MAKALAH
Individu
dan Masyarakat, Struktur, Pranata dan Proses Sosial Budaya
BAB II
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Setiap orang dilahirkan
sebagai makhluk individu. Individu adalah seorang manusia yang khas, ia
mempunyai kemampuan dan kebutuhan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Untuk mengembangkan kemampuan dan memenuhi kebutuhannya, ia tidak bisa berdiri
sendiri, ia membutuhkan orang lain. Karena itulah ia hidup berkelompok
membentuk masyarakat. Dalam mengatur kehidupan berkelompok di buatlah norma
atau aturan-aturan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, dengan
tujuan untuk menjaga kestabilan, keamanan, dan ketertiban bersama.
Setiap individu dalam
masyarakat mempunyai kedudukan dan peranan yang berbeda, sehingga memungkinkan
untuk saling bekerja sama, saling membentuk, saling mendukung untuk mencapai
tujuan yang sama. Individu senantiasa berhubungan dengan individu lainnya.
Dalam melakukan hubungan tersebut mereka saling pengaruh-mempengaruhi dan
saling menyesuaikan diri sehingga timbul proses sosial. Proses sosial yang
terus berlanjut dan teratur akan menyebabkan perubahan sosial budaya dalam kelompok.
Dalam makalah ini kami
berusaha menjelaskan tentang pengertian indifidu dan masyarakat, struktur
pranata dan proses sosial budaya serta mengetahui bahwa masyarakat adalah unsur
dari sebuah pemerintahan dan negara.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa pengertian indifidu dan masyarakat
serta hubunganya?
2.
Memahami struktur pranata dan proses
sosial budaya?
C.
MANFAAT
1.
Mengetahui lebih jauh tentang pengertian
indifidu dan masyarakat serta hubunganya.
2.
Memahami struktur pranata dan proses
sosial budaya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN INDIVIDU DAN MASYARAKAT
1.
Individu
Individu berasal dari kata individium
(latin), yaitu satuan kecil yang tidak dapat dibagi lagi. Individu menurut
konsep sosiologi, artinya manusia yang hidup berdiri sendiri, tidak mempunyai kawan
(sendiri). Individu sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, di dalam
dirinya selalu dilengkapi dengan kelengkapan hidup meliputi raga, rasa, rasio,
dan rukun.
a.
Raga, merupakan bentuk jasad manusia yang khas dapat
membedakan antara individu yang satu dengan yang lain, sekalipun dengan cirri
dan hakikat yang sama.
b.
Rasa, merupakan perasaan individu yang dapat menangkap
objek gerakan dari benda-benda isi alam semesta, seperti merasakan panas,
dingin atau merasakan makanan yang lezat. Perasaan juga dapat dikembangkan
menjadi perasaan senang dengan kehidupan sebaliknya.
c.
Rasio, atau akal pikiran merupakan kelengkapan manusia
untuk menegmbangkan diri, mengatasi segala sesuatu yang diperlukan dalam diri
tiap individu.
d.
Rukun, atau pergaulan hidup merupakan bentuk
sosialiasi dengan sesame manusia dan hidup berdampingan satu sama lain secara
harmonis, damai dan saling melengkapi. Rukun ini merupakan perangkat individu
yang dapat membentuk suatu kelompok sosial yang sering disebut sebagai
masyarakat.
2. Masyarakat
Istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab “syaraka”
yang berarti ikut serta, berpartisipasi, atau “masyaraka” yang berarti saling
bergaul. Di dalam bahasa Inggris dipakai istilah “society”, yang sebelumnya
berasal dari kata lain “socius” berarti “kawan” (koentjoroningrat,1980).
Pendapat sejenis juga terapat dalam buku “Sosiologi Kelompok dan Masalah
Sosial” karangan Abdul Syani (1987), dijelaskan bahwa perkataan masyarakat
berasal dari kata musyarak (Arab), yang artinya berkumpul bersama, hidup bersama
dengan saling berhubungan dan saling mempengaruhi, selanjutnya mendapat
kesepakatan menjadi masyarakat (Indonesia).
Dalam bahasa
Inggris, kata masyarakat diterjemahkan menjadi dua penegrtian, yaitu society
dan community.
1.
Menurut Abdul Syani (1989), masyarakat sebagai
community dapat dilihat dari dua sudut pandang.
a.
