Kamis, 09 Juni 2016

Manajemen Sekolah



BAB IX
MANAJEMEN SEKOLAH

1.      SUB POKOK BAHASAN
1.      Pengertian Manajemen Sekolah
2.      Tujuan Manajemen Sekolah
3.      Fungsi Manajemen Sekolah
4.      Prinsip-Prinsip Manajemen Sekolah
5.      Ruang Lingkup Manajemen Sekolah
6.      Istilah Istilah Yang Berkaitan Dengan Manajemen Sekolah
7.      Manajemen Berbasis Sekolah
2.      TUJUAN
Berdasarkan materi yang disampaikan :
1.      Mahasiswa diharuskan dapat mengetahui pengertian manajemen sekolah
2.      Mahasiswa diharuskan dapat menjelaskan tujuan manajemen sekolah.
3.      Mahasiswa diharuskan menyimpulkan fungsi manajemen sekolah
4.      Mahasiswa diharuskan dapat mengetahui prinsip-prinsip manajemen sekolah.
5.      Mahasiswa diharuskan dapat menjelaskan ruang lingkup manajemen sekolah.
6.      Mahasiswa diharuskan dapat mengetahui istilah istilah yang berkaitan dengan manajemen sekolah.
7.      Mahasiswa diharuskan dapat menjelaskan manajemen berbasis sekolah.


3.      PEMBAHASAN
1.      Pengertian Manajemen Sekolah.
Menurut Stoner Manajemen secara umum yang dikutip oleh T. Hani Handoko (1995) manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Sedangkan dalam konteks sekolah yaitu Manajemen sekolah menurut buku manajamen sekolah sebenarnya merupakan aplikasi ilmu manajemen dalam bidang persekolahan. Ketika istilah manajemen diterapkan dalam bidang pemerintahan akan menjadi manajemen pemerintahan, dalam bidang pendidikan menjadi manajemen pendidikan, begitu seterusnya.
Sedangkan menurut  James Jr. manajemen sekolah adalah proses pendayagunaan sumber-sumber manusiawi bagi penyelenggara sekolah secara efektif. Sedangkan dalam konteks pendidikan ada juga manajemen pendidikan.
Menurut Ali Imron manajemen pendidikan adalah proses penataan kelembagaan pendidikan, dengan melibatkan sumber potensial baik yang bersifat manusia maupun yang bersifat non manusia guna mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Pada hakekatnya istilah manajemen pendidikan dan manajemen sekolah mempunyai pengertian dan maksud yang sama. Keduanya susah untuk dibedakan karena sering dipakai secara bergantian dalam pengertian yang sama. Apa yang menjadi bidang manajemen pendidikan adalah juga merupakan bidang manajemen sekolah. Demikian pula proses kerjanya ditempuh melalui fungsi-fungsi yang sama, yang diturunkan dari teori administrasi dan manajemen pada umumnya.

2.      Tujuan Manajemen Sekolah.
Tujuan Manajemen Sekolah menurut Sagala (2007) adalah mewujudkan tata kerja yang lebih baik dalam empat hal.
1.      meningkatnya efesiensi penggunaan sumber daya dan penugasan staf.
2.      meningkatnya profesionalisme guru dan tenaga kependidikan di sekolah.
3.      munculnya gagasan-gagasan baru dalam implementasi kurikulum, penggunaan teknologipembelajaran, dan pemanfaatan sumber-sumber belajar.
4.      meningkatnya mutu partisipasi masyarakat dan stakeholder.
Tujuan utama penerapan Manajemen Sekolah pada intinya adalah untuk penyeimbangan struktur kewenangan antara sekolah, pemerintah daerah pelaksanaan proses dan pusat sehingga manajemen menjadi lebih efisien. Kewenangan terhadap pembelajaran di serahkan kepada unit yang paling dekat dengan pelaksanaan proses pembelajaran itu sendiri yaitu sekolah.
Disamping itu untuk memberdayakan sekolah agar sekolah dapat melayani masyarakat secara maksimal sesuai dengan keinginan masyarakat tersebut. Tujuan penerapan Manajemen sekolah adalah untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui kewenangan kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif.
Lebih rincinya Manajemen sekolah bertujuan untuk:
1.      Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
2.      Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.
3.      Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orangtua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya.
4.      Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.

