TUGAS
PERKEMBANGAN DAN IMPLIKASINYA
DALAM
PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa
individu adalah pribadi yang utuh dan kompleks yang ke komplekskannya dikaitkan
dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan sosial. Seseoarang individu
yang harus memahami dirinya sendiri, orang lain, bermasyarakat, lingkungan dan
memahami bahwa ia adalah makhluk Allah SWT. Manusia sebagai makhluk psiko-fisik
dimana manusia itu sendiri memiliki kebutuhan kebutuhan fisik dan psikologis
pribadi dan kebutuhan sosial ke masyarakat.
Dengan demikian, maka setiap
individu tentu memiliki kebutuhan dan tugas-tugas perkembangan, karena ia
tumbuh dan berkembang untuk mencapai kondisi fisik dan sosial psikologis yang
lebih sempurna
Sebagai calon pendidik, maka penting
sekali untuk mengetahui dan memahami apa dan bagaimana kebutuhan dan tugas
perkembangan remaja untuk membantu memudahkan proses belajar mengajar.
Dalam makalah ini penulis
menjabarkan mengenai implikasi dari kebutuhan dan tugas perkembangan remaja
dalam pembelajaran sebagai bentuk pemahaman ke depan.
Penulis mengambil topik ini karena
penulis ingin lebih memahami lagi materi kebutuhan dan tugas perkembangan
remaja sebagai bekal menjadi pendidik kelak. Pembahasan dalam makalah ini akan
disampaikan teori-teori yang penulis ambil dari berbagai sumber.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tugas perkembangan
2. Apa sajakah tugas perkembangan menurut Erikson ?
3. Apa implikasi tugas-tugas perkembangan dalam penyelenggaraan
pendidikan ?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari tugas perkembangan.
2. Untuk mengetahui tugas perkembangan menurut Erikson.
3. Untuk mengetahui implikasi tugas-tugas perkembangan dalam
pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Tugas Perkembangan
Havighurst
memberikan pengertian tugas-tugas perkembangan bahwa:
“A developmental task is a task which arises at or about a certain period in the life of the individual, succesful achievement of which leads to his happiness and to success with later task, while failure leads to unhappiness in the individual, disaproval by society, difficulty with later task”. Maksudnya, bahwa tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya. Sementara apabila gagal maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat dan kesulitan dalam menuntaskan tugas berikutnya (Yusuf 1992:3).
“A developmental task is a task which arises at or about a certain period in the life of the individual, succesful achievement of which leads to his happiness and to success with later task, while failure leads to unhappiness in the individual, disaproval by society, difficulty with later task”. Maksudnya, bahwa tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya. Sementara apabila gagal maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat dan kesulitan dalam menuntaskan tugas berikutnya (Yusuf 1992:3).
Tugas-tugas perkembangan ini berkaitan erat dengan
perubahan kematangan, persekolahan, pekerjaan, pengalaman beragama dan hal
lainnya sebagai prasyarat untuk pemenuhan dan kebahagiaan hidup.
B. Sumber Tugas
Perkembangan
Munculnya tugas-tugas perkembangan, bersumber pada faktor-faktor berikut:
• Kematangan fisik, misalnya :
(a) belajar berjalan karena kematangan otot-otot kaki ;
(b) belajar bertingkah laku, bergaul dengan jenis kelamin yang berbeda pada masa remaja karena kematangan organ-organ seksual.
• Tuntutan masyarakat secara kultural, misalnya :
(a) belajar membaca,
(b) belajar menulis,
(c) belajar berhitung,
(d) belajar berorganisasi.
• Tuntutan dari dorongan dan cita-cita individu sendiri, misalnya :
(a) memilih pekerjaan
(b) memilih teman hidup.
• Tuntutan norma agama, misalnya :
(a) taat beribadah kepada Allah SWT,
(b) berbuat pada sesama manusia.
Munculnya tugas-tugas perkembangan, bersumber pada faktor-faktor berikut:
• Kematangan fisik, misalnya :
(a) belajar berjalan karena kematangan otot-otot kaki ;
(b) belajar bertingkah laku, bergaul dengan jenis kelamin yang berbeda pada masa remaja karena kematangan organ-organ seksual.
• Tuntutan masyarakat secara kultural, misalnya :
(a) belajar membaca,
(b) belajar menulis,
(c) belajar berhitung,
(d) belajar berorganisasi.
