dimensi kurikulum sebagai ide, aspek-aspek yang penting perlu dibahas antara lain pengembangan tujuan dan kompetensi, struktur kurikulum, kegiatan dan pengalaman belajar, organisasi kurikulum, manajemen kurikulum dan hasil belajar dan sistem evaluasi.
Suatu program atau dokumen, kurikulum memiliki beberapa komponen pokok, yaitu tujuan yang ingin dicapai, isi atau materi kurikulum itu sendiri, strategi pembelajaran yang direncanakan, serta rencana evaluasi keberhasilan. Rumusan tujuan merupakan salah satu komponen yang ada dalam dokumen kurikulum. Evaluasi kurikulum sebagai dokumen adalah evaluasi terhadap tujuan. Setiap mata pelajaran terdapat sejumlah kriteria untuk menilai tujuan:
1)      Apakah tujuan setiap mata pelajaran itu berhubungan dan diarahkan untuk mencapai tujuan lembaga sekolah yang bersangkutan?
2)      Apakah tujuan itu mudah dipahami oleh setiap guru?
3)      Apakah tujuan yang dirumuskan dalam dokumen itu sesuai dengan tingkat perkembangan siswa?
b.      Kedudukan evaluasi dalam pengembangan kurikulum dalam bidang silabus kurikulum
Istilah silabus dapat didefenisikan sebagai garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran (Salim, 1987:98). Silabus digunakan untuk menyebut suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kemampuan dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam mencapai standar kompetensi dan kemampuan dasar. Kedudukan evaluasi dalam pengembangan kurikulum dalam bidang silabus kurikulum untuk pedoman dalam pengembangan pembelajaran, seperti pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran dan pengemabangan system penilaian.
8.        Kedudukan evaluasi dalam pengembangan kurikulum dalam bidang kurikulum sebagai proses
Kedudukan evaluasi dalam pengembangan kurikulum dalam bidang kurikulum sebagai proses yaitu:
a.       Tahap perencanaan
Proses perencanaan yang menyangkut perumusan tujuan dan kompetensi serta memperkirakan cara pencapaian tujuan dan pembentukan kompetensi tersebut. Dalam kaitannya dengan implementasi kurikulum, perencanaan ini dituangkan dalam program pembelajaran, yang berkaitan dengan cara bagaimana proses pembelajaran dilaksanakan untuk mewujudkan tujuan dan kompetensi secara efektif dan efisien.
b.      Tahap pelaksanaan
Proses pelaksanaan adalah proses yang memberikan kepastian bahwa program pembelajaran telah memiliki sumber daya manusia dan sarana serta rasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan, sehingga dapat membentuk kompetensi, karakter dan mencapai tujuan yang diinginkan. Fungsi pelaksanaan ini mencakup pengorganisasian dan kepemimpinan yang melibatkan penetuan berbagai kegiatan, seperti pembagian pekerjaan ke dalam berbagai tugas yang harus dilakukan guru dan peserta  didik dalam pembelajaran.
c.       Tahap penilaian
Proses penilaian yang sering juga disebut pengendalian atau evaluasi dan pengendalian. Penilaian bertujuan untuk menjamin bahwa proses kinerja yang dicapai telah sesuai dengan rencana dan tujuan. Untuk kepentingan tersebut, pelaksanaan penilaian perlu membandingkan kinerja aktual dengan kinerja standar.
9.        Kedudukan evaluasi dalam pengembangan kurikulum dalam bidang hasil kurikulum
Adapun proses pengembangan kurikulum adalah kegiatan menghasilkan kurikulum baru melalui langkah-langkah penyusunan, pelaksanaan dan penyempurnaan kurikulum atas dasar penilaian yang dilakukan selama kegiatan pelaksanaan kurikulum, dan hal tersebut bisa dikatakan bahwa terjadinya perubahan-perubahan kurikulum mempunyai tujuan untuk perbaikan.
