BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa sangat penting dalam
komunikasi baik tertulis maupun tak tertulis. Sehingga penggunaannya harus
berdasar pada kebahasaan dan perbendaharaan kata yang kaya dan lengkap. Begitu
juga dengan bahasa Indonesia yang merupakan milik bangsa Indonesia merupakan
alat komunikasi yang efektif dan efisien dalam pemersatu bangsa ini.
Tata bahasa harus berlangsung sesuai
dengan kelaziman penggunaannya sehingga dapat diterima oleh semua penggunanya
yaitu tata bahasa yang baku. Tata bahasa baku merupakan bahasa yang menjadi
kelancaran dalam penggunaannya dan tidak bersifat mengekang bagi bahasa yang
bersangkutan. Bahasa mempunyai struktur dan bentuk yang menyusun sebuah kata.
Oleh karena itu ilmu morfologi bahasa yang mempelajari tentang struktur dan
bentuk kata sangat penting dipelajari oleh bangsa ini baik dari jenjang bawah
sampai jenjang atas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud morfologi?
2. Bagaimana morfem dalam pembentukan suatu kata?
3. Apa yang dimaksud alomorf?
4. Apa yang dimaksud afiksasi?
5. Apa saja jenis-jenis kata ulang bahasa Indonesia?
6. Apa makna kata ulang bahasa Indonesia?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian morfologi
bahasa Indonesia
2. Dapat memahami morfem dalam
pembentukan suatu kata
3. Dapat mengerti alomorf
4. Dapat mengetahui tentang afiksasi
5. Dapat menyebutkan jenis - jenis kata
ulang bahasa Indonesia
6. Dapat mengerti makna kata ulang
bahasa Indonesia
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MORFOLOGI
Kata Morfologi
berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa
Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan logos
berarti ilmu. Bunyi yang terdapat diantara morphed dan logos ialah
bunyi yang biasa muncul diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan
makna unsur-unsur pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu tentang
bentuk.
Morfologi menurut Wikipedia adalah cabang linguistik yang
mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi
mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk
kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan kata lain dapat dikatakan
bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi
perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
Dalam kaitannya
dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata. Selain
itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas
kata yang disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek pembicaraan
dalam morfologi. Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan dalam
morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.
Itulah
sebabnya, dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk
kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap
makna (arti) dan kelas kata.
B. MORFEM
Morfem adalah satuan bahasa yang
turut serta dalam pembentukan kata dan dapat dibedakan artinya. Morfem dapat
juga dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan dengan
aturan suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat berbentuk imbuhan.
Misalnya kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan /duga/. Kata duga
merupakan kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada
kata duga.
1.
Morfem Bebas
Morfem
bebas adalah bentuk kata yang bisa berdiri sendiri dengan artinya, misalnya
kata dasar. Contoh: buku, besar, jual. Kata dasar tersebut apabila tidak
mendapat imbuhan tetap memiliki arti.
2.
Morfem Terikat
Morfem terikat adalah bentuk kata
yang selalu bergabung dengan morfem lain.
Morfem
terikat terbagi menjadi dua yaitu:
a.
Morfem Terikat Morfologis
Morfem
terikat morfologis yaitu morfem yang terikat oleh bentuk kata, terikat pada
struktur kata, misalnya imbuhan. Contoh:ber- pada kata beranak berarti
menghasilkan anak. Jika ber- berdiri sendiri tidak memiliki arti.
b.
Morfem Terikat Sintaksis
Morfem
terikat sintaksis yaitu morfem yang mempunyai arti pada tataran kalimat,
misalnya kata sambung atau kata depan. Contoh: aku dan kamu pergi
bersama. Kata dan pada kalimat tersebut apabila berdiri sendiri tidak
memiliki arti.
C. ALOMORF
Alomorf adalah anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi yang
mempunyai fungsi dan makna yang sama yaitu merupakan unsur yang membentuk verba
aktif (Hasan Alwi, dkk, 2003: 28). Setiap morfem mempunyai
alomorf satu, dua, atau juga enam. Beberapa bentuk alomorf dari beberapa morfem
yaitu:
1.