Memandang community sebagai unsure statis, artinya
community terbentuk dalam suatu wadah atau tempat dengan batas-batas tertentu,
maka ia menunjukkan bagiandari kesatuan-kesatuan masyarakat sehingga ia dapat
pula disebut sebagai masyarakat setemnpat, misalnya kampong, dusun atau
kota-kota kecil. Masyarakat setempat adalah suatu wadah dan wilayah dari
kehidupan sekelompok orang yang ditandai oleh adanya hubungan sosial. Disamping itu, dilengkapi pula
oleh adanya perasaan sosial, nilai-nilai dan norma-norma yang timbul atas
akibat dari adanya pergaulan hidup atau hidup bersama manusia.
b.
Community dipandang sebagai unsure yang dinamis,
artinya menyangkut suatu proses (nya) yang terbentuk melalui
faktor psikologi dan hubungan antar manusia, maka di dalamnya ada yang sifatnya
fungsional. Dalam hal ini dapat diambil contoh tentang masyarakat pegawai
negeri sipil, masyarakat ekonomi, masyarakat, mahasiswa dan sebagainya.
Dari kedua cirri khusus yang
dikemukakan di atas, berarti dapat diduga bahwa apabila suatu masyarakat tidak
memenuhi cirri-ciri tersebut, maka ia dapat disebut masyarakat society.
Masyarakat dalm pengertian society terdapat interaksi sosial,
perhitungan-perhitungan rasional dan like interest, hubungan-hubungan menjadi
bersifat pamrih dan ekonomis (Abdul Syani, 2002) pengertian masyarakat menurut
beberapa ahli adalah :
a.
Ralp Linton (1936)
Seorang
ahli antropologi, mengartikan masyarakat sebagai kelompok manusia yang telah
hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka
sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah dirumuskan dengan
jelas.
b.
Herkovits ahli
Seorang
antropologi yang lain, mengartikan masyarakat sebagai sekelompok individu yang
tersusun mengikuti suatu cara hidup tertentu.
c.
Selo Sumardjan
Seorang
sosiolog Indonesia mengartikan masyarakat sebagai orang-orang yang hidup
bersama yang menghasilkan kebudayaan.
Menurut Soejono
Soekanto (1987) beberapa ciri masyarakat perkotaan yang menonjol adalah:
a.
Kehidupan keagamaan berkurang bila
dibandingkan dengan pedesaan Hal
ini disebabkan adanya cara
berpikir yang rational, yang berdasarkan pada perhitungan-perhitungan eksak.
b.
Orang kota umumnya dapat mengurus
dirinya sendiri tanpa harus tergantung pada orang lain.
c.
Pembagian kerja lebih tegas dan
mempunyai batas-batas yang nyata.
d.
Kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan
lebih banyak diperoleh dari pada warga desa.
e.
Jalan pikiran yang rational menyebabkan
interaksi sosial berdasar kepentingan dari pada faktor pribadi.
f.
Jalan kehidupan yang cepat mengakibatkan
pentingnya faktor waktu.
g.
Perubahan sosial tampak jelas dan cepat
sebagai akibat terbukanya pengaruh dari luar.
Menurut Selo Sumardjan
masyarakat perkotaan mempunyai ciri:
a.
Hubungan antarmanusia terutama
berdasarkan atas kepentingan pribadi.
b.
Hubungan dengan masyarakat lain terbuka.
c.
Kepercayaan yang kuat pada manfaat ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagai sarana untuk senantiasa meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
d.
Masyarakat tergolong-golong menurut
macam-macam profesi dan keahlian.
e.
Tingkat pendidikan formal adalah tinggi
dan merata.
f.
Hukum yang berlaku hukum tertulis.
g.
Ekonomi hampir seluruhnya ekonomi pasar
yang berdasarkan atau penggunaan uang.
Untuk dapat memperoleh gambaran lengkap tentang
masyarakat,Anderson dan parker mengemukakan ciri-ciri suatu masyarakat sebagai
berikut :
a. Adanya sejumlah orang
b. Tinggal dalam suatu daerah tertentu
c. Mengadakan atau mempunyai hubungan yang
tetap/teratur satu sama lain
d. Sebagai akibat hubungan initerbentuk suatu
sistem hubungan antar manusia
e. Mereka terlibat karena memiliki
kepentingan bersama
f. Mempunyai tujuan bersama dan bekerja sama
g. Mengadakan ikatan atau kesatuan berdasar
unsur-unsur sebelumnya
h. Berdasarkan pengalaman ini, akhirnbya
mereka mempunyaipertasaan solidaritas dan perasaan
berbagai rasa
i. Sadar akan saling ketergantungan satu
sama lain
j. Berdasarkan sistem yang terbentuk, dengan
sendirinya membentuk norma-norma
k. Berdasarkan unsur-unsur diatas akhirnya
membentuk kebudayaan bersama melalui hubungan
antar manusia.