Kedudukan evaluasi dalam pengembangan kurikulum dalam bidang hasil kurikulum di dalam pengajaran yaitu implementasi untuk mencapai tujuan dan menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan serta menilai proses pelaksanaan mengajar secara keseluruhan. Implementasi sebagai penyempurnaan pengajaran yaitu hasil-hasil evaluasi, baik evaluasi hasil belajar, maupun evaluasi pelaksanaan mengajar secara keseluruhan, merupakan umpan balik bagi penyempurnaan-penyempurnaan lebih lanjut. Hasil-hasil penilaian demikian akan sangat membantu pengembangan kurikulum, untuk memahami hambatan­-hambatan dalam implementasi kurikulum dan juga dapat membantu mencari cara untuk mengoptimalkan kegiatan guru.



F.     Model-model Evaluasi Kurikulum
Ada beberapa model dalam evaluasi kurikulum, yaitu sebagai berikut:
1.        Evaluasi kurikulum model penelitian (research evaluation model)
Model evaluasi kurikulum yang menggunakan penelitian didasarkan atas teori dan metode tes psikologi serta eksperimen lapangan. Salah satu pendekatan dalam evaluasi yang menggunakan eksperimen lapangan adalah comparative approach, yaitu dengan mengadakan perbandingan antara dua macam kelompok anak.
Ada beberapa kesulitan yang dihadapi dalam eksperimen tersebut. Pertama, kesulitan administratif, sedikit sekali sekolah yang bersedia dijadikan sekolah eksperimen. Kedua, masalah teknis dan logis, yaitu kesulitan menciptakan kondisi kelas yang sama untuk kelompok-kelompok yang diuji. Ketiga, sukar untuk mencampurkan guru-guru untuk mengajar pada kelompok eksperimen dengan kelompok control, pengaruh guru-guru tersebut sukar dikontrol. Keempat, ada keterbatasan mengenai manipulasi eksperimen yang dapat dilakukan.
2.        Model evaluasi kurikulum yang berorientasi pada tujuan (goal/objective oriented evaluation model)
Dalam model ini, evaluasi merupakan bagian yang sangat penting dari proses pengembangan kurikulum. Kurikulum tidak dibandingkan dengan kurikulum lain, tetapi diukur dengan seperangkat tujuan atau kompetensi tertentu. Keberhasilan pelaksanaan kurikulum diukur oleh penguasaan siswa akan tujuan-tujuan atau kompetensi tersebut.
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh tim pengembang model obyektif, yaitu sebagai berikut:
a.       Ada kesepakatan tentang tujuan-tujuan kurikulum,
b.      Merumuskan tujuan-tujuan tersebut dalam perbuatan siswa.
c.       Menyusun materi kurikulum yang sesuai dengan tujuan tersebut.
d.      Mengukur kesesuaian antara perilaku siswa dengan hasil yang diinginkan.



3.        Model evaluasi kurikulum yang lepas dari tujuan (goal free evaluation model)
Model ini dikembangkan oleh Micheal Scriven, yang cara kerjanya berlawanan dengan model evaluasi yang berorientasi pada tujuan. Menurut pendapat Scriven, seorang evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan pembelajaran, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kerjanya. Caranya dengan memperhatikan dan mengidentifikasi penampilan yang terjadi, baik hal-hal positif yang diharapkan maupun hal-hal negatif yang tidak diinginkan.
4.        Model campuran multi-variasi
Model campuran multi-variasi adalah strategi evaluasi yang menyatukan unsur-unsur dari beberapa model evaluasi kurikulum. Model ini memungkinkan perbandingan lebih dari satu kurikulum dan secara serempak. Keberhasilan tiap kurikulum diukur berdasarkan kriteria khusus dari masing-masimg kurikulum.