3.      Fungsi-fungsi Manajemen Sekolah.
Menurut Percy E. Burrup fungsi-fungsi manajemen pendidikan di sekolah adalah:
1.      Merencanakan cara dan langkah-langkah mewujudkan tujuan program sekolah.
2.      Mengalokasikan baik sumber daya maupun kegiatan mengajar sehingga masig-masing tahu tugas dan tanggung jawab.
3.      Memotifasi dan menstimulir kegiatan staf pengajar sehingga mereka dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.
4.      Mengkoordinir kegiatan anggota staf pengajar dan setiap satuan tugas di sekolah sehingga tenaga dapat digunakan seefektif mungkin.
5.      Menilai efektifitas program dan pelaksanaan tugas pengajaran dan tujuan-tujuan sekolah yang ditentukan sudah tercapai apa belum. Dan menilai pertumbuhan kemampuan mengajar tiap guru.
Fungsi manajemen sekolah dilihat dari bentuk masalahnya terdiri dari bidang-bidang substansi dari manajemen sekolah. Masalah-masalah yang merupakan bidang dari manajemen sekolah terdiri dari:
a.       Bidang pengajaran atau lebih luas disebut kurikulum.
b.      Bidang kesiswaan.
c.       Bidang personalia.
d.      Bidang keuangan.
e.       Bidang sarana.
f.       Bidang prasarana.
g.      Bidang hubungan sekolah dengan masyarakat (humas)

Fungsi manajemen sekolah dilihat dari akivitas atau kegiatan manajemen, meliputi:
a.       Kegiatan manajerial yang dilakukan oleh para pimpinan. Kegiatan manajerial meliputi:1) Perencanaan, 2) Pengorganisasian, 3) Pengarahan, 4) Pengkoordinasian, 5) Pengawasan, 6) Penilaian, 7) Pelaporan, dan8) Penentuan anggaran.
b.      Kegiatan yang bersifat operatif, yakni kegiatan yang dilakukan oleh para pelaksana. Kegiatan ini berkaitan langsung dengan pencapaian tujuan. Artinya, bagaimanapun baiknya kegiatan manajerial (seperti perencanaan) tanpa didukung oleh pelaksanaan pekerjaan yang elah direncanakan tersebut, mustahil tujuan organisasi dapat dicapai dengan baik. Fungsi operatif ini meliputi pekerjaan-pekerjaan: 1) Ketatausahaan, 2) Perbekalan, 3) Kepegawaian, 4) Keuangan dan 5) Humas.
Pelaksanaan manajemen sekolah yang efektif dan efisien menuntut dilaksanakan beberapa fungsi manajemen tersebut secara terpadu dan terintegrasi dalam pengelolaan bidang-bidang manajemen pendidikan.
Jadi melalui penerapan fungsi manajemen sekolah yang efektif dan efisien diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan secara keseluruhan.

4.      Prinsip-prinsip Manajemen Sekolah.
Yang dimaksud dengan prinsip (dalam kamus Umum Bahasa Indonesia, 1990) adalah dasar, azaz (kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak). Prinsip dalam tulisan ini landasan-landasan yang dijadikan dasar dalam dalam melaksanakan fungsi atau pekerjaan-pekerjaan manakeman sekolah. Dalam pengelolaan sekolah agar dapat mencapai tujuan sekolah dengan baik, maka perlu mendasarkan pada prinsip-prinsip manajemen sebagai berikut:
a.       Prinsip efisiensi yakni dengan penggunaan modal yang sedikit dapat menhasilkan hasil yang optimal.
b.      Prinsip efektivitas, yakni ketercapaian sasaran sesuai tujuan yang diharapkan
c.       Prinsip pengelolaan, yakni seorang manajer harus melakukan pengelolaan sumber-sumber daya yang ada
d.      Prinsip pengutamaan tugas pengelolaan, yakni seorang manajer harus mengutamakan tugas-tugas pokoknya. Tugas-tugas yang bersifat operatif hendaknya dilimpahkan pada orang lain secara proposional .manakala seorang manajer telah melimpahkan tugas kepada orang lain, tanggung jawab tetap ada pada pimpinan.
e.       Prinsip kerjasama, yakni seorang manajer hendaknya dapat membangun kerjasama yang baik secara horizontal
f.       Prinsip kepemimpinan yang efekif, yakni bagaimana seorang manajer dapat memberi pengaruh, ajakan pada orang lain untuk tujuan bersama.

