MAKALAH
APRESIASI
SASTRA PUISI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang paling menarik tetapi
pelik. Sebagai salah satu jenis sastra, puisi merupakan pernyataan sastra yang
paling utama. Segala unsur seni sastra mengental dalam puisi.
Puisi mengandung karya estetis yang bermakna, mengekspresikan pemikiran
yang membangkitkan perasaan, merangsang panca indra dalam susunan yang
berirama. Puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang
digubah dalam wujud yang paling berkesan. Puisi dapat membuat kita tertawa,
menangis, tersenyum, berfikir, merenung, terharu bahkan emosi dan marah.
Seperti bentuk karya sastra lain, puisi mempunyai ciri-ciri khusus.
Pada umumnya penyair mengungkapkan gagasan dalam kalimat yang relatif
pendek-pendek serta padat, ditulis berderet-deret ke bawah (dalam bentuk
bait-bait), dan tidak jarang menggunakan kata-kata/kalimat yang bersifat konotatif. Kalimat yang pendek-pendek dan padat,
ditambah makna konotasi yang sering terdapat pada puisi, menyebabkan isi puisi
seringkali sulit dipahami. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah untuk
mengapresiasi sebuah puisi agar mudah dipahami.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan
puisi?
2.
Apa saja unsur-unsur puisi?
3.
Apa yang dimaksud dengan
apresiasi sastra puisi?
4.
Bagaimana langkah-langkah
mengapresiasi sastra puisi?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui apa yang
dimaksud dengan puisi.
2.
Untuk mengetahui unsur-unsur
puisi.
3.
Untuk mengetahui apa yang
dimaksud dengan apresiasi sastra puisi.
4.
Untuk mengetahui
langkah-langkah dalam mengapresiasi sastra puisi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Puisi
Kata
puisi berasal dari bahasa Yunani yakni kata poites yang berarti pembuat,
pembangun dan pembentuk. Sedangkan dalam bahasa Latin yakni kata poeta yang
berarti menyair, menyebabkan, menimbulkan dan membangun. Pengertian Puisi
didefinisikan menjadi hasil seni sastra yang penyusunan kata-katanya sesuai syarat
tertentu dengan menggunakan sajak, irama ataupun makna kiasan. Selain itu,
Pengertian Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang menggunakan
kata-kata, irama dan rima sebagai media penyampaian untuk mengekspresikan
perasaan dan pemikiran penyair, menciptakan ilusi dan imajinasi serta dapat
diubah dalam bentuk bahasa yang memiliki kesan yang mendalam. Dalam puisi,
keindahan ilusi dan penataan unsur bunyi merupakan gambaran gagasan oleh
penyair.
Puisi juga dapat
didefinisikan sebagai seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas
estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya. Penekanan pada segi
estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah
yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan.
Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak
sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi
sumber segala kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati
seseorang yang membawaa oraang lain kedaalam keaadaan hatinya.
Baris-baris pada puisi
dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal tersebut
merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi
kadang-kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang.
Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak
dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala ‘keanehan’ yang
diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan
sebuah puisi. Ada beberapa ciri yang
dapat membedakan
antara puisi lama dan puisi baru:
Ciri-ciri Puisi Lama:
1. Anonim (pengarangnya tidak diketahui)
2. Terikat jumlah baris, rima, dan irama
3. Merupakan kesusastraan lisan
4. Gaya bahasanya statis (tetap) dan
klise
5. Isinya fantastis dan istanasentris
Aturan-aturan dalam puisi lama:
a. Jumlah kata dalam 1 baris
b. Jumlah baris dalam 1 bait
c. Rima (Persajakan)
d. Banyak suku kata tiap baris
e. Irama
a. Jumlah kata dalam 1 baris
b. Jumlah baris dalam 1 bait
c. Rima (Persajakan)
d. Banyak suku kata tiap baris
e. Irama
Jenis-Jenis puisi lama:
1.
Mantra: berisi
ucapan-ucapan yang dipercaya memiliki kekuatan gaib.
2.