5.        Model evaluation program for innovate curriculumbs (EPIC)
Model ini menggambarkan keseluruhan program evaluasi kurikulum dalam sebuah kubus. Kubus ini memiliki tiga bidang, bidang pertama adalah perilaku (behavior) yang meliputi perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik. Bidang kedua adalah pembelajaran (instruction), yang meliputi organisasi, materi, metode fasilitas atau sarana dan pendanaan. Bidang ketiga adalah kelembagaan (institution) yang meliputi guru, murid, administrasi, tenaga kependidikan, keluarga dan masyarakat.
6.        Model CIPP (Contex, Input, Procces, and Product)
Model ini dikembangkan oleh Stufflebeam (1967) dan kawan-kawan di Ohio State University AS. Model ini memandang bahwa kurikulum yang dievaluasi adalah sebuah sistem, maka apabila evaluator telah menentukan untuk menggunakan model CIPP, maka evaluator harus menganalisis kurikulum tersebut berdasarkan komponen-komponen model CIPP.
Dalam model ini pada dasarnya merupakan perbandingan antara performance setiap dimensi program dan kriteria, yang akan berakhir denga suatu deskripsi dan judgment. Model ini lebih komplek karena melihat dari semua aspek mulai dari karakteristik peserta didik, lingkungan, tujuan isi, peralatan, sarana dan prasarana yang digunakan yang akhirnya didiskripsikan kemudian digunakan pengambilan keputusan mengenai kurikulum yang dinilai. Keunggulan dari model ini adalah penilaian yang dilakukan tahap demi tahap dari berbagai sudut pandang dan dimensi. Sedangkan kelemahannya masih terlihat adanya permasalahan pada tahap tertentu yang tidak dibawah ke atahap berikutnya.
7.        Model Ten Brink
Ten Brink mengemukakan adanya tiga tahap evaluasi kurikulum yaitu: pertama, tahap persiapan yaitu dengan menggambarkan secara spesifik pertimbangan dan keputusan yang dibuat. Kedua, tahap pengumpulan yaitu memperoleh informasi yang diperlukan dan menganalisis dan mencatat informasi. Ketiga, tahap penilaian yaitu dengan membuat pertimbangan yang digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan.
8.        Model Pendekatan Proses
Evaluasi kurikulum model pendekatan proses ini tumbuh dan berkembang secara kualitatif, yang menjadi pendekatan yang penting. Karakteristik model ini adalah kriteria yang digunakan untuk evaluasi tidak dikembangkan sebelum pelaksana (evaluator) berada di lapangan serta evaluasi yang dilakukan terhadap kurikulum adalah merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak terpecah belah dalam bagian-bagian tertentu.
Adapun prosedur evaluasi kurikulum model pendekatan proses adalah sebagai berikut:
a.       Pengumpulan data dari berbagai sumber, misalnya kepala sekolah atau madrasah, guru dan tenaga kependidikan
b.      Menganalisis data setelah data terkumpul dari berbagai sumber
c.       Pengambilan keputusan dan berpijak pada kelebihan dan kekurangan suatu kurikulum, sehingga akan melahirkan pemikiran alternatif untuk perbaikan atau inovasi kurikulum.



9.        Model Evaluasi Kuantitatif
Model kuantitatif ditandai oleh cirri yang menonjol dalam penggunaan prosedur kuantitatif untuk mengumpulkan data sebagai konsekuensi penerapan pemikiran paradigma positivisme. Hal lain yang dapat dikemukakan mengenai model-model kuantitatif ini ialah persamaan mereka dalam fokus evaluasi yaitu pada kurikulum dimensi hasil belajar.
10.    Model Evaluasi Kualitatif
Ciri khas dari model evaluasi kualitatif adalah selalu menempatkan proses pelaksanaan kurikulum sebagai fokus utama evaluasi. Oleh karena itu kurikulum dalam dimensi kegiatan atau proses lebih mendapatkan perhatian dibandingkan dimensi lain suatu kurikulum walaupun harus dikatakan bahwa perhatian utama terhadap proses dimensi lain.