5.      Ruang Lingkup Manajemen Sekolah.
Yang dimaksud dengan ruang lingkup dalam tulisan ini adalah luasnya bidang manajemen sekolah. Pada awal telah disebutkan bahwa dilihat dari wujud permasalahannya manajemen sekolah secara substansial meliputi beberapa bidang antara lain:
a.       Bidang kurikulum (pengajaran)
b.      Bidang kesiswaan
c.       Bidang personalia yang mencakup tenaga edukatif dan tenaga administrasi
d.      Bidang sarana yang mencakup segala hal yang menunjang secara langsung pada pencapaian tujuan
e.       Bidang prasarana, mencakup segala hal yang menunjang secara tidak langsung pada pencapaian tujuan
f.       Bidang hubungan dengan masyarakat, berkaitan langsung dengan bagaimana sekolah dapat menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar.
Semua bidang manajemen sekolah ini harus dikelola dengan memperhatikan aktivitas-aktivitas manajerial dan didukung oleh aktivitas pelaksana. Dengan demikian akan terjadi sinergi dalam pencapaian tujuan sekolah.

6.      Istilah-Istilah Yang Berkaitan Dengan Manajemen.
Sebagaimana dikemukakan pada sub bab sebelumnya, istilah manajemen disamakan secara substansial dengan istilah administrasi. Manakala kita membahas administrasi maka di dalamnya ada aktivitas manajemen, ada aktivitas organisasi, ada aktivitas kepemimpinan, dan inti dari semuanya adalah pengambilan keputusan dan pengambilan keputusan tersebut haruslah manusiawi. Artinya, bahwa bahwa pengambilan keputusan yang dilakukan harus dapat diterima oleh manusia pada umumnya. Yakni, manusia yang memiliki kekuaan, kelemahan, manusia sebagai makhluk sosial sekaligus yang juga memiliki kepentingan individu dan seterusnya.

7.      Manajemen Berbasis Sekolah
 Latar belakang munculnya MBS pertama kali di Negara Amerika, dimana masyarakat merasakan kurangnya relevansi dan hubungan hasil pendidikan dengan tuntutan kebutuhan. Hal tersebut diakibatkan kinerja sekolah tidak sesuai dengan tuntutan yang diperlukan siswa untuk terjun ke dunia kerja, sekolah dianggap tidak mampu memberikan hasil dalam konteks kehidupan ekonomi kompetitif secara global. Hal tersebut diindikasikan dengan prestasi siswa dalam mata pelajaran tertentu (Matematika dan sains) yang belum memuaskan.
Berdasarkan hal tersebut pemerintah mengantisipasi untuk melakukan upaya perubahan manajemen sekolah. Upaya yang dilakukan adalah membangun suatu sistem persekolahan yang mampu memberikan kemampuan dasar (basic skill) bagi siswa. Sehingga muncullah suatu konsep pengelolaan sekolah melalui konsep MBS (School Based Management).
MBS dapat diartikan sebagai pengalihan dalam pengambilan keputusan dari tingkat pusat sampai ke tingkat sekolah. Maksudnya Sekolah diberikan kewenangan (Otonomi) untuk pengambilan keputusan dalam pemberdayaan sumber-sumber sehingga sekolah mampu secara mandiri menggali, mengalokasikan , menentukan prioritas, memanfaatkan, mengendalikan dan mempertangungjawabkan kepada setiap yang berkepentingan (stakeholder).
MBS pada prinsipnya menempatkan kewenangan yang bertumpu kepada sekolah dan masyarakat, menghindarkan format sentralisasi dan birokratisasi yang dapat menyebabkan hilangnya fungsi manajemen sekolah.
Susan Albers Mohrman, dkk, memandang MBS sebagai suatu pendekatan politik untuk me-redisain dan memodifikasi struktur pemerintahan dengan memindahkan otoritas pusat ke sekolah, memindahkan keputusan pemerintah pusat ke lokal stakeholder dengan mempertaruhkan pemberdayaan sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Hal tersebut sejalan dengan jiwa dan semangat desentralisasi dan otonomi di sektor pendidikan.
Keuntungan yang diperoleh sekolah dengan adanya MBS adalah :
a.       Kebijakan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung kepada siswa, orang tua, dan guru.
b.      Memanfaatkan sumber daya lokal
c.       Efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik (kehadiran, hasil belajar, tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru, dan iklim sekolah).
d.      Adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan, memberdayakan guru, manajemen sekolah, rancang ulang sekolah, perubahan perencanaan.