B. STRUKTUR, PRANATA DAN PROSES SOSIAL BUDAYA
1.
Struktur
sosial budaya
Pola perilaku dari
setiap individu dalam masyarakat yang bersusun sebagai suatu sistem disebut
struktur sosial Struktur asal kata dari structum yang artinya menyusun
membagi atau mendirikan. Contoh di sekolah terdapat struktur sebagai berikut
ada kepala sekolah, guru-guru, murid, pegawai administrasi, dan penjaga
sekolah. Semua orang yang ada di sekolah tersebut saling berinteraksi, saling
berhubungan dan saling mempengaruhi sehingga sekolah sebagai lembaga pendidikan
dapat berfungsi dengan baik. Kalau salah satu unsur dari sekolah tersebut tidak
ada misalnya guru, maka proses pendidikan tidak dapat berjalan dengan baik. Di
sekolah juga mempunyai norma, misalnya murid barns datang pukul 7.00, harus
memakai seragam dan sepatu yang telah ditentukan, tidak boleh merokok dalam
lingkungan sekolah dan sebagainya. Kepala Sekolah, guru, pegawai administrasi,
penjaga sekolah, juga mempunyai aturan-aturan yang hendak dipatuhi, kalau tidak
akan ada sanksi yang akan mereka terima. Dalam sistem sosial selalu berhubungan
dengan peran (role) dan kedudukan (status).
Kepala sekolah, guru,
murid dan pegawai administrasi di atas, mempunyai kedudukan yang berbeda,
karena itu tugas dan peran yang harus dilakukannya pun berbeda pula, tetapi
merupakan satu kesatuan yang saling mendukung dalam memperlancar proses belajar
mengajar di sekolah. Setiap individu mempunyai ciri dan kemampuan tersendiri,
seperti jenis kelamin, bentuk fisik, perasaan. bakat, minat kemampuan berpikir
dan berkarya. Perbedaan ini menyebabkan timbulnya perbedaan social
(diferensiasi sosial). Perbedaan sosial bersifat universal artinya dimiliki
oleh setiap masyarakat dimanapun. Hanya bentuk dan derajatnya saja yang
berbeda. contoh pada masyarakat pemburu dan peramu, perbedaan sosial
berdasarkan jenis kelamin, usia dan keterampilan berburu. Berburu dilakukan
oleh laki-laki, sedangkan meramu atau mengumpulkan tumbuhan lebih banyak
dilakukan oleh kaum wanita. Laki-laki yang mempunyai keterampilan tinggi dalam
berburu umumnya lebih dihargai. Hasil buruan mereka bagi-bagikan dan yang
usianya lebih tua mendapatkan bagian yang paling baik, hati misalnya.
Bagian-bagian tertentu dari binatang seperti gigi taring, seringkali dianggap
sebagai lambang keberanian, sehingga siapa yang paling banyak mendapatkannya
semakin dihargai.
Pada masyarakat yang
teknologinya sudah maju, perbedaan sosial lebih banyak disebabkan oleh adanya
perbedaan keahlian, sehingga timbul keanekaragaman pekerjaan atau profesi
seperti dokter, guru, perawat, supir, petani dan sebagainya. Perbedaan bentuk fisik
manusia yang meliputi warna kulit, warna rambut, bentuk rambut (keriting atau
lurus), bentuk badan, bentuk bibir, bentuk hidung, bentuk kepala, dan
sebagainya. Menyebabkan timbulnya perbedaan ras, ada
a.
Ras Negroid dengan ciri warna kulit
hitam, mata hitam, keriting, pendek, hidung lebar, dan bentuk bibir yang tebal.
b.
Ras Mongoloid dengan ciri warna kulit
coklat, rambut lurus tubuh pendek, hidung datar dan tulang pipi menonjol;
c.
Ras Caocasoid dengan ciri kulit dan mata
terang, rambut bergelombang, hidung mancung, bibir tipis, muka oval, dan badan
tinggi.
