BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Secara
Naluriah, Kodrati, Fitrohnya Manusia adalah makhluk social memerlukan orang
lain dalam kehidupannya tanpa sesamanya manusia tidak akan bisa hidup. pada
mulanya manusia berada dalam satu lingkungan social yang kecil adam dan hawa,
semakin berkembangnya umat manusia menyebar kemana-mana dengan kondisi fisik
yang berbeda pula. dari uraian diatas diketahui memberikan diskripsi manusia
secara sistematis bahwa manusia berada dan berhubungan dengan sesamanya dalam
pola- pola tertentu sebagai individu yang berhubungan dengan individu lain,
yang berhubungan dengan kelompok; masyarakat,politik,social.
konseling
adalah proses komunikasi antara seseorang (konselor) dengan orang lain.
konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara
sistematik dengan paduan ketrampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan
dan penguasaan pengetahuan klinik bertujuan untuk membantu seseorang mengenali
kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar/
upaya untuk mengatasi masalah tersebut.
Untuk itu kita disini akan membahas
tentang jenis-jenis masalah yang dihadapi individu dan jenis-jenis bimbingan,
agar kita dapat mengetahui masalah –masalah yang dihadapi oleh peserta didik
(siswa) dan juga mengetahui jenis-jenis bimbingan dalam penyuluhan.
B.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas ditemukan
rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa yang dimaksud dengan
masalah?
2.
Apa
saja jenis-jenis masalah belajar yang dialami di SD?
3.
Apakah
faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah?
4.
Bagaimana
cara membantu anak dalam mengatasi masalah belajar yang dihadapi?
C.
Tujuan
Dengan mempelajari tentang pengertian dan jenis-jenis masalah,diharapkan
mahasiswa mampu :
1.
Menjelaskan pengertian masalah
2.
Menjelaskan jenis-jenis masalah
belajar yang dialami di SD
3.
Menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi timbulnya masalah
4.
Menjelaskan cara untuk membantu anak
dalam mengatasi masalah belajar yang di hadapi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian masalah
Masalah adalah ketidaksamaan antara harapan dengan
kenyataan, ada yang melihatnya sebagai tidak terpenuhinya harapan sesuatu
kebutuhan seseorang, ada pula yang mengartikan sebagai sesuatu yang tidak
mengenakan.
Prayitno (1985), memberikan batasan tentang masalah
sebagai sesuatu yang :
a.
tidak
disukai adanya
b.
menimbulakan
kesulitan bagi diri dan orang lain
c.
adanya
keinginan untuk menghilangkannya.
Untuk
merefleksikan pengertian tersebut, dapat dilihat dari kita sendiri. Apabila
dalam diri ada sesuatu yang tidak dikehendaki, tidak disukai atau berkenaan
pada sendiri dapat menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri atau bagi orang
lain. Jika ada maka dapat dikatakan dalam diri kita ada masalah, masalah dapat
dialami oleh siapa pun termasuk siswa sekolah dasar. Untuk itu perlu diupayakan
penanggulannya agar menjadi sesuai dengan apa yang diharapkan dengan baik.
B.jenis-jenis masalah belajar yang dialami di SD
Sikap
dan perilaku anak-anak yang menyimpang karena adanya suatu masalah dapat juga
mengganggu tugas-tugas perkembangan anak pada fase berikutnya yaitu fase masa
puber dan sebagai akibatnya, anak akan mengalami gangguan dalam menjalani
kehidupan.
Jenis-jenis
masalah yang dialami murid sekolah dasar bisa bermacam-macam. Prayitno (1985)
menyusun serangkaian masalah murid sekolah dasar. Masalah-masalah itu diklasifikasikan
atas:
- kemampuan akademik, yaitu keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.
- ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki IQ 130 atau lebih tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajar yang amat tinggi itu.
- sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
- kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam belajar mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
- bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang perbuatan dan kegiatan belajarnya sehari-hari antagonistic dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahuinya dan sebagainya.
C.
