MAKALAH
Menerapakan Kaidah-Kaidah Kebahasaan untuk Menganalisis
Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia Bidang Fonologis dan Morfologis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu hambatan dalam
proses komunikasi adalah kurangnya keterampilan berbahasa. Wujud kurangnya
keterampilan berbahasa itu antara lain disebabkan oleh kesalahan-kesalahan
berbahasa. Kesalahan-kesalahan berbahasa ini menyebabkan gangguan terhadap
peristiwa komunikasi, kecuali dalam hal pemakaian bahasa secara khusus seperti
dalam lawak, jenis iklan tertentu, serta dalam puisi. Dalam pemakaian bahasa
secara khusus itu, kadang-kadang kesalahan berbahasa sengaja dibuat atau
disadari oleh penutur untuk mencapa efek tertentu sepeti lucu, menarik
perhatian dan mendorong berpikir lebih intens.
Dewasa ini, bahasa Indonesia seringkali digunakan tanpa memperhatikan
bidang-bidang dalam linguistik yang pada dasarnya harus dipahami sehingga
seringkali pembelajaran bahasa yang dimaksudkan untuk berbagai kepentingan,
baik untuk pengajaran maupun sebagai alat komunikasi, dijumpai berbagai
permasalahan sehingga penguasaan bahasa Indonesia baik dari segi
penguasaan lisan maupun tertulis dapat menimbulkan keberagaman bahkan
kesalahpahaman makna dalam berbahasa Indonesia. Tujuan pembelajaran bahasa
Indonesia sebagai pengajaran maupun sebagai alat komunikasi tidak mudah dicapai
karena dalam proses pembelajarannya pastilah dijumpai banyak permasalahan. Salah satu permasalahan itu berupa
kesalahan-kesalahan berbahasa, diantaranya kesalahan dari segi fonologi dan
morfologi. Apabila kesalahan-kesalahan tidak segera di identifikasi, akan
mengakibatkan kendala berkelanjutan dalam proses berbahasa.
Bahasa sebagai alat komonikasi
tidak diragukan lagi keampuhannya. Dibandingkan dengan media komunikasi lainnya
seperti isyarat, lambang, dan sebagainya, betapa pun canggihnya, tetap bahasa
itu memIliki peran yang sangat penting dalam berkomunikasi baik lisan maupun
tertulis. Manusia sebagai makhluk pencerita (homo fabulans) senantiasa ingin
menyampaikan segala sesuatu yang ada dalam benak atau perasaannya kepada orang
lain melalui bahasa. Dalam proses transformasi pesan dari individu pihak
komunikator kepada individu atau pihak lainnya sebagai komunikan inilah sering
terjadi kesalahan, terutama dalam bahasa tulis yang merupakan rekaman dari
bahasa lisan itu.
Ditinjau dari segi sampainya pesan, kesalahan berbahasa lisan kurang terasa salahnya karena dalam komunikasi ini dapat dibantu dengan mimik ( gerak air muka ) serta panto mimik, gestur ( gerak anggota tubuh ), atau isyarat lainnya, atau karena Si Pemesan itu memiliki sikap bahasa yang penting asal orang mengerti. Lain halnya dengan komunikasi tulisan, kesalahan ini akan terasa sekali, karena bahasa tulis memerlukan kelengkapan fungtuasi atau tanda baca, keakuratan diksi atau pilihan kata, ketepatan struktur baik kata ( morfologi ) maupun kalimat atau sintaksis. Kesalahan berbahasa ini akan berakibat pada gagalnya penyampaian pesan karena salah tafsir, tidak mengerti apa yang disampaikan, hamburnya ( mubazirnya ) kata atau kalimat, bahasa tidak efesien dan efektif lagi sebagai alat komunikasi dan berpikir. Tidak menutup kemungkinan kesalahan berbahasa akan menimbulkan kesalahan fatal dari pendengar atau pembaca terhadap pemaknaan pesan dari penutur atau penulis sehingga terjadi konflik dan sebagainya.