Model utama evaluasi kualitatif adalah studi kasus. Demikian kuatnya posisi studi kasus sebagai model utama dilingkungan evaluasi kualitatif sehingga setiap orang berbicara tentang model evaluasi kualitatif maka nama studi kasus segera muncul dalam kontak memorinya.
11.    Model Pengukuran (Measurement)
Untuk memperoleh data yang akurat dalam pengukuran merupakan alternatif yang mungkin dianggap lebih tepat jika dibandingkan dengan model lainnya. Karena hal ini dapat kita lihat dari hasil belajar siswa yang berupa angka (skor hasil tes).  Alat penilaian yang sering digunakan dalam model ini adalah tes tertulis atau paper and pencil test.
Keunggulan model ini adalah sumbangannya yang sangat berarti dalam hal penekanannya terhadap pentingnya objektivitas peoses penilaian. Sedangkan kelemahan model ini terletak pada penekannannya yang berlebihan pada aspek pengukuran dalam kegiatan penilaian pendidikan.
12.  Model Penyesuaian (Congruence)
Dalam model ini pada dasarnya merupakan pemeriksaan kesesuaian atau congruence antara tujuan pendidikan dan hasil belajar yang diperoleh peserta didik, sehigga yang dijadikan objek penilaian adalah tingkah laku siswa. Hasil evaluasi dari model ini  dapat digunakan sebagai usaha pengembangan kurikulum selanjutnya.
Keunggulan dari model ini dapat menghubungkan hasil belajar dengan tujuan pendidikan sebagai kriteria perbandingan, memperkenalkan sistem pengolahan hasil penilaian secara parsial lebih relevan dengan kebutuhan pengembangan sistem. Sedangkan kelemahannya tidak menjadikan input dan proses pelaksanaan sebagai objek penilaian secara langsung.
13.  Penerangan atau Penyempurnaan (Illumunation)
Dalam model ini pada dasarnya merupakan studi mengenai pelaksanaan program yang meliputi faktor lingkungan, kebaikan-kebaikan dan kelemahan program. Hasil evaluasi ditekankan pada deskripsi dan interpretasi, bukan pengukuran dan prediksi sebagaimana model sebelumnya untuk penyempurnaan program. Tujuan penilaian menurut model ini adalah mengadakan studi yang cermat terhadap sistem yang bersangkutan.
Keunggulan dari model ini menekankan kontinuitas proses pelaksanaannya, informasi yang dihasilkan dapat digunakan tepat waktu, karena jeda antara pengumpulan dan laporan hasil penilaian cukup pendek. Sedangkan keterbatasanya adalah lebih pada teknis pelaksanaannya seperti: kurang objektif, ada kecenderungan untuk menggunakan alat penilaian yang terbuka kurang spesifik dan kurang terstruktur, tidak menekankan pentingnya penilaian terhadap program bahan-bahan kurikulum selama bahan-bahan tersebut disusun dalam tahap perencanaan.





BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
1.      Evaluasi kurikulum adalah proses penerapan prosedur ilmiah yang dilakukan terus menerus dan menyeluruh untuk mengumpulkan data yang valid dan reliable untuk membuat keputusan tentang kurikulum yang akan digunakan, yang meliputi tujuan, isi, atau metode pembelajaran yang ada dalam kurikulum tersebut.
2.      Fungsi evaluasi kurikulum meliputi: fungsi perbaikan, fungsi penempatan, fungsi penyebaran, fungsi penelitian dan pengembangan.
3.      Tujuan dari evaluasi yaitu: evaluasi digunakan untuk menilai efektifitas program, dan evaluasi dapat digunakan sebagai alat bantu dalam pelaksanaan kurikulum (pembelajaran).
4.      Konsep-konsep evaluasi dalam kurikulum meliputi 10 konsep yaitu: konsep tyler, konsep yang berorientasi pada tujuan, konsep pengukuran, konsep kesesuaian, konsep evaluasi sistem pendidikan, konsep alkin, konsep brinkerhoff, konsep illuminatif, konsep responsif, dan konsep studi kasus.
