BAB IV
TAKSONOMI PENDIDIKAN
A.
SUB POKOK BAHASAN
1.
Pengertian, sumber, dan
penggolongan motivasi perilaku manusia
2.
Taksonomi pendidikan
3.
Motivasi belajar
B. TUJUAN
1. Memahami pengertian, sumber, dan
penggolongan motivasi perilaku manusia
2. Memahami tentang taksonomi pendidikan
3. Memahami
tentang motivasi belajar
C. ISI
Pada
kesempatan ini, saya akan membahas tentang motivasi perilaku manusia. banyak
dari kita telah mendengar kata motivasi, namun belum paham betul apa definisi
Motivasi itu sebenarnya. Meskipun para ahli mendefinisikan dengan cara dan gaya
yang berbeda, namun tujuannya menuju kepada maksud yang sama, ialah bahwa
motivasi itu merupakan :
- Suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya (energy).
- Suatu keadaan yang kompleks (a complex state) dan kesiapsediaan (preparatory set) dalam diri individu (organism) untuk bergerak (to move, motion, motive) ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari.
Jadi,secara
sederhana, motivasi adalah suatu dorongan yang timbul dari diri manusia untuk
melakukan sesuatu dengan penuh semangat. Motivasi timbul dan berkembang melalui
dua faktor, yaitu faktor dari diri sendiri (intrinsik) dan faktor lingkungan
(ekstrinsik). Atas
dasar sumber dan proses perkembangannya, terjadi penggunaan berbagai macam
istilah yang sering dipertukarkan (interchangeable). Untuk keperluan
studi psikologis telah diadakan penertiban dengan diadakan penggolongannya,
antara lain sebagai berikut:
· Motif
Primer (Primary Motive) atau motif dasar (basic
motive) menunjukkan kepada motif yang tidak dipelajari (learned motive)
yang untuk ini sering juga digunakan istilah dorongan (drive). Golongan
motif ini pun dibedakan lagi ke dalam:
1.
Dorongan fisiologis (physiological
drive) yang bersumber pada kebutuhan organis (organic needs) yang
mencakup antara lain lapar, haus, pernafasan, seks, kegiatan, dan istirahat.
Untuk menjamin kelansungan hidup organis diperlukan pemenuhan-pemenuhan
kebutuhan tersebut sehingga dicapai keadaan fisik (physiological state or
condition) yang seimbang (homeostasis).
2.
Dorongan Umum (Morgan’s
General Drive) dan Motif Darurat (Wodworth’s Emergency Motive), termasuk di
dalamnya dorongan takut, kasih sayang, kegiatan, kekaguman dan ingin tahu;
dalam hubungannya dengan rangsangandari luar, termasuk dorongan untuk melarikan
diri (escape), menyerang (combat), berusaha (effort) dan
mengejar (pursuit) dalam rangka mempertahankan dan meyelamatkan dirinya.
Motif-motif
yang termasuk ke dalam kategori primer tersebut pada umumnya terjadi secara
natural dan instinktif.
- Motif Sekunder (Secondary Motive) menunjukkan kepada motif yang berkembang dalam diri individu karena pengalaman, dan dipelajari (conditioning andreinforcement). Ke dalam golongan ini termasuk, antara lain:
- Takut yang dipelajari (learned fears).
- Motif-motif sosial (ingin diterima, dihargai, konformitas, afiliasi, persetujuan, status, merasa aman, dan sebagainya).
- Motif-motif objectif dan interest (eksplorasi, manipulas, minat).
- Maksud (purposes) dan spirasi.
- Motif berprestasi (achievement motive)
Jika
dipandang dari segi motifnya, setiap gerak perilaku manusia itu selalu
mengandung tiga aspek, yang kedudukannya bertahap dan berurutan (sequential),
yaitu:
- Motivating State (timbulnya kekuatan dan terjadinya kesiapsediaan sebagai akibat terasanya kebutuhan jaringan atau sekresi, hormonal dalam diri organisme atau karena terangsang oleh stimulasi tertentu)
- Motivated Behavior (Berrgeraknya organisme ke arah tujuan tertentu sesuai dengan sifat kebutuhan yang hendak dipenuhi dan dipuaskannya, misalnya lapar cari makanan dan memakannya). Dengan demikian, setiap perilaku pada hakikatnya bersifat instrumental (sadar atau tidak sadar).
