MAKALAH
PENGARUH ISLAM DI INDONESIA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori
lain masuknya Islam ke nusantara diajukan Supartono Widyosiswoyo.Menurutnya,
penetrasi Islam dibagi ke dalam tiga jalur yaitu: Jalur Utara, Jalur Tengah,
dan Jalur Selatan. Ketiga jalur didasarkan pada pangkal wilayah persebaran
Islam yang memasuki Indonesia. Jalur Utara adalah masuknya Islam dari Persia
dan Mesopotamia. Dari sana, Islam bergerak ke timur lewat jalur darat
Afganistan, Pakistan, Gujarat, lalu menempuh jalur laut menuju Indonesia. Lewat
Jalur Utara ini, Islam tampil dalam bentuk barunya yaitu aliran Tasawuf. Dalam
aliran ini, Islam didifusikan lewat pengalaman personal (eksperensial) dalam
mendekati Tuhan. Aliran inilah yang paling cepat mendorong konversi penduduk
Indonesia ke dalam Islam nusantara. Aceh adalah salah satu basis persebaran
Islam Jalur Utara ini.
Jalur
Tengah adalah masuknya Islam dari bagian barat lembah Sungai Yordan dan bagian
timur semenanjung Arabia (Hadramaut). Dari sini Islam menyebar dalam bentuknya
yang relatif asli, di antaranya aliran Wahhabi. Pengaruhnya mengena di wilayah
Sumatera Barat. Jalur ini terjadi sebab jika bertolak dari Hadramaut, maka
dengan perjalanan laut orang-orang Islam langsung sampai ke pantai barat
Sumatera. Konflik kaum adat dengan kaum agama dalam Perang Paderi terjadi
setelah pengaruh Islam lewat jalur ini.
Jalur
Selatan pangkalnya di wilayah Mesir. Saat itu Kairo merupakan pusat penyiaran
agama Islam modern dan Indonesia memperoleh pengaruhnya dalam organisasi
keagamaan Muhammadiyah. Kegiatan lewat jalur ini terutama pendidikan, dakwah,
dan penentangan bid’ah.
Petunjuk tegas munculnya Islam
pertama di nusantara adalah nisan Sultan Sulaiman bin Abdullah bin al-Basir
yang wafat tahun 608H atau 1211 M, di pemakaman Lamreh, Sumatera bagian Utara.
Nisan ini menunjukkan adanya kerajaan Islam pertama nusantara. Mazhab yang
berkembang di wilayah Sumatera bagian Utara ini, menurut Ibnu Battuta (musafir
Maroko) adalah Syafi’i.
Semakin
signifikannya pengaruh Islam di nusantara ditandai berdirinya sejumlah kesultanan.
Jean Gelman-Taylor mencatat di Ternate (Maluku) penguasanya melakukan konversi
ke Islam tahun 1460. Di Demak, penguasanya mendirikan kota muslim tahun 1470,
sementara kota-kota pelabuhan di sekitarnya seperti Tuban, Gresik, dan Cirebon
menyusul pada tahun 1500-an. Sekitar tahun 1515 pelabuhan Aceh memiliki
penguasa Islam, disusul Madura pada 1528, Gorontalo 1525, Butung 1542. Tahun
1605 penguasa Luwuk, Tallo, dan Gowa (Sulawesi Selatan) masuk Islam dan 1611
semenanjung Sulawesi Selatan telah dikuasai penguasa Islam.
Pada
perkembangannya, terjadi proses saling pengaruh antara Islam yang sudah
terakulturasi dengan budaya lokal dengan Islam yang baru masuk dari wilayah
Timur Tengah. Interaksi tersebut di kemudian hari mulai dirundung konflik
penafsiran dan ini terutama semakin mengemuka di saat berkuasanya rezim Ibnu
Saud yang menggunakan Wahhabi sebagai paham keislamannya pada awal abad ke-19.
Tulisan ini tidak akan menyentuh bagaimana konflik yang berlangsung antara
aneka tipologi Islam. Tulisan hanya menghampiri sejumlah pengaruh yang dibawa
Islam ke dalam budaya-budaya yang berkembang di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan, maka
penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
2.
Apa
saja kerajaan – kerajaan Islam yang berada di Indonesia?