• Tuntutan dari dorongan dan cita-cita individu sendiri, misalnya :
(a) memilih pekerjaan
(b) memilih teman hidup.
• Tuntutan norma agama, misalnya :
(a) taat beribadah kepada Allah SWT,
(b) berbuat pada sesama manusia.
Tugas-tugas
perkembangan anak pada periode Sekolah Dasar dikemukakan oleh Havighurst dan
Erickson.
1. Tugas Perkembangan Anak
Menurut Havigurst
Havighurst
mengemukakan bahwa ada sembilan tugas perkembangan yang seharusnya dicapaiboleh
anak pada periode Sekolah Dasar yaitu sebagai berikut:
a.
Mempelajari
keterampilan fisik yang diperlukan untuk melakukan berbagai permainan.
Pada
periode ini pertumbuhan otot dan tulang berlangsung dengan cepat. Anak belajar
menggunakan otot-ototnya untuk mempelajari berbagai keterampilan oleh karena
itu kebutuhan untuk beraktivitas dan bermain sangat tinggi.
Implikasinya
terhadap sekolah adalah bahwa sekolah berkewajiban untuk membantu anak mencapai
tugas perkembangan ini secara optimal. Untuk mengoptimalkan pencapaian tugas
perkembangan ini, yaitu sebagai berikut :
1) Merencanakan
dengan serius, pemberian kesempatan kepada anak untuk melakukan
aktivitas-aktivitas fisik atau bermain. Perlu diperhatikan oleh guru agar
pelajaran olahraga, dijadikan sebagai salah satu program belajar yang penting
disamping kegiatan pengembangan-pengembangan fisik lainnya.
2) Dalam
belajar membatasi gerakan anak secara ketat, tidaklah pantas dibandingkan
tuntutan tugas perkembangan mereka. Menuntut anak untuk selalu melipat tangan
di meja, tidak boleh melihat ke kiri dan ke kanan adalah hal yang tidak pantas
dilakukan oleh seorang pendidik. Anak menjadi tersiksa karena dorongannya untuk
bergerak dirintangi. Alasan untuk menanamkan disiplin dengan cara seperti ini
tidak dapat diterima, tetapi menciptakan situasi belajar yang memungkinkan anak
terlibat secara fisik maupun mental dalam disiplin adalah benar.
3) Usaha
yang terencana dan serius dalam menanggulangi gangguan perkembangan fisik anak,
sangat diharapkan dari sekolah. Anak-anak yang sakit harus diobati atas
prakarsa sekolah. Perlu disadari betul oleh sekolah bahwa anak yang sakit
fisik, sangat terganggu perkembangan mentalnya, yaitu anak menjadi pemurung,
rendah diri, dan kegairahan belajarnya menjadi berkurang, bahkan dapat hilang
sama sekali.
b.
Membina sikap hidup
yang sehat terhadap diri sendiri, sebagai individu yang sedang berkembang. Anak hendaknya mampu
mengembangkan kebiasaan untuk hidup sehat dan melakukan berbagai kebiasaan
untuk memelihara keselamatan, kesehatan, dan kebersihan diri sendiri. Anak
hendaknya telah tahu bahaya apa yang akan dialaminya, bila tidak menjaga hal
tersebut.
Implikasinya
terhadap sekolah adalah bahwa sekolah bertanggung jawab untuk melatih anak
melakukan kebiasaan bersih diri sendiri dan bersih lingkungan. Ini dapat
dilakukan melalui kegiatan kurikulum dan ekstra kurikulum.
c.
Belajar bergaul dengan
teman sebaya
Anak
hendaknya telah mampu membina keakraba dengan orang lain diluar lingkungan keluarga.
Anak mampu belajar menguasai pola pergaulan yang penuh kasih sayang, keramahan, dan
memahami perasaan orang lain, khusunsnya
teman sebaya. Demikian juga dengan sifat suka menolong, bertenggang rasa dan
jujur perlu dipelajarir daatk.
d. Mulai mengembangkan peran sesuai dengan jenis kelamin
secara tepat
Pada umur 9 dan 10tahun anak mulai menyadari peranan sesuai dengan jenis
kelaminnya.Anak wanita harus menampakakn
diharapkan masyarakat sebagai wanita, demikian pula dengan anak
pria.Walaupun pencapaian kemampuan berperan sebagai wanita atau pria banyak
dipengaruhi oleh pendidikan orang tua, namun sekolah bertanggungjawab untuk
membina anak agar dapat melaksanakan peranannya dan merasa bangga dengan
dirinya.
e. Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar untuk
membaca,menulis,dan berhitung
Karena perkembangan intelektual dan biologis sudah matang untuk bersekolah,
maka anak telah mampu belajar di sekolah.Anak dapat belajar membaca ,menulis
dan berhitung karena kemampuan berpikirnya.Kemampuan membaca dan menulis serta
berhitung akan mencapai kesempurnaan setelah anak berada pada sekolah dasar
kelas terakhir.
f. Mengembangkan Konsep-konsep yang diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari
Pada periode ini,anak hendaknya memiliki
berbagai konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.Ini dari
tugas-tugas perkembangan pada saat ini adalah mengenal konsep-konsep untuk
memudahkan anak paham tentang pekerjaan
sehari-hari,kemasyarakatan,kewarganegaraan dan masalah-masalah yang menyangkut
sosial.
g. Mengembangkan Kata hati, Moral, dan Skala nilai
Pada periode sekolah dasar anak hendaknya dapat mengontrol tingkah laku
sesuai dengan nilai dan moral yang berlaku. Kecintaan terhadap nilai dan moral
hendaknya dikembangkan dengan sebaik-baiknya. Periode sekolah dasar, merupakan
saat yang sensitif untuk mempelajari moral dan nilai. Dengan cara yang
disengaja dan terencana anak diajar bertingkah laku yang bermoral.
h. Mengembangkan Sikap Terhadap Kelompok dan Lembaga-lembaga
Sosial
Anak mampu belajar untuk menyadari keanggotaanya sebagai masyarakat
sekolah. Anak harus belajar mematuhi aturan-aturn sekolah dan mampu
menyeimbangkan antara keinginannya untuk melakukan kebebasan dengan . Anakpun
harus belajar untuk menyadari bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, baik
masyarakat kecil ataupun masyarakat yang lebih luas ada pembagian tugas
seperti, tugas sebagai orang tua, anak, guru, polisi, dan tugas dalam jabatan
lainnya.
i.
Mencapai Kebebasan
Pribadi
Hakikat tugas perkembangan pada periode ini adalah untuk membentuk pribadi
yang otonom, tanpa tergantung pada orang lain dalam mengambil keputusan yang
menyangkut dirinya, mauun peristiwa lain dalam kehidupannya. Pembentukan
kepribadian yang otonom atau mandiri , sebenarnya tergantung kepada pencapaian
tugas-tugas perkembangan sebelumnya. Anak hendaknya dapat memiliki pendapat
sendiri untuk menjadi apa ia kelak yang menarik hatinya.
2.
Tugas Perkembangan anak menurut
Erikson
Jika meninjau dari teori Erikson
maka periode umur 6-11 tahun ini disebut peride aktif.Erikson menamakan
demikian karena dominannya kegiatan anak-anak yang berada dalam peride ini
untuk melakukan sesuatu sampai berhasil.Mereka menampakan banyak sekali ide
praktis yang tercermin dari sifat antusias yang tinggi untuk membuat berbagai
alat permainan.Apabila anak didorong melakukan aktivitas produktifnya dengan
cara menyediakan alat yang dibutuhkannya dalam merealisasikan ide-idenya dan mengahargai hasil pekerjaannya,maka
dorongan untuk melakukan aktivitas produktif meningkat.Identitas diri juga akan
meningkat,dan akan dicapai secara sempurna pada periode berikutnya.Tetapi jika
orang tua yang melihat aktivitas anak mengerjakan sesuatu sebagai suatu yang
sia-sia dan mematahkannya,maka akan muncul di dalam diri anak perasaan tidak
mampu atau tidak berdaya.
Pengalaman anak di sekolah dapat
mempengaruhi perasaan sukses ataukah perasaan gagal dalam diri anak.Seorang
anak yang lambat belajar sebelum masuk
sekolah memiliki perasaan sukses atau aktif produktif ,karena orang tuanya
menghargai dan menyokong segala hasil pekerjaannya.Tetapi di sekolah ia
mengalami perasaan pahit karena tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas sekolah
seperti temannya yang lain.Akibatnya akan mengalami perasaan gagal.
Tugas-tugas Perkembangan Menurut Sepanjang Rentang
Kehidupan Menurut Havgihurst
Masa Bayi dan Awal Masa Kanak-kanak
- Belajar memakan makanan padat.