Morfem
ber-, mempunyai alomorf ber-, be-, dan bel-.
a.
Ber-
Contohnya
: bertamasya
b.
Be-
Contohnya
: bepergian
c.
Bel-
Contohnya
: belajar
2. Morfem me-, mempunyai alomorf me-,
mem-, men-, meng-, menge-, dan meny-.
a.
Me-
Contohnya : mewajibkan, merajut
b.
Mem-
Contohnya
: membawa, mempunyai
c.
Men-
Contohnya
: mencangkul, menulis, menndapatkan
d.
Meng-
Contohnya
: menggulung, mengkaji
e.
Menge-
Contohnya
: mengecat
f.
Meny-
Contohnya
: menyapu, menyiram, menyingkir
D. AFIKSASI
Afiksasi sering
pula disinonimkan dengan proses pembubuhan afiks (imbuhan). Afiksasi atau
proses pembubuhan imbuhan ialah pembentukan kata dengan cara melekatkan afiks
pada bentuk dasar. Hasil afiksasi disebut kata berafiks atau kata berimbuhan.
Afiksasi dalam bahasa Indonesia sangat memegang peranan penting. Hal itu
didasarkan pada suatu kenyataan, bahwa bahasa Indonesia termasuk rumpun bahasa
aglutinatif. Afiks dapat diklasifikasikan menjadi bermacam-macam. Hal itu
akan sangat bergantung pada segi tinjauannya. Menurut Suryadi Abdillah H.
(2011), macam afiks dapat ditinjau dari posisi atau letaknya, asalnya, serta
produktifnya, yaitu:
1. Afiks Ditinjau
dari Letaknya.
Dari letak atau
posisi melekatnya, afiks dapat dibagi menjadi empat macam yaitu prefiks atau
awalan, infiks atau sisipan, sufiks atau akhiran, dan konfiks atau imbuhan
gabungan.
a. Prefiks
Prefiks
ialah afiks (imbuhan) yang ditempatkan di bagian muka dasar (mungkin kata
dasar atau kata kompleks/ jadian).
Contoh:
ber - + jalan = berjalan, nosi dari imbuhan ber- pada kata berjalan adalah melakukan tindakan jalan.
pe- + malas = pemalas, nosi dari imbuhan pe- pada kata pemalas adalah bersifat malas.
ter- + pandai = terpandai, nosi dari imbuhan ter- pada kata terpandai adalah paling pandai.
ber - + jalan = berjalan, nosi dari imbuhan ber- pada kata berjalan adalah melakukan tindakan jalan.
pe- + malas = pemalas, nosi dari imbuhan pe- pada kata pemalas adalah bersifat malas.
ter- + pandai = terpandai, nosi dari imbuhan ter- pada kata terpandai adalah paling pandai.
se-
+ kantor
= sekantor, nosi dari
imbuhan se- pada kata sekantor adalah sama-sama dalam satu kantor.
b. Infiks
Infiks ialah afiks yang
diselipkan atau dilekatkan di tengah kata dasar.
Contoh:
-el- + getar = geletar
-em- + getar = gemetar
-er- + gigi = gerigi
-in- + kerja = kinerja
-el- + getar = geletar
-em- + getar = gemetar
-er- + gigi = gerigi
-in- + kerja = kinerja
c. Sufiks
Sufiks ialah morfem terikat yang digunakan di
bagian belakang kata atau dilekatkan pada akhir dasar.
Contoh:
-an + hukum = hukuman, nosi dari imbuhan -an pada kata hukuman adalah cara menghukum.
-nya + buku = bukunya, nosi dari imbuhan -nya pada kata bukunya adalah menunjukkan kepemilikan.
-man + seni = seniman, nosi dari imbuhan
-an + hukum = hukuman, nosi dari imbuhan -an pada kata hukuman adalah cara menghukum.