3.
Bagaimana wujud akulturasi kebudayaan Indonesia dan kebudayaan Islam?
C.
Tujuan
Tujuan pembuatan makalah
ini adalah :
1.
Untuk memenuhi tugas dari
dosen mata kuliah Kajian IPS SD
2.
Menjelaskanproses
masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia
3.
Menjelaskankerajaan
– kerajaan Islam yang berada di Indonesia
4.
Menjelaskan Wujud
Akulturasi Kebudayaan Indonesia dan Kebudayaan Islam
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Proses Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia
Kedatangan Islam di Indonesia, tidak dapat diketahui dengan pasti.
Diperkirakan kedatangan yang pertama adalah di Aceh.Hal
ini dibuktikan dengan ditemukannya makam-makam raja Islam di Samudra (Aceh)
misalnya Sultan Malik Al-Saleh pada abad 13 yang rajanya sudah bergelar
“Sultan”. Berdasarkan catatan perjalanan Marco Polo, seorang Italia yang
singgah di bagian Utara Aceh pada tahun 1292 sudah dijumpai penduduk yang
memeluk agama Islam di Perlak (Peureula) dan banyak pula pedagang Islam dari
India yang giat menyebarkan agama itu. Menurut Ma Huan yang datang ke Majapahit
tahun 1413, bahwa ada 3 golongan penduduk Majapahit yaitu orang-orang Islam
yang datang dari Barat, orang-orang Cina yang kebanyakan memeluk Islam dan
selebihnya rakyat yang menyembah berhala.
Banyak
pendapat para ahli yang mengemukakan tentang teori-teori masuknya Islam di
Indonesia, diantaranya adalah :
1.
M.C. Ricklefs dari Australian National
University menyebutkan 2 proses masuknyaIslam ke nusantara yaitu :
a.
Penduduk pribumi mengalami kontak dengan agama
Islam dan kemudian menganutnya.
b.
Orang-orang asing (Arab, India, Cina) yang
telah memeluk agama Islam tinggal secara tetap di suatu wilayah Indonesia,
kawin dengan penduduk asli, dan mengikuti gaya hidup lokal sedemikian rupa
sehingga mereka sudah menjadi orang Jawa, Melayu, atau suku lainnya.
2.
Teori lain seputar masuknya Islam dari Timur
Tengah ke nusantara diajukan Supartono Widyosiswoyo. Menurutnya, penetrasi
tersebut dapat digolongkan menjadi 3 golongan yaitu :
a.
Jalur Utara adalah proses masuknya Islam dari
Persia dan Mesopotamia. Dari sana, Islam beranjak ke timur lewat jalur darat
Afganistan, Pakistan, Gujarat, lalu menempuh jalur laut menuju Indonesia. Lewat
Jalur Utara ini, Islam tampil dalam bentuk barunya yaitu aliran Tasawuf. Dalam
aliran ini, Islam dikombinasikan dengan penguatan pengalaman personal dalam
pendekatan diri terhadap Tuhan. Aliran inilah yang secara cepat masuk dan
melakukan penetrasi penganut baru Islam di nusantara. Aceh merupakah salah satu
basis persebaran Islam pada Jalur Utara ini.
b.
Jalur Tengah adalah proses masuknya Islam dari
bagian barat lembah Sungai Yordan dan bagian timur semenanjung Arabia
(Hadramaut). Dari sini Islam menyebar dalam bentuknya yang relatif asli, di
antaranya adalah aliran Wahabi. Pengaruh terutama cukup mengena di wilayah
Sumatera Barat. Ini dapat terjadi oleh sebab dari Hadramaut perjalanan laut
dapat langsung sampai ke pantai barat pulau Sumatera.
c.
Jalur
Selatan pangkalnya adalah di wilayah Mesir. Saat itu Kairo merupakan pusat
penyiaran agama Islam yang modern dan Indonesia memperoleh pengaruh tertama
dalam organisasi keagamaan yang disebut Muhammadiyah. Kegiatan lewat jalur ini
terutama pendidikan, dakwah, dan penentangan bid’ah.
3.
Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di
Indonesia menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul
Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori
Persia. Ketiga teori tersebut di atas memberikan jawaban tentang permasalahan
waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau
pembawa agama Islam ke Nusantara.
a.
