BAB XIII
PENERAPAN PEMBELAJARAN
BERBASIS BUDAYA
A. Penerapan
Pembelajaran Berbasis Budaya
1.
Pengertian
pembelajaran berbasis budaya
2.
Landasan
teori pembelajaran berbasis budaya
3.
Macam-macam
pembelajaran berbasis budaya
4.
Model
dan aplikasi pembelajaran berbasis budaya
5.
Aplikasi
pembelajaran berbasis budaya
6.
Bentuk
dan nilai-nilai yang dikembangkan dalam Pembelajaran Berbasis Budaya
B. Tujuan
1.
Mahasiswa diharuskan dapat memahami Pengertian pembelajaran berbasis budaya
2.
Mahasiswa diharuskan dapat memahami Landasan teori pembelajaran berbasis budaya
3.
Mahasiswa diharuskan dapat menjelaskan Macam-macam pembelajaran berbasis budaya
4.
Mahasiswa diharuskan dapat menjelaskan Model dan aplikasi pembelajaran berbasis budaya
5.
Mahasiswa diharuskan dapat memahami Aplikasi pembelajaran berbasis budaya
6.
Mahasiswa diharuskan dapat menjelaskan Bentuk dan nilai-nilai yang dikembangkan dalam Pembelajaran Berbasis
Budaya
C. Pembahasan
1. Pengertian Pembelajaran Berbasis
Budaya
Budaya
adalah pola untuk perilaku manusia dan produk yang dihasilkannya membawa pola
pikir, pola lisan, pola aksi, artifak dan sangat tergantung pada kemampuan
seseorang untuk belajar dan menyampaikan pengetahuannya kepada generasi
berikutnya.Proses pembelajaran budaya terjadi dalam bentuk pewarisan tradisi
budaya dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Pewarisan tradisi budaya
dikenal sebagai proses enkulturasi, sedangkan adopsi budaya dikenal dengan
proses akulturasi. Kedua proses ini berujung pada pembentukan budaya dalam
suatu komunitas. Pendidikan merupakan proses pembudayaan, proses pembelajaran
di sekolah merupakan proses pembudayaan formal atau proses akulturasi; maka
pada saat yang bersamaan pendidikan merupakan alat untuk konservasi budaya,
transmisi budaya dan adopsi budaya serta pelestarian budaya.
Pembelajaran Berbasis Budaya merupakan
strategi penciptaan lingkungan belajar dan perancangan pengalaman belajar yang
mengintegrasikan budaya sebagai bagian dari proses pembelajaran. (Dirjen Dikti,
2004: 12). Dalam
pembelajaran berbasis budaya, budaya menjadi sebuah metode bagi siswa untuk
mentransformasikan hasil observasi mereka ke dalam bentuk-bentuk dan
prinsif-prinsif yang kreatif tentang alam sehingga peran siswa bukan sekedar
meniru atau menerima saja informasi, tetapi berperan sebagai penciptaan makna,
pemahaman dan arti dari informasi yang diperoleh nya.
Pembelajaran Berbasis Budaya dilandaskan
pada pengakuan terhadap budaya sebagai bagian yang fundamental bagi pendidikan,
ekspresi dan komunikasi suatu gagasan, serta perkembangan pengetahuan. Pembelajaran
Berbasis Budaya dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu belajar tentang
budaya, belajar dengan budaya, belajar melalui budaya, belajarberbudaya. Landasan teori pembelajaran
berbasis budaya, didasarkan pada teori konstruktivisme dalam pendidikan terutama
berkembang dari hasil pemikiran Vygotsky, pemikiran piaget, serta pemikiran
Brooks & Brooks.
Sesuai dengan teori
konstruktivisme, proses belajar dalam pembelajaran berbasis budaya tidak dapat
dirancang dengan guru berperan sebagai penceramah, sementara siswa duduk dengan
pasif mendengarkan, mencatat materi pelajaran yang disampaikan guru;
melainkanproses belajar difokuskan pada strategi atau cara agar siswa dapat :
1.
Melihat keterhubungan antara konsep/prinsip dalam bidang ilmunya, dengan budaya
dalam beragam konteks yang baru;
2.
Memperoleh pemahaman terpadu tentang bidang ilmu dan budaya sebagai
landasan untuk berpikir kritis;
3.
