MAKALAH
Perjuangan Bangsa Indonesia untuk Mencapai Kemerdekaan
Pada Masa Penjajahan Jepang
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masa
pendudukan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada
tanggal 17 Agustus 1945seiring dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh
Soekarno dan M. Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Pada
Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh Nazi Jerman.
Hindia-Belanda mengumumkan keadaan siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk
Jepang ke Amerika Serikat dan Inggris. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan
untuk mengamankan persediaan bahan bakar pesawat gagal di Juni 1941, dan Jepang
memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan Desember tahun itu. Di bulan yang
sama, fraksi dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi
terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir dikalahkan Jepang
pada Maret 1942.
Pada
Juli 1942, Soekarno menerima tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye publik
dan membentuk pemerintahan yang juga dapat memberikan jawaban terhadap
kebutuhan militer Jepang. Soekarno, Mohammad Hatta, dan para Kyai didekorasi oleh
Kaisar Jepang pada tahun 1943. Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang di
Indonesia sangat bervariasi, tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi
yang tinggal di daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami
siksaan, terlibat perbudakan seks, penahanan sembarang dan hukuman mati, dan kejahatan perang lainnya.
Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan target sasaran dalam
penguasaan Jepang. Jepang membentuk persiapan kemerdekaan yaitu BPUPKI (Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau 独立準備調査会 (Dokuritsu
junbi chōsa-kai) dalam bahasa Jepang. Badan ini bertugas membentuk
persiapan-persiapan pra-kemerdekaan dan membuat dasar negara dan digantikan
oleh PPKI yang bertugas menyiapkan kemerdekaan.
1.2. Rumusan
Masalah
1.2.1. Bagaimanakah keadaan bangsa Indonesia di jaman
penjajahan Jepang?
1.2.2. Kebijakan apa sajakah yang diberlukan Jepang di
Indonesia pada masa jajahannya?
1.2.3. Bagaimanakah usaha perlawanan Indonesia terhadap
penjajah Jepang?
1.3. Tujuan
1.3.1. Dapat menjelaskan keadaan bangsa Indonesia di jaman
penjajahan Jepang.
1.3.2. Dapat menjelaskan kebijakan yang diberlakukan Jepang
di Indonesia pada masa jajahannya.
1.3.3. Dapat menjelaskan usaha perlawanan Indonesia terhadap
penjajah Jepang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pendudukan
Jepang di Indonesia
Dalam
catatan sejarah, pada tahun 1868, Jepang mulai tumbuh dan berkembang menjadi
negara modern. Hal itu terjadi tepatnya setelah Restorasi Meiji. Pada tahun
1867, Pangeran Matsuhito dinobatkan sebagai kaisar Jepang dan bergelar Meiji
Tenno (1867-1912). Kaisar Meiji
merupakan motor penggerak pembaruan negara Jepang dalam segala bidang. Pembaruan itu berhasil dengan
sangat menakjubkan. Dalam melaksanakan
pembaruan-pembaruan, agar setara dengan Negara-negara barat pemerintahan Meiji
memerlukan pengetahuan teknik Barat dengan melaksanakan kebijakan-kebijakan
sebagai berikut :
·
Banyak ahli-ahli Barat didatangkan ke
Jepang dengan gaji besar. Teknologi yang diserap disesuaikan dengan kondisi
atau keperluan bangsa Jepang.
·
Meletakkan dasar-dasar untuk pembangunan
perindustrian modern.
·
Pemerintah dimodernisasi dengan
mengambil model Barat abad ke-19. Kementrian kementerian dibentuk, misalnya:
kementerian keuangan, kementerian angkatan darat, kementerian angkatan laut,
dan kementerian pendidikan umum.
·
Sistem peradilan dan hukum yang modern
mengikuti model Perancis dan Jerman.
·
Jepang menciptakan sistem perbankan,
jaringan telegraf dan jalan kereta api mulai dibangun.