Teori Gujarat
Teori ini berpendapat bahwa agama Islam masuk
ke Indonesia pada abad 13 dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India.
Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang
pernah singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di
Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari
India yang menyebarkan ajaran Islam.
b.
Teori
Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul
sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu teori Gujarat.Teori Makkah
berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya
berasal dari Arab (Mesir). Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa
abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya ke Indonesia
terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar terhadap proses
penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.
c.
Teori
Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke
Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini
adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti
peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi
Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Selain itu, ditemukannya
makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
Berdasarkan
teori tersebut dapat disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan jalan
damai pada abad ke-7 dan mengalami perkembangannya pada abad ke-13.Sebagai
pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan
Gujarat (India). Proses masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia pada
dasarnya dilakukan dengan melalui beberapa jalur/saluran yaitu melalui
perdagangan seperti yang dilakukan oleh pedagang Arab, Persia dan Gujarat.
Pedagang tersebut berinteraksi/bergaul dengan masyarakat Indonesia.Pada
kesempatan itu dipergunakan untuk menyebarkan ajaran Islam.Selanjutnya diantara
pedagang tersebut ada yang terus menetap, atau mendirikan perkampungan, seperti
pedagang Gujarat mendirikan perkampungan Pekojan. Dengan adanya perkampungan
pedagang, maka interaksi semakin sering bahkan ada yang sampai menikah dengan
wanita Indonesia, sehingga proses penyebaran Islam semakin cepat berkembang.
Perkembangan
Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubaliqh yang menyebarkan
Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren.Islam juga
disebarkan melalui kesenian, misalnya melalui pertunjukkan seni gamelan ataupun
wayang kulit.Dengan demikian Islam semakin cepat berkembang dan mudah diterima
oleh rakyat Indonesia.
Proses
penyebaran Islam di Indonesia atau proses Islamisasi tidak terlepas dari
peranan para pedagang, mubaliqh/ulama, raja, bangsawan atau para adipati. Di
pulau Jawa, peranan mubaliqh dan ulama tergabung dalam kelompok para wali yang
dikenal dengan sebutan Walisongo atau wali sembilan yang terdiri dari:
1.
Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama
Syeikh Maghribi menyebarkan Islam di Jawa Timur.
2.
Sunan Ampel dengan nama asli Raden Rahmat
menyebarkan Islam di daerah Ampel Surabaya.
3.
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel memiliki
nama asli Maulana Makdum Ibrahim, menyebarkan Islam di Bonang (Tuban).
4.
Sunan Drajat juga putra dari Sunan Ampel nama
aslinya adalah Syarifuddin, menyebarkan Islam di daerah Gresik/Sedayu.
5.
Sunan Giri nama aslinya Raden Paku menyebarkan
Islam di daerah Bukit Giri (Gresik)
6.
Sunan Kudus nama aslinya Syeikh Ja’far Shodik
menyebarkan ajaran Islam di daerah Kudus.
7.
Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Mas Syahid
atau R. Setya menyebarkan ajaran Islam di daerah Demak.
8.
Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga nama
aslinya Raden Umar Syaid menyebarkan islamnya di daerah Gunung Muria.
9.
Sunan Gunung Jati nama aslinya Syarif
Hidayatullah, menyebarkan Islam di Jawa Barat (Cirebon)
Demikian
sembilan wali yang sangat terkenal di pulau Jawa, Masyarakat Jawa sebagian
memandang para wali memiliki kesempurnaan hidup dan selalu dekat dengan Allah,
sehingga dikenal dengan sebutan Waliullah yang artinya orang yang dikasihi
Allah.
B. Kerajaan – Kerajaan Islam di Indonesia
1.
Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Malik
Al-saleh dan sekaligus sebagai raja pertama pada abad ke-13.Kerajaan Samudera
Pasai terletak di sebelah utara Perlak di daerah Lhok Semawe sekarang (pantai
timur Aceh).Sebagai sebuah kerajaan, raja silih berganti memerintah di Samudra
Pasai.Raja-raja yang pernah memerintah Samudra Pasai adalah seperti berikut.