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah
Masalah yang
dihadapi oleh siswa sekolah dasar tidak timbul begitu saja, tetapi ada berbagai
faktor yang menyebabkan timbulnya masalah tersebut. Apabila guru mampu
mengidentifikasi penyebab timbulnya masalah yang dialami oleh siswa maka
ia akan mampu memberikan penanganan atau pencegahan sedini mungkin. Secara
mudah, apabila dikaitkan dengan penguasaan tugas perkembangan yang seharusnya
dicapai tidak tercapai. Keadaan ini dilihat dari prilaku murid sehari-hari
melalui aktivitasnya di sekolah saat ia mengikuti pelajaran atau saat ia sedang
bermain.
Secara garis
besar, faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah yang dihadapi siswa
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri
siswa (internal) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal).
Faktor Internal
a. Keadaan fisik
Ada tiga kelompok penyebab timbulnya masalah yang
berkaitan dengan keadaan fisik, yaitu sebagai berikut:
1.
Keadaan
indra persepsinya
Keberadaan
indra merupakan penyebab langsung permasalahan pada siswa, misalnya siswa yang
mengalami gangguan pada indra penglihatan, akan muncul berbagai masalah yang
berkaitan dengan persepsi mata, pada gilirannya akan mengalami masalah dalam
pembentukan konsep melalui mata. Demikian pula halnya yang mengalami gangguan
persepsi lewat telinga persepsi lewat kulit (peraba, persepsi lewat pengecap,
dan persepsi lewat alvaktorik (hidung). Selain itu, mereka yang
mengalami gangguan persepsi, sering mengalami gangguan syaraf sensori
dan syaraf motoriknya.
2.
Perkembangan
fisik
Perkembangan
fisik merupakan sumber permasalahan bagi siswa, misalnya anak yang terlalu
kecil karena perkembangan fisiknya terganggu, akan mengalami gangguan
penyesuaian, demikian pula halnya mereka yang terlalu besar. Kejadian ini
sering menjadi sumber masalah karena lingkungan anak sekitarnya yang mengejek
kehadirannya.
3.
Kesehatan
siswa
Kesehatan siswa merupakan penyebab permasalahan. Siswa yang
kesehatannya terganggu (sakit-sakitan) cenderung akan mempunyai banyak masalah
dibanding dengan siswa yang sehat. Anak yang sehat selalu akan segera ikut
ambil bagian dalam kegiatan bermain, sedangkan mereka yang sakit-sakitan
cenderung pasif. Keadaan ini juga berakibat pada keterlibatan anak dalam
kegiatan belajar-mengajar.
b.
Keadaan
psikologis
Banyak
sumber permasalahan yang disebabkan oleh keadaan psikologis anak, di antaranya
sebagai berikut:
1.
Kurangnya
kemampuan dasar (intelegensi)
2.
Kurangnya
pengalaman berfantasi
3.
Kurangnya
perhatian, konsentrasi terhadap kegiatan yang terjadi di sekolah maupun di
lingkungan anak.
4.
Bakat
yang tidak sesuai dengan lingkungan anak.
5.
Tidak
adanya minat dalam diri anak.
6.
Sikap
yang tidak sesuai dengan hati nuraninya.
7.
Tidak
adanya kemauan dalam diri anak.
c.
Pemenuhan
gizi (nutrisi)
Banyak
permasalahan yang timbul karena keadaan nutrisi/gizi anak tidak baik. Pengaruh
langsung dari malnutrisi adalah tidak tercapainya derajat kesehatan anak. Hal
ini akan menimbulkan berbagai gangguan, misalnya mudah lelah, mudah sakit, dan
tidak ada konsentrasi. Kekurangan protein dapat berakibat langsung terhadap
kecerdasan anak, avitaminosis dapat berakibat kebutaan, dan vitaminosis yang
lain akan muncul berbagai gangguan dalam kesehatan anak.
Faktor
Eksternal
Faktor eksternal yang mengakibatkan timbulnya permasalahan bagi
anak adalah lingkungan tempat anak berada. Secara garis besar ada tiga macam
lingkungan anak, yaitu sebagai berikut:
a.
Lingkungan
keluarga
Lingkungan
keluarga merupakan lingkungan pertama yang sering menyebabkan masalah. Masalah
yang sering timbul dari lingkungan ini, di antaranya adalah:
1.
Keadaan
status ekonomi keluarga
Dalam
keluarga miskin cenderung timbul berbagai masalah yang berkaitan dengan
pembiayaan hidup anak. Keadaan ini cenderung akan menuntut anak untuk membantu
dalam memnuhi kebutuhan ekonomi keluarga sehingga merasa terbebani kegiatan
ekonomi ini, yang pada gilirannya terganggu kegiatan belajarnya.