Dalam
waktu kira-kira 10 tahun setelah restorasi, proses pembaruan di Jepang telah
berjalan dengan pesat. Kesuksesan
khususnya dalam bidang industri inilah yang mendorong Jepang menjadi negara
imperialis, karena tuntutan mendasar untuk memenuhi kebutuhan akan bahan mentah
dan pemasaran hasil industrinya. Faktor lain yang ikut mendorong Jepang
menjalankan politik imperialisme adalah: Ajaran Hokho-Ichiu dalam Shintoisme
yang mengajarkan tentang kesatuan keluarga umat manusia. ( ini alasan idiil )
Sebagai bangsa yang telah maju, Jepang mempunyai kewajiban untuk mempersatukan
dan memajukan bangsa-bangsa
di dunia.
2.2.
Kedatangan
Jepang di Indonesia
Di
Indonesia, tentara Jepang masuk di awali dengan menguasai Tarakan selanjutnya
menguasai Balikpapan, Pontianak, Banjarmasin, Palembang, Batavia (Jakarta),
Bogor terus ke Subang, dan terakhir Kalijati. Pada tanggal 8 Maret 1942,
Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer (Gubernur Jenderal Belanda), Letnan
Jenderal Ter Poorten (Panglima tentara Hindia Belanda), serta pejabat tinggi
militer dan seorang penerjemah pergi ke Kalijati. Dari pihak Jepang hadir
Letnan Jenderal Imamura. Dalam pertemuan itu, Belanda menyerah tanpa syarat
kepada Jepang. Dengan demikian, secara resmi masa penjajahan Belanda di
Indonesia berakhir.
Dalam
waktu yang singkat Indonesia telah jatuh ke tangan Jepang. Jepang mendarat di indonesia pertama kalinya pada tanggal 10 Januari 1942
di Kalimantan dan Sulawesi.
Kedatangan Jepang ke Indonesia disambut gembira oleh para
pejuang kemerdekaan waktu itu, karena telah dirasa berhasil mengusir bangsa
Belanda dari Indonesia
dan di anggap saudara tua Asia.
Tujuan
utama pendudukan Jepang atas Indonesia adalah:
·
Menjadikan Indonesia sebagai daerah
penghasil dan penyuplai bahan mentah dan bahan bakar bagi kepentingan industri
Jepang.
·
Menjadikan Indonesia sebagai tempat pemasaran
hasil industri Jepang karena jumlah penduduk Indonesia sangat banyak.
·
Menjadikan Indonesia sebagai tempat
untuk mendapatkan tenaga buruh yang banyak dengan upah yang relatif murah.
Maka untuk mewujudkan
tujuan-tujuan tersebut Jepang mempunyai banyak akal untuk
membuat bangsa Indonesia takluk,
seperti
membuat semboyan 3A yaitu : Jepang
Pemimpin Asia, Jepang Cahaya Asia, dan Jepang Pelindung Asia. Akal selanjutnya yang dilakukan
Jepang untuk menarik simpati rakyat Indonesia dengan membuat propaganda sebagai
berikut :
1. Menganggap
Jepang sebagai saudara tua bangsa Asia (Hakko Ichiu)
2. Melancarkan
simpati lewat pendidikan berbentuk beasiswa pelajar.
3. Menarik
simpati organisasi Islam MIAI.
4. Melancarkan
politik dumping
5. Mengajak
untuk bergabung tokoh-tokoh perjuangan Nasional seperti: Ir. Soekarno, Drs. M.
Hatta serta Sutan Syahrir, dengan cara membebaskan tokoh tersebut dari
penahanan Belanda.
6. Menjanjikan
kemudahan bagi bangsa Indonesia, seperti janji menunaikan ibadah haji, dan menjual barang dengan harga murah.
7. Memperkenankan
pengibaran bendera merah putih bersama bendera Jepang Hinomaru.
8. Rakyat
Indonesia boleh menyanyikan lagu “Indonesia Raya” bersama lagu kebangsaan
Jepang “Kimigayo”.
Tindakan
nyata yang dilakukan Jepang kepada Indonesia untuk menarik simpati rakyat
Indonesia antara
lain:
1. Jawa
Hokokai (Himpunan kebaktian Jawa) merupakan organisasi sentral dan terdiri dari
berbagai macam profesi (dokter, pendidik, kebaktian wanita pusat dan
perusahaan).
