MAKALAH
PENGARUH BUDAYA HINDU DAN BUDAYA BUDHA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Secara umum, akulturasi
diartikan sebagai proses perpaduan antara dua kebudayaan atau lebih, sehingga
melahirkan bentuk kebudayaan baru. Akan tetapi, unsur-unsur penting dari
masing-masing kebudayaan (baik kebudayaan lama maupun kebudayaan yang datang
berikutnya) masih terlihat. Dengan demikian, proses akulturasi akan terjadi
apabila masing-masing kebudayaan yang saling berpadu itu seimbang.
Terlepas dari berbagai macam teori yang muncul tentang penyebaran agama
Hindu-Budha ke Indonesia, tidak semua pengaruh budaya India ditiru oleh
masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia telah memiliki Local Genius yaitu kemampuan masyarakat
Indonesia untuk menyaring dan mengolah budaya asing ynag masuk dan disesuaikan
dengan kepribadian bangsa Indonesia. Masuknya pengaruh Kebudayaan Hindu-Budha
ke Indonesia juga telah menyebabkan kebudayaan di Indonesia terdapat berbagai
macam budaya hal tersebut menyebabkan Indonesia terkenal dengan
kemultikultularannya, itu terjadi karena akulturasi budaya di Indonesia
tersebut sudah terjadi mulai pada zaman
dahulu hingga sekarang.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana awal masuknya kebudayaan India
(Hindu-Budha) ke Indonesia?
2. Bagaimana proses berkembangnya kebudayaan India
(Hindu-Budha) di Indonesia?
3. Bagaimana
pengaruh budaya hindu dan budha
di Indonesia?
4. Apa peningalan - peningalan budaya hindu
dan budha di Indonesia?
C.
TUJUAN
1.
Memenuhi tugas mata
kuliah kajian ips
2. Untuk mengetahui sejarah awal masuknya kebudayaan
India (Hindu-Budha) ke Indonesia.
3. Untuk mengetahui proses berkembangnya kebudayaan
India di Indonesia.
4.
Mengetahui pengaruh
budaya hindu di Indonesia
5.
Mengetahui pengaruh
budaya budha di Indonesia
6.
Mengetahui apa saja
peningalan – peningalan kebudayaan hindu
budha di indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Masuk
dan Berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia.
Kebudayaan Hindu-Budha pada awalnya tumbuh dan berkembang di wilayah
India. Peradaban tersebut tumbuh di lembah sungai Indus, yang perkembangannya
sudah terjadi sejak kurang lebih 2000 tahun yang lalu.
Pada awalnya kebudayaan Hindu merupakan perpaduan antara bangsa Arya (yang merupakan sekelompok
pendatang) dengan bangsa Dravida
(pendukung asli kebudayaan lembag Indus). Sebagai agama, Hindu bersifat Polytheisme yaitu percaya pada banyak
dewa. Dalam agama Hindu dikenal adanya 3 dewa utama yang disebut Trimurti
(Brahma, Wisnu, Syiwa).
Jauh setelah Hindu berkembang di India kemudian juga muncul agama
dan kebudayaan Budha. Agama Budha diajarkan Sidharta Gautama, putra raja Sudana
dari kerajaan Kapilawastu. Agama Budha memiliki hari besar Waisak. Hari raya
Waisak ini memperingati tiga peristiwa yaitu kelahirannya Sidartha, Sidartha
menerima penerangan agung, dan juga wafatnya sang Budha. Agama Budha pernah
berpengaruh besar di India. Agama ini memgalami perkembangan pesat di India
pada masa pemerintahan raja Asoka. Pada masa pemerintahannya agama budha
dijadikan sebagai agama resmi Negara.