2.
Perhatian
orang tua
Kurangnya
perhatian orang tua cenderung akan menimbulkan berbagai masalah anak. Makin
besar anak sebenarnya perhatian orang tua makin diperlukan, hanya variasinya
makin banyak, dan caranya berbeda. Kenakalan anak salah satu penyebabnya adalah
kurangnya perhatian orang tua.
3.
Harapan orang tua
Harapan orang tua sering menimbulkan masalah bagi anak
orang tua yang mempunyai harapan yang terlalu tinggi terhadap anak, apabila
tidak sesuai dengan kemampuan anak justru menimbulakan masalah yang cukup
serius bagi anak. Hal ini karena terjadi tuntutan yang lebih dari orang tua,
sementara anak tidak mampu memenuhinya, akhirnya terjadi kompensasi pada diri
anak, demikian pula halnya, bila orang tua harapannya terlalu rendah juga
berakibat tidak adanya motivasi berprestasi bagi anak itu sendiri.
4.
Hubungan
keluarga yang tidak harmonis
Hubungan
antar keluarga yang tidak harmonis dapat berupa perceraian orang tua, hubungan
antar anggota keluarga yang tidak saling perduli, dan sebagainya. Keadaan ini
dapat berakibat anak menjadi tidak betah berada di rumah, apabila ini
berkelanjutan, dapat merupakan faktor penyebab permasalahan yang serius.
b.
Lingkungan
sekolah
Lingkungan
sekolah sering merupakan sumber penyebab masalah, di antaranya adalah sebagai
berikut:
1.
Kondisi
kurikulum
Keadaan kurikulum yang sering berubah akan timbulnya masalah cukup
serius bagi siswa. Seyogyanya perubahan kurikulum diterapkan dengan cukup
hati-hati dengan memperhatikan aspek kesiapan siswa sebagai subyek belajar.
Selain itu, isi kurikulum sendiri hendaknya benar-benar sesuai dengan
perkembangannya.
2.
Hubungan
guru dengan siswa
Jauhnya perbedaan antar guru dan siswa dari sisi usia sering
menjadi masalah tersendiri bagi siswa. Untuk itu hubungan antar guru dengan
siswa terjalin hubungan akrab seperti halnya hubungan antar bapak dan anak di
rumah. Guru hendaknya memahami perbedaan antar individu siswa.
3.
Hubungan
antar siswa
Keadaan latar belakang siswa yang berbeda sering menjadi penyebab
hubungan antar siswa kurang harmonis. Untuk itu, guru hendaknya cukup peka
walaupun di sekolah diciptakan kompetensi siswa, hendaknya guru lebih giat
dalam membantu siswa untuk saling menyesuaikan diri.
4.
Iklim
sekolah
Iklim sekolah yang kurang sehat akan menimbulkan masalah tersendiri
bagi siswa. Adanya persaingan antar siswa yang tidak sehat mendorong guru untuk
selalu membantu dalam membina kepribadian dan penyesuaian dirinya. Penekanan
yang terus menerus untuk berhasil akan berakibat munculnya sifat bohong, masa
bodoh, kepatuhan pasif, hilangnya inisiatif dan pengkhayal.
c.
Lingkungan
masyarakat
Selain
lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat juga dapat menjadi sumber timbulnya masalah.
Lingkungan masyarakat yang baik, selalu mendukung kehadiran sekolah di
masyarakatnya sehingga sekolah dapat berkembang dengan baik. Namun, masyarakat
yang tidak mendukung terhadap kehadiran sekolah akan mengacau, pada gilirannya
akan menolak kehadiran sekolah tersebut. Masyarakat lingkungan sekolah yang
sehat dapat menjadi sumber belajar yang cukup baik.
D.
Upaya
Membantu Murid Dalam Mengatasi Masalah Belajar
Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi
masalah belajar antara lain:
1.
Pengajaran
Perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk
pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan, pengajaran yang membuat
menjadi baik. Dibanding dengan pengajaran biasa, pengajaran perbaikan sifatnya
lebih khusus, karena bahan, metode dan pelaksanaannya disesuaikan dengan jenis,
sifat dan latar belakang masalah yang dihadapi murid. Pengajaran perbaikan bisa
juga disebut pengajaran remedial.