Ditinjau dari segi sampainya pesan, kesalahan berbahasa lisan kurang terasa salahnya karena dalam komunikasi ini dapat dibantu dengan mimik ( gerak air muka ) serta panto mimik, gestur ( gerak anggota tubuh ), atau isyarat lainnya, atau karena Si Pemesan itu memiliki sikap bahasa yang penting asal orang mengerti. Lain halnya dengan komunikasi tulisan, kesalahan ini akan terasa sekali, karena bahasa tulis memerlukan kelengkapan fungtuasi atau tanda baca, keakuratan diksi atau pilihan kata, ketepatan struktur baik kata ( morfologi ) maupun kalimat atau sintaksis. Kesalahan berbahasa ini akan berakibat pada gagalnya penyampaian pesan karena salah tafsir, tidak mengerti apa yang disampaikan, hamburnya ( mubazirnya ) kata atau kalimat, bahasa tidak efesien dan efektif lagi sebagai alat komunikasi dan berpikir. Tidak menutup kemungkinan kesalahan berbahasa akan menimbulkan kesalahan fatal dari pendengar atau pembaca terhadap pemaknaan pesan dari penutur atau penulis sehingga terjadi konflik dan sebagainya.
Mengingat adanya masalah dalam
pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu mengenai kesalahan-kesalahan yang
dihadapi, penulis berusaha untuk menganalisa permasalahan kesalahan-kesalahan
berbahasa Indonesia yang dilakukan oleh para penutur bahasa Indonesia baik
sebagai bahan pengajaran maupun sebagai alat komunikasi agar kesalahan-kesalahan
itu berkurang. Orientasi analisis ini adalah dengan di identifikasinya
kesalahan-kesalahan berbahasa mereka, dari segi fonologi dan morfologi.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan
dalam analisis ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
a.
Apa sajakah kesalahan berbahasa Indonesia yang dijumpai dari segi
fonologi?
b.
Apa sajakah kesalahan berbahasa Indonesia yang dijumpai dari segi morfologi?
C. Tujuan Analisis
Tujuan – tujuan
analisis ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan
kesalahan-kesalahan berbahasa Indonesia dari segi fonologi dan segi morfologi.
2. Menganalisa
kesalahan-kesalahan berbahasa dari segi fonologi dan morfologi agar tida
terjadi kesalahan lebih lanjut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kesalahan Berbahasa
Pembahasan
tentang kesalahan berbahasa merupakan masalah yang tidak
sederhana,
tetapi bisa juga menjadi tidak ada masalah yang harus dibahas dalam
kesalahan
berbahasa. Oleh karena itu, anda harus mengetahui terlebih dahulu
tentang
pengertian kesalahan berbahasa. Tidak mungkin anda mengerti kesalahan
berbahasa
apabila anda tidak memiliki pengetahuan atau teori landasan tentang
hal tersebut.
Tidak mungkin anda memiliki pengetahuan atau teori landasan
tentang
kesalahan berbahasa apabila anda tidak pernah mempelajari tentang itu.
Tidak mungkin
anda tidak mempelajari hal itu apabila anda ingin mengetahui dan
memiliki teori
landasan tentang kesalahan berbahasa.
Istilah
kesalahan berbahasa memiliki pengertian yang beragam. Untuk itu,
pengertian
kesalahan berbahasa perlu diketahui lebih awal sebelum kita
membahas
tentang kesalahan berbahasa. Corder (1974) menggunakan 3 (tiga)
istilah untuk
membatasi kesalahan berbahasa: (1) Lapses, (2) Error, dan (3)
Mistake.
Bagi Burt dan Kiparsky dalam Syafi’ie (1984) mengistilahkan kesalahan
berbahasa itu
dengan “goof”, “goofing”, dan “gooficon”. Sedangkan Huda
(1981)
mengistilahkan
kesalahan berbahasa itu dengan “kekhilafan (error)”. Adapun
Tarigan (1997)
menyebutnya dengan istilah “kesalahan berbahasa”. Baiklah anda
perlu
mengetahui pengertian istilah-istilah tersebut.
Lapses, Error dan
Mistake adalah istilah-istilah dalam wilayah kesalahan
berbahasa.
Ketiga istilah itu memiliki domain yang berbeda-beda dalam
memandang kesalahan
berbahasa. Corder (1974) menjelaskan:
1) Lapses
Lapses adalah
kesalahan berbahasa akibat penutur beralih cara untuk
menyatakan
sesuatu sebelum seluruh tuturan (kalimat) selesai dinyatakan
selengkapnya.
Untuk berbahasa lisan, jenis kesalahan ini diistilahkan dengan
“slip of the
tongue” sedang untuk berbahasa tulis, jenis kesalahan ini
diistilahkan “slip
of the pen”. Kesalahan ini terjadi akibat ketidaksengajaan
dan tidak
disadari oleh penuturnya.