Selain itu perbedaan
sosial dapat pula disebabkan oleh perbedaan agama seperti Islam, Kristen,
Hindu, dan Budha; perbedaan suku seperti suku Sunda, Batak, Minangkabau dan
sebagainya; perbedaan marga seperti Simatupang, Simalungun dan sebagainya.
Perbedaan-perbedaan yang ada di masyarakat seringkali menunjukkan
lapisan-lapisan yang bertingkat. Lapisan-lapisan yang bertingkat ini disebut
dengan stratifikasi sosial. Ukuran yang dipergunakan untuk menggolongkan
penduduk dalam lapisan-lapisan tertentu adalah:
a.
Ukuran kekayaan, timbul golongan kaya
atau ekonomi kuat; golongan miskin atau ekonomi lemah; dan golongan tengah atau
sedang. Pada masyarakat petani,luas pemilikan lahan menjadi ukuran utama timbul
tuan tanah, penyewa dan buruh tani. Pada masyarakat industri seringkali tampak
dalam kekayaan berupa material seperti luas dan bentuk rumah, mobil, pakaian,
dan gaya hidup.
b.
Ukuran kekuasaan, timbul golongan
penguasa dan yang dikuasai. Mereka yang termasuk kelompok penguasa menjadi
kelompok teratas dan biasa wewenangnya pun menjadi Iebih tinggi.
c.
Ukuran kehormatan; timbul golongan yang
berpengaruh dan dihormati dan golongan yang terpengaruh biasanya ukuran ini
umumnya terdapat pada masyarakat tradisional, di mana pimpinan informal
masyarakat mendapatkan kedudukan yang tinggi di masyarakat, seperti para Kyai,
kepala adat dan sebagainya.
d.
Ukuran ilmu pengetahuan: timbul golongan
cendekiawan dan masyarakat biasa. Dalam hal ini yang menjadi ukuran adalah
kepintaran atau kemampuan menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu, seperti
seorang sarjana lebih dihargai daripada yang berpendidikan SMA, atau yang
berpendidikan SMA lebih dihargai daripada SD.
Dasar dari pelapisan
sosial di atas dapat timbul dan berkembang secara otomatis atau tidak disengaja
oleh masyarakat. Selain itu ada pula pelapisan sosial yang memang sengaja
dibuat. Misalnya dalam organisasi, perusahaan instansi pemerintah dibuat
strata-strata. Ada ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, ketua seksi, dan anggota.
Penyusunan ini dibuat dengan maksud:
a.
Mengatur tugas dan wewenang.
b.
untuk mendorong meningkatkan
produktivitas karena setiap Individu
c.
ditempatkan pada posisi yang sesuai
dengan keterampilan dan keahliannya.
d.
Lebih memudahkan pencapaian tujuan
bersama.
Dengan demikian
pelapisan sosial selalu berkaitan dengan peranan dan kependudukan seseorang
dalam masyarakat. Setiap orang diharapkan berperan sesuai dengan kedudukannya
sehingga timbul kerja sama yang saling menguntungkan. Karena itu pula maka
pelapisan sosial diperlukan selama hak dan kewajiban setiap orang dalam tiap
lapisan diterima secara seimbang dan adil.
Ada dua sifat pelapisan sosial yang
berkembang di masyarakat.
1) Bersifat tertutup (closes social
stratification) yaitu tiap anggota tidak dimungkinkan untuk pindah lapisan
baik ke atas maupun ke bawah, satunya jalan untuk masuk ke dalam lapisan ini
adalah melalui kelahiran. Contoh lapisan tertutup ini adalah sistem kasta.
2) Bersifat terbuka (oven social
stratification) setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk masuk
dan keluar pada tiap lapisan. Contoh berdasarkan kekayaan dan kekuasaan.
2.
Pranata sosial budaya
Pranata sosial berasal
dari istilah Inggris social institution Istilah social institution ini
diterjemahkan secara berbeda-beda oleh para ahli ilmu sosial di Indonesia,
ada yang mengartikannya sebagai lembaga kemasyarakatan (Selo Soemardjan
dan Soemardi, 1964; Soerjono Soekanto, 1982), lembaga sosial (Abdul
Syani, 1994), pranata sosial (Koentjaraningrat, 1985), dan bangunan sosial.
Istilah yang akan digunakan di sini adalah pranata sosial, karena social
institution menunjuk pada adanya unsur-unsur yang mengatur perilaku para
anggota masyarakat.