- Belajar berjalan.
- Belajar berbicara.
- Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh
- Mempelajari perbedaan seks dan tata caranya
- Mempersiapkan diri untuk membaca
- Belajar membedakan benar dan salah, dan mulai mengembangkan hati nurani.
Kesimpulan
yang bisa di ambil pada masa ini adalah belajar mengembangkan motorik setiap
anak. Penting sekali untuk mengembangkan motorik anak, karena mereka mulai
menggunakan bagian-bagian tubuh untuk beraktivitas dan bermain. Tugas
orang tua disini adalah membimbing dan mengarahkan bagaimana fungsi-fungsi
anggota badan itu digunakan dengan tepat dan bijaksana juga mengembangkan keterampilan-keterampilan
pada alat-alat tubuh.
Akhir Masa Kanak-kanak
- Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum
- Membangun sikap yang sehat mengenal diri sendiri sebagai mahluk yang sedang tumbuh
- Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya
- Mulai mengembangkan peran social pria atau wanita yang tepat
- Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung
- Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari
- Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata tingkatan nilai
- Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga
- Mencapai kebebasan pribadi
Masa Remaja
- Mempelajari hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita
- Mencapai peran sosial pria, dan wanita
- Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
- Mengharapkan dan mencapai perilaku social yang bertanggung jawab
- Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya
- Mempersiapkan karier ekonomi
- Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
- Memperoleh perangkat nilai dan system etis sebagai pegangan untuk berperilaku menembangkan ideologi.
Peran guru
dan orang tua disini adalah membangun rasa kepercayaan diri pada seorang
individu agar ia lebih mudah mencapai hasil yang diinginkan. Seperti dalam
realita saat ini, masa remaja adalah masa meniru. Remaja sangat mudah meniru
orang-orang yang membuat mereka terinspirasi dan mencobanya. Pada saat inilah
orang tua dan guru mengarahkan mereka agar meniru yang baik dan pantas untuk di
tiru. Berikan perhatian ekstra pada masa ini, karena bimbingan dan didikan
sangat vital bagi individu. Mereka akan merasa nyaman dan merasa di hargai
keberadaanya jika orang tua dan guru membimbingnya dengan penuh kelembutan
tetapi tegas dan disiplin.
Awal Masa Dewasa
- Mulai bekerja
- Memilih pasangan
- Belajar hidup dengan tunangan
- Mulai membina keluarga
- Mengasuh anak
- Mengelola rumah tangga
- Mengambil tanggung jawab sebagai warga Negara
- Mencari kelompok social yang menyenangkan
Kesimpulan
untuk masa ini adalah pola pikir individu sudah mulai matang. Tingkat
kedewasaannya pun lambat laun semakin bertambah. Mereka mulai bebas memilih
apapun yang mereka inginkan dengan pertimbangan-pertimbangan yang matang.
Masa Usia Pertengahan
- Mencapai tanggung jawab sosial dan dewasa sebagai warga Negara
- Membantu anak-anak remaja belajar untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung hawab, dan bahagia
- Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang untuk orang dewasa
- Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai suatu individu
- Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada tahap ini
- Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karier pekerjaan
- Menyesuaikan ndiri dengan orang tua yang semakin tua
Masa Tua
- Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan
- Menyesuaikan diri dengan masa pension dan berkurangnya income (penghasilan) keluarga
- Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
- Membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia
- Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
- Menyesuiakan diri dengan peran sosial secara luwes.
C. Implikasi Tugas-Tugas Perkembangan Dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Aspek-aspek perkembangan peserta didik yang berimplikasi terhadap proses pendidikan akan diuraikan seperti di bawah ini.
Aspek-aspek perkembangan peserta didik yang berimplikasi terhadap proses pendidikan akan diuraikan seperti di bawah ini.
1.
Implikasi Perkembangan Biologis dan Perseptual
Di sinilah
kita melihat bahwa perkembangan fisik peserta didik memegang peranan yang
penting terhadap pendidikan. Dengan demikian, jelaslah bahwa perbedaan
perkembangan fisik harus dihadapi dengan cara yang tepat oleh para pendidik.
Meskipun
tidak sepesat pada masa usia dini, perkembangan biologis maupun perseptual anak
terus berlangsung. Pemahaman tentang karakteristik per-kembangan akhirnya
membawa beberapa implikasi bagi penyelenggaraan pendidikan di sekolah dasar.