2. Putera
(Pusat Tenaga Rakyat) dengan tujuan membujuk kaum Nasionalis sekuler dan
intelektual agar menyerahkan tenaga dan pikirannya untuk mengabdi kepada
Jepang.
Itulah usaha yang dilakukan Jepang
dalam menarik simpati bangsa
Indonesia. Namun,
bukan
kemerdekaan dan kesejahteraan yang didapat bangsa Indonesia. Situasi penjajahan
sama sekali tidak
berubah. Hanya saja kini
yang menjajah Indonesia adalah Jepang.
Selanjutnya, Jepang melakukan invasi ke seluruh
wilayah Indonesia dan pada tahun 1942. Maka, kebahagiaan itu tak berlangsung lama, Jepang yang
memiliki tujuan awal ingin mengeruk sumber-sumber kekayaan
alam yang startegis
di Indonesia, bersikap kejam
melebihi Bangsa Belanda terhadap rakyat Indonesia. Pada tahun itu, bangsa Jepang
segera melakukan banyak perbudakan bagi bangsa Indonesia.
2.3.
Kebijakan Pemerintah Jepang di Indonesia
a. Sistem
Pemerintahan.
Pada zaman Jepang
Indonesia diperintah oleh tiga pemerintahan militer. Struktur pemerintahan
militer Jepang itu adalah sebagai berikut.
1. Tentara
XVI (Rikugun/Angkatan Darat) memerintah atas wilayah Jawa dan Madura yang berpusat
di Jakarta.
2. Tentara
XXV (Rikugun /Angkatan Darat) memerintah atas wilayah Sumatra yang berpusat di
Bukittinggi.
3. Armada
Selatan II (kaigun/Angkatan Laut) memerintah atas wilayah Kalimantan, Sulawesi,
Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua berpusat di Makassar.
Pemerintahan pada wilayah masing-masing
tersebut dipimpin oleh kepala staf tentara/armada dengan gelar gunseikan
(kepala pemerintahan militer) dan staf pemerintahan militer disebut
gunseikanbu.
b. Organisasi
dan Perkumpulan
Organisasi
dan perkumpulan yang didirikan pemerintah Jepang di antaranya adalah yaitu :
1. Gerakan
Tiga A
Gerakan
Tiga A didirikan pada bulan April 1942. Kantor propaganda Jepang mendirikan
Gerakan ini dengan semboyannya: Nippon Pemimpin Asia, Nippon Pelindung Asia,
dan Nippon Cahaya Asia.
2. Pusat
Tenaga Rakyat (Putera)
Ketidaksuksesan
gerakan Tiga A membuat Jepang mencari bentuk lain untuk dapat menarik simpati
rakyat. Upaya yang dilakukan adalah menawarkan kerjasama dengan para pemimpin
indonesia untuk membentuk “Putera”, melalui Putera diharapkan para pemimpin
nasional dapat membujuk kaum Nasionalis sekuler dan intelektual untuk
mengabdikan pikiran dan tenaganya demi kepentingan perang melawan Sekutu.Organiasi
ini dibentuk untuk mengganti Gerakan Tiga A. Gerakan yang didirikan pada
tanggal 1 Maret 1943 ini dipimpin oleh empat serangkai, yakni Soekarno,
Mohammad Hatta, K.H. Mas Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara. Bagi Jepang.
3. Jawa
Hokokai
Pada
tanggal 1 Januari 1944 Putera diganti dengan organisasi Jawa Hokokai (Gerakan Kebaktian Jawa). Tujuannya
adalah untuk menghimpun kekuatan rakyat dan digalang kebaktiannya. Di dalam
tradisi Jepang, kebaktian ini memiliki tiga dasar, yakni pengorbanan diri,
mempertebalpersaudaraan, dan melaksanakan sesuatu dengan bakti. Tiga hal inilah
yang dituntut dari rakyat Indonesia oleh pemerintah Jepang.. Organisasi ini
dibentuk karena semakin menghebatnya perang di Asia dan Pasifik. Kebaktian itu
memiliki tiga dasar, yaitu: mengorbankan diri, mempertebal persaudaraan, dan
melaksanakan tugas untuk Jepang.