Pantun: Puisi yang
bersajak a-b-a-b, tiap bait terdiri dari 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12
suku kata, 2 (1-2) baris awal adalah sampiran, 2 (3-4) baris berikutnya sebagai
isi.
Ciri-ciri Puisi Baru:
1.
Pengarangnya diketahui
2. Tidak terikat jumlah baris, rima, dan
irama
3. Berkembang secara lisan dan tertulis
4. Gaya bahasanya dinamis (berubah-ubah)
5. Isinya tentang kehidupan pada umumnya
Jenis-jenis
puisi baru menurut :
A. Isinya:
1. Balada: berisi cerita
2. Himne: berisi pujaan untuk Tuhan, tanah
air, atau pahlawan.
3. Ode: Puisi sanjungan untuk orang yang berjasa.
4. Epigram: berisi tuntunan/ ajaran
hidup.
5. Romansa: berisi luapan perasaan cinta
kasih.
6. Elegi: berisi perasaan kesedihan.
7. Satire: berisi sindiran/kritik.
B. Bentuknya:
1.
Distikon: Tiap baitnya terdiri 2 baris (2 seuntai)
2.
Terzina: Tiap baitnya terdiri 3 baris (3 seuntai)
3.
Kuatrain: Tiap baitnya terdiri 4 baris (4 seuntai)
4.
Kuint: Tiap baitnya terdiri 5 baris (5 seuntai)
5.
Sektet: Tiap baitnya terdiri 6 baris (6 seuntai)
6.
Septime: Tiap baitnya terdiri 7 baris (7 seuntai)
7.
Okatf/Stanza: Tiap baitnya terdiri 8 baris (8 seuntai)
8.
Soneta: Puisi yang terdiri dari
14 baris yang terbagi 2
B.
Unsur-Unsur
Puisi
Secara
sederhana, batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa UNSUR-UNSUR PUISI , yaitu
kata, larik , bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi
keutuhan sebuah puisi. Secara singkat bisa diuraikan sebagai berikut.
-
Kata
adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat
sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang
dipilih diformulasi menjadi sebuah larik.
-
Larik
(atau baris) mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik
bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada
puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat buat, tapi pada puisi
baru tak ada batasan.
-
Bait
merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada
kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait biasanya empat
buah, tetapi pada puisi baru tidak dibatasi.
-
Bunyi
dibentuk oleh rima dan irama.
-
Rima
(persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata
dalam larik dan bait.
-
Irama
(ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut
ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut
dan bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait),
tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat
konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata.
Dari
sini dapat dipahami bahwa rima adalah salah satu unsur pembentuk irama, namun
irama tidak hanya dibentuk oleh rima. Baik rima maupun irama inilah yang
menciptakan efek musikalisasi pada puisi, yang membuat puisi menjadi indah dan
enak didengar meskipun tanpa dilagukan.
-
Makna
adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait. Makna bisa
menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi penulis
puisi disampaikan.
Adapun
secara lebih detail, unsur-unsur puisi bisa dibedakan menjadi dua struktur,
yaitu struktur batin dan struktur fisik. Struktur batin puisi,
atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal sebagai
berikut :
1. Tema/makna (sense); media
puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka
puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna
keseluruhan.
2.
Rasa
(feeling) yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan
yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan
latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang
pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat,
usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman
pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung
pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi
saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan
kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
3.
Nada
(tone) yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga
berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada
menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah,
menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap
bodoh dan rendah pembaca, dll.
4.
Amanat/tujuan/maksud
(itention): sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong
penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair
menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.
Sedangkan struktur fisik puisi, atau
terkadang disebut pula metode puisi, adalah sarana-sarana yang digunakan oleh
penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik puisi meliputi
hal-hal sebagai berikut :
1.
Perwajahan
puisi (tipografi) yaitu
bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri,
pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan
pemaknaan terhadap puisi.
2.
Diksi yaitu pemilihan kata-kata yang
dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra
yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus
dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan
makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
3.