Implikasi-imlikasi dimaksud khususnya berkenaan dengan penyelenggaraan
pembelajaran secara umum, pemeliharaan kesehatan dan nutrisi anak, pendidikan
jasmani dan kesehatan, serta penciptaan lingkungan dan pembiasaan berperilaku
sehat.
2.
Implikasi Perkembangan Intelektual
Perkembangan
intelektual erat kaitannya dengan potensi otak manusia. Menurut Widiasmadi
(2010:55), potensi otak manusia hanya tampak delapan persen sebagai pikiran
sadar, sedangkan sisanya 92 persen disebut alam bawah sadar. Untuk itu,
perkembangan intelektual pada peserta didik perlu dikembangkan.
Proses
perkembangan intelektual menurut pendapat Budiamin, dkk. (2009:5) melibatkan
perubahan dalam kemampuan dan pola berpikir, kemahiran berbahasa, dan cara
individu memperoleh pengetahuan dari lingkungannya. Aktivitas-aktivitas seperti
mengamati dan mengklasifikasikan benda-benda, menyatukan beberapa kata menjadi
satu kalimat, menghapal doa, memecahkan soal-soal matematika, dan menceritakan
pengalaman kepada orang lain merupakan peran proses intelektual dalam
perkembangan anak.
3.
Implikasi Perkembangan Bahasa
Bahasa
merupakan alat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Pada dasarnya bahasa
sebagai alat komunikasi tidak hanya berupa bicara, melainkan juga dapat
diwujudkan dengan tanda isyarat tangan atau anggota tubuh lainnya yang memiliki
aturan sendiri.
Budiamin, dkk. (2009:117)
kemudian memaparkan implikasi perkembangan bahasa pada peserta didik. Lihat
pula Depdikbud (1999: 147).
1.
Apabila kegiatan pembelajaran yang diciptakan bersifat efektif, maka
perkembangan bahasa peserta didik dapat berjalan secara optimal.
2.
Bahasa adalah alat komunikasi yang paling efektif dalam pergaulan sosial.
3.
Meskipun umumnya anak SD memiliki kemampuan potensial yang berbeda-beda, namun
pemberian lingkungan yang kondusif bagi perkembangan bahasa sejak dini sangat
diperlukan.
4.
Implikasi Perkembangan Kreativitas
Menurut
pendapat Galdner (Depdikbud, 1999:88), kreativitas merupakan suatu aktivitas
otak yang terorganisasikan, komprehensif, dan imajinatif tinggi untuk
menghasilkan sesuatu yang orisinil. Oleh karena itu, kreativitas lebih
dikatakan sebagai suatu yang lebih inovatif daripada reproduktif.
Oleh sebab
itu, Treffinger (Depdikbud, 1999:105) mengemukakan sejumlah pengalaman belajar
yang dapat dikembangkan oleh pendidik agar mampu mendorong kreativitas peserta
didik, khususnya dalam proses pembelajaran. Hal tersebut antara lain guru
diharapkan dapat menyajikan materi pembelajaran, menyiapkan berbagai media,
menggunakan pendekatan pembelajaran yang memungkinkan posisi peserta didik
sebagai subjek daripada objek pembelajaran, serta mengadakan evaluasi yang
tepat sehingga mampu mendukung pengembangan kreativitas peserta didik.
5.
Implikasi Perkembangan Sosial
Manusia
menurut pembawaannya adalah makhluk sosial. Sejak dilahirkan, bayi sudah
termasuk ke dalam masyarakat kecil yang disebut keluarga. Ketika kecil, mulanya
anak-anak hanya mempunyai hak saja. Di dalam rumah tangga ia mempunyai hak
untuk dipelihara dan dilindungi oleh orang tuanya. Namun, lama-kelamaan keadaan
itu berubah. Anak-anak yang pada mulanya hanya mempunyai hak saja,
berangsur-angsur mempunyai kewajiban.
Dilihat dari
pemahaman terhadap aspek perkembangan sosial pada peserta didik, terdapat beberapa
implikasi menurut Budiamin, dkk. (2009:128), yaitu: (1) untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam menyadari dan menghayati pengalaman sosialnya,
dapat dilakukan aktivitas-aktivitas bermain peran yang ditindaklanjuti dengan
pembahasan di antara mereka; (2) keberadaan teman sebaya bagi anak usia sekolah
dasar merupakan hal yang sangat berarti, bukan saja sebagai sumber kesenangan
bagi anak melainkan dapat membantu mengembangkan banyak aspek perkembangan
anak. Ini mengimplikasikan perlunya aktivitas-aktivitas pendidikan yang
memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk berdialog dengan
sesamanya.