- Satisfied Conditions (dengan berhasilnya dicapai tujuan yang dapat memenuhi kebutuhan terasa, maka keseimbangan dalam diri organsime pulih kembali. Hal menciptakan suatu kondisi yang terpelihara, homeostatis, yang selanjutnya kondisi ini demikian dihayati sebagai rasa nikmat dan puas atau lega). Namun, di dalam kenyataannya, tidak selamanya kondisi pada tahap ketiga itu demikian, bahkan mungkin sebaliknya. Adakalanya terjadi ketegangan yang memuncak jika intensifnya (goals) tidak tercapai, sehingga individu merasa kecewa (frustration).
Karena terjadinya metabolisme dan penggunaanatau
pelepasan kalori, perangsangan kembali, dan sebagainya, kepuasan itu hanya
bersifat temporal (sementara). Oleh karena itu, geraknya atau dinamika
proses perilaku itu sebenarnya akan berlangsung secara siklus (cyclical),
yang dapat digambarkan secara skematik seperti di bawah ini:
2.
Taksonomi Tujuan Pendidikan
Taksonomi tujuan pendidikan
merupakan suatu kategorisasi tujuan pendidikan, yang umumnya digunakan sebagai
dasar untuk merumuskan tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran. Taksonomi
tujuan terdiri dari domain-domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.
a.
Domain Kognitif
Matra kognitif
menitikberatkan pada proses intelektual. Benjamin S. Bloom mengemukakan
jenjang-jenjang atau hierarki tujuan kognitif, sebagai berikut:
a). Pengetahuan (knowledge).
Pengetahuan merupakan pengingatan bahan-bahan yang telah dipelajari, mulai dari
fakta sampai ke teori, yang menyangkut informasi yang bermanfaat.
b). Pemahaman (comprehension).
Pemahaman lebih dari pengetahuan, menguasai dan mengertiuntuk lebih menjelaskan
kembali apa yang sudah diketahuinya.
c). Penerapan (aplication). Penerapan
adalah mampu mempraktekkan apa yang sudah dipahaminya, mampu
melaksanakan atau menggunakan bahan yang telah dipelajari ke dalam situasi baru
yang nyata.
d). Analisis (analysis). Analisis
adalah mampu untuk mendefinisikan, merinci bagian-bagian agar struktur
organisasinya mudah dipahami, mengkaji hubungan antara bagian-bagian, mengenali
karakteristik atau ciri-ciri dan keterkaitan bagian-bagian tersebut.
e). Sintesis (syntesis). Sintesis
adalah kemampuan mengkombinasikan bagian-bagian menjadi suatu keseluruhan yang
baru, yang menitikberatkan pada tingkah laku kreatif dengan cara
memformulasikan pola dan struktur baru.
f). Evaluasi (evaluation).
Evaluasi adalah mempertimbangkan untuk pengambilan keputusan berdasarkan
kriteria internal dan eksternal.
b.
Domain Afektif
Matra afektif adalah sikap,
perasaan, emosi, dan karakteristik moral yang merupakan aspek-aspek penting
perkembangan siswa. Krathwohl, Benjamin S. Bloom, dan Masia mengemukakan
hierarki matra ini yang terdiri dari:
a). Penerimaan (receiving); suatu
keadaan sadar, kemauan untuk menerima, perhatian terpilih.
b).Tanggapan (responding); suatu sikap
terbuka ke arah sambutan, kemauan untuk menanggapi atau merespon, kepuasan yang
timbul karena sambutan memunculkan tanggapan.
c).Menilai (valuing); penerimaan
nilai-nilai, preferensi terhadap suatu nilai, membuat kesepakatan sehubungan
dengan nilai.
d).Organisasi (organization); suatu konseptualisasi
tentang suatu nilai, suatu organisasi dari suatu sistem nilai.
e).Karakterisasi (characterization)
dengan suatu kompleks nilai; suatu formasi mengenai perangkat umum, suatu
manifestasi dari pada kompleks nilai.
c.
Domain Psikomotorik
Matra psikomotorik adalah
kategori ketiga tujuan pendidikan, yang menunjuk pada gerakan-gerakan jasmaniah
dan kontrol jasmaniah. Kecakapan-kecapakan fisik dan berupa pola-pola gerakan
atau ketrampilan fisik yang khusus atau urutan ketrampilan.
a). Peniruan; suatu perilaku meniru
dari contoh yang dilihat dan diamati, seperti: mengaktifkan, menyesuaikan,
menggabungkan, mengumpulkan, mengatur, membangun, memposisikan, mengkonstruksi,
membersihkan, mengubah, dan sebagainya.
b).Manipulasi; suatu perilaku dalam
memberikan respon atau kritikan dari hal-hal yang dilihatnya, seperti:
mengoreksi, mendemonstrasikan, merancang, memilah, mengidentifikasi, mengisi,
melatih, mereparasi, mencampur, membuat, menempatkan, dan sebagainya.
c).Artikulasi; seperti: mengalihkan,
menggantikan, memutar, meniru, memindahkan, mendorong, menarik, memproduksi,
mencampur, mengoperasikan, mengemas, membungkus, dan sebagainya.
d).Pengalamiahan; seperti: memulai,
menyetir, membentuk, mempertajam, menjeniskan, menempelkan, mensketsa,
melonggarkan, menimbang, dan sebagainya.
3. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi belajar terdiri atas dua kata, yaitu
“motivasi” dan “belajar”. Para ahli mendefinisikan motivasi sebagai berikut:
a. Menurut
Sudirman (1992:73), motivasi diartikan sebagai daya penggerak yang telah
menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila
kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak.
b. Menurut
Siti Sumarni (2005), Thomas L. Good dan Jere B. Braphy (1986), motivasi
merupakan suatu energi penggerak dan
pengarah, yang dapat memperkuat dan mendorong seseorang untuk bertingkah laku.
Ini berarti perbuatan seseorang tergantung motivasi yang mendasarinya.
c. Dalam
KBBI (2001:756), motivasi berarti usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau
kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang
dikehendakinya, atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.
Jadi, motivasi dapat diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun
dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada
kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.
Sedangkan Pengertian belajar
menurut Morgan, adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku
yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman (Wisnubrata,
1983:3). Menurut Moh. Surya (1981:32), belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya
dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas,
bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.
Menurut Clayton Aldelfer dalam H. Nashar (2004: 42)
motivasi belajar adalah kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar
yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi hasil belajar sebaik mungkin.
Menurut Endang Sri Astuti, motivasi belajar adalah sesuatu yang mendorong,
menggerakkan, dan mengarahkan siswa dalam belajar.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi
belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar
siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi
tertentu) yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar,
sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai
keseluruhan daya penggerak yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan belajar dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga tujuan
dapat tercapai.
Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan
mentalnya. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau
cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi. Ada
ahli psikologi pendidikan yang menyebut kekuatan mental yang mendorong
terjadinya belajar tersebut sebagai motivasi belajar.
Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu, (i)
kebutuhan, (ii) dorongan, (iii) tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa
ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan.
Dari segi dorongan, menurut Hull, dorongan atau
motivasi berkembang untuk kebutuhan organisme. Di samping itu juga merupakan
sistem yang memungkinkan organisme dapat dipelihara kelangsungan hidupnya.
Kebutuhan-kebutuhan organisme merupakan penyebab munculnya dorongan, dan
dorongan akan mengaktifkan tingkah laku mengembalikan keseimbangan fisiologis
organisme. Tingkah laku organisme terjadi disebabkan oleh respon dari
organisme, kekuatan, dorongan organisme, dan penguatan kedua hal tersebut.Hull
memang menekankan dorongan sebagai motivasi penggerak utama perilaku, tetapi
kemudian juga tidak sepenuhnya menolak adanya pengaruh faktor-faktor eksternal.
Dalam hal ini insentif (hadiah atau hukuman) mempengaruhi intensitas dan kualitas
tingkah laku organisme.
b.
Fungsi
motivasi dalam belajar
Agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal, maka diperlukan
adanya motivasi. Perlu ditekankan bahwa motivasi bertalian dengan suatu tujuan.
Sehubungan dengan hal tersebut, ada tiga fungsi motivasi:
a. Mendorong
manusia untuk berbuat. Jadi, sebagai penggerak atau motor yang melepaskan
energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan
yang akan dikerjakan.
b. Menentukan
arah perbuatan, yakni kea rah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian
motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan
rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi
perbuatan, yakni menentukan perbuatan. Apa yang harus dikerjakan yang serasi
guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak
bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seorang siswa yang akan menghadapi ujian
dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak
akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak
serasi dengan tujuan.
Di samping itu, ada juga fungsi-fungsi motivasi lain. Motivasi dapat juga
sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu
usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan
menunjukkan hasil yang baik. Di dalam kegiatan belajar mengajar peran motivasi
baik instrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi bagi siswa dapat
mengembangkan aktivitas dan mengarahkan serta memelihara ketekunan dalam
melakukan kegiatan belajar.
c.