Menurut
Koentjaraningrat pranata sosial adalah satu sistem tata kelakuan dan
hubungan yang berpusat kepada. aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks
kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan menurut Soerjono
Soekanto (dengan menggunakan istilah lembaga kemasyarakatan) adalah
himpunan dari norma-norma dari segala tindakan yang berkisar pada suatu
kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat. Pranata sosial dalam pengertian
ilmu sosial tidaklah sama persis dengan istilah lembaga dalam arti wadah atau
badan. Pranata sosial pada dasarnya bermula dari adanya kebutuhan-kebutuhan
manusia yang perlu dipenuhi. Pemenuhan-pemenuhan kebutuhan tersebut perlu dalam
keteraturan, sehingga akhirnya diperlukan adanya norma-norma yang menjamin
keteraturan tersebut.
Norma-norma tersebut
akhirnya berkembang menjadi pranata sosial, yang pada dasarnya diciptakan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia itu. Kebutuhan manusia sangatlah beraneka
ragam, sehingga pranata sosial yang mendukungnya pun beraneka ragam pula.
Manusia misalnya mempunyai kebutuhan untuk berkembang biak atau mengembangkan
keturunan. Manusia memerlukan aturan dalam menyalurkan: nafsu seks dalam
menghasilkan keturunan itu, supaya tidak sama seperti kelakuan binatang. Oleh
karena itumanusia membentuk pranata keluarga yang akan mengatur pemenuhan
kebutuhan pokoknya itu.
Dalam pranata keluarga
maka ada sejumlah norma yangmengaturnya mulai dari kegiatan meminang, melamar,
pernikahan, upacara adat,mas kawin, hubungan kekerabatan, dan sebagainya.
Manusia juga memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan Tuhannya,maka lahirlah
pranata agama. Pranata-pranata yang ada di bidang agama ini misalnya Mesjid,
zakat, wakaf, gereja, dan sebagainya. Kebutuhan manusia lainnya, misalnya di
bidang pendidikan, maka melahirkan pranata pendidikan yang dapat berwujud dalam
bentuk sekolah dasar, sekolah lanjutan, sekolahmenengah, universitas, pondok
pesantren, madrasah, dan sebagainya.
Kebutuhan untuk
mendapatkan dan mendistribusikan barang (sandang, pangan, jasa, dll) merupakan
dasar bagi lahirnya pranata ekonomi. Kebutuhan di bidang politik akan
melahirkan pranata politik yang berkaitan dengan pengaturan penggunaan
kekuasaan; Pranata politik ini akan berkaitan dengan pranata negara,
pemerintah,parlemen, desa dan sebagainya. Dari uraian di atas, anda dapat
menemukan beberapa contoh pranata sosial, misalnya : pranata keluarga, pranata
agama, pranata ekonomi, pranatapendidikaan pranata politik, dan sebagainya.
Banyaknya pranata sosial dalam masyarakat tergantung dari Kompleksitas
masyarakat.
Semakin kompleks suatu
masyarakat, maka semakin banyak kebutuhannya, berarti semakin banyak pula
pranata sosialnya. Apa sebenarnya fungsi pranata sosial itu bagi kehidupan
manusia. Pranatapranata sosial yang dibentuk oleh masyarakat dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok manusia, mempunyai fungsi-fungsi
sebagai berikut:
a.
Memberikan pedoman pada anggota-anggota
masyarakat bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap di dalam
menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat yang bersangkutan.
b.
Menjaga keutuhan dari masyarakat yang
bersangkutan.
c.
Memberikan pegangan kepada masyarakat
untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (social control) yaitu
sistem pengawasan :dari masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.
3.
Proses sosial budaya
Manusia senantiasa
saling berhubungan dengan manusia lain atau melakukan kontak sosial. Hubungan
antarindividu yang saling mempengaruhi dalam hal pengetahuan, sikap dan
perilaku disebut interaksi sosial. Interaktif sosial dapat terjadi
antarindividu, individu dengan kelompok, dan antarkelompok. Dua orang yang
saling bercakap-cakap adalah contoh interaksi antara individu dengan individu.