2) Error
Error adalah
kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah atau
aturan tata
bahasa (breaches of code). Kesalahan ini terjadi akibat penutur
sudah memiliki
aturan (kaidah) tata bahasa yang berbeda dari tata bahasa yang
lain, sehingga
itu berdampak pada kekurangsempurnaan atau ketidakmampuan
penutur. Hal
tersebut berimplikasi terhadap penggunaan bahasa, terjadi
kesalahan
berbahasa akibat penutur menggunakan kaidah bahasa yang salah.
3) Mistake
Mistake adalah
kesalahan berbahasa akibat penutur tidak tepat dalam memilih
kata atau
ungkapan untuk suatu situasi tertentu. Kesalahan ini mengacu
kepada
kesalahan akibat penutur tidak tepat menggunakan kaidah yang
diketahui
benar, bukan karena kurangnya penguasaan bahasa kedua (B2).
Kesalahan
terjadi pada produk tuturan yang tidak benar.
Burt dan Kiparsky
tidak membedakan kesalahan berbahasa, tetapi dia
menyebut “goof”
untuk kesalahan berbahasa, yakni: kalimat-kalimat atau tuturan
yang mengandung
kesalahan, “gooficon” untuk menyebut jenis kesalahan (sifat
kesalahan) dari
kegramatikaan atau tata bahasa, sedangkan “goofing” adalah
penyebutan
terhadap seluruh kesalahan tersebut, goof dan gooficon. Menurut
Huda (1981),
kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa (anak) yang sedang
memperoleh dan
belajar bahasa kedua disebut kekhilafan (error).
Kekhilafan (error),
menurut Nelson Brook dalam Syafi’ie (1984), itu
“dosa/kesalahan”
yang harus dihindari dan dampaknya harus dibatasi, tetapi
kehadiran
kekhilafan itu tidak dapat dihindari dalam pembelajaran bahasa kedua.
Ditegaskan oleh
Dulay, Burt maupun Richard (1979), kekhilafan akan selalu
muncul betapa
pun usaha pencegahan dilakukan, tidak seorang pun dapat belajar
bahasa tanpa
melakukan kekhilafan (kesalahan) berbahasa. Menurut temuan
kajian dalam
bidang psikologi kognitif, setiap anak yang sedang memperoleh dan
belajar bahasa
kedua (B2) selalu membangun bahasa melalui proses kreativitas.
Sebab-sebab terjadinya kesalahan berbahasa diantaranya
·
Pengertian kacau
·
Interferensi
·
Logika yang belum masak
·
Analogi
·
sembrono
B. Proses Terjadinya Kesalahan Berbahasa
Proses terjadinya kesalahan berbahasa berhubungan erat dengan proses
belajar bahasa, oleh karena itu untuk memahami proses terjadinya kesalahan
berbahasa diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep belajar bahasa. Belajar
bahasa terdiri atas proses penguasaan bahasa pertama dan penguasaan kedua.
Proses penguasaan pertama disebut pemerolehan bahasa (language
acquisition). Proses ini bersifat ilmiah dan tampak adanya suatu
perencanaan terstruktur. Setiap anak yang normal secara fisik psikis, dan
sosiologis pasti mengalami proses pemerolehan bahasa pertama melalui kehidupan
sehari-hari dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Proses ini berlangsung
tanpa disadari anak dan anakpun tidak menyadari motivasi apa yang mendorongnya
untuk menguasai bahasa tersebut.
Proses berbahasa kedua terjadi
setelah penguasaan bahasa pertama dan disebut belajar bahasa (language
learning) proses ini umumnya berlangsung secara terstruktur dan siswa
menyadari bahwa dia sedang belajar bahasa dan juga menyadari motivasi apa yang
mendorongnya untuk menguasai bahasa tersebut.
Dalam proses belajar bahasa kedua,
seorang pembelajar bahasa akan mempelajari intrabahasa yang dipelajarinya atau
B2, sedangkan pelajar itu sendiri telah menguasai kaidah intrabahasa sendiri
atau B1, selama belajar inilah si pembelajar akan menggunakan seperangkat
ujaran dalam sistem bahasa tersendiri, yang bukan atau belum mempunyai model
dalam dua bahasa tersebut ( B1 dan B2). Sistem bahasa pembelajar ini disebut
oleh Larry Salinker dengan nama interlanguage (bahasa antara). Istilah
lain untuk menyebut interlanguage adalah ideosynratic dialect (Piet
Corder, 1971), approximative system (William Nemser, 1971) atau tradisional
competence (Richard, 1971).