4. MIAI
MIAI
adalah singkatan dari Majelis Islam A’la Indonesia. MIAI secara resmi didirikan
pada tahun 1937 di Surabaya. Pemimpin MIAI pertama adalah K.H. Mas Mansyur dan
Wondoamiseno. MIAI adalah organisasi resmi umat Islam yang anti
Barat. Kegiatannya terbatas pada pembentukan baitul mal (badan amal) dan
menyelenggarakan peringatan hari-hari besar keagamaan. MIAI diganti namanya
menjadi Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) yang disahkan oleh gunseikan
pada tanggal 22 Nopember 1943 dengan K.H. Hasyim Asy'ari sebagai ketuanya.
5. Pengerakan
pemuda
Jepang
menyadari perlunya bantuan penduduk setempat dalam rangka mempertahankan
kedudukannya di kawasan Asia. Pada bulan April 1943, pemerintah militer Jepang
secara intensif mulai mengorganisir barisan pemuda. Barisan pemuda ini berciri
semi militer maupun militer. Jepang ingin mendidik dan melatih para pemuda agar mampu
mempertahankan tanah air Indonesia dari serangan pasukan Sekutu walaupun sebenarnya niat terselubungnya adalah untuk
mempertahankan kedudukan Jepang di kawasan Asia. Berbagai
barisan pemuda yang berbentuk semi militer, antara lain yaitu :
Ø Seinendan merupakan organisasi barisan pemuda
yang dibentuk tanggal 9 Maret 1943. Tujuannya adalah mendidik dan melatih para
pemuda agar dapat mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri.
Ø Fujinkai
merupakan organisasi yang menghimpun kaum wanita untuk diberi latihan-latihan
militer.
Ø Keibodan
adalah organisasi barisan pembantu polisi.
Sedangkan barisan pemuda
yang berbentuk militer yaitu meliputi :
o
Heiho adalah organisasi prajurit pembantu
Jepang. Heiho dibentuk pada bulan April 1943. Organisasi ini memberi kesempatan
kepada pemuda Indonesia untuk menjadi prajurit Jepang (baik angkatan darat
maupun angkatan laut).
o
PETA
(Pembela Tanah Air) didirikan pada tanggal 3 Oktober 1945. Pembentukan PETA ini
juga sesuai dengan tuntutan perang yang semakin mendesak.
6. Pengerahan
tenaga kerja.
Jepang
juga membutuhkan bantuan tenaga untuk membangun sarana pendukung perang, antara lain
kubu pertahanan, jalan raya, rel kereta
api, jembatan, dan lapangan udara. Oleh karena itu, Jepang membutuhkan banyak
tenaga kerja. Pengerahan tenaga kerja itu disebut romusha.
7. Eksploitasi
sumber kekayaan yang
dilakukan pemerintah pendudukan Jepang adalah:
Ø menyita
perkebunan-perkebunan milik Belanda dan berbagai fasilitas vital lainnya,
seperti perusahaan listrik, telekomunikasi, transportasi, dan lain-lain.
Ø rakyat
dipaksa untuk bekerja di perkebunan yang memberikan hasil bumi menguntungkan
demi membiayai perang.
Ø Rakyat
juga diwajibkan menyetor padi, jagung, dan ternak dalam jumlah besar, demi
memenuhi kebutuhan logistik di medan perang
Ø Menanam
pohon jarak untuk diambil minyaknya dan diproduksi sebagai pelumas mesin-mesin
perang.
2.4.
Bentuk Perlawanan Terhadap Jepang
Diantaranya bentuk perlawanan
terhadap Jepang oleh bangsa Indonesia adalah dilakukan dengan cara
kooperatif, gerakan bawah tanah, dan angkat senjata.