Dalam perkembangan selanjutnya agama dan kebudayaan Hindu-Budha
tidak hanya berkembang di India, namun juga ke wilayah Indonesia. Penyebaran
agama dan kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia tidak terlepas dari hubungan
dagang antara India dengan Indonesia. Hubungan dagang antara India dengan
Indonesia dimungkinkan sudah terjadi sejak awal abad pertama Masehi. Hubungan
dagang tersebut terjalin karena didukung oleh letak Indonesia yang strategis
dijalur perdagangan internasional. Disamping itu Indonesia juga memiliki hasil
bumi yang menjadi komuditas perdagangan.
B.
Hipotesis para ahli
tentang teori masuknya agama Hindu-Budha ke Indonesia.
Teori-teori mengenai masuknya agama dan kebudayaan hindu-budha ke
Indonesia adalah :
1.
Teori Waisya
Menyatakan bahwa penyebaran agama
Hindu ke Indonesia dibawa oleh orang-orang India berkasta Waisya, karena mereka
terdiri atas para pedagang yang datang dan kemudian menetap di salah satu
wilayah di Indonesia. Bahkan banyak di antara pedagang itu yang menikah dengan
wanita setempat.
2.
Teori Ksatria
Menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu ke Indonesia
dibawa oleh orang-orang India berkasta Ksatria. Hal ini disebabkan terjadi
kekacauan politik di India, sehingga para ksatria yang kalah melarikan diri ke
Indonesia. Mereka lalu mendirikan kerajaan-kerajaan dan menyebarkan agama
Hindu.
3.
Teori Brahmana
Menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu dilakukan oleh
kaum Brahmana. Kedatangan mereka ke Indonesia untuk memenuhi undangan kepala
suku yang tertarik dengan agama Hindu. Kaum Brah¬mana yang datang ke Indonesia
inilah yang mengajarkan agama Hindu kepada masyarakat.
4.
Teori Arus Balik
Menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu-Budha dilakukan
oleh masyarakat pribumi. Masyarakat pribumi banyak yang dikirim ke negeri India
untuk menuntut ilmu disana. Sekembalinya pelajar tersebut membawa ajaran
Hindu-Budha kemudian menyebarkannya di Bumi Nusantara.
5.
Teori Nasional
Bahwa bangsa
Indonesia yang berdagang ke India pulang dengan membawa agama dan kebudayaan
Hindu atau sebaliknya orang-orang Indonesia (raja) mengundang Brahmana kemudian
Brahmana menyebarkan agama dan kebudayaan Hindu di Indonesia. Pendapat ini
disebut teori arus balik. Pendukung teori ini adalah F.D.K.Bosch.
D. Pengaruh
kebudayaan Hindu-Budha terhadap masyarakat Indonesia.
Fakta tentang Proses Interaksi Masyarakat di Berbagai Daerah dengan
Tradisi Hindu-Buddha. Munculnya pengaruh Hindu-Buddha (India) di Indonesia
sangat besar dan dapat terlihat melalui beberapa hal seperti:
a.
Seni Bangunan
Seni bangunan yang menjadi bukti berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha
di Indonesia pada bangunan Candi. Candi Hindu maupun Candi Buddha yang
ditemukan di Sumatera, Jawa dan Bali pada dasarnya merupakan perwujudan
akulturasi budaya lokal dengan bangsa India. Pola dasar candi merupakan
perkembangan dari zaman prasejarah tradisi megalitikum, yaitu bangunan punden
berundak yang mendapat pengaruh Hindu-Buddha, sehingga menjadi wujud candi,
seperti Candi Borobudur.
b.
Seni Rupa/Seni Lukis
Unsur seni rupa atau seni lukis India telah masuk ke Indonesia. Hal
ini terbukti dengan telah ditemukannya area Buddha berlanggam Gandara di kota
Bangun, Kutai. Juga patung Buddha berlanggam Amarawati ditemu-kan di Sikendeng
(Sulawesi Selatan). Seni rupa India pada Candi Borobudur ada pada relief-relief
ceritera Sang Buddha Gautama. Relief pada Candi Borobudur pada umumnya lebih
menunjukkan suasana alam Indonesia, terlihat dengan adanya lukisan rumah
panggung dan hiasan burung merpati. Di samping itu, juga terdapat hiasan perahu
bercadik. Lukisan-lukisan tersebut merupakan lukisan asli Indonesia, karena
lukisan seperti itu tidak pernah ditemukan pada candi-candi yang ada di India.