Pengajaran remedial merupakan rangkaian kegiatan lanjutan logis dari usaha
diagnostik kesulitan belajar-mengajar.
Pengajaran remedial
dapat didefinisikan sebagai upaya guru untuk menciptakan suatu situasi yang
memungkinkan individu atau kelompok siswa tertentu lebih mampu mengembangkan
dirinya seoptimal mungkin sehingga dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal
yang diharapkan, dengan melalui suatu proses interaksi yang berencana,
terorganisasi, terarah, terkoordinasi, terkontrol dengan lebih memperhatikan
taraf kesesuaiannya terhadap keragaman kondisi objektif individu dan atau
kelompok siswa yang bersangkutan serta daya dukung sarana dan lingkungannya
(Abin Syamsuddin Makmun, 1998: 228).
2. Kegiatan Pengayaan
Kegiatan pengayaan
merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada seorang atau beberapa
orang murid yang sangat cepat dalam proses belajar, dengan tujuan untuk
menambah dan/atau memperluas pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliknya
dalam kegiatan belajar sebelumnya.
Kecepatan belajar yang
tinggi akan mempunyai dampak positif apabila murid merasa dirinya diperhatikan
dan dihargai atas keberhasilan dan kemampuan dalam belajar. Sebaliknya, kecepatan belajar akan
mempunyai dampak negatif apabila murid merasa kurang diperhatikan dan kurang dihargai.
3.
Peningkatan
Motivasi Belajar
Guru dan staf sekolah lainnya berkewwajiban membantu murid
meningkatkan motivasinya dalam belajar. Prosedur yang dapat dilakukan adalah
dengan :
a.
Memperjelas
tujuan-tujuan belajar. Murid akan terdorong untuk belajar apabila ia mengetahui
tujuan-tujuan belajar yang hendak dicapai.
b.
Menyesuaikan
pengajaran dengan bakat kemampuan dan minat murid.
c.
Menciptakan
suasana pembelajaran yang menantang, merangsang dan menyenangkan.
d.
Memberikan
hadiah (penguatan) dan hukuman (hukuman yang bersifat membimbing, yaitu yang
menimbulkan efek peningkatan). Bila mana perlu.
e.
Menciptakan
suasana hubungn yang hangat dan dinamis antara guru dan murid, serta antara
murid dengan murid.
f.
Menghindari
tekanan-tekanan dan suasana yang tidak menentu seperti suasana yang menakutkan,
mengecewakan, membingungkan, dan menjengkelkan.
g.
Melengkapi
sumber dan peralatan belajar.
h.
Mempelajari
hasil belajar yang diperoleh.
4.
Peningkatan
Keterampilan Belajar
Prosedur yang dapat dilakukan diantaranya adalah dengan :
a.
Membuat
catatan waktu guru mengajar.
b.
Membuat
ringkasan dari bahan yang dibaca.
c.
Menegrjakan
latihan-latihan soal.
5.
Pengembanagan
Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Baik
Setiap murid diharapkan menerapkan sikap
dan kebiasaan belajar yang efektif. Sikap dan kebiasaan belajar yang baik tidak
tumbuh secara kebetulan, melainkan seringkali perlu ditumbuhkan melalui bantuan
yang terencana, terutama oleh guru-guru dan orang tua murid. Untuk itu murid
hendaknya dibantu dalam hal:
a.
Menemtukan
motif-motif yang tepat dalam belajar.
b.
Memelihara
kondisi kesehatan yang baik.
c.
Mengataur
waktu belajar baik di sekolah maupun di rumah.
d.
Memilih
tempat belajar yang baik.
e.
Belajar
dengan menggunakan sumber belajar yang baik.
f.
Membaca
secara baik dan sesuai dengan kebutuhan.
g.
Tidak
segan-segan bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui.
Disamping dengan cara bantuan di atas terdapatt beberapa cara yang
laian yang dapat dilakukan guru untuk menumbuhkan sikap dan kebiasaan belajar
yang baik adalah :
1.