6.
Implikasi Perkembangan Emosional
Emosi menurut
Sarwono (Yusuf, 2005:115) merupakan keadaan pada diri seseorang yang disertai
warna afektif, baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat yang luas. Baradja
(2005:221) kemudian mengemukakan beberapa contoh tentang pengaruh emosi
terhadap perilaku individu dalam pembelajaran, di antaranya: (1) memperkuat dan
melemahkan semangat apabila timbul rasa senang atau kecewa atas hasil belajar
yang dicapai; (2) menghambat konsentrasi belajar apabila sedang mengalami
ketegangan emosi; (3) menggangu penyesuaian sosial apabila terjadi rasa cemburu
dan iri hati; dan (4) suasana emosional yang dialami individu semasa kecilnya
akan mempengaruhi sikapnya di kemudian hari.
7.
Implikasi Perkembangan Moral
Purwanto (2006:31) berpendapat,
moral bukan hanya memiliki arti bertingkah laku sopan santun, bertindak dengan
lemah lembut, dan berbakti kepada orang tua saja, melainkan lebih luas lagi
dari itu. Selalu berkata jujur, bertindak konsekuen, bertanggung jawab, cinta
bangsa dan sesama manusia, mengabdi kepada rakyat dan negara, berkemauan keras,
berperasaan halus, dan sebagainya, termasuk pula ke dalam moral yang perlu
dikembangkan dan ditanamkan dalam hati sanubari anak-anak.
8.
Implikasi Perkembangan Spiritual
Anak-anak sebenarnya telah
memiliki dasar-dasar kemampuan spiritual yang dibawanya sejak lahir. Untuk
mengembangkan kemampuan ini, pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting.
Oleh karena itu, untuk melahirkan manusia yang ber-SQ tinggi dibutuhkan
pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada perkembangan aspek IQ saja,
melainkan EQ dan SQ juga.
Pendidikan pada manusia harus
diperhitungkan pula perkembangan rohaninya. Itulah kelebihan manusia yang
diberikan oleh Allah Swt., yaitu dianugerahi fitrah (perasaan dan kemampuan)
untuk mengenal penciptanya,Fitrah ini berkaitan dengan aspek spiritua.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Tugas
perkembangan merupakan tugas-tugas yang berkelanjutan bagi setiap individu.
Tugas ini sikerjakan dan dilaksanakan dengan tujuan agar perkembangan individu
dapat berjalan sesuai dengan masanya.
Tugas-tugas ini memberikan keluwesan bagi individu untuk berkembang sesuai yang
diinginkan.
Orang tua
dan guru disekolah sebagai pembimbing peserta didik untuk mencapai kemandirian,
mengembangkan potensi, minat dan bakat seorang peserta didik. Orang tua dan
pendidik harus mampu memberikan dan dorongan dan stimulus kepada peserta didik
agar mereka mampu mengembangkan sumber daya manusia sesuai dengan tuntutan
zaman. Berkspresi, berkreasi, bebas memilih, bebas berpendapat, bebas
mengeksplor keterampilan-keterampilan, bebas mengungkapkan perasaan,
berrtanggung jawab pada setiap hal, mamupu berperan aktif di keluarga, sekolah,
maupun dilingkungan adalah hak-hak yang penting bagi seorang peserta didik.
Pendidik dan orang tua hanya mengarahkan dan membimbing mereka agar lebih
terarah. Mengembangkan spiritual adalah tugas yang wajib untuk peserta didik,
karena spiritual adalah faktor penentu keberhasilan selain intelegensi. Agar ini mencapai hasil yang baik perlu adanya contoh
teladan dari orang tua dan pendidik, karena bagaimanapun mereka adalah contoh
teladan bagi anak-anaknya.
B. SARAN
Sebagai mahasiswa yang akan menjadi Guru Sekolah Dasar
diharapkan mampu memahami hakikat tugas perkembangan dan mampu
mengaplikasikannya dalam bidang pendidikan untuk perwujudannya sebagai calon
pendidik dan dapat menjadi teladan bagi anak didiknya kelak.
DAFTAR PUSTAKA
Prayitno,Elida,1991, Psikologi Perkembangan.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
0 komentar:
Posting Komentar