Guru sedang mengajar di depan kelas adalah contoh interaksi individu dengan
kelompok, sedangkan dua kelompok siswa sedang berdiskusi adalah contoh
interaksi kelompok dengan kelompok. Komunikasi tidak selamanya dalam bentuk
langsung atau tatap muka (face to face) seperti berbicara atau
bersalaman. Ada pula komunikasi tidak langsung yaitu melalui perantara seperti
surat, telepon, surat kabar, televisi atau radio. Perantara itu disebut sebagai
media komunikasi.
Interaksi sosial dapat
Juga terjadi tidak melalui percakapan atau persentuhan badan (bersalaman).
misalnya seseorang merokok- dalam bis mengganggu ketenangan hati, sehingga
keadaan ini mengundang reaksi orang-orang di sekitarnya dengan cara menutup
hidung atau pindah tempat duduk. Jadi interaksi sosial terjadi apabila tindakan
atau perilaku seseorang dapat mempengaruhi, mengubah, memperbaiki atau
mendorong perilaku, pikiran, perasaan/emosi orang lain. Contoh lain, seseorang
menendang batu di jalan atau menginjak tumbuhan, itu belum tindakan sosial
karena batu atau tumbuhan tidak dapat bereaksi, tapi apabila batu yang
ditendang itu mengenai kepala orang lain, atau tumbuhan yang di injak itu
adalah tanaman yang dipelihara orang lain, sehingga marah, itu termasuk
tindakan sosial. Seorang guru memarahi seorang murid yang tidak melaksanakan
tugas, tindakan guru itu menyentuh dan mempengaruhi perasaan murid sehingga
perilakunya berubah. Seorang ibu atau anak menonton film di TV, pengaruh film
itu meresap ke dalam pikirannya sehingga terjadi perubahan emosi, sikap, dan
perilaku. Semua itu ada lab contoh tindakan sosial. Besar kecilnya pengaruh
yang diterima oleh individu tergantung kepada sifat interaksinya. Menurut
Astrid Susanto (1977) sifat interaksi sosial itu adalah:
a.
Frekuensi interaksi, makin sering makin
kenal dan makinbanyak pengaruhnya;
b.
Keteraturan interaksi, semakin teratur,
semakin jelas arahperubahannya;
c.
Ketersebaran interaksi, semakin banyak
dan tersebar, semakin banyak yang dipengaruhinya;
d.
Keseimbangan interaksi, semakin seimbang
posisi kedua belah pihak yang berinteraksi semakin besar pengaruhnya;
e.
Langsung tidaknya interaksi, bila
interaksi bersifat langsung kedua pihak, bersifat aktif, maka pengaruhnya
semakin besar.
Bila proses interaksi
terus berlanjut sehingga menimbulkan perubahannya perubahan dalam struktur masyarakat,
maka dapat menimbulkan proses sosial. Dan bila proses sosial inipun terus
berlanjut dapat menyebabkan, perubahan sosial dan perubahan kebudayaan. Contoh
seorang dokter yang berlatarbelakang budaya kota ditempatkan di sebuah desa.
Dokter dan warga desa, berinteraksi, saling menyesuaikan diri. Dokter terus
berkomunikasi secara langsung baik per orang maupun per kelompok.
Karena intensifnya komunikasi itu, Ia ma
kelamaan terjadi perubahan kebiasaan di antara keduanya. Misalnya petani
menjadi lebih tahu: tentang cara hidup sehat. Perilakunya pun berubah misalnya
membuang sampah pada tempatnya, mandi 2 kali sehari, makan makanan yang bergizi
berobat ke Puskesmas, anaknya disekolahkan dan sebagainya. Sekarang warga desa
merasa membutuhkan MCK, membutuhkan sarana kesehatan seperti: Puskesmas,
Posyandu, dan BKIA. membutuhkan sarana pendidikan; listrik; jalan, dan
peralatan lainnya. Sebaliknya dokter pun mengalami perubahan perilaku misalnya
tahu tentang cara bercocok tanam, senang berkebun, berpakaian sederhana seperti
orang desa, hidup bergotong-royong, dan mahir memainkan kesenian tradisional
yang ada di desa.Interaksi yang bersifat seimbang, terjadi antara dua individu
yang posisinya sama atau setingkat seperti teman sekolah dan teman sepermainan
akan Iebih besar pengaruh yang diterima oleh kedua belah pihak.
Menurut Soerjono Soekanto (1982: 58) suatu interaksi sosial
hanya bisa terjadi jika memenuhi dua syarat, yaitu adanya :
1.