Berpartisipasi aktif, senang, dan bangga untuk belajar bidang ilmu dalam
belajar berbasis budaya;
4. Menciptakan
makna berdasarkan pengetahuan dan pengalaman awal yang dimiliki, melalui
beragam interaksi;
5.
Memperoleh pemahaman bahwa ada kaidah keilmuan dalam kehidupan
sehari-hari siswa dalam konteks komunitas budayanya;
6.
Memperoleh pemahaman yang integrasi dan keterampilan ilmiah dalam
mempersepsikan segala sesuatu di sekelilingnya, termasuk budaya dan ragam
perwujudan budaya.
2.
Landasan
Teori Pembelajaran Berbasis Budaya
Pembelajaran berbasis budaya
merupakan salah satu cara yang dipersepsikan dapat:
1. Menjadikan pembelajaran bermakna dan
kontekstual yang sangat terkait dengan komunitas budaya, dimana suatu bidang
ilmu dipelajari dan akan diterapkan nantinya, dan dengan komunitas budaya dari
mana anda berasal;
2. Menjadi pembelajaran menarik dan
menyenangkan. Kondisi belajar yang memungkinkan terjadinya penciptaan makna
secara kontekstual berdasarkan pada pengalaman sebagai seorang anggota suatu
masyarakat budaya merupakan salah satu prinsip dasar dari teori
konstruktivisme. Teori
konstruktivisme dalam pendidikan terutama berkembang dari hasil pemikiran
Vygotsky yang menyimpulkan bahwa siswa mengkontruksikan pengetahuan atau
menciptakan makna sebagai hasil dari pemikiran dan berinteraksi dalam suatu
konteks sosial. Konstruktivisme juga dikembangkan oleh piaget yang menyatakan
bahwa setiap individu menciptakan makna dan pengertian baru, berdasarkan
interaksi antara apa yang telah dimiliki, diketahui, dan dipercayai dengan
fenomena ide atau informasi baru yang dipelajari.
3. Empat
Macam Pembelajaran Berbasis Budaya
1)
Belajar
tentang budaya menempatkan budaya sebagai bidang ilmu.
Budaya
dipelajari
dalam program studi khusus, tentang budaya dan untuk budaya.
Dalam hal
ini, budaya tidak terintegrasi dengan bidang ilmu lain.
2)
Belajar
dengan budaya terjadi pada saat budaya diperkenalkan
kepada siswa
sebagai
cara atau metode untuk mempelajari pokok bahasan tertentu. Belajar dengan
budaya meliputi pemanfaatan beragam bentuk perwujudan budaya. Dalam belajar
dengan budaya, budaya dan perwujudannya menjadi media pembelajaran dalam proses
belajar, menjadi konteks dari contoh-contoh tentang konsep atau prinsip dalam
suatu mata pelajaran, serta menjadi konteks penerapan prinsip atau prosedur
dalam suatu mata pelajaran.
Gambar
Wayang Bali
Misalnya, untuk memperkenalkan bentuk bilangan (bilangan positif,
bilangan negatif) dalam suatu garis bilangan, digunakan Cepot (tokoh jenaka
dalam wayang Sunda). Cepot akan memandu siswa berinteraksi dengan garis
bilangan dan operasi bilangan dalam pembelajaran matematika. Contoh lain,
diwujudkan ketika seorang pengajar mempergunakan sempoa (alat untuk menghitung
yang biasa digunakan oleh orang Tionghoa). Pengajar dapat menunjukkan kedudukan
satuan, puluhan, ratusan, ribuan dan seterusnya dan menunjukkan cara penambahan
dan pengurangan bahkan untuk perkalian dan pembagian. Contoh lain, seorang
pengajar pelajaran fisika menggunakan angklung, calung atau berbagai bentuk dan
ukuran gong untuk memperkenalkan konsep bunyi, gelombang bunyi, dan gema. Guru
seni suara pun bisa menggunakan angklung itu untuk memperkenalkan nada dan
mengiringi lagu.
3)
Belajar
melalui budaya merupakan strategi yang memberikan
kesempatan siswa untuk menunjukkan pencapaian pemahaman atau makna yang
diciptakannya dalam suatu mata pelajaran melalui ragam perwujudan budaya.