Untuk memperkenalkan bahasa antara,
salinker memperkenalkan pula konsep bahasa warisan atau bahasa ibu (B1) dan
bahasa ajar (B2). Berikut proses belajar bahasa:
Bahasa warisan → bahasa antara →
bahasa ajaran
Sebagian dari unsur-unsur interlanguage
(bahasa antara) ini sama dengan unsur bahasa kedua yang dipelajari dan
sebagian yang lain tidak sama. Kesalahan berbahasa terjadi pada sistem
interlanguage ini, yaitu unsur-unsur atau bentuk tuturan pada interlanguage
yang tidak sama dengan bentuk-bentuk tuturan pada bahasa kedua yang dipelajari.
Secara teoritis, unsur-unsur sistem interlanguage itu terdiri atas pembauran
antara unsur-unsur bahasa pertama dan bahasa kedua yang di pelajari.
kesalahan-kesalahan ini bersifat sistematik dan terjadi pada setiap orang yang
belajar bahasa
C. Kesalahan Berbahasa Beserta Analisisnya
a. Analisis Kesalahan Berbahasa dari Segi Fonologi
Fonologi dalam bahasa adalah
salah satu bidang dalam linguistik yang menyelidiki tentang bunyi-bunyi dalam
bahasa menurut fungsinya. Kesalahan berbahasa dari segi fonologi adalah
kesalahan berbahasa yang diperoleh dari kesalahan pengucapan bunyi-bunyi bahasa
yang dihasilkan oleh dari alat ucap manusia, serta kesalahan yang diperoleh
dari karena perbedaan penangkapan makna.
Kesalahan berbahasa yang dihasilkan karena kesalahan pengucapan manusia,
jika dilihat dari ada tidaknya rintangan terhadap arus udara, bunyi bahasa
dapat dibadakan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu vokal dan konsonan.
Vokal adalah pada pembentukan vokal bunyi bahasa yang arus udaranya tidak
mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor, yaitu : tinggi
rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang dinaikkan, dan bentuk bibir pada
pembentukan vokal itu.
1. Pada vokal
Kesalahan pengucapan pada vokal biasanya terdapat pada perbedaan cara
pengucapan oleh penutur bahasa antar daerah (logat/dialek) yang sudah menjadi
kebiasaan dengan cirri khasnya masing-masing, baik dari tekanan, intonasi,
serta panjang pendeknya bunyi yang membangun aksen yang berbeda-beda.
Pada vokal e, terkadang
disebut dengan è atau é.
Contohnya, kata “pilek”. Orang yang berkebudayaan Jawa akan mengatakan kata
“pilek” sama halnya dengan bahasa Indonesia pada umumnya, namun terkadang
terdapat kebudayaan yang dialek/logatnya justru berbeda, seperti Sumatra,
Flores, dan daerah luar jawa lainnya.
2. Pada
konsonan
Kesalahan pengucapan pada
konsonan sesuai dengan aslinya, konsonan dalam bahasa Indonesia dapat
dikategorikan berdasarkan 3 faktor, yakni : (1). Keadaan pita suara, (2).
Daerah artikulasi, dan (3). Cara artikulasi.
a. Keadaan Pita Suara
Karakteristik dari konsonan
adalah diucapkan dengan saluran suara yang lebih konstriksi. Ada konsonan yang
diucapkan dengan saluran suara yang ditutup secara sesaat, yang lainnya
diucapkan dengan penutupan saluran suara pada titik-titik tertentu.
b. Daerah Artikulasi
Artikulasi atau pembentukan vokal, dimana
udara yang berasal dari pernafasan melalui pita suara dan kaviti-kaviti yang
ada dibentuk menjadi suara yang dipakai untuk berbicara dibantu oleh
organ-organ bicara seperti bibir, lidah gigi dan sebagainya.
Artikulasi
Vowel (Huruf Hidup). Karakteristik dari Vowel adalah
diucapkan dengan saluran suara yang terbuka (open vocal tract). Secara umum
dapat dijelaskan dari posisi lidah, bibir dan pharynx.