Juga relief Candi Prambanan yang memuat ceritera Ramayana.
c.
Seni Sastra
Seni sastra India turut memberi corak dalam seni sastra Indonesia.
Bahasa Sanskerta sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan sastra
Indonesia. Prasasti-prasasti awal menunjukkan pengaruh Hindu-Buddha di
Indonesia, seperti yang ditemukan di Kalimantan Timur, Sriwijaya, Jawa Barat,
Jawa Tengah. Prasasti itu ditulis dalam bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa.
d.
Kalender
Diadopsinya sistem kalender atau penanggalan India di Indonesia
merupakan wujud dari akulturasi, yaitu dengan penggunaan tahun Saka. Di samping
itu, juga ditemukan Candra Sangkala atau kronogram dalam usaha memperingati
peristiwa dengan tahun atau kalender Saka. Candra Sangkala adalah angka huruf
berupa susunan kalimat atau gambaran kata. Bila berupa gambar harus dapat
diartikan ke dalam bentuk kalimat.
e.
Kepercayaan dan Filsafat
Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia, bangsa
Indonesia telah mengenal dan memiliki kepercayaan, yaitu pemujaan terhadap roh
nenek moyang. Kepercayaannya itu bersifat animisme dan dinamisme. Kemudian,
masuknya pengaruh Hindu-Buddha, ke Indonesia mengakibatkan terjadinya
akulturasi. Masuk dan berkembangnya pengaruh terutama terlihat dari segi
pemujaan terhadap roh nenek moyang dan pemujaan dewa-dewa alam.
f.
Pemerintahan
Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha, bangsa Indonesia telah
mengenal sistem pemerintahan. Sistem pemerintahan kepala suku berlangsung
secara demokratis, yaitu salah seorang kepala suku merupakan pemimpin yang
dipilih dari kelompok sukunya, karena memiliki kelebihan dari anggota kelornpok
suku lainnya. Akan tetapi, setelah masuknya pengaruh Hindu-Buddha, tata pemerintahan
disesuaikan dengan sistem kepala pemerintahan yang berkembang di India. Seorang
kepala pemerintahaii bukan lagi seorang kepala suku, melainkan seorang raja,
yang memerintah wilayah kerajaannya secara turun-temurun (Bukan lagi ditentukan
oleh kemampuan, melainkan oleh keturunan).
Masuknya kebudayaan Hindu-Buddha ke
Indonesia menimbulkan akulturasi kebudayaan dengan kebudayaan bangsa Indonesia.
Adapun wujud akulturasi itu , seperti berikut.
a. Bahasa
Wujud
akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa
Sanskerta yang dapat ditemukan sampai sekarang di mana bahasa Sanskerta
memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Sanskerta pada
awalnya banyak ditemukan pada prasasti (batu tertulis) peninggalan kerajaan
Hindu-Buddha (5-7M) contohnya prasasti Yupa dari Kutai, prasasti peninggalan
kerajaan Tarumanegara. Pada perkembangan selanjutnya bahasa Sanskerta
digantikan oleh bahasa Melayu Kuno seperti yang ditemukan pada prasasti
peninggalan Kerajaan Sriwijaya (7-13M).
b. Religi/Kepercayaan
Sistem
kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Buddha masuk ke
Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada animisme dan dinamisme.
Dengan masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia, masyarakat Indonesia mulai
menganut atau mempercayai agama –agama tersebut. Agama Hindu dan Buddha yang
berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan animisme
dan dinamisme, atau dengan kata lain mengalami sinkritisme (bagian dari proses
akulturasi yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu).
Itu sebabnya agama Hindu dan Buddha yang berkembang di Indonesia, berbeda
dengan agama Hindu –Buddha yang dianut oleh masyarakat India.
Perbedaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dalam upacara ritual yang diadakan
oleh umat Hindu atau Buddha yang ada di Indonesia. Contohnya, upacara
Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, ternyata upacara tersebut tidak
dilaksanakan oleh umat Hindu di India.
c. Organisasi
Sosial Kemasyarakatan
Wujud
akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat dilihat dalam
organisasi politik, yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia
setelah masuknya pengaruh India. Dengan adanya pengaruh kebudayaan India
tersebut maka sIstem pemerintah yang berkembang di Indonesia adalah bentuk
kerajaan yang diperintah oleh seorang raja secara turun-temurun.
Raja di
Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap keturunan dewa keramat
sehingga rakyat sangat memuja raja tersebut. Hal ini dapat dibuktikan dengan
adanya raja-raja yang memerintah singasari, seperti kertanegara diwujudkan
sebagai Bairawa, dan Raden Wijaya Raja Majapahit diwujudkan sebagai Harihara
(Dewa Syiwa dan Wisnu jadi satu).
Pemerintahan seorang raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan
turun-temurun seperti di India dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah.
Prinsip musyawarah diterapkan terutama apabila raja tidak mempunyai putra
mahkota seperti yang terjadi di kerajaan majapahit, pada waktu pengangkatan
Wikramawardana. Wujud akulturasi disamping terlihat alam sistem pemerintahan
juga terlihat dalam sistem kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat
berdasarkan sistem kasta.
Sistem
kasta menurut kepercayaan hindu terdiri atas kasta Brahmana (golongan
pendeta), kasta Kesatria (golongan prajurit dan
bangsawan), kasta Waisya (golongan pedagang), dan kasta
Sudra (golongan rakyat jelata).
Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia,
tetapi tidak sama persis dengan kasta-kasta yang ada di India. Hal itu
dikarenakan kasta India benar-benar diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan,
sedangkan di Indonesia tidak demikian. Di Indonesia kasta hanya diterapkan
untuk upacara keagamaan.
d. Sistem
Pengetahuan
Wujud
akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya, yaitu perhitunganwaktu
berdasarkan kalender tahun Saka, yaitu tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut
perhitungan, satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun Saka dan
tahun Masehi adalah 78 tahun. Sebagai contoh tahun Saka 654 maka tahun Msehinya
654 + 78 = 732 M.
Disamping adanya pengetahuan tentang
kalender Saka, juga ditemukan perhitungan tahun Saka dengan menggunakan candrasangkala.
Candrasangkala adalah susunan kalimat atau gambar yang dapat dibaca sebagai
angka. Candrasangkala banyak ditemukan dalam prasasti yang ditemukan di Pulau
Jawa dan menggunakan kalimat bahasa Jawa. Salah satu contohnya yaitu
kalimat Sirna ilang kertaning bhumi apabila
diartikan sirna = 0, ilang = 0, kertaning =
4, dan bhumi = 1 maka kalimat tersebut diartikan dari
belakang, yaitu sama dengan tahun 1400 Saka atau sama dengan 1478 M yang
merupakan tahun runtuhnya Majapahit.
e. Peralatan
Hidup dan Teknologi
Salah
satu wujud akulturasi dari peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni
bangunan candi. Seni bangunan candi tersebut memang mengandung unsur budaya
India, tetapi keberadaan candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi
yang ada di India karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi
pembuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab
Silpasastra, yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk
melaksanakan pembuatan arca dan bangunan.
Untuk
itu, dilihat dari bentuk dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat perbedaan.
Bentuk dasar bangunan candi di Indonesia punden berundak-undak yang merupakan
salah satu peninggalan kebudayaanMegalithikum dan berfungsi sebagai
tempat pemujaan. Adapun fungsi bangunan candi itu sendiri di Indonesia sesuai
dengan asal kata “candi” tersebut. Perkataan “candi” berasal dari kata
“candika” yang merupakan salah satu nama Dewi Durga atau dewi maut sehingga
candi merupakan bangunan untuk memuliakan orang yang telah wafat, khususnya
raja-raja dan orang-orang terkemuka.