Belajar melalui budaya merupakan salah satu bentuk multiple representation of
learning (Dirjen Dikti, 2004: 15), atau bentuk menilaian pemahaman dalam
beragam bentuk. Misalnya siswa tidak perlu mengerjakan tes untuk mengerjakan
topik tentang lingkungan hidup, tetapi siswa dapat membuat poster, membuat
karangan, lukisan, lagu atau puisi yang melukiskan tentang lingkungan hidup.
Mereka bebas mengekspresikan lewat karyanya tentang kekeringan, banjir, hutan
yang gundul, gunung yang asri dan sebagainya. Dengan menganalisis produk budaya
yang diwujudkan siswa, pengajar dapat menilai sejauh mana siswa memperoleh
pemahaman dalam topik lingkungan, dan bagaimana siswa menjiwai topik tersebut.
4)
Belajar
berbudaya merupakan bentuk mengejawantahan budaya
itu dalam perilaku nyata sehari-hari siswa. Misalnya, anak dibudayakan untuk
selalu menggunakan bahasa Krama Inggil pada hari Sabtu melalui Program
Sabtu Budaya.
4.
Model
dan Aplikasi Pembelanjaran Berbasis Budaya
Dalam
pembelajaran berbasis budaya, 4 hal yang harus diperhatikan :
a.
Substansi (materi) dan kompetensi bidang ilmu
Pemahaman terpadu sebagai hasil
pembelajaran berbasis budaya mempersyaratkan adanya penciptaan makna oleh siswa
atas substansi bidang ilmu dan konteksnya. Konteks dalam hal ini adalah
komunitas budaya. Substansi meliputi:
1. Content knowledge, yaitu konsep dan prinsip dalam
bidang ilmu.
2. Inquiry and promlem solving
knowledge, yaitu
pengetahuan tentang proses penemuan dan proses penyelesaian masalah dalam
bidang ilmu.
3. Epistemic knowledge, yaitu pengetahuan tentang aturan
main yang berlaku dalam bidang ilmu.
b. Kebermaknaan dan proses pembelajaran
1. Tugas yang bermakna bersifat
kontekstual
karena dirancang dari pengetahuan dan pengalaman awal siswa berdasarkan
contoh-contoh dan penerapan aktivitas sehari-hari pada konteks komunitas
budayanya.
2. Interaksi aktif, yang merupakan sarana terjadinya
proses negoisasi dalam penciptaan arti atau interaksi harus bermakna bagi siswa
dan memfasilitasi terjadinya proses penciptaan makna. Terdapat beragam metode
yang dapat dirancang dalam pembelajaran berbasis budaya, antara lain:
a.
Pembelajaran melalui proyek
b. Pembelajaran berbasis masalah
3. Penjelasan dan penerapan bidang ilmu
secara kontekstual. Dalam penjelasan dan penerapan bidang ilmu secara
kontekstual guru maupun siswa bertumpu pada pengalaman dan pengetahuan awal
siswa dalam konteks komunitas budaya sebagai titik awal proses belajar.
4. Pemanfaatan berbagai sumber belajar.
Dalam pembelajaran berbasis budaya, pemanfaatan berbagai sumber belajar
mencakup pemanfaatan bahasa sebagai alat komunikasi ide dan pemanfaatan
komunikasi budaya sebagai konteks proses pembelajaran.
c.
Penilaian
Hasil Belajar
Beragam
teknik dan alat ukur hasil belajar digunakan dalam pembelajaran berbasis budaya
yang pada dasarnya memiliki kelebihan dan kekurangan. Dalam upaya siswa untuk
menunjukkan keberhasilan dalam belajar dengan penciptaan makna dan pemahaman
terpadu, siswa dapat menggunakan beragam perwujudan, misalnya poster, puisi,
catatan harian, laporan, tarian, lukisan, dan ukiran.
d. Peran Budaya
Budaya
dalam berbagai perwujudannya secara instrumental dapat berfungsi sebagai media
pembelajaran dalam proses belajar. Dalam pembelajaran berbasis budaya, peran
budaya dalam memberikan suasana baru yang menarik untuk mempelajari suatu
bidang ilmu yang dipadukan secara interaksi aktif dalam proses pembelajaran.
5.
Aplikasi
Pembelajaran Berbasis Budaya
Aplikasi pembelajaran
berbasis budaya, berdasarkan pada keunggulannya untuk membelajarkan tentang
bidang ilmu bersamaan dengan membelajarkan siswa tentang budaya dari
komunitasnya telah diaplikasikan antara lain melalui berikut:
1.