Imaji yaitu
kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi,
seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba
atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan
melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
4.
Kata
kongkret yaitu kata
yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata
ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju:
melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll, sedangkan kata kongkret
“rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan,
dll.
5.
Bahasa
figuratif yaitu
bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan
konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi
menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna
(Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam
majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke,
eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks,
antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
6.
Versifikasi yaitu menyangkut rima, ritme, dan
metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir
baris puisi. Rima mencakup:
-
onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/
yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.)
-
bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi,
persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh,
repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92])
- pengulangan
kata/ungkapan. Ritma adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya
bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
C. Apresiasi Puisi
Apresiasi adalah sebuah cara untuk menghargai, mengindahkan dan sekaligus memahami sebuah karya. Dalam sebuah puisi,
istilah apresiasi itu sangat
kental, dimana sebuah tindakan untuk menghargai, mengindahkan dan sekaligus memahami isi dari sebuah puisi.
Menurut banyak orang dalammengartikan dan memahami sebuah puisi sangatlah
sulit, hal itu disebabkankarena pengenalan sebuah puisi yang monoton dan tidak
adanya variasi dalam pembelajaran apresiasi puisi. Maka Ari KPIN menyebutkan,
untuk mengartikan dan memahami sebuah puisi bukanlah pekerjaan mudah, apalagi
bagi orang yang pertama kali menghadapi puisi. Hal ini tentu akan membuat
bingung para penikmat puisi. Akibat dari kurangnya pengertian terhadap
baris-baris kalimat dalam puisi mengakibatkan mereka tidak mampu memahami makna
yang terkandung dalam puisi itu, yang pada gilirannya mereka memperlakukan
puisi itu seadanya, sekemampuannya dan saat membacakan puisi itu jadi hambar
rasanya dan bisa mengakibatkan hilang makna.
Dalam mengapresiasi sebuah puisi hendaknya pengapresiasi menyenangi puisi tersebut. Karena kalau pengapresisi itu tidak
merasa senang dan tidak suka pada puisi
tersebut, maka pengepresiasi tidak bisa memahami dan mengambil pesan yang terkandung dalam puisi itu.
Dalam apresiasi puisi di SMP, dikenal dengan istilah refleksi. Refleksi adalah salah satu bentuk apresiasi terhadap puisi,
gunanya untuk memahami isi yang
terdapat dalam puisi tersebut. Dalam memahami isi puisi tersebut, pesan- pesan yang terdapat dalam puisi itu dapat kita petik
dan mengaitkannya dengan kehidupan,
baik yang sedang dialami maupun yang sudah dialami sebelumnya. Di dalam refleksi puisi juga perlu menentukan makna
denotasi dan makna konotasinya,
guna untuk memudahkan dalam mengapresiasi atau memahami makna yang terkandung pada sebuah puisi.
Musikalisasi puisi adalah salah satu cara atau teknik dalam merangsang pengapresiasi dalam mengapresiasi puisi tersebut,
sehingga dapat memudahkan pengapresiasi
dalam memahami dan mengambil pesan-pesan yang terkandung dalam puisi yang diapresiasinya.
Musikalisasi puisi,
seperti halnya deklamasi atau pembacaan puisi, rampak puisi, dan dramatisasi
puisi, adalah salah satu cara yang digunakan untuk menyampaikan dan
mengekspresikan puisi kepada audien. Pada deklamasi puisi, penyampaiannya
disesuaikan dengan syarat-syarat deklamasi. Seperti: dengung vokal, artikulasi,
ekspresi, dan gestikulasi yang baik serta tepat, sesuai dengan isi dan maksud
puisi.
Pada puisi yang disampaikan dengan cara
musikalisasi, alat bantu utamanya ada pada musik (irama, nada, tempo, dan
sebagainya). Musik diolah sedemikian rupa sebagai hasil dari penafsiran puisi
yang dilakukan oleh pembuat musikalisasi
puisi. Jenis penyampaian puisi dengan cara dimusikalisasi puisi ini ada banyak
macamnya. Tetapi yang penting, musik yang dibuat adalah semata untuk
kepentingan puisi. Sehingga musik tersebut dapat menyampaikan pemahaman dan
penghayatan tentang puisi itu kepada apresian, seperti halnya deklamasi dan
pendramatisiran puisi. Oleh karena itu, musikalisasi puisi di dalam bidang
kesenian, adalah satu bentuk kesenian tersendiri.