1. Perjuangan Kooperatif (Kerjasama)
Sejumlah tokoh nasionalis Indonesia banyak yang menggunakan
kesempatan pendudukan Jepang untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Banyak di
antara mereka yang menduduki jabatan- jabatan penting dalam lembaga-lembaga
yang dibentuk Jepang. Misalnya saja melalui Putera, para pemimpin Indonesia dapat
berhubungan dengan rakyat secara langsung, baik melalui rapat-rapat maupun media
massa milik Jepang. Tokoh-tokoh Putera memanfaatkan organisasi-organisasi itu
untuk menggembleng mental dan membangkitkan semangat nasionalisme serta
menumbuhkan rasa percaya diri serta harga diri sebagai bangsa.
Mereka selalu menekankan pentingnya persatuan,
pentingnya memupuk terus menerus semangat cinta tanah air, dan harus lebih memperhebat semangat anti imperialisme-kolonialisme.
Organisasi Putera mendapat sambutan yang hangat dari seluruh rakyat. Namun,
karena Putera nyatanya bermanfaat bagi bangsa Indonesia, pemerintah Jepang
akhirnya membubarkannya pada April 1944.
Selain melalui Putera, para pemimpin pergerakan juga
berjuang melalui Badan Pertimbangan Pusat atau Cou Sangi In yang
dibentuk Jepang pada 5 September 1943. Badan ini beranggotakan 43 orang dan
diketuai oleh Ir. Soekarno. Dalam sidangnya pada 20 Oktober 1943, Cuo
Sangi In menetapkan bahwa agar Jepang menang dalam perang, perlu
dikerahkan segala potensi dan produksi dari rakyat Indonesia.
Untuk melaksanakan ketetapan itu dibentuklah berbagai
kesatuan pemuda, sebagai wadah penggemblengan mental dan semangat juang agar
mereka menjadi tenaga-tenaga pejuang yang militan. Berbagai kesatuan pemuda
yang berhasil dibentuk antara lain: Seinendan (Barisan
Pemuda), Keibodan (Barisan Pembantu Polisi), Seisyintai (Barisan
Pelopor), Gakutotai(Barisan Pelajar), dan Fujinkai (Barisan
Wanita). Pada saat penggemblengan mental itulah Ir. Soekarno selalu menyisipkan
penanaman jiwa dan semangat nasionalisme, pentingnya persatuan dan kesatuan
serta keberanian berjuang dengan resiko apa pun untuk menuju Indonesia merdeka.
Dengan demikian, kebijakan pemerintah Jepang dimanfaatkan oleh tokoh-tokoh
nasional untuk perjuangan. Para pemimpin Indonesia memanfaatkan organisasi ini
untuk memupuk rasa persatuan dan kesatuan. Jelas sekali, para pemimpin
Indonesia tidak bodoh untuk dibohongi oleh Jepang.
2.
Perjuangan Bawah Tanah
Perjuangan bawah tanah adalah perjuangan yang
dilakukan secara tertutup dan rahasia. Perjuangan bawah tanah ini dilakukan
oleh para tokoh nasionalis yang bekerja pada instansi-instansi pemerintahan
buatan Jepang. Jadi, di balik kepatuhannya terhadap Jepang, tersembunyi
kegiatan-kegiatan yang bertujuan menghimpun dan mempersatukan rakyat untuk
meneruskan perjuang untuk mecapai Indonesia merdeka.
Perjuangan bawah tanah ini tersebar di berbagai
tempat: Jakarta, Semarang, Bandung, Surabaya, serta Medan. Di Jakarta terdapat
beberapa kelompok yang melakukan perjuangan model ini. Antara kelompok
perjuangan yang satu dengan kelompok perjuangan yang lain, selalu terjadi
kontak hubungan. Kelompok-kelompok perjuang tersebut, antara lain:
a.
Kelompok
Sukarni
Sukarni adalah tokoh pergerakan pada zaman Hindia
Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, ia bekerja di Sendenbu (Barisan
Propaganda Jepang) bersama-sama dengan Muhammad Yamin. Sukarni menghimpun
tokoh-tokoh pergerakan yang lain, antara lain: Adam Malik, Kusnaeni, Pandu Wiguna, dan Maruto Nitimiharjo. Gerakan yang
dilakukan kelompok Sukarni adalah menyebarluaskan cita-cita kemerdekaan,
menghimpun orang-orang yang berjiwa revolusioner, dan mengungkapkan kebohongan-kebohongan
yang dilakukan oleh Jepang.