Artikulasi
Konsonan (Huruf Mati). Karakteristik dari konsonan adalah
diucapkan dengan saluran suara yang lebih konstriksi. Ada konsonan yang
diucapkan dengan saluran suara yang ditutup secara sesaat, yang lainnya
diucapkan dengan penutupan saluran suara pada titik-titik tertentu.
c. Cara artikulasi
Kesulitan pada Artikulasi atau
pengucapan, biasanya dapat dibagi menjadi: substitution (penggantian),
misalnya: rumah menjadi lumah, l/t; orrission (penghilangan), misalnya: sapu
menjadi apic, distortion (pengucapan untuk konsonan terdistorsi); indistinct
(tidak jelas); dan addition (penambahan).
Pada kasus ini, seseorang yang mengalami kesulitan artikulasi sehingga
dikatakan melakukan kesalahan dalam berbahasa, biasanya diberi sebutan “celat”.
b. Analisis Kesalahan Berbahasa dari Segi Morfologi
Kesalahan berbahasa dari segi
morfologi adalah kesalahan berbahasa yang terletak pada ketidaktepatan pada
bentuk-bentuk kata.
Pada analisis ini ada beberapa segi kesalahan dan memerlukan ralat/pembenaran,
diantaranya :
a. Kesalahan Pada
Diksi (pemilihan kata)
Sebuah kata mengemban peran yang
penting dalam sebuah kalimat/tuturan karena arti atau makna sebuah
kalimat dapat dibangun dengan pemilihan kata yang tepat. Apabila terjadi
kesalahan pemilihan kata maka akan terjadi pergeseran arti/ makna
kalimat, tidak sebagaimana diinginkan oleh penulisnya. Bagi pembaca,
kesalahan tersebut akan menimbulkan kesalahpaham atas arti/makna yang
dimaksudkan penulis.
Kesalahan yang lakukan pada
pemilihan kata meliputi (1) penggunaan kata yang benar-benar tidak tepat
untuk suatu konteks kalimat tertentu (2) penggunaan kata yang tidak lazim dalam
konteks masyrakat Indonesia (3) pengunaan sinonim kata yang tidak tidak
benar-benar tepat sebagaimana dituntut konteks kalimat tertentu (4) kerancuan
dalam penggunaan kata-kata yang mirip, seperti penggunaan ada dan adalah
, mudah dan murah, dsb. (5) penggunaan kata-kata yang merupakan
hasil terjemahan secara harafiah dan (6) kesalahan penggunaan kata
terjemahan yang bersinonim, seperti kata to leave yang terjemahan
bahasa Indonesianya meninggalkan dan berangkat. Pasangan
kata seperti inilah yang sering dikacaukan dalam penggunaannya.
Beberapa kata yang
kesalahan pemakaiannya cukup sering adalah kata ada yang
dikacaukan dengan kata adalah; penggunaan pronomina kita dengan
kami (yang dalam bahasa Inggris ‘us’); kata berangkat dengan
kata meninggalkan; kata cara dengan kata secara; kata
tidak dengan kata bukan; kata ada dengan
kata mempunyi. Beberapa contoh
kesalahan pembelajar dalam memilih kata di paparkan di bawah ini.
Contoh kesalahan pemilihan
kata:
a) Situasi ini
pusing untuk anak-anak dan bisa sangat mempengaruhi mereka.
b) Saya berbicara
dengan sopir sambil naik. Dia ada
sopir untuk enam tahun.
c) Adalah
banyak penjual dan pembeli dalam pasar.
d) Kami
berangkat SMA 3 kira-kira pada jam sepuluh malam.
e) Jam empat kami
berangkat Hotel Radisson pergi ke Prambanan Temple.
f) Setelah itu bis
mengambilkan kami ke tempat yang ramai.
g) Di Inggris
masalah-masalah dengan disiplin sedang lebih jelek, misalnya kemangkiran dari
sekolah, kedatangan yang terlambat dan kekerasan.
h) Menurut
tradisi, orang Batak adalah petani nasi tetapi pada waktu sekarang ekonomi
Batak sangat beruntung pada karet dan kopi. A
Alternatif pembenarannya:
a) Situasi ini
membingungkan anak-anak dan sangat mempengaruhi mereka.
b) Saya
berbicara dengan sopir ketika sudah di dalam taksi. Dia sudah menjadi sopir selama enam tahun.