Jenis-jenis
Motivasi belajar
Sri Hapsari (2005: 74) membagi motivasi
menjadi dua jenis, yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
- Motivasi instrinsik adalah bentuk dorongan belajar yang datang dari dalam diri seseorang dan tidak perlu rangsangan dari luar. Motivasi intrinsik pada umumnya terkait dengan bakat dan faktor intelegensi dalam diri siswa. Motivasi intrinsik dapat muncul sebagai suatu karakter yang telah ada sejak seseorang dilahirkan, sehingga motifasi tersebut merupakan bagian dari sifat yang didorong oleh faktor endogen, faktor dunia dalam, dan sesuatu bawaan. Seorang siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan aktif belajar sendiri tanpa disuruh guru maupun orang tua. Motivasi intrinsik yang dimiliki siswa dalam belajar akan lebik kuat lagi apa bila memiliki motivasi eksrtrinsik.
- Motivasi ekstrinsik adalah dorongan belajar yang datangnya dari luar diri seseorang. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik antara lain pujian, nasehat, semangat, hadiah, hukuman, meniru sesuatu.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa motivasi terdiri dari dua macam yaitu motivasi instrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Berkenaan dengan kegiatan belajar motivasi instrinsik mempunyai
sifat yang lebih penting karena daya penggerak yang mendorong seseorang dalam
belajar dari pada motivasi ekstrinsik. Keinginan dan usaha belajar atas dasar
inisiatif dirinya sendiri akan membuahkan hasil belajar yang maksimal, sedang
motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang mendorong belajar itu timbul dari luar
dirinya. Apabila keinginan untuk belajar hanya dilandasi oleh dorongan dari
luar dirinya maka keinginan untuk belajar tersebut akan mudah hilang.
d. Unsur-unsur yang mempengaruhi
motivasi belajar
Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar adalah:
a.
Cita-cita atau aspirasi siswa.
Motivasi belajar tampak pada
keinginan anak sejak kecil. Keberhasilan mencapai keinginan tersebut
menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan dikemudian hari cita-cita dalam kehidupan.
Dari segi emansipasi kemandirian, keinginan yang terpuaskan dapat memperbesar
kemauan dan semangat belajar. Dari segi pembelajaran, penguatan dengan hadiah
atau juga hukuman akan dapat mengubah keinginan menjadi kemauan, dan kemudian
kemauan menjadi cita-cita.
b.
Kemampuan siswa.
Keinginan seorang anak perlu
dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Kemampuan akan
memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
c.
Kondisi siswa.
Kondisi siswa yang meliputi kondisi
jasmani dan rohani sangat mempengaruhi motivasi belajar.
d.
Kondisi lingkungan siswa.
Lingkungan siswa berupa keadaan
alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, kehidupan kemasyarakatan.
Dengan kondisi lingkungan tersebut yang aman, tentram, tertib dan indah maka
semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.
e.
Unsur-unsur dinamis dalam belajar
dan pembelajaran. Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, pikiran
yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman
sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar.
f.
Upaya guru dalam membelajarkan
siswa.
Guru adalah seorang pendidik
profesional. Ia bergaul setiap hari dengan puluhan atau ratusan siswa. Sebagai
pendidik, guru dapat memilil dan memilah yang baik. Partisipasi dan teladan
memilih perilaku yang baik tersebut sudah merupakan upaya membelajarkan dan
memotivasi siswa.
e. Upaya meningkatkan motivasi belajar
Proses
pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar.
Oleh karena itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Untuk
memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan
motivasi belajar siswa. Berikut ini dikemukakan beberapa upaya untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa.
a. Memperjelas
tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham ke arah mana ia ingin dibawa.
Pemahaman siswa terhadap tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa
untuk Siswa
akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat untuk belajar. Oleh
karena itu, mengembangkan minat belajar siswa merupakan salah satu teknik dalam
mengembangkan motivasi belajar (Sanjaya, 2009:29). Salah satu cara yang logis
untuk momotivasi siswa dalam pembelajaran adalah mengaitkan pengalaman belajar
dengan minat siswa (Djiwandono, 2006:365).
b. Membangkitkan
minat siswa
c. Menciptakan
suasana yang menyenangkan dalam belajar
Siswa
hanya mungkin dapat belajar baik manakala ada dalam suasana yang menyenangkan,
merasa aman, bebas dari takut. Usahakan agar kelas selamanya dalam suasana
hidup dan segar, terbebas dari rasa tegang. Untuk itu guru sekali-kali dapat
melakukan hal-hal yang lucu.
d. Menggunakan
variasi metode penyajian yang menarik
Guru harus mampu menyajikan informasi dengan menarik dan asing bagi siswa. Sesuatu informasi yang disampaikan dengan teknik yang baru,
dengan kemasan yang bagus didukung oleh alat-alat berupa sarana atau media yang
belum pernah dikenal oleh siswa sebelumnya sehingga menarik perhatian bagi
mereka untuk belajar (Yamin, 2009:174).
e.