(1)
Sultan Malik Al-saleh berusaha meletakkan
dasar-dasar kekuasaan Islam dan berusaha mengembangkan kerajaannya antara lain
melalui perdagangan dan memperkuat angkatan perang. Samudra Pasai berkembang
menjadi negara maritim yang kuat di Selat Malaka.
(2)
Sultan Muhammad (Sultan Malik al Tahir I) yang
memerintah sejak 1297-1326. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Perlak kemudian
disatukan dengan Kerajaan Samudra Pasai.
(3)
Sultan Malik al Tahir II (1326 – 1348 M). Raja
yang bernama asli Ahmad ini sangat teguh memegang ajaran Islam dan aktif
menyiarkan Islam ke negeri-negeri sekitarnya. Akibatnya, Samudra Pasai
berkembang sebagai pusat penyebaran Islam. Pada masa pemerintahannya, Samudra
Pasai memiliki armada laut yang kuat sehingga para pedagang merasa aman singgah
dan berdagang di sekitar Samudra Pasai. Namun, setelah muncul Kerajaan Malaka,
Samudra Pasai mulai memudar. Pada tahun 1522 Samudra Pasai diduduki oleh
Portugis. Keberadaan Samudra Pasai sebagai kerajaan maritim digantikan oleh
Kerajaan Aceh yang muncul kemudian.
Catatan lain mengenai kerajaan ini dapat
diketahui dari tulisan Ibnu Battuta, seorang pengelana dari Maroko. Menurut
Battuta, pada tahun 1345, Samudera Pasai merupakan kerajaan dagang yang makmur.
Banyak pedagang dari Jawa, Cina, dan India yang datang ke sana. Hal ini
mengingat letak Samudera Pasai yang strategis di Selat Malaka.Mata uangnya uang
emas yang disebur deureuham (dirham).
Di bidang agama, Samudera Pasai menjadi pusat
studi Islam.Kerajaan ini menyiarkan Islam sampai ke Minangkabau, Jambi, Malaka,
Jawa, bahkan ke Thailand.Dari Kerajaan Samudra Pasai inilah kader-kader Islam
dipersiapkan untuk mengembangkan Islam ke berbagai daerah.Salah satunya ialah
Fatahillah.Ia adalah putra Pasai yang kemudian menjadi panglima di Demak
kemudian menjadi penguasa di Banten.
2.
Kerajaan
Malaka
Pada awal abad 15, lahir pusat perdagangan dan
kegiatan Islam yang baru di Malaka. Rajanya yang pertama adalah Paramisora
(Pangeran Majapahit dari Blambangan) yang kemudian sebelum meninggal ia masuk
Islam dan berganti nama menjadi Iskandar Syah. Ia kemudian digantikan oleh
anaknya yaitu Muhammad Iskandar Syah. Raja dan rakyat Malaka memeluk agama Islam
dan menjalankan ibadat dengan setia.
Malaka sebelumnya hanyalah kota kecil, namun
dibawah pemerintahan Sultan Mudzafar Syah (1445 – 1458) Malaka menjadi pusat
perdagangan antara timur dan barat. Malaka mencapai puncak kebesarannya di
bawah Sultan Mansur Syah (1458 – 1477) dan dilanjutkan oleh Sultan Alaudin Syah
(1477 – 1488).Namun Malaka mengalami kemunduran ketika pemerintahan Sultan
Mahmud Syah (1488 – 1511).Kejayaan Malaka berakhir ketika orang – orang
Portugis berhasil mengalahkan Malaka pada tahun 1511.Malaka berjasa dalam
mengislamkan daerah – daerah Kampar, Indragiri, dan Riau.
3.
Kerajaan
Aceh
Masa kejayaan Aceh dibawah pemerintahan Sultan
Iskandar muda (1607- 1636). Dengan armadanya yang besar dan kuat ia dapat
menguasai separuh samudera. Ia kemudian digantikan oleh menantunya Iskandar
Tani yang membawa kemajuan bagi Aceh. Ketika ia wafat (1641) kerajaan Aceh
menjaadi menurun karena adanya perselisihan di kalangan sendiri dan karena
Belanda berhasil merebut Malaka dari tangan Portugis pada tahun 1641.
4.
