PRINSIP PENGEMBANGAN
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
A.
Materi
1.
Bentuk pengembangan pendidikan multikultural di Indonesia.
2. Asas-asas dalam pendidikan multikultural di
Indonesia.
3. Prinsip penyusunan program dalam pendidikan
multikultural.
4. Prinsip
pengembangan pendidikan multikultural di Indonesia.
B.
Tujuan
1. Mahasiswa
diharuskan dapat memahami Bentuk
pengembangan pendidikan multikultural di Indonesia.
2. Mahasiswa
diharuskan memahami Asas-asas dalam
pendidikan multikultural di Indonesia.
3. Mahasiswa
diharuskan mengerti Prinsip penyusunan
program dalam pendidikan multikultural.
4. Mahasiswa
diharuskan mengerti Prinsip pengembangan pendidikan multikultural di
Indonesia.
C.
Pembahasan
A. Bentuk Pengembangan Pendidikan Multikultural di Indonesia
Bentuk pengembangan Pendidikan Multikultural di setiap negara
dapat berbeda-beda sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing
negara. Pengembangan Pendidikan Multikultural di Indonesia dapat berbentuk :
1.
Penambahan
materi multikultural yang dalam
aktualisasinya berupa pemberian materi tentang berbagai budaya yang ada di
tanah air dan budaya berbagai belahan dunia. Pesan multikultural bisa
dititipkan pada semua bidang studi atau mata pelajaran yang memungkinkan untuk
itu.
2.
Berbentuk
bidang studi atau mata pelajaran yang berdiri sendiri. Sekarang sudah ada perintisan yang dilakukan dalam bentuk satu
mata pelajaran atau bidang studi yang berdiri sendiri. Hal ini dimaksudkan agar
Pendidikan Multikultural sebagai ide, gerakan reformasi dan proses tidak
dilakukan sambil lalu dan seingatnya namun benar-benar direncanakan secara
sistematis. Tiga hal di atas tidak akan dapat dicapai bila hanya dicantumkan
sebagai satu pokok bahasan atau sub pokok bahasan dalam satu bidang studi.
3.
Berbentuk
program dan praktek terencana dari lembaga pendidikan. Pendidikan Multikultural berkaitan dengan tuntutan, kebutuhan, dan
aspirasi dari kelompok yang berbeda. Konsekuensinya, Pendidikan Multikultural
tidak dapat diidentifikasi sebagai praktek aktual satu bidang studi atau
program pendidikan saja. Lebih dari itu, pendidik yang mempraktekkan makna
Pendidikan Multikultural akan menggambarkan berbagai program dan praktek yang
berkaitan dengan persamaan pendidikan, perempuan, kelompok etnis, minoritas
bahasa, kelompok berpenghasilan rendah, dan orang-orang yang tidak mampu.
4.
Pada
wilayah kerja sekolah, Pendidikan Multikultural mungkin berarti (1) suatu kurikulum
yang berhubungan dengan pengalaman kelompok etnis; (2) suatu program yang
mencakup pengalaman multikultural, dan (3) suatu total school reform,
upaya yang didesain untuk meningkatkan keadilan pendidikan bagi kelompok
budaya, etnis, dan ekonomis. Ini lebih luas dan lebih komprehensif dan biasa
disebut reformasi kurikulum.
5.
Gerakan persamaan. Gerakan
persamaan ini lebih dilhat sebagai kegiatan nyata daripada sekedar dibicarakan
dalam forum-forum ilmiah. Di Kabupaten Nabire, Papua ada sebuah kampung yang
mencerminkan gerakan kebhinekaan yang bernama Kampung Bhineka Tunggal Ika.
Penduduk Kampung Bhineka Tunggal Ika ini terdiri dari orang Papua, Timor, Jawa
dan Bugis. Mereka yang tinggal di sana mendapat tanah seluas 2 hektar tiap
kepala keluarga untuk ditanami dengan tanaman coklat dan tanaman produktif
lainnya. Mereka hanya boleh menggarap tanah itu dan tidak boleh menjualnya.
Mereka harus menunjukkan kemampuan bertani yang baik lebih dahulu sebelum
diterima menjadi warga Kampung Bhineka Tunggal Ika. Kini kampung itu telah
menjadi besar dan di Kabupaten Nabire, Papua ini direncanakan akan membentuk
Kampung Nusantara yang terdiri dari generasi muda berusia 27 tahun hingga 35
tahun. Mereka saling mengunjungi saat orang dari agama lain merayakan hari
besarnya. Mereka harus menghormati hukum nasional dan hukum adat setempat.