Membantu
murid menyususun rencana yang baik. Rencana ini memuat pokok dan subpokok
bahasan yang akan dipelajari, tujuan yang akan dicapai, cara-cara mempelajari
bahan-bahanyang bersangkutan, alat-alat yang diperlukan dan cara-cara memeriksa
atau mengetahui kemajuan-kemajuan yang dicapai.
2.
Membantu
murid mengikuti kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas. Sebagian besar
kegiatan belajar-mengajar berlangsung di dalam kelas. Dalam hal ini, murid
perlu mengetahuai apa yang harus dikerjakan sebelum mengikuti kegiatan
belajar-mengajar, bagaimana cara memahami dan mencatat keterangan-keterangan
yang diberikan oleh guru, dan apa pula yang harus dikerjakan setelah kegiatan
belajar-mengajar berakhir (setelah sampai di rumah).
3.
Melatih
murid membaca cepat. Kecepatan menunjuk pada banyaknya kata-kata yang tepat
yang dapat dibaca dalam waktu tertentu. Dengan membaca cepat, kemungkinan murid
memperoleh banyak informasi atau ilmu pengetahuan dari buku sumber yang
dibacanya.
4.
Melatih
murid untuk dapat mempelajari buku pelajaran secara efisien dan efektif. Salah
satu metode yang perlu dikuasai oleh murid adalah metode SQR3 (Survey,
Question, Read, Recite, Write den Review) yang dikemukakan oleh Francis P.
Robinson (Dorothy Keiter, 1975).
5.
Membiasakan
murid mengerjakan tugas-tugas secara teatur, bersih dan rapi.
6.
Membantu
murid menyusun jadwal belajar dan mematuhi jadwal yang telah disusunnya. Untuk
ini diperlukan adanya pemantauan dan pengawasan yang berkesinambungan.
7.
Membantu
murid agar dapat berkembang secara wajar dan sehat. Misalnya dengan memindahkan
tempat duduk murid yang dilkukan secara berkala, membetulkan posisi duduk murid
(tidak terlalu membungkuk jarak mata denghan buku kurang lebih 30 cm) memeriksa
kuku dan sebagainya.
8.
Membantu
murid mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian yang meliputi persiapan mental,
penguasaan bahan pelajaran, cara-cara menjawab soal ujian, dan segi-segi
administratif penyelenggaraan.
BAB III
SIMPULAN DAN
SARAN
A.
Simpulan
Belajar merupakan perubahan
perilaku yang disebabkan oleh karena individu mengadakan interaksi dengan lingkungan. Sedangkan bimbingan belajar
sendiri merupakan proses bantuan yang diberikan kepada individu (murid) agar
dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dalam belajar. Bimbingan
belajar ini bertujuan sebagai pengembangan sikap dan kebiasaan yang baik, menumbuhkan
disiplin belajar dan terlatih serta mengembangkan pemahaman dan pemanfaatan
kondisi fisik, sosial dan budaya di lingkungan sekolah atau alam sekitar untuk
pengembangan pengetahuan, keterampilan dan pengembangan pribadi.
Jenis-jenis masalah belajar di
Sekolah Dasar dapat dikelompokkan kepada murid-murid yang mengalami
keterlambatan akademik, ketercepatan dalam belajar, sangat lambat dalam
belajar, kurang motivasi dalam belajar, bersikap dan kebiasaan buruk dalam
belajar dan sering tidak sekolah. Guru dapat mengidentifikasi murid yang
diperkirakan mengalami masalah belajar melaui tes hasil belajar, tes kemampuan
dasar, skala pengungkapan sikap dan keniasaan belajar. faktor-faktor penyebab
terjadinya masalah belajar cenderung sanagt kompleks karena masalah belajar
dapat timbul oleh berbagai sebab yang berlainan, ada pula dari sebab yang sama
tetapi menimbulkan masalah yang berbeda dan ada pula yang disebabkan oleh
hal-hal yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk membantumurid dalam
mengatasi masalah belajar bisa dengan pengajaran perbaikan, kegiatan pengayaan,
peningkatan motivasi belajar, dan peningkatan keterampilan belajar.
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Awalya,dkk.2013.Bimbingan
dan Konseling.Semarang:Pusat Pengembangan MKU/MKDK-LP3 Universitas Negeri
Semarang
Sunaryo Hartadiningrat, dkk. 1999. Bimbingan di Sekolah Dasar.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
0 komentar:
Posting Komentar