Kerajaan
Demak
Pada akhir abad 15, Raden Patah, murid Sunan Bonang
memaklumatkan berdirinya Kerajaan Islam Demak, lepas dari Kerajaan Majapahit.
Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa. Raden Patah diakui
sebagai raja pertama Demak dan mendapat gelar Sultan.
Raden Patah wafat pada tahun 1518, digantikan oleh
Muhammad Yunus yang juga dikenal dengan nama Pati Unus atau pangeran Sabrang
Lor. Ia mendapat gelar Sultan Demak II.
Pati Unus digantikan oleh pangeran Trenggono. Pada
masa pemerintahannya, datanglah Syekh Nurullah atau Fatahillah dari Pasai.
Kemudian, Nurullah diangkat menjadi panglima perang dan dinikahkan dengan adik
perempuan Pangeran Trenggono.
Karena ancaman Portugis yang bersifat ekonomi dan
agama, Demak meluaskan wilayah kekuasaannya ke barat maupun ke timur di bawah
pimpinan Fatahillah. Fatahillah berhasil menghancurkan benteng pertahanan
Portugis. Fatahillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta pada tanggal
22 Juni 1927. Sultan Trenggono wafat dalam pertempuran di Pasuruan. Demak
mengalami masa kejayaan pada masa kekuasaan Sultan Trenggono.
5. Kerajaan Pajang (1568 –
1586)
Joko Tingkir merupakan
raja pertama dari Kerajaan Pajang.Ia mendapatkan pengakuan dari Adipati di
seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur. Setelah Joko Tingkir wafat pada 1582 ia
digantikan oleh anaknya Pangeran Benowo, namun ia disingkirkan oleh Pangeran
Pangiri (Adipati dari Demak) yang kemudian menjadi Sultan Pajang. Pangeran
Benowo meminta bantuan kepada Senapati Sutowijoyo dari Mataram Putra Kyai Ageng
Pamanahan (Kyai Ageng Mataram).Arya Pangiri kemudian mengakui kekuasaan
Senapati. Oleh Senapati, kerajaan Pajang dipindahkan ke Mataram pada tahun
1586. Dengan demikian berakhirlah riwayat Pajang dan mulai menjadi kerajaan
Mataram Islam.
6. Kerajaan Mataram
Senapati adalah raja
Mataram yang menundukkan daerah – daerah di Jawa Tengah, Timur, dan sebagian
Barat seperti Cirebon dan Galuh pada tahun1596.Kerajaan Mataram mengalami zaman
kejayaan pada masa pemerintahan Raden Rangsang (1613 – 1645) yang terkenal
dengan nama Sultan Agung. Di bawah pemerintahannya, Mataram menjadi kerajaan
yang dihormati dan disegani, baik di pulau Jawa maupun pulau – pulau lainnya
7. Kerajaan Cirebon
Kerajaan yang terletak di perbatasan antara
Jawa Barat dan Jawa Tengah didirikan oleh salah seorang anggota Walisongo,
Sunan Gunung Jati dengan gelar Syarif Hidayatullah.
Syarif Hidayatullah membawa kemajuan bagi
Cirebon.Ketika Demak mengirimkan pasukannya di bawah Fatahilah (Faletehan)
untuk menyerang Portugis di Sunda Kelapa, Syarif Hidayatullah memberikan
bantuan sepenuhnya.Bahkan pada tahun 1524, Fatahillah diambil menantu oleh
Syarif Hidayatullah.Setelah Fatahillah berhasil mengusir Portugis dari Sunda
Kelapa, Syarif Hidayatullah meminta Fatahillah untuk menjadi Bupati di
Jayakarta.
Syarif Hidayatullah kemudian digantikan oleh
putranya yang bernama Pangeran Pasarean.Inilah raja yang menurunkan raja-raja
Cirebon selanjutnya.Pada tahun 1679, Cirebon
terpaksa dibagi dua, yaitu Kasepuhan dan Kanoman.Dengan politik de vide at
impera yang dilancarkan Belanda yang pada saat itu sudah berpengaruh di
Cirebon, kasultanan Kanoman dibagi dua menjadi Kasultanan Kanoman dan
Kacirebonan. Dengan demikian, kekuasaan Cirebon terbagi
menjadi 3, yakni Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan.Cirebon berhasil dikuasai
VOC pada akhir abad ke-17.