Misalnya, buah pohon tetangga yang masuk ke pekarangan tetangga menjadi milik
tetangga itu. Orang yang melanggar akan ditindak tegas. Bahkan menurut adat di
sana, orang yang mengambil milik tetangganya boleh dibunuh. Di Manado, Sulawesi
Utara, ada juga gerakan semacam ini. Mereka akan dengan suka rela membantu
tetangga dan masyarakat yang berlainan agama bila tetangganya itu membutuhkan.
Misalnya membangun masjid atau gereja. Sebagai sebuah gerakan, maka Pendidikan
Multikultural perlu dimasyarakatkan dalam karya nyata di samping lokakarya. Dan
tidak kalah pentingnya adalah adanya program pendidikan yang ditayangkan
berbagai siaran televisi, radio atau pun internet. Perlu dihimbau, kalau tidak
mungkin diharuskan, untuk menayangkan program yang bernuansa budaya dalam
siaran mereka. Diharapkan hal ini bisa lebih ditingkatkan lagi untuk mengurangi
acara-acara yang justru menimbulkan hasutan dan pertikaian.
6.
Proses. Sebagai
proses, maka tujuan Pendidikan Multikultural yang berasal keadilan sosial,
persamaan, demokrasi, toleransi dan penghormatan hak asasi manusia tidak mudah
tercapai. Perlu proses panjang dan berkelanjutan. Perlu ada pembudayaan di
segenap sektor kehidupan.
Tantangan pendidikan multicultural baik
dalam teori maupun dalam praktik, adalah bagaimana meningkatkan keadilan bagi
kelompok korban tertentu tanpa membatasi kelompok dan kesempatan yang lain.
Sekalipun berbagai kelompok dijadikan sasaran untuk penguatan dan keadilan
dalam Pendidikan Multikultural sesuai kebutuhan dan tujuan, kadang mereka
menerima kebutuhannya sebagai beragam, bertentangan, dan tidak konsisten
sebagaimana halnya pernah terjadi pada berbagai kelompok feminis dan etnis pada
masa lampau. Sebab utama berbagai ketegangan berbagai kelompok korban mungkin
dilembagakan oleh praktik di dalam masyarakat yang meningkat ketegangan,
konflik dan keberagaman diantara mereka. Dalam hal ini, mungkin tujuan penting
dari Pendidikan Multikultural adalah membantu anggota kelompok yang menjadi
korban agar lebih bersatu dan mendapatkan keuntungan yang signifikan dari
koalisi itu. Koalisi ini dapat menjadi wahana untuk perubahan sosial dan
reformasi. Upaya Jesse Jackson untuk membentuk apa yang disebut Rainbow
Coalition pada level nasional pada tahun 1980-an merupakan salah satu dari
tujuan utama rumusan koalisi politik yang efektif yang terdiri dari orang-orang
dari kelompok gender, ras, budaya, dan kelompok kelas sosial yang berbeda.
Saat
ini, ada banyak model dan kerangka kerja Pendidikan Multikultural. Ada variasi
dalam pengembangan Pendidikan Multikultural, mulai dari penambahan sumber yang
beragam dalam kurikulum hingga pada revisi kurikulum kecil atu bahkan sudah
pada pendekatan yang berusaha melakukan perubahan mendasar terhadap diri,
sekolah, dan masyarakat sebagaimana yang diinginkan oleh ahli teori dan sarjana
yang punya komitmen tinggi terhadap Pendidikan Multikultural. Bagaimana
Indonesia ? Sebagai negara yang baru mengenal Pendidikan Multikultural maka
wajarlah bila Indonesia masih pada taraf pertama dengan penambahan bahan ajar
dalam kurikulum. Namun dengan memahami akar gerakan Pendidikan Multikultural di
atas, secara berangsur-angsur kita mengikuti jalur perubahan yang lebih lengkap
yang diletakkan oleh para pendidik, aktivis, dan ahli-ahli. Dan penting diingat
bahwa Pendidikan Multikultural berkaitan dengan konsep yang relatif baru yang
akan terus berubah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang berubah.
B.
Asas-Asas dalam
Pendidikan Multikultural di Indonesia
James
A. Banks dikenal sebagai perintis Pendidikan Multikultural menekankan
pentingnya mengajari mahasiswa “bagaimana cara mereka berpikir”, bukan sekedar
“apa yang mereka pikirkan. Mahasiswa harus diajari untuk berpikir dalam
memahami semua tipe pengetahuan. Menurut Banks, mahasiswa harus diinstruksikan
agar mereka hidup dalam kemampuan untuk mencipta, memiliki kreasi melalui
interpretasi tidak saja tentang sejarah masa lalu, melainkan yang lebih penting
adalah bagaimana sejarah itu terjadi. Setiap negara memiliki sejarah yang
berbeda dalam “proses menjadi” sebuah bangsa. Begitu juga dengan Indonesia, ada
beberapa asas yang menjadi ciri khas. Asas-asas itu antara lain :
a.
Asas wawasan nasional/kebangsaan (persatuan dalam perbedaan). Asas ini
menekankan pada konsep kenasionalan/kebangsaan. Asas yang didasarkan
kepemilikan bersama (sense of belonging) yang menjadi ciri budaya bangsa.
Pancasila yang menjadi kepribadian bangsa merupakan kristalisasi nilai budaya
bangsa yang menjadi ciri unik Indonesia yang berbeda dengan bangsa lain. Batik,
wayang, musik keroncong, pencak silat, kesenian suku Asmat yang dikenal dan
diterima di segenap wilayah negara ini sudah menjadi ikon nasional dan ikon
bangsa. Dengan menyebut satu budaya itu dunia mengetahui bahwa itu adalah ciri
khas budaya bangsa Indonesia.
b.
Asas Bhineka Tunggal Ika (perbedaan dalam persatuan). Konsep ini
menekankan keragaman dalam budaya yang menyatu dalam wilayah negara kita.
Keragaman dalam jenis tarian, pakaian, makanan, bentuk rumah dan sebagainya
menjadikan Indonesia dikenal memiliki kekayaan budaya yang menjadi mosaik
budaya.
c.
Asas kesederajatan. Indonesia yang menghormati asas ini. Semua budaya
dipandang sederajat, diakui dan dikembangkan dalam kesetaraan. Tidak ada dominasi
yang memaksakan ke kelompok kecil. Kalau kebetulan budaya Jawa lebih dikenal
itu karena persoalan jumlah penduduk yang menduduki wilayah Jawa yang padat
bukan dominasi budaya sebagaimana halnya orang barat menganggap warga kulit
putih (White) yang lebih tinggi daripada kelompok kulit berwarna (colour).
d.
Asas selaras, serasi dan seimbang. Semua budaya dikembangkan selaras
dengan perkembangan masing-masing, diserasikan dengan kondisi riil
masing-masing dan seimbang di seluruh wilayah dan seluruh bangsa Indonesia.
C.
Tiga Prinsip Penyusunan
Program dalam Pendidikan Multikultural
Ada
tiga prinsip yang digunakan dalam menyusun program Pendidikan Multikultural,
yaitu :
1.
Pendidikan Multikultural sebagai Ide
Pendidikan Multikultural sebagai ide
adalah suatu filsafat yang menekankan legitimasi, vitalitas dan pentingnya
keragaman kelas sosial, etnis dan ras, gender, anak yang berkebutuhan khusus,
agama, bahasa dan usia dalam membentuk kehidupan individu, kelompok dan bangsa.
Sebagai sebuah ide, maka pendidikan Multikultural ini harus mengenalkan
pengetahuan tentang barbagai kelompok dan organisasi yang menentang penindasan
dan eksploitasi dengan mempelajari hasil karya dan ide yang mendasari karyanya
( Sizemore,1981 ).
Implikasinya terhadap pengembangan
pendidikan Multikultural adalah pemasukan bahan yang berisi ide dari berbagai
kelompok budaya, diperlukan adanya pendidikan yang leluasa untuk mengeksplorasi
prespektif dan budaya orang lain. Dengan mengeksplorasi itu akan diperoleh
inspirasi sehingga membuat anak menjadi sensitif terhadap pluralitas cara
hidup, cara yang berbeda dalam menganalisa pengalaman dan ide, dan cara melihat
berbagai temuan sejarah yang ada diseluruh dunia (Parekh, 1987 : 26-27). Perlu
adanya pelembagaan filsafat pluralisme budaya dalam sistem pendidikan yang
dilandasi prinsip persamaan, saling meghormati, penerimaan dan pemahaman dan
komitmen moral demi keadilan sosil (Baptise, 1979).
2.
Pendidikan Multikultural Sebagai Gerakan Reformasi Pendidikan
Pendidikan multikultural dapat
dipandang suatu gerakan reformasi yang mengubah semua komponen kegiatan
pendidikan mencakup :
a. Nilai-nilai yang mendasari
Nilai-nilai yang bersifat pluralisme
harus mendasari seluruh komponen pendidikan keragaman budaya yang mendasarinya.
b. Aturan Prosedural
Aturan Prosedural yang berlaku harus
berpijak dan berpihak pada semua kelompok yang beragam itu.
c. Kurikulum
Keragaman budaya menjadi dasar
pengembangan seperti tujuan,bahan,proses,dan evaluasi. Artinya dibutuhkan penyusunan
kurikulum baru yang didalamnya mencerminkan nilai-nilai multikultural.
d. Bahan Ajar
Materi multikultural itu harus
bercermin dalam materi pelajaran,pada semua bidang studi.
e. Struktural Organisasi
Struktural organisasi sekolah itu
perlu mencerminkan kondisi riil yang pluralistic.
f. Pola Kebijakan
Pola kebijakan yang duambil oleh
pembuat keputusan itu merefleksikan pluralisme budaya.Semua itu perlu dirombak
agar mencerminkan budaya Indonesia yang pluralistic. Pendidikan Multikultural
juga dapat dipandang sebagai pendekatan belajar yang didasarkan pada
nilai-nilai budaya pluralistic bias dikembangkan secara wajar dan tanpa
driskriminasi.
3.
Pendidikan Multikultural Sebagai Proses
Pendidikan Multikultural bermaksud
untuk mengubah struktur lambaga pendidikan sehingga semua siswa memiliki
kesempatan yang sama untuk mencapai kesuksesan akademis. Pendidikan
Multikultural merupakan suatu proses yang terus menerus yang membutuhkan
investasi waktu jangka panjang disamping aksi yang terencana dan dimonitor
secara hati-hati (Banks & Banks, 1993). Ada berapa ide utama yang bisa kita
ambil yaitu :
a. Pendidikan Multikultural berhubungan
dengan konsep humanistik. Konsep yang didasarkan pada kekuatan dari keragaman,
HAM, keadilan sosial dan gaya hidup,
b. Pendidikan Multikultural mengarah
pada pencapaian pendidikan yang berkualitas,
c. Melibatkan segala upaya untuk
memenuhi seluruh budaya siswa,
d. Memandang masyarakat pularistik
sebagai kekuatan positif, perbedaan adalah wahana memahami masyarakat global.
Ada kaitan erat antara Pendidikan
Multikultural dengan konsep humanisme. Keduanya memandang manusia sebagai
manusia yang memiliki keunikan yang harus dihormati keberadaannya. Pemahaman
perbedaan dan keragaman sangat diperlukan untuk lebih memahami fenomena
masyarakat global.
Lebih lanjut Grant menekankan bahwa
Pendidikan Multikultural terkait dengan kebijakan dan praktek yang menunjukkan
penghormatan terhadap keragaman budaya melalui filsafat pendidikan, komposisi
dan hireraki staff, materi pembelajaran dan prosedur evaluasi. Nieto (1992)
memandang Pendidikan Multikultural terkait dengan :
a) Reformasi sekolah dan pendidikan
dasar yang komperhensif untuk semua siswa,
b) Penentangan terhadap semua bentuk
diskriminasi,
c) Menyerapan pembelajaran dan hubungan
interpersonal di kelas,
d) Penonjolan prinsip-prinsip
demokratis dan keadilan sosial.
Menurut definisi Bennet Pendidikan
Multikultural mencakup dimensi :
a) Gerakan persamaan (yang dalam konsep
Banks disebut gerakan reformasi pendidikan),
b) Pendekatan multikultural,
c) Proses menjadi multikultural
d) Komitmen memerangi prasangka dann
diskrimiasi.
Pendidikan Multikultural juga
merupakan sebuah pendekatan yang menggunakan sudut pandang multikultural.
Pendidikan Multikultural merupakan seperangkat materi khusus yang digunakan
untuk pembelajaran. Pendidikan Multikultural berarti mempelajai tentang budaya
yang berbeda, atau belajar untuk menjadi bikultural.
4.
Prinsip Pengembangan Pendidikan Multikultural Di Indonesia
Bentuk pengembangan Pendidikan
Multikultural dapat berbeda-beda tiap negara. Tergantung masalah yang dihadapi
negara tersebut. Pengembangan Pendidikan Multikultural di Indonesia berbentuk :
a) Penambahan materi multikultural
berupa pemberian budaya yang ada di tanah air atau negara negara lain. Pesan
multikultural bisa dititpkan pada semua bidang studi. Tapi pengajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial mungkin lebih mengajarkan multikultural daripada pelajaran
lain.
b) Berbentuk bidang studi yang berdiri
sendiri. Hal ini bertujuan agar Pendidikan Multikultural sebagai ide yang
terencanan dan sistematis.
c) Berbentuk program dan praktek
terencana dari lembaga pendidikan. Pendidikan Multikultural tidak dapat
diaktualisasikan dengan satu bidang studi saja. Karena Pendidikan Multikultural
berkaitan dengan tuntutan, kebutuhan dan apresiasi.
d) Kurikulum yang berhubungan dengan
pengalaman kelompok etnis.
e) Total school Reform atau reformasi
kurikulum.
f) Gerakan persamaan. Pendidikan
Multikultural perlu dimasyarakatkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini perlu
dihimbau lewat media apapun. Gerakan ini misalnya adanya kampung Bineka di
Papua.
g) Proses. Sebagai proses maka tujuan
Pendidikan Multikultural berasal dari keadilan sosial, persamaan, demokrasi.
Semua budaya dikembangkan selaras
dengan perkembangan masing masing, diserasikan dengan kondisi riil masing
masing dan seimbang. Ada 3 prinsip yang digunakan dalam menyusun Program
Pendidikan Multikultural yaitu :
a) Pendidikan Multikultural didasarkan
kepada pedagogik,
b) Pendidikan Multikultural ditujukan
pada terwujudnya manusia yang berbudaya,
c) prinsip globalisasi budaya.
D.
Bahan Diskusi
a. Di Indonesia memiliki banyak pulau,
yang pastinya memiliki keberagaman budaya, adat, ataupun agama di setiap pulau.
Ketika masyarakat bermigrasi ke daerah yang berbeda dari daerah sebelumnya,
pasti ada proses penyesuain diri baik berupa kebiasaan ataupun adat yang ada
dengan lingkungan baru yang di tempati. Apakah akulturasi budaya tersebut
berdampak dengan masyarakat yang melakukan migrasi tersebut?
b. Pendidikan Multikultural sangat
penting untuk di terapkan di sekolah, pentingnya untuk menghargai orang lain baik
pendapat ataupun perbedaan agama sehingga tidak menimbulkan konflik. Bagaiamana
cara agar anak SD tidak memilih-milih teman bergaul, sehingga ketika ada
seorang anak yang berbeda dari mayoritasnya tetap di terima dalam kelompok
tersebut?
c. Konsep Multikulturalisme menekankan
pentingnya memandang dunia dari sudut referensi budaya yang berbeda. Dengan
adanya arus globalisasi seperti sekarang ini, bagimana cara kita membentengi
diri agar ketika kita bergaul dengan orang luar negeri, hanya budaya baiklah
yang kita dapat?
d. Pembudayaaan sikap toleransi dalam
berbagai bidang kehidupan mutlak di lakukan, mengingat setiap suku berdampingan
hidup dengan yang lain. Bagaimana membudayakan sikap saling toleransi kepada
masyarakat?
Daftar
Pustaka
Arifatul,
Rifki. 2013. Pendidikan Multikultural. Diambil dari http://rifkiarifatul.blogspot.co.id/ Pada
Minggu 13 September 2015 pukul 08.33
Bennett,
C. I. 1995. Comprehensive multicultural education: Theory and practice.
Boston: Allyn and Bacon.
Grant,
C.A. dan Sleeter, C.E. 1977. After the School Bell Rings. Philadelphia:
The Falmer Press.
Including the young
child in the world. Upper Saddle River, NJ:
Merrill/Prentice Hall.
Nieto,
S. 2000. Affirming diversity: The sociopolitical context of multicultural
education. New York: Addison Wesley Longman, Inc.
Swiniarski,
L., Breitborde, M., & Murphy, J. 1999. Educating the global village:
Including the young child in the world. Upper Saddle River, NJ:
Merrill/Prentice Hall.
0 komentar:
Posting Komentar