Aspek-aspek yang dapat menciptakan efektivitas program MBS dalam meningkatkan kinerja sekolah menurut Mohrman (1992) adalah aspek :
a.       Kemampuan/pengetahuan
b.      Informasi        
c.       Imbalan yang memadai
MBS bertujuan agar otonomi sekolah dan partisipasi masyarakat (local stakeholder) mempunyai keterlibatan tinggi. Artinya dapat memberikan kerangka dasar bahwa setiap unsur akan dapat berperan dalam meningkatkan mutu, efisiensi dan pemerataan kesempatan pendidikan.
MBS memberikan peluang kepada guru dan Kepala Sekolah mengelola sekolah menjadi lebih efektif karena adanya partisipasi dan rasa kepemilikan dan keterlibatan yang tinggi dalam membuat keputusan. Pengelola sekolah akan mempunyai kendali dan akuntabilitas terhadap lingkungan sekolah. Pengelola pendidikan tingkat pusat dan dasar hanya berperan dalam melayani kebutuhan sekolah. MBS akan menciptakan berbagi kekuasaan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta sekolah yang memerlukan penataan secara hati-hati yang dilandasi semnagat kerjasama dan konsisten dalam kewajiban, kewenangan dan tanggungjawab masing-masing. Dalam konsep MBS pemerintah pusat berkewajiban dalam merumuskan cita-cita dan strategi nasional pendidikan, kurikulum nasional, publikasi buku-buku pelajaran tertentu, pertanggungjawaban dalam mutu edukatif. Sedangkan pemerintah daerah berkewajiban menyelenggarakan pembinaan SDM (guru dan Kepela sekolah), mengatur rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, pengembangan karier, pemindahan, kenaikan pangkat, dan pemberhentian guru. Sekolah berkewajiban untuk mengatur jam pelajaran, dikelas mana pelajaran diberikan atau tidak dalam mengelola kurikulum nasional, tolak ukur apa yang digunakan untuk menilai pencapaian kurikulum, keleluasaan dalam mengelola sumber daya sekolah dan dalam menyertakan masyarakat dalam meningkatkan kinerja sekolah. Asumsi dasar MBS :
1)      MBS memandang sekolah sebagai suatu lembaga yang harus dikembangkan. Dan sekolah dipandang sebagai suatu lembaga layanan jasa pendidikan dimana kepala sekolah sebagai manajer pendidikan yang dituntut untuk bertanggungjawab atas seluruh komponen sekolah, dan harus berupaya meningktakn mutu pelayanan dan mutu hasil belajar yang berorientasi kepada pemakai, baik inetrnal (siswa) atau eksternal (masyarakat), pemerintah maupun lembaga industri dan dunia kerja (stakeholder). Dalam konsep MBS harus memperhatikan aspek-aspek mutu yang harus dikendalikan secara komprehensif yaitu :1) karakteristik mutu pendidikan (input, proses, output);2) pembiayaan;3) metode atau sistem penyampaian bahan/materi pelajaran;4) pelayanan kepada siswa dan orang tua.masyarakat.
2)      MBS dapat efektif diterapkan jika di dukung oleh sistem berbagi kekuasaan antara pemerintah pusat, Pemda dalam pengelolaan sekolah. (dalam hal ini aturan-aturan dalam manajemen pendidikan perlu ditinjau kembali). Agar hasil outputnya baik, maka (dalam konsep MBS) sekolah dipandang sebagai suatu unit manajemen yang utuh dan memerlukan perlakuan khusus dalam upaya pengembangannya. Dimana perlakuan khusus tersebut akan berbeda untuk setiap sekolah. Hal inilah yang melandasi keyakinan bahwa pengambilan keputusan dalam merancang dan mengelola pendidikan seharusnya dilakukan di tingkat sekolah.
Prinsip-prinsip Dasar Dalam MBS, konsep yang diterapkan adalah konsep otonomi yang merupakan tindakan desentralisasi yang dilakukan oleh lembaga yang lebih tinggi ke tingkat bawah, merupakan proses pendelegasian kekuasaan mulai dari tingkat nasional (pusat) sampai dengan tingkat sekolah, bahkan sampai di tingkat kelas (guru kelas). MBS menuntut kesiapan pengelola di berbagai level untuk melakukan perannya sesuai dengan kewajiban, kewenangan, dan tanggungjawabnya.