Kontak sosial
Hubungan antara satu pihak dan pihak
lain yang merupakan awal terjadinya interaksi sosial.
2.
Komunikasi
Proses penyampaian pikiran atau
perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang
yang bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang tertentu.
Kontak sosial memang
terjadi, tetapi tidak terjadi komunikasi. Kontak tanpa komunikasi tidak
mempunyai arti apa-apa. Oleh karena itu syarat kedua dari interaksi sosial
adalah adanya komunikasi. Suatu komunikasi terjadi apabila seseorang memberikan
tafsiran pada perikelakuan orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerik
jasmaniah atau sikap)bdan perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh
orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap
perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.
Proses sosial yang timbul
akibat adanya interaksi soasial bisa terjadi dalam berbagai bentuk.Soerjono
Soekanto (1982 : 64 ) mengemukakan
adanya dua macam proses sosial,yaitu:
1).Proses
yang asosiatif (processes of association) yang terbagi ke dalam bentuk khusus lagi yaitu :
a.kerjasama
b.akomodasi
c.asimilasi
2).proses
yang disosiatif (processes of dissociation ) yang mencakup :
a.persaingan
b.contravention
c.pertentangan atau pertikaian (conflict)
Proses-proses
sosial yang asosiatif terjadi apabila orang-perorang atau satu kelompok
melakukan interaksiu sosial yang memiliki kesamaan atau keserasian pandangan
dan tindakan sehingga mengarah kepada kesatuan. Proses sosial yang mengarah
kepada kesatuan ini bisa dalam bentuk kerjasama, akomodasi, dan asimilasi.
-Kerjasama (cooporation) adalah suatu
bentuk proses sosial dimana didalamnya terdapat aktivitas tertentu yang
ditujukan untuk mencapai tujuan bersanma dengan saling membantu dan saling
memahami terhadap aktivitas masing-masing.
-Akomodasi adalah usaha-usaha manusia
untuk meredakan suatu pertentangan, yaitu usaha-usaha mencapai kestabilan.
-Asimilasi adalah suatu proses sosial
ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat
antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi
usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental
dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.
Seperti
halnya proses-proses sosial yang asosiatif, maka proses-proses disosiatif pun
dapat ditentukan pada setiap masyarakat. Proses disosiatif ini terwujud dalam
bentuk persaingan atau kompetisi (competition), kontravensi (contravention),
dan pertentangan atau pertikaian (conflict)
-Persainagan
adalah suatu proses orang perorangan atau kelompok-kelompok yang bersaing
mencari keuntungan untuk mencapai tujuan tertentu tanpa mempergunakan ancaman
atau kekerasan
-Kontravensi
adalah proses sosial yang di tandai dengan gejala-gejala adanya ketidakpastian
mengenai diri seseorang atau suatu kelompok.
-Pertikaian
atau konflik adalah bentuk persaingan yang berkembang secara negatif, artinya
satu pihak bermaksud untuk mencelakakan atau paling tidak berusaha untuk
menyingkirkan pihak lainnya.
Interaksi sosial dapat menimbulkan:
a.
Kerja sama (cooperation);
b.
Persaingan (competition);
c.
Pertikaian (conflict).
Kerja sama terjadi bila
individu atau kelompok mempunyai kesadaran akan tujuan yang sama, sehingga
timbul aktivitas yang saling menunjang, membantu untuk bersama-sama mencapai
tujuan.
Ada 3 bentuk kerja sama yaitu:
a.
Bergantung yaitu perjanjian pertukaran
barang atau jasa;
b.
Cooptation yaitu
penerimaan unsur-unsur baru sebagai salah satu cara untuk menghindari
terjadinya keguncangan atau ketidakstabilan;
c.
Coalition yaitu
penggabungan dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama.
Bila dua kelompok yang
berbeda kebudayaannya saling berbaur menjadi satu kesatuan hingga menghasilkan
kebudayaan baru yang berbeda dengan kebudayaan aslinya disebut asimilasi,
contoh asimilasi adalah perkawinan campuran dua suku yang berbeda menghasilkan
satu kebudayaan yang baru dan khas. Bila dua kelompok yang berbeda budaya
saling bertemu dan melakukan kontak sosial yang intensif, sehingga terjadi
pembaruan tanpa menghilangkan ciri kebudayaan aslinya disebut dengan
akulturasi. Contoh datangnya pengaruh Hindu, Budha, dan Islam ke Indonesia
berbaur dengan kepercayaan asli. Persaingan adalah proses sosial di mana dua
individu atau kelompok berusaha mencari sesuatu yang menjadi pusat perhatian
masyarakat tanpa kekerasan atau ancaman. Misalnya dua orang siswa sama-sama
memusatkan perhatian untuk memperoleh nilai IPS tertinggi.