-nya + buku = bukunya, nosi dari imbuhan -nya pada kata bukunya adalah menunjukkan kepemilikan.
-man + seni = seniman, nosi dari imbuhan
-man pada kata seniman adalah orang
yang ahli dalam bidang seni.
d. Konfiks
Konfiks ialah gabungan prefiks dan sufiks yang
dilekatkan sekaligus pada awal dan akhir dasar.
Contoh:
ber-an + datang = berdatangan, nosi dari imbuhan ber-an pada kata berdatangan adalah menyatakan banyak pelaku.
ke-an + camat = kecamatan, nosi dari imbuhan ke-an pada kata kecamatan adalah menyatakan tempat.
ber-kan + senjata = bersenjatakan, nosi dari imbuhan ber-kan pada kata bersenjatakan adalah memiliki atau memakai senjata.
ber-an + datang = berdatangan, nosi dari imbuhan ber-an pada kata berdatangan adalah menyatakan banyak pelaku.
ke-an + camat = kecamatan, nosi dari imbuhan ke-an pada kata kecamatan adalah menyatakan tempat.
ber-kan + senjata = bersenjatakan, nosi dari imbuhan ber-kan pada kata bersenjatakan adalah memiliki atau memakai senjata.
meng-kan
+
kerja
= mengerjakan, nosi dari
imbuhan meng-kan pada kata mengerjakan adalah melakukan perbuatan.
2.
Afiks Ditinjau
dari Asalnya
Ditinjau dari
asalnya, afiks bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu afiks
asli dan afiks dari bahasa asing.
a.
Afiks Asli
Afiks asli ialah
afiks-afiks yang memang merupakan bentukan atau afiks dari bahasa Indonesia itu
sendiri.
Contoh:
ke-an
+
adil
= keadilan
ter-
+
jatuh
= terjatuh
b.
Afiks Asing
Afiks asing ialah afiks yang
berasal atau hasil pungutan dari bahasa asing yang kini telah menjadi bagian
sistem bahasa Indonesia. Untuk menyatakan suatu afiks bahasa asing telah
diterima menjadi afiks bahasa Indonesia, apabila afiks tersebut sudah mampu
keluar dari lingkungan bahasa asing dan sanggup melekat pada bentuk dasar
bahasa Indonesia.
Contoh:
pra-
+
sejarah
= prasejarah
-ik
+
patriot
= patriotik
3. Afiks
Ditinjau dari Produktifitasnya
Ditinjau dari
produktifitasnya, afiks bahasa Indonesia dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu afiks
improduktif dan afiks produktif.
a.
Afiks
improduktif
Afiks
improduktif ialah afiks yang distribusinya terbatas pada kata-kata
atau morfem-morfem tertentu saja, tidak dapat digunakan lagi untuk membentuk
kata-kata baru.
Contoh:
-is
+
nasional
= nasionalis
-wi
+
manusia
= manusiawi
b. Afiks produktif
Afiks
produktif ialah afiks yang memilki kesanggupan yang besar untuk melekat
pada kata-kata atau morfem-morfem lain, sebagaimana tampak dalam distribusinya.
Jenis-jenis kata ulang bahasa indonesia
E. JENIS - JENIS KATA ULANG
a) Dwipurwa (kata ulang sebagian): Reduplikasi atas suku kata awal.
Vokal dari suku kata awal mengalami pelemahan dan bergeser ke posisi tengah
menjadi e pepet. Contoh: tetangga, leluhur, leluasa.
b) Dwilingga (kata ulang utuh atau
penuh):
Reduplikasi atas seluruh bentuk dasar (bisa kata dasar maupun kata berimbuhan).