Disamping itu dalam bahasa Kawi, candi berasal dari kata “cinandi” artinya
yang dikuburkan. Untuk itu, yang dikuburkan di dalam candi bukanlah mayat atau
abu jenazah melainkan berbagai macam benda yang yang menyangkut lambang
jasmaniah raja yang disimpan dalam pripih.
Dengan
demikian, fungsi candi Hindu di Indonesia adalah untuk pemujaan terhadap roh
nenek moyang atau dihubungkan dengan raja yang sudah meninggal. Hal ini
terlihat dari adanya lambang jasmaniah raja, sedangkan fungsi candi di India
adalah untuk tempat pemujaan terhadap dewa, contohnya seperti candi-candi yang
terdapat di kota Benares merupakan tempat pemujaan terhadap Dewa Syiwa.
Untuk
candi yang bercorak Buddha fungsinya sama dengan di India, yaitu untuk memuja
Dyani Bodhisattwa yang dianggap sebagai perwujudan dewa
Untuk
candi Buddha di India hanya berbentuk stupa, sedangkan di Indonesia stupa merupakan
ciri khas atap candi-candi yang bersifat agama Buddha. Dengan demikian, seni
bangunan candi di Indonesia memiliki kekhasan tersendiri karena Indonesia hanya
mengambil intinya saja dari unsur budaya India sebagai dasar ciptaannya dan
hasilnya tetap sesuatu yang bercorak Indonesia.
f. Kesenian
Wujud
akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dalam bidang seni dari seni rupa,
seni sastra, dan seni pertunjukan. Dalam seni rupa contoh wujud akulturasinya
dapat dilihat dari relief dinding candi (gambar timbul), gambar timbul pada
candi banyak menggambarkan suatu kisah/cerita yang berhubungan dengan ajaran
agama Hindu ataupun Buddha.
Gambar
relief pada candi Borobudur ada yang menggambarkan Buddha sedang digoda oleh
mara yang menari-nari diiringi gendang. Relief ini mengisahkan riwayat hidup
sang Buddha seperti yang terdapat dalam kitab Lalitawistara.
Demikian pula halnya dengan candi-candi Hindu. Relief-reliefnya yang juga
mengambil kisah yang terdapat dalam kepercayaan Hindu seperti kisah Ramayana
yang digambarkan melalui relief candi Prambanan ataupun candi Panataran.
Dari
relief-relief tersebut apabila diamati lebih lanjut, ternyata Indonesia juga
mengambila kisah asli cerita tersebut, tetapi suasana kehidupan yang
digambarkan oleh relief tersebut adalah suasana kehidupan asli keadaan alam
ataupun masyarakat Indonesia. Dengan demikian, terbukti bahwa Indonesia tidak
menerima begitu saja budaya India, tetapi selalu berusaha menyesuaikan dengan
keadaan dan suasana di Indonesia.
Untuk
wujud akulturasi dalam seni sastra dapat dibuktikan dengan adanya suatu
cerita/kisah yang berkembang di Indonesia yang bersumber dari kitab Ramayana
yang ditulis oleh Walmiki dan kitab Mahabarata yang ditulis oleh Wiyasa. Keduan
kitab tersebut merupakan kitab kepercayaan umat Hindu. Akan tetapi, setelah
berkembang di Indonesia tidak sama seperti aslinya dari India karena sudah
disadur kembali oleh pujangga-pujangga Indonesia ke dalam bahasa Jawa Kuno.
Tokoh-tokoh cerita dalam kisah tersebut ditambah dengan hadirnya tokoh
Punokawan, seperti Semar, Bagong, Petruk, dan Gareng. Bahkan, dalam kisah
Bharatayudha yang disadur dari kitab Mahabarata tidak menceritakan perang
antara Pendawa dan Kurawa, melainkan menceritakan kemenangan Jayabaya dari
Kediri melawan Jenggala.