Pertikaian atau konflik
adalah pertentangan antara individu atau kelompok, baik yang terlihat dengan
jelas dan terbuka (misalnya dalam bentuk perkelahian) maupun tidak (misalnya
hanya dalam sikap). Usaha untuk mencegah mengurangi. menghindari dan
menghentikan pertentangan disebut akomodasi. Akomodasi dapat melalui paksaan (coercion)
seperti dua murid yang berkelahi diancam akan dikeluarkan kalau terus
berkelahi; saling mengurangi perbedaan yang membuat mereka berselisih (compromise);
mempergunakan pihak ketiga sebagai wasit yang netral (mediation); menyelesaikan
pertikaian melalui pihak ketiga yang statusnya lebih tinggi (arbitration);
mempertemukan pihak yang berselisih untuk mencapai suatu persetujuan bersama (conciliation),
menyadari untuk menghindari pertikaian (toleransi); menyadari akan
adanya kekuatan yang seimbang sehingga kalau diteruskan tidak akan ada yang
menang dan kalah (stalemate) dalam penyelesaian perkara melalui
pengadilan (adjudication).
BAB
III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Setiap orang dilahirkan sebagai
makhluk individu. Individu merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk
menyebut suatu kesatuan yang paling kecil. Individu sering digunakan sebutan
“orang seorang” atau “manusia perseorangan” sebagai individu, manusia merupakan
suatu sistem yang terdiri atas subsistem jasmani dan subsistem rohani. Jadi
individu adalah satu kesatuan utuh antara jasmani dan rohani. Setiap individu
mempunyai ciri khas dan kebutuhan yang tersendiri.
Dalam memenuhi kebutuhan tersebut,
setiap individu membutuhkan individu lain. Karena itulah individu selalu hidup
berkelompok membentuk masyarakat. Masyarakat adalah sejumlah orang yang hidup
dalam suatu daerah saling berhubungan dan terikat satu sama lain, sehingga
memiliki rasa solidaritas dan menghasilkan kebudayaan. Setiap individu dalam
masyarakat mempunyai peran dan kedudukan yang berbeda. Setiap individu
diharapkan dapat berperan sesuai dengan kedudukannya sehingga tercipta
ketertiban, kenyamanan, kestabilan hidup bermasyarakat, yang akhirnya tujuan
bersama dapat tercapai. Dalam setiap masyarakat selalu ada nilai, moral dan
norma yang dianut dan dipatuhi. Bagi Bangsa Indonesia, Pancasila adalah sumber
nilai, sumber moral dan merupakan seperangkat norma yang harus menjadi pedoman
bagi setiap individu dalam bersikap, berperilaku, dalam bermasyarakat dan
bernegara. Pancasila mengandung nilai Ketuhanan, kemanusiaan, kebenaran,
kebaikan, dan keindahan hidup bermasyarakat. Pancasila menuntut dan mengarahkan
hidup setiap penduduk Indonesia untuk memiliki keseimbangan, keserasian,
keharmonisan hubungan antara individu dengan Tuhan Yang Maha Esa sebagai
pencipta, individu dengan individu dan individu dengan individu dalam kelompok
masyarakatnya.
B.SARAN
Mengingat keterbatasan sumber literatur penulis, maka
untuk keakuratan data sejarah yang diperoleh, disarankan kepada pembaca juga
memiliki sumber literatur lain yang lebih valid, di luar sumber bacaan dari
internet yang belum dapat divalidasi seluruhnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Samlawi, Faqih. 2001. Konsep Dasar IPS. Bandung: CV.Maulana.
Maftuh, Bunyamin. 2001. Konsep Dasar IPS. Bandung:CV.Maulana.
Rahmat dan M. Halimi (1996), Penuntun
Belajar Tata Negara untuk SMU,
Bandung, Ganeca Exact.
Sumaatmadja, Nursid. 2006. Konsep dasar IPS. Jakarta:Universitas
terbuka.
(Kamis,4 September 2014; 17:39)
0 komentar:
Posting Komentar