MBS akan efektif diterapkan jika para pengelola pendidikan mampu melibatkan stakeholder terutama peningkatan peran serta masyarakat dalam menentukan kewenangan, pengadministrasian, dan inovasi kurikulum yang dilakukan oleh masing- masing sekolah. Inovasi kurikulum lebih menekankan kepada peningkatan kualitas dan keadilan (equitas), pemerataan (equalitas) bagi semua siswa yang didasarkan atas kebutuhan peserta didik dan masyarakat lingkungannya. MBS merupakan strategi yang efektif dalam meningkatkan kinerja unggul sekolah yang didukung oleh anggaran, SDM, dan kurikulum atau pengajaran yang memadai.
Syarat yang harus ditempuh dalam melaksanakan MBS adalah :
a. adanya kebutuhan untuk berubah atau inovasi
b. adanya redesign organisasi pendidikan
c. proses perubahan sebagai proses belajar
Dimana hal tersebut harus dilakukan secara sadar.
 Berdasarkan hasil studi, kegagalan MBS disebabkan oleh :
1.     Terlalu sering MBS diberlakukan sebagai suatu inovasi yang terpisah dari konteks kurikulum dan pengajaran
2.     Mengembangkan sistem pembuatan keputusan berdasarkan tempat dengan menciptakan peran baru bagi pengelola/staf
3.     Perbaikan sistem evaluasi belajar.
Stakeholder merasa bingung terhadap keputusan yang diharapkan oleh siswa dan masyarakat. Strategi penerapan konsep MBS membuat BPPN dan Bank Dunia dalam jangka panjang harus memfungsikan sekolah dengan fokus kepada kemampuan dalamhal :
1. Menyusun rencana sekolah dan rencana anggaran
2. Mengelola sekolah berdasarkan Rencana Sekolah dan Rencana Anggaran
3. Memfungsikan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan sekolah
Dalam lingkup sekolah strategi MBS dilakukandengan mempertimbangkan komplesitas permasalahan persekolah di Indonesia. Dalam penerapannya dengan mempertimbangkan prioritas waktu jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang dengan memperhatikan aspek-aspek :
1. Partisipasi masyarakat
2. Ketenagaan, (Kepala Sekolah dan Guru)
3. Keuangan yang mencakup Rutin, Proyek Block Grant, BP3 dan lain-lain
4. Kurikulum, Materi dan Penilaian, Buku, Alat, Sarana yang diperlukan.
Keempat unsur tersebut perlu disiapkan, dirancang dikelola dan dikendalikan secara efektif dan efisien. Tahap Implementasi MBS Secara garis besar pentahapan tersebut dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
1. Tahap sosialisasi
       Mencakup ide dasar MBS pada jajaran Depdiknas dan stakeholder, kejelasan karir dan kebijakan yang menjadi wewenang pusat, daerah dan sekolah. Perubahan pola hubungan sub-ordinasi, perubahan sikap dan perilaku baik pimpinan jajaran birokrasi maupun masyarakat, deregulasi aturan, dan transparansi serta akuntabilitas.
2. Tahap Piloting (Uji Coba)
       Efektivitas uji coba memerlukan persyaratan dasar yaitu :
a. Akseptibilitas : dapat diterima oleh masyarakat
b. Akuntabilitas : dapat dipertanggungjawabkan
c. Replikabilitas : dapat dicontoh oleh sekolah lain
d. Sustainabilitas : program MBS dapat terus dikembangkan meskipun tahap uji coba selesai
3. Tahap desiminasi (Kondisi Wilayah yang berbeda)
       Sangat ditentukan oleh efektivitas pelaksanaan oleh anggaran yang cukup memadai, fasilitas dan keuangan dari pemerintah terutama bagi daerah dan sekolah yang kurang mampu. Indikator keberhasilan MBS
1. Pemberian otonomi yang luas kepada sekolah.
2. Partisipasi masyarakat dan orang tua siswa yang tinggi
3. Kepemimpinan sekolah yang demokratis dan professional
4. Adanya “team-work” yang tinggi dan profesional
D.    BAHAN DISKUSI
1.         Jelaskan hakikat manajemen kelas dan manajemen sekolah!
2.         Fungsi manajemen sekolah dilihat dari bentuk masalahnya terdiri dari bidang-bidang substansi dari manajemen sekolah, jelaskan masalah-masalah manajemen sekolah tersebut!
3.         Bagaimanakah pelaksanaan manajemen berbasis sekolah agar efektif dan efisien?
4.         Hambatan apa saja yang ditemui pada saat pelaksanaan manajemen berbasis sekolah?

E.     DAFTAR PUSTAKA

Sutomo dkk, 2012. Manajemen sekolah. Universitas Negeri Semarang Press.


0 komentar:

Posting Komentar

 
;