Disamping itu juga kisah Ramayana ataupun Mahabarata diambil sebagai suatu
cerita dalam seni pertunjukan di Indonesia, yaitu salah satunya pertunjukan
wayang. Seni petunjukan wayang merupakan salah satu kebudayaan asli Indonesia
sejak zaman prasejarah dan pertunjukan wayang tersebut sangat digemari terutama
oleh masyarakat Jawa. Wujud akulturasi dalam pertunjukan wayang tersebut
terlihat dari pengambilan lakon cerita dari kisah Ramayana ataupun Mahabarata yang
berasal dari budaya India, tetapi tidak sama persis dengan aslinya karena sudah
mengalami perubahan. Perubahan tersebut antara lain terletak dari karakter atau
perilaku tokoh-tokoh cerita, misalnya dalam kisah Mahabarata keberadaan tokoh
durna, dalam cerita aslinya durna adalah seorang mahaguru bagi Pendawa dan
Kurawa dan berprilaku baik, tetapi dalam lakon Indonesia durna adalah tokoh
yang berperangai buruk suka menghasut.
D. Peningalan – Peningalan Kebudayaan Hindu
Masuknya Agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh
para pedagang dari India. Di antara pedagang tersebut ada yang menetap di
Indonesia dan membawa pengaruh agama dan kebudayaan mereka. Kebudayaan Hindu di
masa lampau mewariskan bermacam-macam peninggalan sejarah. Peninggalan sejarah
yang bercorak kebudayaan Hindu antara lain candi, prasasti, patung, karya
sastra (kitab), dan tradisi.
Candi
Candi adalah bangunan yang biasanya terdiri dari tiga bagian, yaitu
kaki, tubuh, dan atap. Pada candi Hindu biasanya terdapat arca perwujudan tiga
dewa utama dalam ajaran Hindu. Tiga dewa itu adalah Brahma, Wisnu, dan Syiwa.
Brahma adalah dewa pencipta, Wisnu dewa pemelihara, dan Syiwa dewa pelebur.
Pada dinding candi terdapat relief, yaitu gambar timbul yang biasanya dibuat
dengan cara memahat. Relief mengisahkan sebuah cerita.
Candi peninggalan
Hindu yang terkenal adalah Candi Prambanan atau Candi Loro Jonggrang. Candi
Prambanan dibangun pada abad ke-9 di perbatasan Yogyakarta dan Surakarta. Di
dalam candi ini terdapat patung Trimurti dan relief yang mengisahkan cerita
Ramayana. Tokoh dalam cerita Ramayana adalah Rama, Shinta, dan Burung Jatayu.
Candi-candi
peninggalan agama Hindu
No.
|
Nama
Candi
|
Lokasi
Penemuan
|
Pembuatan
|
Peninggalan
|
1
|
Prambanan
|
Yogyakarta
|
Abad ke-7 M
|
Mataram Lama
|
2
|
Dieng
|
Dieng, Jawa
Tengah
|
Abad ke-7 M
|
Mataram Lama
|
3
|
Badut
|
Malang, Jawa
Timur
|
Tahun 760 M
|
Kanjuruhan
|
4
|
Canggal
|
Jawa Tengah
|
Abad ke-8 M
|
Mataram Lama
|
5
|
Gedong Sanga
|
Jawa Tengah
|
Abad ke-8 M
|
Mataram Lama
|
6
|
Penataran
|
Blitar, Jawa
Timur
|
Abad ke-11 M
|
Kediri
|
7
|
Sawentar
|
Blitar Jawa Timur
|
Abad ke-12 M
|
Singasari
|
8
|
Candi Kidal
|
Jawa Timur
|
Abad ke-12 M
|
Singasari
|
9
|
Singasari
|
Jawa Timur
|
Abad ke-12 M
|
Singasari
|
10
|
Sukuh
|
Karang Anyar,
Jateng
|
Abad ke-13 M
|
Majapahit
|
Prasasti
Prasasti adalah benda peninggalan sejarah yang berisi tulisan dari
masa lampau. Tulisan itu dicatat di atas batu, logam, tanah liat, dan tanduk
binatang. Prasasti peninggalan Hindu ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa
Sansekerta. Prasasti tertua adalah Prasasti Yupa, dibuat sekitar tahun 350-400
M. Prasasti Yupa berasal dari Kerajaan Kutai. Yupa adalah tiang batu yang
digunakan pada saat upacara korban. Hewan kurban ditambatkan pada tiang ini.