Sebagai pegawai Sendenbu, Sukarni bebas
mengunjungi asrama Peta (Pembela Tanah Air) yang tersebar di seluruh Jawa.
Karena itu, Sukarni mengetahui seberapa besar kekuatan revolusioner yang
anti-Jepang. Untuk menutupi gerakannya, kelompok Sukarni mendirikan asrama
politik, yang diberi nama “Angkatan
Baru Indonesia” yang didukung Sendenbu. Di dalam asrama ini
terkumpul para tokoh pergerakan antara lain: Ir. Sukarno, Mohammad
Hatta, Ahmad Subarjo,
dan Sunarya yang
bertugas mendidik para pemuda tantang masalah politik dan pengetahuan umum.
b.
Kelompok
Ahmad Subarjo
Ahmad Subarjo pada masa pendudukan Jepang menjabat sebagai Kepala Biro Riset Kaigun
Bukanfu (Kantor Penghubung Angkatan Laut) di Jakarta. Ahmad Subarjo
berusaha menghimpun tokoh-tokoh bangsa Indonesia yang bekerja dalam Angkatan
Laut Jepang. Atas dorongan dari kelompok Ahmad Subarjo, Angkatan Laut berhasil
mendirikan asrama pemuda yang bernama “Asrama
Indonesia Merdeka”. Di Asrama Indonesia Merdeka inilah para pemimpin
bangsa Indonesia memberikan pelajaran-pelajaran guna menanamkan semangat
nasionalisme kepada para pemuda Indonesia.
c.
Kelompok
Sutan Syahrir
Sutan Syahrir merupakan tokoh besar pergerakan nasional, yang pada zaman Hindia Belanda
tahun 1935 dibuang ke Boven Digul di Irian Jaya, kemudian dipindahkan ke Banda
Neira dan terakhir ke Sukabumi. Pada masa pendudukan Jepang, Syahrir berjuang
diam-diam dengan cara menghimpun teman-teman sekolahnya dulu dan rekan-rekan
seorganisasi pada zaman Hindia Belanda. Terbentuklah satu kelompok rahasia
yaitu Kelompok Syahrir.
Dalam perjuangannya, Syahrir juga menjalin hubungan
dengan pemimpin-pemimpin bangsa yang terpaksa bekerja sama dengan Jepang. Di
samping itu, hubungan kelompok Syahrir dengan kelompok perjuangan yang lain
berjalan cukup baik. Karena gerak langkah Syahrir dicurigai Jepang, untuk
menghilangkan kecurigaan pihak Jepang Syahrir bersedia memberi pelajaran di
Asrama Indonesia Merdeka milik Angkatan Laut Jepang (Kaigun), bersama
dengan Ir. Sukarno, Mohammad Hatta, Ahmad Subarjo, dan Iwa Kusumasumantri.
d.
Kelompok
Pemuda
Kelompok Pemuda pada masa Jepang mendapat perhatian
khusus dari pemerintah Jepang. Jepang berusaha memengaruhi para pemuda
Indoensia dengan propaganda yang menarik. Dengan demikian, nantinya para pemuda
Indonesia merupakan alat yang ampuh guna menjalankan kepentingan Jepang. Jepang
menanamkan pengaruhnya pada para pemuda Indonesia melalui kursus-kursus dan
lembaga-lembaga yang sudah ada sejak zaman Hindia Belanda.
Jepang mendukung berdirinya kursus-kursus yang
diadakan dalam asrama-asrama, misalnya di Asrama Angkatan Baru Indonesia yang
terdapat Sendenbu dan Asrama Indonesia Merdeka yang didirikan
Angkatan Laut Jepang. Namun, pemuda Indonesia baik pelajar maupun mahasiswa
tidak gampang termakan oleh propaganda Jepang. Mereka menyadari bahwa
imperialisme yang dilakukan oleh Jepang pada hakikatnya sama dengan
imperialisme bangsa Barat.