c) Ada banyak
penjual dan pembeli di dalam pasar itu.
d) Kami
meningglkan SMA 3 kira-kira pada jam sepuluh malam.
e) Pada jam empat,
kami berangkat dari Hotel Radisson dan pergi ke Candi Prambanan.
f) Setelah itu,
sopir bis mengantar kami ke tempat yang ramai.
g) Di Inggris,
masalah disiplin lebih jelek, misalnya ketidakhadiran ke sekolah,
keterlambatan masuk sekolah dan kekerasan.
h) Menurut
tradisi, orang Batak adalah petani padi, tetapi sekarang ekonomi masyarakat
Batak lebih baik dengan perkebunan karet dan kopi.
b. Kesalahan
Penggunaan Afiks
Kesalahan penggunaan afiks me-,
yang dapat dikacaukan dengan penggunaan afiks di- . Hal ini juga
berkaitan dengan bentuk aktif dan pasif yang akan diuraikan tersendiri.
Kesalahan lain yang intensitasnya juga cukup sering dilakukan adalah penggunaan
afiks me- yang dikacaukan pemakaiannya dengan afiks ber-. Afiks me-
yang dikacaukan dengan penggunaan verba bentuk dasar dan verba bentuk dasar
+ -i. Kesalahan lain yang intensitas terjadinya relatif sering adalah
penggunaan afiks me- yang dikacaukan dengan afiks me-....-kan,
afiks me-....-kan yang dikacaukan penggunaannya dengan afiks ber-, dan
penggunaan verba bentuk dasar yang dikacaukan pemakaiannya dengan afiks ber-.
Contoh kesalahan-kesalahan
penggunaan afiks:
a) Saya nikmat
perjalan di Indonesia.
b) Kalau orang tua
perceraian, anaknya sering tinggal dengan ibunya.
c) Ketika saya
membaca tentang perkelahian pelajar, saya mengherankan.
d) Kain batik
paling terkenal di Australia dan sekarang saya tahu bagaimana batik membuat
menggunakan dua cara, batik cap dan batik tulis tangan.
e) Di Inggris
guru-guru harus beruniversitas untuk tiga tahun kemudian mereka harus pergi ke
mengajar TCC (teacher training college) untuk satu tahun.
f) Lebih dari itu,
Soeharto memperlihatkan menarik di Agama Islam.
g) Untuk menulis
presentasi ini, saya dibicara dengan tiga orang.
h) Mungkin
mayoritas orang Indonesia merasa kecemburuan kepada orang asing.
i) Dia menyuruh Kunto menyanyakan polisi.
j) Dalam karangan ini saya akan membicara tentang perbedaan keluarga di
Yogyakarta atau Jaaawa dan di Inggris.
Alternatif pembenarannya:
a) Saya menikmati
perjalanan di Indonesia.
b)Kalau orang tua bercerai,
anak-anaknya sering tinggal bersama ibunya.
c) Ketika saya
membaca berita tentang perkelahian pelajar, saya heran.
d) Kain batik
paling terkenal di Australia dan sekarang saya mengetahui cara membuat
batik yang menghasilkan dua jenis batik, batik cap dan batik tulis
tangan.
e) Di Inggris,
guru-guru harus belajar di universitas selama tiga tahun kemudian mereka harus
belajar di TCC (Teacher Training College) selama satu tahun.
f) Lebih dari itu,
Soeharto memperlihatkan ketertarikannya pada Agama Islam.
g)Untuk menulis presentasi
ini, saya berbicara dengan tiga orang.
h)Mayoritas orang Indonesia
merasa cemburu kepada orang asing.
i) Dia menyuruh Kunto bertanya kepada polisi.
j) Dalam karangan ini, saya akan membicarakan perbedaan keluarga di Yogyakarta
atau Jawa dengan keluarga di Inggris
c. Kesalahan Urutan Kata
Urutan kata dimaksudkan sebagai susunan kata
untuk membentuk tataran yang lebih tinggi. Dalam bahasa Indonesia, pada umumnya,
sesuatu yang diterangkan berada di depan yang menerangkan. Namun demikian,
sering terjadi kesalahan dalam urutan ini. Dari hasil analisis data penelitian
ini, ada 74 kesalahan dalam hal urutan kata. Para pembelajar melakukan
pembalikan atas urutan kata sebagaimana terlihat dalam beberapa contoh di bawah
ini.