Program
SUAVE yang
dilakukan di California, AS, yaituproram untuk membantu guru menggunakan benda-benda seni untuk mengajarkan
bidang ilmu seperti, Matematika, IPS, IPA dan Bahasa.
2. Etno matematika di Filipina yang
dilaksanakan oleh UP College of Baguino, yaitu Discipline of Mathematics.
3. Pembelajaran Science, Environment,
Technology and Society (SETS), yaitu pembelajaran terpadu yang membelajarkan siswa untuk
memiliki kemampuan memandang sesuatu secara terintegratif antara sains,
lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4. Pembelajaran Inovatif IPA-TORAY, yaitu suatu program inovasi dalam
pembelajaran IPA (pembelajaran Biologi, Fisika, dan Kimia).
6. Bentuk dan nilai-nilai yang dikembangkan dalam Pembelajaran
Berbasis Budaya
Wujud budaya itu dapat berupa wujud idiil (adat tata kelakuan)
yang abstrak
yang
terletak di alam pikiran masyarakat. Wujud kedua adalah sistem sosial
mengenai
kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Sifatnya kongkrit, bisa
diobservasi. Wujud ketiga adalah kebudayaan fisik yang bersifat
paling kongkrit
dan berupa benda yang dapat diraba dan dilihat Ketiga wujud dari
kebudayaan di
atas dalam kenyataan kehidupan masyarakat tidak terpisah satu dengan
yang lain.
Bentuk-bentuk budaya daerah itu dapat berupa :
a. cerita daerah (misal Malin Kundang, Rara Mendut, asal nama kota
Banyuwangi),
Nilai-nilai yang terdapat pada cerita daerah
- Kepatuhan dan penghormatan pada orang tua
- Emansipasi wanita
- Kesetiaan seorang istri/wanita
b.
Tari-tarian (Tari Kancet
Papatai / Tari Perang Suku Dayak)
- Kepahlawan, kelincahan,
kegesitan, dan semangat. (Tari Kancet Pepatay
suku Dayak
Kenyah, Tari Cakalele,
Maluku Utara).
- Spiritual (Tari Kecak
Bali, Tari Saman Aceh, Tari Bedhaya Ketawang)
c.
Tembang/lagu-lagu daerah
(Ilir-ilir, Sluku-sluku bathok),
- Religius (Ilir-ilir)
- Kegembiraan (Sluku sluku
bathok)
d.
Permainan (bentik, Jamuran,
dakon) dan
- Kelenturan, kecermatan,
kegesitan (benthik)
- Kebersamaan/kerjasama
(jamuran)
e.
Seni pertunjukan (wayang,
ketoprak, reog ponorogo)
- Tuntunan (ketoprak dan
wayang)
- Ketuhanan, heroisme,
keindahan (wayang)
f.
Kebiasaan/tradisi setempat
(tahlil, yasinan, bersih deso, tradisi larung sesaji, sekaten)
- Religius (sekaten, tahlil,
yasinan)
- keselarasan, keserasian
dan keseimbangan (bersih deso, larung
sesaji).
D. Bahan
Diskusi
1.
Pendidikan
berperan penting dalam pelestarian kebudayaan. Bagaimana caranya?
2.
Apa
hubungan pendidikan multicultural dengan keanekaragaman budaya di Indonesia ?
3.
Menurut
anda, mana yang lebih utama kebudayaan daerah atau kebudayaan nasional ?
4.
Di
zaman modern saat ini, banyak anak muda yang lahir di jawa dan besar di Jawa
tetapi banyak yang tidak bisa berbahasa jawa. Siapa yang bertanggung jawab atas
fenomena ini ?
E. Daftar
Pustaka
Sutarno. 2008. Pendidikan
Multikultural. Jakarta : Depdiknas
Huda, Nurul. 2014. Pembelajaran Berbasis Budaya.
Diambi dari http://hadimanwebid.blogspot.co.id/2014/01/pembelajaran-berbasis-budaya-modul-4.html
pada Rabu 16 September 2015 pada 21.03
http://ti-pembelajaran.blogspot.co.id/2010/12/pembelajaran-berbasis-budaya.html
1 komentar:
Posting Komentar