D.
Langkah-Langkah Dalam Pengapresiasian Puisi
Seperti bentuk karya sastra lain, puisi mempunyai
ciri-ciri khusus. Pada umumnya penyair mengungkapkan gagasan dalam kalimat yang
relatif pendek-pendek serta padat, ditulis berderet-deret ke bawah (dalam
bentuk bait-bait), dan tidak jarang menggunakan kata-kata/kalimat yang bersifat
konotatif.
Kalimat yang pendek-pendek dan padat, ditambah makna
konotasi yang sering terdapat pada puisi, menyebabkan isi puisi seringkali
sulit dipahami. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah sebagai
berikut untuk mengapresiasi puisi, terutama pada puisi yang tergolong ‘sulit’ :
1.
Membaca puisi berulang kali
2.
Melakukan pemenggalan dengan
membubuhkan :
- Garis miring
tunggal ( / ) jika di tempat tersebut diperlukan tanda baca koma.
- Dua garis
miring ( // ) mewakili tanda baca titik, yaitu jika makna atau pengertian
kalimat sudah tercapai.
3. Melakukan parafrase dengan menyisipkan
atau menambahkan kata-kata yang dapat memperjelas maksud kalimat dalam puisi.
4. Menentukan makna kata/kalimat yang
konotatif (jika ada).
5.
Menceritakan
kembali isi puisi dengan kata-kata sendiri dalam bentuk prosa.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian Puisi
merupakan salah satu bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata, irama dan
rima sebagai media penyampaian untuk mengekspresikan perasaan dan pemikiran
penyair, menciptakan ilusi dan imajinasi serta dapat diubah dalam bentuk bahasa
yang memiliki kesan yang mendalam. Dalam puisi, keindahan ilusi dan penataan
unsur bunyi merupakan gambaran gagasan oleh penyair.
Secara sederhana, batang
tubuh puisi terbentuk dari beberapa UNSUR-UNSUR PUISI , yaitu kata, larik ,
bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah
puisi.
Adapun secara lebih detail,
unsur-unsur puisi bisa dibedakan menjadi dua struktur, yaitu struktur batin dan
struktur fisik. Struktur batin puisi, atau sering pula disebut
sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal sebagai berikut : Tema/makna (sense),
Rasa (feeling), Nada (tone), Amanat/tujuan/maksud
(itention). Sedangkan struktur fisik
puisi, atau terkadang disebut pula metode puisi, adalah sarana-sarana yang
digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik puisi
meliputi hal-hal sebagai berikut : Perwajahan puisi (tipografi), Diksi,
Imaji, Kata kongkret, Bahasa figuratif , Versifikasi.
Apresiasi
adalah sebuah cara untuk menghargai, mengindahkan dan sekaligus memahami sebuah karya. Dalam sebuah puisi,
istilah apresiasi itu sangat
kental, dimana sebuah tindakan untuk menghargai, mengindahkan dan sekaligus memahami isi dari sebuah puisi. Berikut ini langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengapresiasi
sebuah puisi:
1.
Membaca puisi berulang kali
2.
Melakukan pemenggalan dengan
membubuhkan :
- Garis miring tunggal ( / ) jika di
tempat tersebut diperlukan tanda baca koma.
- Dua garis
miring ( // ) mewakili tanda baca titik, yaitu jika makna atau pengertian
kalimat sudah tercapai.
3. Melakukan parafrase dengan menyisipkan
atau menambahkan kata-kata yang dapat memperjelas maksud kalimat dalam puisi.
4. Menentukan makna kata/kalimat yang
konotatif (jika ada).
5.
Menceritakan
kembali isi puisi dengan kata-kata sendiri dalam bentuk prosa.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar