Sabtu, 06 Desember 2014

Individu dan Masyarakat, Struktur, Pranata dan Proses Sosial Budaya





MAKALAH


Individu dan Masyarakat, Struktur, Pranata dan Proses Sosial Budaya


BAB II
PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG

Setiap orang dilahirkan sebagai makhluk individu. Individu adalah seorang manusia yang khas, ia mempunyai kemampuan dan kebutuhan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Untuk mengembangkan kemampuan dan memenuhi kebutuhannya, ia tidak bisa berdiri sendiri, ia membutuhkan orang lain. Karena itulah ia hidup berkelompok membentuk masyarakat. Dalam mengatur kehidupan berkelompok di buatlah norma atau aturan-aturan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, dengan tujuan untuk menjaga kestabilan, keamanan, dan ketertiban bersama.
Setiap individu dalam masyarakat mempunyai kedudukan dan peranan yang berbeda, sehingga memungkinkan untuk saling bekerja sama, saling membentuk, saling mendukung untuk mencapai tujuan yang sama. Individu senantiasa berhubungan dengan individu lainnya. Dalam melakukan hubungan tersebut mereka saling pengaruh-mempengaruhi dan saling menyesuaikan diri sehingga timbul proses sosial. Proses sosial yang terus berlanjut dan teratur akan menyebabkan perubahan sosial budaya dalam kelompok.
Dalam makalah ini kami berusaha menjelaskan tentang pengertian indifidu dan masyarakat, struktur pranata dan proses sosial budaya serta mengetahui bahwa masyarakat adalah unsur dari sebuah pemerintahan dan negara.

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Apa pengertian indifidu dan masyarakat serta hubunganya?
2.      Memahami struktur pranata dan proses sosial budaya?

C.    MANFAAT
1.      Mengetahui lebih jauh tentang pengertian indifidu dan masyarakat serta hubunganya.
2.      Memahami struktur pranata dan proses sosial budaya.















BAB II
PEMBAHASAN


A.    PENGERTIAN INDIVIDU DAN MASYARAKAT

1.      Individu
Individu berasal dari kata individium (latin), yaitu satuan kecil yang tidak dapat dibagi lagi. Individu menurut konsep sosiologi, artinya manusia yang hidup berdiri sendiri, tidak mempunyai kawan (sendiri). Individu sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, di dalam dirinya selalu dilengkapi dengan kelengkapan hidup meliputi raga, rasa, rasio, dan rukun.
a.       Raga, merupakan bentuk jasad manusia yang khas dapat membedakan antara individu yang satu dengan yang lain, sekalipun dengan cirri dan hakikat yang sama.
b.      Rasa, merupakan perasaan individu yang dapat menangkap objek gerakan dari benda-benda isi alam semesta, seperti merasakan panas, dingin atau merasakan makanan yang lezat. Perasaan juga dapat dikembangkan menjadi perasaan senang dengan kehidupan sebaliknya.
c.       Rasio, atau akal pikiran merupakan kelengkapan manusia untuk menegmbangkan diri, mengatasi segala sesuatu yang diperlukan dalam diri tiap individu.
d.      Rukun, atau pergaulan hidup merupakan bentuk sosialiasi dengan sesame manusia dan hidup berdampingan satu sama lain secara harmonis, damai dan saling melengkapi. Rukun ini merupakan perangkat individu yang dapat membentuk suatu kelompok sosial yang sering disebut sebagai masyarakat.

2.       Masyarakat
Istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab “syaraka” yang berarti ikut serta, berpartisipasi, atau “masyaraka” yang berarti saling bergaul. Di dalam bahasa Inggris dipakai istilah “society”, yang sebelumnya berasal dari kata lain “socius” berarti “kawan” (koentjoroningrat,1980). Pendapat sejenis juga terapat dalam buku “Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial” karangan Abdul Syani (1987), dijelaskan bahwa perkataan masyarakat berasal dari kata musyarak (Arab), yang artinya berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling mempengaruhi, selanjutnya mendapat kesepakatan menjadi masyarakat (Indonesia).
Dalam bahasa Inggris, kata masyarakat diterjemahkan menjadi dua penegrtian, yaitu society dan community.
1.      Menurut Abdul Syani (1989), masyarakat sebagai community dapat dilihat dari dua sudut pandang.
a.       Memandang community sebagai unsure statis, artinya community terbentuk dalam suatu wadah atau tempat dengan batas-batas tertentu, maka ia menunjukkan bagiandari kesatuan-kesatuan masyarakat sehingga ia dapat pula disebut sebagai masyarakat setemnpat, misalnya kampong, dusun atau kota-kota kecil. Masyarakat setempat adalah suatu wadah dan wilayah dari kehidupan sekelompok orang yang ditandai oleh adanya hubungan sosial.                            Disamping itu, dilengkapi pula oleh adanya perasaan sosial, nilai-nilai dan norma-norma yang timbul atas akibat dari adanya pergaulan hidup atau hidup bersama manusia.
b.      Community dipandang sebagai unsure yang dinamis, artinya menyangkut suatu proses (nya) yang  terbentuk melalui faktor psikologi dan hubungan antar manusia, maka di dalamnya ada yang sifatnya fungsional. Dalam hal ini dapat diambil contoh tentang masyarakat pegawai negeri sipil, masyarakat ekonomi, masyarakat, mahasiswa dan sebagainya.

Dari kedua cirri khusus yang dikemukakan di atas, berarti dapat diduga bahwa apabila suatu masyarakat tidak memenuhi cirri-ciri tersebut, maka ia dapat disebut masyarakat society. Masyarakat dalm pengertian society terdapat interaksi sosial, perhitungan-perhitungan rasional dan like interest, hubungan-hubungan menjadi bersifat pamrih dan ekonomis (Abdul Syani, 2002) pengertian masyarakat menurut beberapa ahli adalah :
a.       Ralp Linton (1936)
Seorang ahli antropologi, mengartikan masyarakat sebagai kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah dirumuskan dengan jelas.
b.      Herkovits ahli
Seorang antropologi yang lain, mengartikan masyarakat sebagai sekelompok individu yang tersusun mengikuti suatu cara hidup tertentu.
c.       Selo Sumardjan                
Seorang sosiolog Indonesia mengartikan masyarakat sebagai orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan.
Menurut Soejono Soekanto (1987) beberapa ciri masyarakat perkotaan yang menonjol adalah:
a.       Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan pedesaan Hal  ini    disebabkan adanya cara berpikir yang rational, yang berdasarkan pada perhitungan-perhitungan eksak.
b.      Orang kota umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus tergantung pada orang lain.
c.       Pembagian kerja lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
d.      Kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan lebih banyak diperoleh dari pada warga desa.
e.       Jalan pikiran yang rational menyebabkan interaksi sosial berdasar kepentingan dari pada faktor pribadi.
f.       Jalan kehidupan yang cepat mengakibatkan pentingnya faktor waktu.
g.      Perubahan sosial tampak jelas dan cepat sebagai akibat terbukanya pengaruh dari luar.
Menurut Selo Sumardjan masyarakat perkotaan mempunyai ciri:
a.       Hubungan antarmanusia terutama berdasarkan atas kepentingan pribadi.
b.      Hubungan dengan masyarakat lain terbuka.
c.       Kepercayaan yang kuat pada manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sarana untuk senantiasa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
d.      Masyarakat tergolong-golong menurut macam-macam profesi dan keahlian.
e.       Tingkat pendidikan formal adalah tinggi dan merata.
f.       Hukum yang berlaku hukum tertulis.
g.      Ekonomi hampir seluruhnya ekonomi pasar yang berdasarkan atau penggunaan uang.
          Untuk dapat memperoleh gambaran lengkap tentang masyarakat,Anderson dan parker mengemukakan ciri-ciri suatu masyarakat sebagai berikut :
a.       Adanya sejumlah orang 
b.       Tinggal dalam suatu daerah tertentu
c.       Mengadakan atau mempunyai hubungan yang tetap/teratur satu sama lain
d.       Sebagai akibat hubungan initerbentuk suatu sistem hubungan antar manusia
e.       Mereka terlibat karena memiliki kepentingan bersama
f.       Mempunyai tujuan bersama dan bekerja sama
g.       Mengadakan ikatan atau kesatuan berdasar unsur-unsur sebelumnya
h.       Berdasarkan pengalaman ini, akhirnbya mereka mempunyaipertasaan solidaritas dan          perasaan berbagai rasa
i.        Sadar akan saling ketergantungan satu sama lain
j.        Berdasarkan sistem yang terbentuk, dengan sendirinya membentuk norma-norma
k.       Berdasarkan unsur-unsur diatas akhirnya membentuk kebudayaan bersama melalui             hubungan antar manusia.

B.       STRUKTUR, PRANATA  DAN  PROSES SOSIAL BUDAYA

1.      Struktur sosial budaya
Pola perilaku dari setiap individu dalam masyarakat yang bersusun sebagai suatu sistem disebut struktur sosial Struktur asal kata dari structum yang artinya menyusun membagi atau mendirikan. Contoh di sekolah terdapat struktur sebagai berikut ada kepala sekolah, guru-guru, murid, pegawai administrasi, dan penjaga sekolah. Semua orang yang ada di sekolah tersebut saling berinteraksi, saling berhubungan dan saling mempengaruhi sehingga sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat berfungsi dengan baik. Kalau salah satu unsur dari sekolah tersebut tidak ada misalnya guru, maka proses pendidikan tidak dapat berjalan dengan baik. Di sekolah juga mempunyai norma, misalnya murid barns datang pukul 7.00, harus memakai seragam dan sepatu yang telah ditentukan, tidak boleh merokok dalam lingkungan sekolah dan sebagainya. Kepala Sekolah, guru, pegawai administrasi, penjaga sekolah, juga mempunyai aturan-aturan yang hendak dipatuhi, kalau tidak akan ada sanksi yang akan mereka terima. Dalam sistem sosial selalu berhubungan dengan peran (role) dan kedudukan (status).
Kepala sekolah, guru, murid dan pegawai administrasi di atas, mempunyai kedudukan yang berbeda, karena itu tugas dan peran yang harus dilakukannya pun berbeda pula, tetapi merupakan satu kesatuan yang saling mendukung dalam memperlancar proses belajar mengajar di sekolah. Setiap individu mempunyai ciri dan kemampuan tersendiri, seperti jenis kelamin, bentuk fisik, perasaan. bakat, minat kemampuan berpikir dan berkarya. Perbedaan ini menyebabkan timbulnya perbedaan social (diferensiasi sosial). Perbedaan sosial bersifat universal artinya dimiliki oleh setiap masyarakat dimanapun. Hanya bentuk dan derajatnya saja yang berbeda. contoh pada masyarakat pemburu dan peramu, perbedaan sosial berdasarkan jenis kelamin, usia dan keterampilan berburu. Berburu dilakukan oleh laki-laki, sedangkan meramu atau mengumpulkan tumbuhan lebih banyak dilakukan oleh kaum wanita. Laki-laki yang mempunyai keterampilan tinggi dalam berburu umumnya lebih dihargai. Hasil buruan mereka bagi-bagikan dan yang usianya lebih tua mendapatkan bagian yang paling baik, hati misalnya. Bagian-bagian tertentu dari binatang seperti gigi taring, seringkali dianggap sebagai lambang keberanian, sehingga siapa yang paling banyak mendapatkannya semakin dihargai.

Pada masyarakat yang teknologinya sudah maju, perbedaan sosial lebih banyak disebabkan oleh adanya perbedaan keahlian, sehingga timbul keanekaragaman pekerjaan atau profesi seperti dokter, guru, perawat, supir, petani dan sebagainya. Perbedaan bentuk fisik manusia yang meliputi warna kulit, warna rambut, bentuk rambut (keriting atau lurus), bentuk badan, bentuk bibir, bentuk hidung, bentuk kepala, dan sebagainya. Menyebabkan timbulnya perbedaan ras, ada
a.       Ras Negroid dengan ciri warna kulit hitam, mata hitam, keriting, pendek, hidung lebar, dan bentuk bibir yang tebal.
b.      Ras Mongoloid dengan ciri warna kulit coklat, rambut lurus tubuh pendek, hidung datar dan tulang pipi menonjol;
c.       Ras Caocasoid dengan ciri kulit dan mata terang, rambut bergelombang, hidung mancung, bibir tipis, muka oval, dan badan tinggi.
Selain itu perbedaan sosial dapat pula disebabkan oleh perbedaan agama seperti Islam, Kristen, Hindu, dan Budha; perbedaan suku seperti suku Sunda, Batak, Minangkabau dan sebagainya; perbedaan marga seperti Simatupang, Simalungun dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan yang ada di masyarakat seringkali menunjukkan lapisan-lapisan yang bertingkat. Lapisan-lapisan yang bertingkat ini disebut dengan stratifikasi sosial. Ukuran yang dipergunakan untuk menggolongkan penduduk dalam lapisan-lapisan tertentu adalah:
                                          a.      Ukuran kekayaan, timbul golongan kaya atau ekonomi kuat; golongan miskin atau ekonomi lemah; dan golongan tengah atau sedang. Pada masyarakat petani,luas pemilikan lahan menjadi ukuran utama timbul tuan tanah, penyewa dan buruh tani. Pada masyarakat industri seringkali tampak dalam kekayaan berupa material seperti luas dan bentuk rumah, mobil, pakaian, dan gaya hidup.
                                          b.      Ukuran kekuasaan, timbul golongan penguasa dan yang dikuasai. Mereka yang termasuk kelompok penguasa menjadi kelompok teratas dan biasa wewenangnya pun menjadi Iebih tinggi.
                                          c.      Ukuran kehormatan; timbul golongan yang berpengaruh dan dihormati dan golongan yang terpengaruh biasanya ukuran ini umumnya terdapat pada masyarakat tradisional, di mana pimpinan informal masyarakat mendapatkan kedudukan yang tinggi di masyarakat, seperti para Kyai, kepala adat dan sebagainya.
                                         d.      Ukuran ilmu pengetahuan: timbul golongan cendekiawan dan masyarakat biasa. Dalam hal ini yang menjadi ukuran adalah kepintaran atau kemampuan menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu, seperti seorang sarjana lebih dihargai daripada yang berpendidikan SMA, atau yang berpendidikan SMA lebih dihargai daripada SD.
Dasar dari pelapisan sosial di atas dapat timbul dan berkembang secara otomatis atau tidak disengaja oleh masyarakat. Selain itu ada pula pelapisan sosial yang memang sengaja dibuat. Misalnya dalam organisasi, perusahaan instansi pemerintah dibuat strata-strata. Ada ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, ketua seksi, dan anggota. Penyusunan ini dibuat dengan maksud:
                                               a.      Mengatur tugas dan wewenang.
                                              b.      untuk mendorong meningkatkan produktivitas karena setiap Individu
                                               c.      ditempatkan pada posisi yang sesuai dengan keterampilan dan keahliannya.
                                              d.      Lebih memudahkan pencapaian tujuan bersama.
Dengan demikian pelapisan sosial selalu berkaitan dengan peranan dan kependudukan seseorang dalam masyarakat. Setiap orang diharapkan berperan sesuai dengan kedudukannya sehingga timbul kerja sama yang saling menguntungkan. Karena itu pula maka pelapisan sosial diperlukan selama hak dan kewajiban setiap orang dalam tiap lapisan diterima secara seimbang dan adil.

Ada dua sifat pelapisan sosial yang berkembang di masyarakat.
1) Bersifat tertutup (closes social stratification) yaitu tiap anggota tidak dimungkinkan untuk pindah lapisan baik ke atas maupun ke bawah, satunya jalan untuk masuk ke dalam lapisan ini adalah melalui kelahiran. Contoh lapisan tertutup ini adalah sistem kasta.
2) Bersifat terbuka (oven social stratification) setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk masuk dan keluar pada tiap lapisan. Contoh berdasarkan kekayaan dan kekuasaan.

2.       Pranata sosial budaya
Pranata sosial berasal dari istilah Inggris social institution Istilah social institution ini diterjemahkan secara berbeda-beda oleh para ahli ilmu sosial di Indonesia, ada yang mengartikannya sebagai lembaga kemasyarakatan (Selo Soemardjan dan Soemardi, 1964; Soerjono Soekanto, 1982), lembaga sosial (Abdul Syani, 1994), pranata sosial (Koentjaraningrat, 1985), dan bangunan sosial. Istilah yang akan digunakan di sini adalah pranata sosial, karena social institution menunjuk pada adanya unsur-unsur yang mengatur perilaku para anggota masyarakat.
 Menurut Koentjaraningrat pranata sosial adalah satu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada. aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan menurut Soerjono Soekanto (dengan menggunakan istilah lembaga kemasyarakatan) adalah himpunan dari norma-norma dari segala tindakan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat. Pranata sosial dalam pengertian ilmu sosial tidaklah sama persis dengan istilah lembaga dalam arti wadah atau badan. Pranata sosial pada dasarnya bermula dari adanya kebutuhan-kebutuhan manusia yang perlu dipenuhi. Pemenuhan-pemenuhan kebutuhan tersebut perlu dalam keteraturan, sehingga akhirnya diperlukan adanya norma-norma yang menjamin keteraturan tersebut.
Norma-norma tersebut akhirnya berkembang menjadi pranata sosial, yang pada dasarnya diciptakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia itu. Kebutuhan manusia sangatlah beraneka ragam, sehingga pranata sosial yang mendukungnya pun beraneka ragam pula. Manusia misalnya mempunyai kebutuhan untuk berkembang biak atau mengembangkan keturunan. Manusia memerlukan aturan dalam menyalurkan: nafsu seks dalam menghasilkan keturunan itu, supaya tidak sama seperti kelakuan binatang. Oleh karena itumanusia membentuk pranata keluarga yang akan mengatur pemenuhan kebutuhan pokoknya itu.
Dalam pranata keluarga maka ada sejumlah norma yangmengaturnya mulai dari kegiatan meminang, melamar, pernikahan, upacara adat,mas kawin, hubungan kekerabatan, dan sebagainya. Manusia juga memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan Tuhannya,maka lahirlah pranata agama. Pranata-pranata yang ada di bidang agama ini misalnya Mesjid, zakat, wakaf, gereja, dan sebagainya. Kebutuhan manusia lainnya, misalnya di bidang pendidikan, maka melahirkan pranata pendidikan yang dapat berwujud dalam bentuk sekolah dasar, sekolah lanjutan, sekolahmenengah, universitas, pondok pesantren, madrasah, dan sebagainya.
Kebutuhan untuk mendapatkan dan mendistribusikan barang (sandang, pangan, jasa, dll) merupakan dasar bagi lahirnya pranata ekonomi. Kebutuhan di bidang politik akan melahirkan pranata politik yang berkaitan dengan pengaturan penggunaan kekuasaan; Pranata politik ini akan berkaitan dengan pranata negara, pemerintah,parlemen, desa dan sebagainya. Dari uraian di atas, anda dapat menemukan beberapa contoh pranata sosial, misalnya : pranata keluarga, pranata agama, pranata ekonomi, pranatapendidikaan pranata politik, dan sebagainya. Banyaknya pranata sosial dalam masyarakat tergantung dari Kompleksitas masyarakat.
Semakin kompleks suatu masyarakat, maka semakin banyak kebutuhannya, berarti semakin banyak pula pranata sosialnya. Apa sebenarnya fungsi pranata sosial itu bagi kehidupan manusia. Pranatapranata sosial yang dibentuk oleh masyarakat dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok manusia, mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:
a.       Memberikan pedoman pada anggota-anggota masyarakat bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat yang bersangkutan.
b.      Menjaga keutuhan dari masyarakat yang bersangkutan.
c.       Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (social control) yaitu sistem pengawasan :dari masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.
3.      Proses sosial budaya
Manusia senantiasa saling berhubungan dengan manusia lain atau melakukan kontak sosial. Hubungan antarindividu yang saling mempengaruhi dalam hal pengetahuan, sikap dan perilaku disebut interaksi sosial. Interaktif sosial dapat terjadi antarindividu, individu dengan kelompok, dan antarkelompok. Dua orang yang saling bercakap-cakap adalah contoh interaksi antara individu dengan individu. Guru sedang mengajar di depan kelas adalah contoh interaksi individu dengan kelompok, sedangkan dua kelompok siswa sedang berdiskusi adalah contoh interaksi kelompok dengan kelompok. Komunikasi tidak selamanya dalam bentuk langsung atau tatap muka (face to face) seperti berbicara atau bersalaman. Ada pula komunikasi tidak langsung yaitu melalui perantara seperti surat, telepon, surat kabar, televisi atau radio. Perantara itu disebut sebagai media komunikasi.
Interaksi sosial dapat Juga terjadi tidak melalui percakapan atau persentuhan badan (bersalaman). misalnya seseorang merokok- dalam bis mengganggu ketenangan hati, sehingga keadaan ini mengundang reaksi orang-orang di sekitarnya dengan cara menutup hidung atau pindah tempat duduk. Jadi interaksi sosial terjadi apabila tindakan atau perilaku seseorang dapat mempengaruhi, mengubah, memperbaiki atau mendorong perilaku, pikiran, perasaan/emosi orang lain. Contoh lain, seseorang menendang batu di jalan atau menginjak tumbuhan, itu belum tindakan sosial karena batu atau tumbuhan tidak dapat bereaksi, tapi apabila batu yang ditendang itu mengenai kepala orang lain, atau tumbuhan yang di injak itu adalah tanaman yang dipelihara orang lain, sehingga marah, itu termasuk tindakan sosial. Seorang guru memarahi seorang murid yang tidak melaksanakan tugas, tindakan guru itu menyentuh dan mempengaruhi perasaan murid sehingga perilakunya berubah. Seorang ibu atau anak menonton film di TV, pengaruh film itu meresap ke dalam pikirannya sehingga terjadi perubahan emosi, sikap, dan perilaku. Semua itu ada lab contoh tindakan sosial. Besar kecilnya pengaruh yang diterima oleh individu tergantung kepada sifat interaksinya. Menurut Astrid Susanto (1977) sifat interaksi sosial itu adalah:
a.       Frekuensi interaksi, makin sering makin kenal dan makinbanyak pengaruhnya;
b.      Keteraturan interaksi, semakin teratur, semakin jelas arahperubahannya;
c.       Ketersebaran interaksi, semakin banyak dan tersebar, semakin banyak yang dipengaruhinya;
d.      Keseimbangan interaksi, semakin seimbang posisi kedua belah pihak yang berinteraksi semakin besar pengaruhnya;
e.       Langsung tidaknya interaksi, bila interaksi bersifat langsung kedua pihak, bersifat aktif, maka pengaruhnya semakin besar.
Bila proses interaksi terus berlanjut sehingga menimbulkan perubahannya perubahan dalam struktur masyarakat, maka dapat menimbulkan proses sosial. Dan bila proses sosial inipun terus berlanjut dapat menyebabkan, perubahan sosial dan perubahan kebudayaan. Contoh seorang dokter yang berlatarbelakang budaya kota ditempatkan di sebuah desa. Dokter dan warga desa, berinteraksi, saling menyesuaikan diri. Dokter terus berkomunikasi secara langsung baik per orang maupun per kelompok.
 Karena intensifnya komunikasi itu, Ia ma kelamaan terjadi perubahan kebiasaan di antara keduanya. Misalnya petani menjadi lebih tahu: tentang cara hidup sehat. Perilakunya pun berubah misalnya membuang sampah pada tempatnya, mandi 2 kali sehari, makan makanan yang bergizi berobat ke Puskesmas, anaknya disekolahkan dan sebagainya. Sekarang warga desa merasa membutuhkan MCK, membutuhkan sarana kesehatan seperti: Puskesmas, Posyandu, dan BKIA. membutuhkan sarana pendidikan; listrik; jalan, dan peralatan lainnya. Sebaliknya dokter pun mengalami perubahan perilaku misalnya tahu tentang cara bercocok tanam, senang berkebun, berpakaian sederhana seperti orang desa, hidup bergotong-royong, dan mahir memainkan kesenian tradisional yang ada di desa.Interaksi yang bersifat seimbang, terjadi antara dua individu yang posisinya sama atau setingkat seperti teman sekolah dan teman sepermainan akan Iebih besar pengaruh yang diterima oleh kedua belah pihak.
      Menurut Soerjono Soekanto (1982: 58) suatu interaksi sosial hanya bisa terjadi jika memenuhi dua syarat, yaitu adanya :
1.      Kontak sosial
            Hubungan antara satu pihak dan pihak lain yang merupakan awal terjadinya interaksi sosial.
2.      Komunikasi
            Proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang tertentu.

                        Kontak sosial memang terjadi, tetapi tidak terjadi komunikasi. Kontak tanpa komunikasi tidak mempunyai arti apa-apa. Oleh karena itu syarat kedua dari interaksi sosial adalah adanya komunikasi. Suatu komunikasi terjadi apabila seseorang memberikan tafsiran pada perikelakuan orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerik jasmaniah atau sikap)bdan perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.

                        Proses sosial yang timbul akibat adanya interaksi soasial bisa terjadi dalam berbagai bentuk.Soerjono Soekanto (1982 : 64 )  mengemukakan adanya dua macam proses sosial,yaitu:
1).Proses yang asosiatif (processes of association) yang terbagi ke dalam bentuk                khusus lagi yaitu :
    a.kerjasama
    b.akomodasi
    c.asimilasi
2).proses yang disosiatif (processes of dissociation ) yang mencakup :
    a.persaingan
    b.contravention
    c.pertentangan atau pertikaian (conflict)
            Proses-proses sosial yang asosiatif terjadi apabila orang-perorang atau satu kelompok melakukan interaksiu sosial yang memiliki kesamaan atau keserasian pandangan dan tindakan sehingga mengarah kepada kesatuan. Proses sosial yang mengarah kepada kesatuan ini bisa dalam bentuk kerjasama, akomodasi, dan asimilasi.
-Kerjasama (cooporation) adalah suatu bentuk proses sosial dimana didalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersanma dengan saling membantu dan saling memahami terhadap  aktivitas masing-masing.
-Akomodasi adalah usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan, yaitu usaha-usaha mencapai kestabilan.
-Asimilasi adalah suatu proses sosial ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.
            Seperti halnya proses-proses sosial yang asosiatif, maka proses-proses disosiatif pun dapat ditentukan pada setiap masyarakat. Proses disosiatif ini terwujud dalam bentuk persaingan atau kompetisi (competition), kontravensi (contravention), dan pertentangan atau pertikaian (conflict)
            -Persainagan adalah suatu proses orang perorangan atau kelompok-kelompok yang bersaing mencari keuntungan untuk mencapai tujuan tertentu tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan
            -Kontravensi adalah proses sosial yang di tandai dengan gejala-gejala adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang atau suatu kelompok.
            -Pertikaian atau konflik adalah bentuk persaingan yang berkembang secara negatif, artinya satu pihak bermaksud untuk mencelakakan atau paling tidak berusaha untuk menyingkirkan pihak lainnya.

Interaksi sosial dapat menimbulkan:
                                     a.       Kerja sama (cooperation);
                                     b.      Persaingan (competition);
                                     c.      Pertikaian (conflict).
Kerja sama terjadi bila individu atau kelompok mempunyai kesadaran akan tujuan yang sama, sehingga timbul aktivitas yang saling menunjang, membantu untuk bersama-sama mencapai tujuan.
Ada 3 bentuk kerja sama yaitu:
                                 a.      Bergantung yaitu perjanjian pertukaran barang atau jasa;
                                b.      Cooptation yaitu penerimaan unsur-unsur baru sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya keguncangan atau ketidakstabilan;
                                 c.      Coalition yaitu penggabungan dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama.
Bila dua kelompok yang berbeda kebudayaannya saling berbaur menjadi satu kesatuan hingga menghasilkan kebudayaan baru yang berbeda dengan kebudayaan aslinya disebut asimilasi, contoh asimilasi adalah perkawinan campuran dua suku yang berbeda menghasilkan satu kebudayaan yang baru dan khas. Bila dua kelompok yang berbeda budaya saling bertemu dan melakukan kontak sosial yang intensif, sehingga terjadi pembaruan tanpa menghilangkan ciri kebudayaan aslinya disebut dengan akulturasi. Contoh datangnya pengaruh Hindu, Budha, dan Islam ke Indonesia berbaur dengan kepercayaan asli. Persaingan adalah proses sosial di mana dua individu atau kelompok berusaha mencari sesuatu yang menjadi pusat perhatian masyarakat tanpa kekerasan atau ancaman. Misalnya dua orang siswa sama-sama memusatkan perhatian untuk memperoleh nilai IPS tertinggi.
Pertikaian atau konflik adalah pertentangan antara individu atau kelompok, baik yang terlihat dengan jelas dan terbuka (misalnya dalam bentuk perkelahian) maupun tidak (misalnya hanya dalam sikap). Usaha untuk mencegah mengurangi. menghindari dan menghentikan pertentangan disebut akomodasi. Akomodasi dapat melalui paksaan (coercion) seperti dua murid yang berkelahi diancam akan dikeluarkan kalau terus berkelahi; saling mengurangi perbedaan yang membuat mereka berselisih (compromise); mempergunakan pihak ketiga sebagai wasit yang netral (mediation); menyelesaikan pertikaian melalui pihak ketiga yang statusnya lebih tinggi (arbitration); mempertemukan pihak yang berselisih untuk mencapai suatu persetujuan bersama (conciliation), menyadari untuk menghindari pertikaian (toleransi); menyadari akan adanya kekuatan yang seimbang sehingga kalau diteruskan tidak akan ada yang menang dan kalah (stalemate) dalam penyelesaian perkara melalui pengadilan (adjudication).
           

















BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN

            Setiap orang dilahirkan sebagai makhluk individu. Individu merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyebut suatu kesatuan yang paling kecil. Individu sering digunakan sebutan “orang seorang” atau “manusia perseorangan” sebagai individu, manusia merupakan suatu sistem yang terdiri atas subsistem jasmani dan subsistem rohani. Jadi individu adalah satu kesatuan utuh antara jasmani dan rohani. Setiap individu mempunyai ciri khas dan kebutuhan yang tersendiri.
            Dalam memenuhi kebutuhan tersebut, setiap individu membutuhkan individu lain. Karena itulah individu selalu hidup berkelompok membentuk masyarakat. Masyarakat adalah sejumlah orang yang hidup dalam suatu daerah saling berhubungan dan terikat satu sama lain, sehingga memiliki rasa solidaritas dan menghasilkan kebudayaan. Setiap individu dalam masyarakat mempunyai peran dan kedudukan yang berbeda. Setiap individu diharapkan dapat berperan sesuai dengan kedudukannya sehingga tercipta ketertiban, kenyamanan, kestabilan hidup bermasyarakat, yang akhirnya tujuan bersama dapat tercapai. Dalam setiap masyarakat selalu ada nilai, moral dan norma yang dianut dan dipatuhi. Bagi Bangsa Indonesia, Pancasila adalah sumber nilai, sumber moral dan merupakan seperangkat norma yang harus menjadi pedoman bagi setiap individu dalam bersikap, berperilaku, dalam bermasyarakat dan bernegara. Pancasila mengandung nilai Ketuhanan, kemanusiaan, kebenaran, kebaikan, dan keindahan hidup bermasyarakat. Pancasila menuntut dan mengarahkan hidup setiap penduduk Indonesia untuk memiliki keseimbangan, keserasian, keharmonisan hubungan antara individu dengan Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta, individu dengan individu dan individu dengan individu dalam kelompok masyarakatnya.

B.SARAN
           
            Mengingat keterbatasan sumber literatur penulis, maka untuk keakuratan data sejarah yang diperoleh, disarankan kepada pembaca juga memiliki sumber literatur lain yang lebih valid, di luar sumber bacaan dari internet yang belum dapat divalidasi seluruhnya.

           


















DAFTAR PUSTAKA


Samlawi, Faqih. 2001. Konsep Dasar IPS. Bandung: CV.Maulana.
Maftuh, Bunyamin. 2001. Konsep Dasar IPS. Bandung:CV.Maulana.
Rahmat dan M. Halimi (1996), Penuntun Belajar Tata Negara untuk SMU,
Bandung, Ganeca Exact.
Sumaatmadja, Nursid. 2006. Konsep dasar IPS. Jakarta:Universitas terbuka.

(Kamis,4 September 2014; 17:39)


0 komentar:

Posting Komentar

 
;