Memberi pujian yang wajar setiap
keberhasilan siswa
Motivasi
akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Dalam pembelajaran, pujian dapat
dimanfaatkan sebagai alat motivasi. Karena anak didik juga manusia, maka dia
juga senang dipuji. Karena pujian menimbulkan rasa puas dan senang (Sanjaya, 2009:30 ; Hamalik,
2009:167). Namun begitu, pujian harus sesuai dengan hasil kerja siswa. Jangan
memuji secara berlebihan karena akan terkesan dibuat-buat.
f.
Memberikan penilaian
Banyak siswa yang belajar karena
ingin memperoleh nilai bagus. Untuk itu mereka belajar dengan giat. Bagi
sebagian siswa nilai dapat menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh
karena itu, penilaian harus dilakukan dengan segera agar siswa secepat mungkin
mengetahui hasil kerjanya. Penilaian harus dilakukan secara objektif sesuai
dengan kemampuan siswa masing-masing (Sanjaya, 2009:31).
Penilaian
secara terus menerus akan mendorong siswa belajar, oleh karena setiap anak
memilki kecenderungan untuk memmperoleh hasil yang baik. Disamping itu, para
siswa selalu mendapat tantangan dan masalah yang harus dihadapi dan dipecahkan,
sehingga mendorongnya belajar lebih teliti dan seksama (Hamalik, 2009:168).
g. Memberi
komentar terhadap hasil pekerjaan siswa
Siswa
butuh penghargaan. Penghargaan bisa dilakukan dengan memberikan komentar yang
positif. Setelah siswa selesai mengerjakan suatu tugas, sebaiknya berikan
komentar secepatnya, misalnya dengan memberikan tulisan “bagus” atau “teruskan
pekerjaanmu” dan lain sebagainya. Komentar yang positif dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa (Sanjaya, 2009:21).
h. Menciptakan
persaingan dan kerjasama yang sehat
Persaingan
yang sehat dapat menumbuhkan pengaruh yang baik untuk keberhasilan proses
pemebelajaran siswa. Melalui persaingan siswa dimungkinkan berusaha dengan
sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik (Sanjaya, 2009:31). Oleh
sebab itu, guru harus mendesain pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk
bersaing baik antar kelompok maupun antar individu.
Namun
demikian, persaingan tidak selamanya menguntungkan, terutama untuk siswa yeng
memang dirasakan tidak mampu untuk bersaing, oleh sebab itu pendekatan cooperative
learning dapat dipertimbangkan untuk menciptakan persaingan antar
kelompok. Selain persaingan antar siswa lebih banyak pengaruh buruknya daripada
baiknya terhadap perkembangan kepribadian siswa. Persaingan antara diri sendiri
dapat dialakukan dengan cara memeri kesempatan kepada siswa untuk mengenal
kemajuan-kemajuan yang telah diucapai sebelumnya dan apa yang dapat dicapai
pada pada waktu berikutnya (Prayitno, 1989:22-230). Misalnya guru membuat dan
memberi tahu grafik kemajuan belajar siswa.
Untuk
mengembangkan motivasi belajar, guru harus berusaha membentuk kebiasaan
siswanya agar secara berangsur-angsur dapat memusatkan perhatian lebih lama dan
bekerja keras (Isjoni, 2008:162).
i.
Hukuman
Hukuman sebagai bentuk motivasi yang negatif, tetapi
kalau diberikan secara bijak dapat menjadi alat motivasi yang baik.
D.
MATERI SEBAGAI BAHAN DISKUSI
1.
Pengertian, sumber, dan
penggolongan motivasi perilaku manusia
2.
Menjelaskan pengertian Taksonomi
tujuan pendidikan
3.
Menjelaskan macam-macam
taksonomi tujuan pendidikan
4.
Menjelaskan pengertian Motivasi
belajar
5.
Menjelaskan upaya
meningkatkan motivasi belajar
E.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan
Mudjiono. 1994.Belajar Dan Pembelajaran.Jakarta:Depdikbud.
Hamalik,Oemar.2003.Prosedur Belajar Mengajar.Jakarta Bumi
Aksara.
Haryanto.2010. Pengertian Motivasi Belajar. http://belajarpsikologi.com/pengertian-motivasi-belajar/. Diunduh
pada tanggal 20 September 2014
Yusuf,
Muhammad. 2013. https://www.academia.edu/4071009/Hakikat_Motivasi_Belajar. Diunduh Pada tanggal 20
September 2014
0 komentar:
Posting Komentar