8.
Kerajaan
Banten
Fatahillah memerintah Banten tahun 1552, ia pindah
ke Cirebon karena putranya, Pangeran Pasarean yang memimpin Cirebon wafat.
Sedangkan Banten diserahkan kepada putranya, Hasanudin.
Sultan Hasanudin wafat tahun 1570, digantikan
dengan putranya, Yusuf. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Hindu Pajajaran
dapat ditaklukkan dan penyebaran agama Islam sampai ke pelosok pedalaman.
Pangeran Yusuf wafat pada tahun 1580 dan digantikan oleh putranya yang masih
muda yakni Maulana Muhammad.
9.
Kerajaan
Gowa-Tallo
Kerajaan yang terletak di Sulawesi Selatan
sebenarnya terdiri atas dua kerajaan yakni Gowa dan Tallo. Kedua kerajaan ini
kemudian bersatu. Raja Gowa, Daeng Manrabia, menjadi raja bergelar Sultan
Alauddin dan Raja Tallo, Karaeng Mantoaya, menjadi perdana menteri bergelar
Sultan Abdullah. Karena pusat pemerintahannya terdapat di Makassar, Kerajaan
Gowa dan Tallo sering disebut sebagai Kerajaan Makassar. Karena posisinya yang
strategis di antara wilayah barat dan timur Nusantara, Kerajaan Gowa dan Tallo
menjadi bandar utama untuk memasuki Indonesia Timur yang kaya rempah-rempah.
10. Kerajaan Ternate dan Tidore
Ternate merupakan kerajaan Islam di timur yang berdiri
pada abad ke-13 dengan raja Zainal Abidin (1486-1500). Zainal Abidin adalah
murid dari Sunan Giri di Kerajaan Demak. Kerajaan Tidore berdiri di pulau
lainnya dengan Sultan Mansur sebagai raja. Kerajaan yang terletak di Indonesia
Timur menjadi incaran para pedagang karena Maluku kaya akan rempah-rempah.
Kerajaan Ternate cepat berkembang berkat hasil rempah-rempah, terutama cengkih.
Ternate dan Tidore hidup berdampingan secara damai.
Namun, kedamaian itu tidak berlangsung selamanya. Setelah Portugis dan Spanyol
datang ke Maluku, kedua kerajaan berhasil diadu domba. Akibatnya, antara kedua
kerajaan tersebut terjadi persaingan. Portugis yang masuk Maluku pada tahun
1512 menjadikan Ternate sebagai sekutunya dengan membangun benteng Sao Paulo.
Spanyol yang masuk Maluku pada tahun 1521 menjadikan Tidore sebagai sekutunya.
Setelah sadar bahwa mereka diadu domba, hubungan
kedua kerajaan membaik kembali. Sultan Khairun kemudian digantikan oleh Sultan
Babullah (1570-1583). Pada masa pemerintahannya, Portugis berhasil diusir dari
Ternate. Keberhasilan itu tidak terlepas dari bantuan Sultan Tidore. Sultan
Khairun juga berhasil memperluas daerah kekuasaan Ternate sampai ke Filipina
C.Wujud Akulturasi Kebudayaan
Indonesia dan Kebudayaan Islam
Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah
memiliki corak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha. Dengan
masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses
bercampurnya dua atau lebih kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling
mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam
Indonesia.
Masuknya Islam tersebut tidak
berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari
proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat kebendaan/material tetapi juga
menyangkut perilaku masyarakat Indonesia.
1. Seni Bangunan
Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat
pada bangunan masjid, makam, istana. Masjid adalah tempat ibadahnya
orang Islam. Di Indonesia, istilah masjid biasanya menunjuk pada tempat untuk
menyelenggarakan shalat jumat.Masjid di Indonesia pada zaman madya biasanya
mempunyai ciri khas tersendiri, diantaranya :
- Atapnya berbentuk “atap tumpang” yaitu atap bersusun. Jumlah atap tumpang itu selalu ganjil, 3 atau 5 seperti di Jawa dan Bali pada masa Hindu.