Pada masa itu, di Jakarta terdapat 2 kelompok pemuda
yang aktif berjuang, yakni yang terhimpun dalam asrama Ika
Daikagu (Sekolah Tinggi Kedokteran) dan kelompok pemuda yang terhimpun
dalam Badan Permusyawaratan/Perwakilan Pelajar Indonesia (Baperpri). Kelompok
terpelajar tersebut mempunyai ikatan organisasi yang bernama Persatuan Mahasiswa. Organisasi ini merupakan wadah untuk menyusun aksi-aksi terhadap penguasa
Jepang dan menyusun pertemuan-pertemuan dengan para pemimpin bangsa. Dalam
perjuangannya, kelompok pemuda juga selalu berhubungan dengan kelompok-kelompok
yang lain, yaitu kelompok Sukarni, kelompok Ahmad Subarjo, dan Kelompok
Syahrir. Tokoh-tokoh Kelompok Pemuda yang terkenal antara lain: Chaerul Saleh, Darwis. Johar Nur, Eri Sadewo, E.A. Ratulangi, dan Syarif Thayeb.
3.
Perlawanan Angkat Senjata
Perlakuan Jepang yang tak berperikemanusian
menimbulkan reaksi dan perlawanan dari rakyat Indonesia di berbagai wilayah.
Kebencian ini bertambah ketika di beberapa tempat, Jepang menghina aspek-aspek
keagamaan. Berikut ini beberapa perlawanan rakyat pada masa penjajahan Jepang.
a.
Perlawanan
di Cot Plieng, Aceh
Perlawanan di Aceh ini dipimpin oleh Tengku Abdul Djalil, seorang ulama
pemuda. Pada 10 November 1942, tentara Jepang menyerang Cot Plieng pada saat
rakyat sedang melaksanakan shalat subuh. Penyerangan pagi buta ini akhirnya dapat
digagalkan oleh rakyat dengan menggunakan senjata kelewang, pedang, dan
rencong.
Begitupun dengan dengan serangan kedua, tentara Jepang
berhasil dipukul mundur. Namun pada serangan yang ketiga, pasukan Teungku Abdul
Jalil dapat dikalahkan Jepang. Peperangan ini telah merenggut 90 tentara Jepang
dan sekitar 3.000 masyarakat Cot Plieng.
b.
Perlawanan
di Tasikmalaya, Jawa Barat
Perlawanan di Singaparna, Tasikmalaya, ini dipimpin
oleh Kyai Haji Zaenal Mustofa.
Perlawanan ini terkait dengan tidak bersedianya K.H. Zaenal Mustofa untuk
melakukan Seikeirei, memberikan penghormatan kepada Kaisar Jepang. Dalam
pandangan Zaenal Mustofa, membungkuk seperti itu sama saja dengan memberikan
penghormatan lebih kepada matahari, sementara dalam hukum Islam hal tersebut
terlarang karena dianggap menyekutukan Tuhan.
Pemerintahan Jepang kemudian mengutus seseorang untuk
menangkapnya. Namun utusan tersebut tidak berhasil karena dihadang rakyat.
Dalam keadaan luka, perwakilan Jepang tersebut memberitahukan peristiwa
tersebut kepada pimpinannya di Tasiklamalaya. Karena tersinggung, Jepang pada
25 Februari 1944 menyerang Singaparna pada siang hari setelah shalat Jumat.
Dalam pertempuran tersebut Zaenal Mustofa berhasil ditangkap dan kemudian
diasingkan ke Jakarta hingga wafatnya. Jenazahnya dikuburkan di daerah Ancol,
dan kemudian dipindahkan ke Tasikmalaya.
c.
Perlawanan
Perwira PETA di Blitar
Perlawanan sejumlah perwira Pembela Tanah Air (Peta)
di Blitar terjadi pada 14 Februari 1945 yang dipimpin oleh Syudanco Supriyadi. Ia adalah seorang syodanco (komandan
peleton) PETA. Perlawanan Supriyadi ini disebabkan karena tidak tahan lagi
melihat kesengsaraan rakyat yang mati karena romusha. Namun
perlawanan tersebut dapat diredam oleh Jepang.