Contoh: rumah-rumah, kejadian-kejadian.
c) Dwilingga salin suara (berubah
bunyi):
Reduplikasi atas seluruh bentuk dasar yang salah satunya mengalami perubahan
suara pada suatu fonem atau lebih. Contoh: gerak-gerik, sayur-mayur.
d) Kata ulang berimbuhan: Reduplikasi dengan mendapat
imbuhan, baik pada lingga pertama maupun pada lingga kedua. Contoh:
bermain-main, tarik-menarik.
e) Kata ulang semu: Kata yang sebenarnya merupakan kata
dasar dan bukan hasil pengulangan atau reduplikasi. Contoh: laba-laba,
ubur-ubur, undur-undur, kupu-kupu, empek-empek.
f) Kata ulang
utuh. Contoh: anak-anak, jalan-jalan, makan-makan.
g) Kata
ulang sebagian atau kata ulang dwipurwa merupakan perulangan kata yang
dialami oleh sebagian dari kata dasar, dengan kata lain perulangan kata hanya
terjadi pada suku awal kata dasar, seperti: lelaki, tetua, seseorang. Di dalam kata ulang sebagian juga
sering ditemukan kata ulang yang mendapat akhiran, seperti: pepohonan, rerumputan.
h) Kata ulang
berubah bunyi adalah kata ulang yang mengalami
perubahan bunyi pada akhir kata perulangan. contoh: sayur-mayur, bolak-balik.
F. MAKNA KATA ULANG BAHASA INDONESIA
- Jamak (tak tentu). Contoh: Buku-buku itu telah kusimpan dalam lemari.
- Bermacam-macam. Contoh: pohon-pohonan, buah-buahan.
- Menyerupai. Contoh: kuda-kuda, anak-anakan, langit-langit, mobil-mobilan, rumah-rumahan, kayu-kayuan.
- Melemahkan (agak). Contoh: kekanak-kanakan, kebarat-baratan, sakit-sakitan.
- Intensitas (kualitas, kuantitas, atau frekuensi). Contoh: kuat-kuat, kuda-kuda, mondar-mandir.
- Saling (berbalasan). Contoh: bersalam-salaman, tikam-menikam.
- Kolektif (pada kata bilangan). Contoh: dua-dua, tiga-tiga, lima-lima.
- Dalam keadaan. Contoh: mentah-mentah, hidup-hidup.
- Walaupun (meskipun). Contoh: kecil-kecil.
- Perihal. Contoh: masak-memasak, jahit menjahit.
- Tindakan untuk bersenang-senang. Contoh: makan-makan, duduk-duduk, tidur-tiduran, membaca-baca, berjalan-jalan.
- Agak. Contoh: kehijau-hijauan, kemerah-merahan.
- Tindakan yang dilakukan berkali-kali. Contoh: berkali-kali.
- himpunan. Contoh: berjam-jam.
- Perbalasan (pekerjaan). Contoh: kunjung-mengunjungi, tuduh-menuduh, tolong-menolong.
BAB III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Dari pembahasan mengenai “dasar-dasar dan kaidah kebahasaan morfologi bahasa
indonesia sebagai rujukan penggunaan bahasa indonesia yang baik dan benar” diatas dapat disimpulkan,morfologi adalah
- SARAN
Sebagai calon pendidik,
pemahaman tentang morfologi dan jenis-jenis kata Bahasa Indonesia perlu
dipelajari secara luas supaya dapat menjadi bekal dalam mengajar siswa dan
bermanfaat dalam berkomunikasi di
kehidupan sehari-hari secara tepat dan benar.
Pembelajaran mengenai
Bahasa Indonesia sangat penting diajarkan di setiap jenjang sekolah untuk
mengenalkan Bahasa Indonesi lebih dalam dan menjadikan siswa memiliki rasa
bangga terhadap bahasa nasionalnya yaitu Bahasa Indonesia. Diharapkan siswa
dapat berkomunikasi Bahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai kaidah Tata
Bahasa yang telah ada.
KEPUSTAKAAN
Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum.
Jakarta: Rineka Cipta
http://putryyanti.blogspot.com/2013/03/makna-kata-ulang_8071.html
http://garda-pengetahuan.blogspot.com/2013/01/penggunaan-kata-ulang-di-bahasa.html
http://id.wikibooks.org/wiki/Bahasa_Indonesia/Kata_ulang
0 komentar:
Posting Komentar