5.      kedudukan evaluasi dalam pengembangan kurikulum yaitu meliputi: bagi kualitas masyarakat masa kini dan masa depan, untuk kualitas masyarakat di masa kini, untuk kualitas masyarakat di masa depan, dalam segi tantangan, dalam tahap standar isi dan standar kompetensi lulusan, dalam bidang ide kurikulum, dalam bidang dokumen kurikulum dan pengembangan silabus, dalam bidang kurikulum sebagai proses, dan dalam bidang hasil kurikulum.
6.      Model-model evaluasi kurikulum secara garis besar dapat dibedakan menjadi: evaluasi kurikulum model penelitian, model evaluasi kurikulum yang berorientasi pada tujuan (goal/objective oriented evaluation model), model pengukuran (measurement), model penyesuaian (congruence), model  penerangan atau penyempurnaan (illumination) dan CIPP (Contex, Input, Procces, and Product).

B.     Saran
1.      Pada pengembangan kurikulum, evaluasi pada kurikulum tersebut sangatlah dibutuhkan untuk memperbaiki dan menambahkan aspek-aspek pada kurikulum. Setiap kurikulum pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya baik disisi pendidik maupun disisi peserta didik. Kelebihan yang ada pada suatu kurikulum dapat terus dipakai dan dikembangkan, sedangakan kekurangan yang ada sebaiknya harus dirombak dan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Evaluasi tidak bertujuan untuk memberikan penilaian yang negatif dan hanya bersifat mengoreksi saja, tetapi evaluasi juga memberikan penilaian yang positif dan memberikan masukan-masukan yang membangun untuk pengembangan kurikulum selanjutnya.
2.      Dengan evaluasi, kita akan mengetahui bagaimana kondisi kurikulum tersebut dikembangkan, pelaksanaan serta hasilnya. Dengan evaluasi kurikulum yang tepat akan dapat memberikan dan memperbaiki aspek-aspek kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan, serta dapat menyajikan informasi mengenai kesesuaian, efektifitas dan efisiensi kurikulum tersebut terhadap tujuan yang ingin dicapai dan penggunaan sumber daya, yang mana informasi ini sangat berguna sebagai bahan pembuat keputusan apakah kurikulum tersebut tetapi perlu revisi atau harus diganti dengan kurikulum yang baru. Lebih lanjut evaluasi kurikulum juga dapat digunakan untuk penyesuaian dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar yang berubah dari waktu-kewaktu.



DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.  2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Ghufroni, Anik. 2011. Fungsi, Peran, Urgensi, dan Implementasi Kurikulum dalam Pembelajaran, online (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/KURIKULUM %20DALAM%20PEMBELAJARAN.pdf). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Hamalik, Oemar. 1993. Evaluasi Kurikulum. Bandung: PT. Remain Resdakarya
Kampus, Perpus. 2012. Kedudukan Evaluasi didalam Kurikulum dan Pengajaran, online(http://www.perpuskampus.com/2012/04/kedudukan-evaluasi-di-dalam-kurikulum.html). Diakses pada 20 Oktober 2016.

Renata, Lia. 2012. Kedudukan Evaluasi dalam Pengembangan Kurikulum, online (https://renataliaa.wordpress.com/2012/12/05/kedudukan-evaluasi-dalam-pengembangan-kurikulum/). Diakses pada 20 Oktober 2016.

Rusyani, Endang. 2012. Pengertian, Fungsi, dan Peran Kurikulum, online (http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195705101985031-ENDANG_RUSYANI/Pengertian,_Fungsi_dan_Peran.pdf). Diakses pada 20 Oktober 2016.
Soeparto, dan Lise Chamisijatin. 2014. Pengembangan Kurikulum, online (educloud.fkip.unila.ac.id/index.php?...Ilmu%20Pendidikan/Pendidikan.html). Diakses pada 20 Oktober 2016.
Sudjana, Nana. 2005. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Jakarta : Sinar Baru Algensindo.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;