Perlawanan ini tampaknya tidak direncanakan dengan
matang sehingga mudah untuk digagalkan. Akhirnya para anggota PETA yang terlibat
perlawanan diadili di Mahkamah Militer Jepang. Orang yang berhasil membunuh
Jepang langsung dijatuhi hukuman mati, antara lain: dr. Ismangil, Muradi, Suparyono, Halir
Mangkudidjaya, Sunanto,
dan Sudarmo.
Dalam persidangan tersebut, Supriyadi sendiri sebagai
pemimpin perlawanan tidak diikutsertakan. Beberapa pihak mengatakan bahwa
Supriyadi sesungguhnya sudah ditangkap dan dibunuh secara diam-diam, ada pula
pihak yang percaya bahwa Supriyadi mokswa alias menghilangkan
diri tanpa jejak
d.
Perlawanan Perwira PETA di
Aceh
Perlawanan Pemuda Peta juga meletus di dua daerah di Aceh, yaitu Buana dan Paudrah. Pemimpinnya adalah Guguyun Teuku Hamid; ia bersama 20 peleton
pasukan melarikan diri dari asrama pada November 1944 untuk merencanakan
pemberontakan. Namun Jepang berhasil mengancam keluarga Teuku Hamid sehingga
Teuku Hamid kembali lagi. Tampaknya rencana perlawanan Teuku Hamid menambah
simpati dan semangat masyarakat sehingga kemudian muncul kembali perlawanan.
Lahirlah perlawanan Padrah di daerah Bireun, Aceh
Utara, yang dipimpin oleh seorang kepala kampung yang dibantu oleh regu Guguyun.
Perlawanan tersebut menelan banyak korban dari pihak Aceh karena semua yang
tertawan akhirnya dibunuh oleh Jepang.
e.
Perlawanan Perwira PETA di
Cilacap
Di Gumilir, Cilacap perlawanan dipimpin oleh seorang
komandan regu bernama Khusaeri.
Serangan pertama tentara Jepang terdesak, namun setelah bala bantuan datang
Khusaeri mampu dikalahkan. Di Pangalengan, Jawa Barat, pun meletus perlawanan
dari para personil Peta yang juga dapat dilumpuhkan.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Beberapa
negara pernah menjajah Indonesia sangat lama hingga berabad-abad. Ada pula yang hanya menjajah selama beberapa
tahun. Pemerintah penjajah ada
yang membawa dampak baik dalam pembangunan beberapa fasilitas
umum seperti jalan, jembatan, perkebunan, rel kereta api, saluran irigrasi, dan
beberapa fasilitas lain. Namun penjajahan tetap saja harus dihentikan karena
menimbulkan penderitaan bagi negara yang dijajah, namun di lain pihak negara
yang menjajah akan semakin makmur.
Masa penjajahan Jepang
dirasakan bangsa Indonesia lebih menyiksa bila dibandingkan dengan
negara-negara lain yang pernah menjajah Indonesia sebelumnya, terutama dibandingkan
dengan Belanda. Belanda memang menjajah Indonesia selama 3,5 abad, namun
penjajahan Jepang tetap dirasa bangsa Indonesia sebagai penjajahan paling
kejam, walapun meski ada sedikit-banyak keuntungan yang didapat bangsa
Indonesia dimasa pejajahan Jepang tersebut.
3.2. Saran
Dalam
makalah ini, penulis berharap supaya kita sebagai bangsa Indonesia dapat memahami peristiwa
sejarah mengenai Penjajahan Jepang di Indonesia. Selain itu agar kita tetap
menjaga dan melestarikan sumber kekayaan alam seperti rempah-rembah dan yang
lainya, yang mana dahulu bangsa Jepang memonopilinya. Dengan belajar sejarah juga diharapkan kita tidak
akan jatuh “di lubang” yang sama kembali.
0 komentar:
Posting Komentar