- Tidak adanya menara. Pada masa itu masjid yang mempunyai menara hanya masjid Banten dan masjid Kudus.
- Biasanya masjid dibuat dekat istana, berada di sebelah utara atau selatan. Biasanya didirikan di tepi barat alun-alun. Letak masjid ini melambangkan bersatunya rakyat dan raja sesama makhluk Allah. Selain di alun-alun, masjid juga dibangun di tempat-tempat keramat, yaitu makam wali, raja atau ahli agama.
Bentuk perkembangannya sesuai dengan perkembangan
zaman. Sekarang kebanyakan masjid atasnya berbentuk kubah dan ada menara, ini
merupakan pengaruh dari Timur tengah dan India.
Ciri-ciri dari wujud akulturasi pada bangunan makam
terlihat dari:
1.
makam-makam
kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang keramat.
2.
makamnya
terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing, nisannya juga
terbuat dari batu.
3.
di
atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup atau
kubba.
4.
dilengkapi
dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara makam dengan makam atau
kelompok-kelompok makam. Bentuk gapura tersebut ada yang berbentuk kori agung
(beratap dan berpintu) dan ada yang berbentuk candi bentar (tidak beratap dan
tidak berpintu).
5.
Di
dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan biasanya
makam tersebut adalah makam para wali atau raja. Contohnya masjid makam Sendang
Duwur seperti yang tampak pada gambar 1.2. tersebut.
2. Seni Rupa
Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia
atau hewan. Seni ukir relief yang menghias Masjid, makam Islam berupa suluran
tumbuh-tumbuhan namun terjadi pula Sinkretisme (hasil perpaduan dua aliran seni
logam), agar didapat keserasian.Akan tetapi ada juga
lukisan yang distilir / disamarkan, misalnya ukiran yang ada di Masjid
Mantingan Jepara.
3. Aksara dan Seni Sastra
Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka
berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan, yaitu masyarakat mulai
mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab Melayu atau biasanya
dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk
menuliskan bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tanda-tanda a, i, u seperti
lazimnya tulisan Arab. Di samping itu juga, huruf Arab berkembang menjadi seni
kaligrafi yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran.
Sedangkan dalam seni sastra yang berkembang pada
awal periode Islam adalah seni sastra yang berasal dari perpaduan sastra
pengaruh Hindu – Budha dan sastra Islam yang banyak mendapat pengaruh Persia.
Dengan demikian wujud akulturasi dalam seni sastra
tersebut terlihat dari tulisan/aksara yang dipergunakan yaitu menggunakan huruf
Arab Melayu (Arab Gundul) dan isi ceritanya juga ada yang mengambil hasil
sastra yang berkembang pada jaman Hindu.
Bentuk seni sastra yang berkembang adalah:
a.
Hikayat
yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah.
Hikayat ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis
dalam bentuk gancaran (karangan bebas atau prosa). Contoh hikayat yang terkenal
yaitu Hikayat 1001 Malam, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Pandawa Lima (Hindu),
Hikayat Sri Rama (Hindu).
b.
Babad
adalah kisah rekaan pujangga keraton sering dianggap sebagai peristiwa sejarah
contohnya Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.
c.
Suluk
adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya Suluk Sukarsa,
Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang dan sebagainya.
d.
Primbon
adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan Suluk karena berbentuk kitab yang
berisi ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari baik/buruk.
Bentuk seni sastra tersebut di atas, banyak
berkembang di Melayu dan Pulau Jawa.
Kedatangan Islam ke Indonesia membawa pengaruh
cukup besar bagi kebudayaan Indonesia. Tetapi bukan berarti menghapus semua
yang ada sebelumnya. Misalnya, kesenian wayang yang telah ada sebelum kedatangan
Islam. Bahkan wayang ini digunakan para wali untuk menyebarkan agama Islam.
4. Sistem Pemerintahan
Dalam pemerintahan, sebelum Islam masuk Indonesia,
sudah berkembang pemerintahan yang bercorak Hindu ataupun Budha. Tetapi setelah
Islam masuk, maka kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu/Budha mengalami
keruntuhannya dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak
Islam seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka dan sebagainya.
Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya
bergelar Sultan atau Sunan sepertihalnya para wali dan apabila rajanya
meninggal tidak lagi dimakamkan dicandi/dicandikan tetapi dimakamkan secara
Islam.
5. Sistem Kalender
Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat
Indonesia sudah mengenal Kalender Saka (kalender Hindu) yang dimulai tahun 78M.
Dalam kalender Saka ini ditemukan nama-nama pasaran hari seperti legi, pahing,
pon, wage dan kliwon. Setelah berkembangnya Islam Sultan Agung dari Mataram
menciptakan kalender Jawa, dengan menggunakan perhitungan peredaran bulan
(komariah) seperti tahun Hijriah (Islam).
Nama-nama bulan yang digunakan adalah 12, sama
dengan penanggalan Hijriyah (versi Islam). Demikian pula, nama-nama bulan
mengacu pada bahasa bulan Arab yaitu Sura (Muharram), Sapar (Safar), Mulud (Rabi’ul
Awal), Bakda Mulud (Rabi’ul Akhir), Jumadilawal (Jumadil Awal), Jumadilakir
(Jumadil Akhir), Rejeb (Rajab), Ruwah (Sya’ban), Pasa (Ramadhan), Sawal
(Syawal), Sela (Dzulqaidah), dan Besar (Dzulhijjah). Namun, penanggalan
hariannya tetap mengikuti penanggalan Saka karena penanggalan harian Saka saat
itu paling banyak digunakan penduduk Kalender Sultan Agung tersebut dimulai
tanggal 1 Syuro 1555 Jawa, atau tepatnya 1 Muharram 1053 H yang bertepatan
tanggal 8 Agustus 1633 M.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Kedatangan Islam di Indonesia diperkirakan pada penghujung
abad 13 dengan ditemukannya makam – makam raja di Aceh yang bergelar Sultan,
misalnya Sultan Malik Al – Saleh. Terdapat teori – teori masuknya Islam di
Indonesia :
1. M.C.
Ricklefs dari Australian National University menyebutkan 2 proses masuknyaIslam
ke nusantara yaitu :
-
Penduduk pribumi mengalami kontak dengan agama
Islam dan kemudian menganutnya.
-
Orang-orang asing (Arab, India, Cina) yang
telah memeluk agama Islam tinggal secara tetap di suatu wilayah Indonesia.
2.
Supartono Widyosiswoyo. Menurutnya, penetrasi
tersebut dapat digolongkan menjadi 3 golongan yaitu :
-
Jalur Utara
-
Jalur Tengah
-
Jalur Selatan
3. Menurut
Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah,
terdapat 3 teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori Persia.
Kerajaan – kerajaan Islam di Indonesia
1. Kerajaan
Samudera Pasai
2. Kerajaan
Aceh
3. Kerajaan
Malaka
4.
Kerajaan
Demak
5.
Kerajaan Pajang
6.
Kerajaan Mataram
7.
Kerajaan
Cirebon
8.
Kerajaan
Banten
9.
Kerajaan
Gowa-Tallo
10. Kerajaan Ternate dan Tidore
Wujud Akulturasi Kebudayaan Indonesia dan
Kebudayaan Islam
Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah
memiliki corak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha. Dengan
masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses
bercampurnya dua atau lebih kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan
saling mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam
Indonesia.
Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan
Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi
tersebut, tidak hanya bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut
perilaku masyarakat Indonesia.
B.
Saran
Melalui pembelajaran Kajian IPS berjudul Pengaruh Kebudayaan
Islam di Indonesia, alangkah baiknya kita dapat memahami dan mengetahui
khasanah budaya Islam yang ada Indonesia. Sebab Islam masuk ke Indonesia dengan
cara damai tanpa paksaan. Apalagi mayoritas bangsa Indonesia memeluk agama
Islam.Sudah menjadi kewajiban kita para generasi muda untuk melestarikan
berbagai budaya Islam di Indonesia.
KEPUSTAKAAN
Samlawi, Faqih
dan Benyamin Maftuh. 2001. Konsep Dasar IPS. Bandung:CV.Maulana
http://ikifuturity.wordpress.com/2012/08/11/pengaruh-kebudayaan-islam-terhadap-kebudayaan-indonesia/
0 komentar:
Posting Komentar