Contoh
kesalahan dalam urutan kata:
(1)
Hari ini, menarik hari.
(2)
Keluarga adalah sosial
kesatuan yang paling penting bagi orang Batak Toba.
(3)
Bernama ini ‘Ngelangkahi’.
(4) Kadang-kadang
orang yang datang baru menjadi terkejut, mereka harap memenuhi mimpi
mereka.
(5) Jamu saset
belum komplit harus dicampur dengan lain bahan-bahan seperti beras
kencur, anggur merah, madu, dll.
(6) Pada tanggal
16 September setulisan di halaman sembilan memberi kesan bahwa musik pendidikan
memerlukan sebagai dasar baik sekali untuk humaniora.
(7) Bentuk kedua di polusi
datang dari industri.
(8) Mayoritas
orang-orang saya dengan berbicara adalah sopir taksi dan juga tetangga
saya di desa saya.
(9) Terbang itu
dipasang oleh British Aerospace pegawai dari onderdil dari Indonesia.
(10) Dia diajarkan SMA curikulum yang sama-sama
di semua sekolah.
Alternatif pembenarannya:
(1) Hari ini adalah hari yang menarik.
(2)
Keluarga adalah kesatuan
sosial yang paling penting bagi orang Batak Toba.
(3)
Ini bernama ‘Ngelangkahi’.
(4) Kadang-kadang,
orang yang baru datang menjadi terkejut karena mereka berharap mimpi
mereka terpenuhi.
(5) Jamu saset
yang belum komplit harus dicampur dengan bahan-bahan lain seperti beras kencur,
anggur merah, madu, dll.
(6) Pada tanggal
16 September, sebuah tulisan di halaman sembilan memberi kesan bahwa pendidikan
musik diperlukan sebagai dasar yang baik untuk pendidikan humaniora.
(7) Kedua bentuk polusi ini berasal dari industri.
(8) Mayoritas
orang-orang yang berbicara dengan saya adalah sopir taksi dan juga tetangga
saya di desa.
(9) Pesawat terbang
itu dirakit oleh pegawai British Aerospace dengan onderdil dari
Indonesia.
(10) Dia mengajar sesuai dengan Kurikulum SMA yang sama
di setiap sekolah.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
kesalahan berbahasa merupakan masalah yang tidak
sederhana,
tetapi bisa juga menjadi tidak ada masalah yang harus dibahas dalam
kesalahan
berbahasa. Oleh karena itu, anda harus mengetahui terlebih dahulu
tentang
pengertian kesalahan berbahasa. Tidak mungkin anda mengerti kesalahan
berbahasa
apabila anda tidak memiliki pengetahuan atau teori landasan tentang
hal tersebut.
Kesalahan berbahasa terjadi karena :
1. belum
dikuasainya sistem kaidah bahasa yang bersangkutan
2. faktor
kompetensi, artinya siswa memang belum memahami sistem linguistik bahasa yang
digunakannya. Kesalahan
biasanya terjadi secara konsisten dan sistematis
3. akibat
kebiasaan berbahasa ( language habit ) yang salah sehingga terjadi kesalahan
berbahasa ( language error)
4. karena perbedaan struktur bahasa ibu
dengan bahasa yang digunakannya dalam pergaulan atau komunikasi resmi
(kesalahan dwibahasawan)
Analisis kesalahan berbahasa
dapat dipandang dari segi fonologi dan morfologi, dimana kesalahan tersebut
harus segera diadakan ralat/pembenaran agar kesalahan yang terjadi dalam
berbahasa tidak semakin fatal.
B.
SARAN
1.
Seharusnya sebagai calon pendidik kita
memperhatikan terjadinya kesalahan – kesalahan berbahasa Indonesia, dan membuat
cara yang kreatif untuk meminimalisir terjadinya kesalahan berbahasa Indonesia
pada anak didik.
2.
Agar
kesalahan berbahasa tidak semakin fatal, maka ketika kesalahan tersebut telah
terjadi dan diketahui, hendaknya segera dilakukan alternatif pembenaran/ralat
dan dianalisis dimana letak kesalahan yang terjadi sehingga dapat berbahasa
dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah dalam bahasa Indonesia.
Daftar Pustaka :
file.upi.edu/...BAHASA_INDONESIA...BAHASA.../10_BBM_8.pdf
0 komentar:
Posting Komentar