Prasasti Yupa terdiri dari tujuh batu bertulis. Isi Prasasti Yupa adalah syair
yang mengisahkan Raja Mulawarman. Berikut ini daftar prasasti-prasasti
peninggalan kebudayaan Hindu.
Prasasti-prasasti
peninggalan kerajaan Hindu
No.
|
Nama
Prasasti
|
Lokasi
Penemuan
|
Pembuatan
|
Peninggalan
|
1
|
Kutai
|
Kutai, Kaltim
|
Abad ke-4 M
|
Kutai
|
2
|
Ciaruteun
|
Bogor, Jabar
|
Abad ke-5 M
|
Tarumanegara
|
3
|
Tugu
|
Cilincing, Jakut
|
Abad ke-5 M
|
Tarumanegara
|
4
|
Jambu
|
Bogor, Jabar
|
Abad ke-5 M
|
Tarumanegara
|
5
|
Kebon Kopi
|
Bogor, Jabar
|
Abad ke-5 M
|
Tarumanegara
|
6
|
Cidanghiang
|
Pandeglang
|
Abad ke-5 M
|
Tarumanegara
|
7
|
Pasir Awi
|
Leuwiliang,
Jabar
|
Abad ke-5 M
|
Tarumanegara
|
8
|
Muara Cianten
|
Bogor, Jabar
|
Abad ke-5 M
|
Tarumanegara
|
9
|
Canggal
|
Magelang, Jateng
|
Abad ke-7 M
|
Mataram Lama
|
10
|
Kalasan
|
Yogyakarta
|
Tahun 732 M
|
Mataram Lama
|
11
|
Dinoyo
|
Malang, Jatim
|
Tahun 760 M
|
Mataram Lama
|
12
|
Kedu
|
Temanggung,
Jateng
|
Tahun 778 M
|
Mataram Lama
|
13
|
Sanur
|
Bali
|
Abad ke-9 M
|
Bali
|
Patung
Wujud patung Hindu antara lain hewan dan manusia. Patung berupa
hewan dibuat karena hewan tersebut dianggap memiliki kesaktian. Patung berupa
manusia dibuat untuk mengabadikan tokoh tertentu dan untuk menggambarkan dewa
dewi. Contoh patung peninggalan kerajaan Hindu yang terkenal adalah Patung
Airlangga sedang menunggang garuda. Dalam patung itu, Airlangga digambarkan
sebagai penjelmaan Dewa Wisnu.
Patung-patung
peninggalan kerajaan Hindu
No.
|
Nama
Patung
|
Lokasi Penemuan
|
Pembuatan
|
Peninggalan
|
1
|
Trimurti
|
-
|
-
|
-
|
2
|
Dwarapala
|
Bogor, Jabar
|
Abad ke-5 M
|
Tarumanegara
|
3
|
Wisnu Cibuaya I
|
Cibuaya, Jabar
|
Abad ke-5 M
|
Tarumanegara
|
4
|
Wisnu Cibuaya II
|
Cibuaya, Jabar
|
Abad ke-5 M
|
Tarumanegara
|
5
|
Rajasari
|
Jakarta
|
Abad ke-5 M
|
Tarumanegara
|
6
|
Airlangga
|
Medang Kemulan
|
Abad ke-10 M
|
Medang Kemulan
|
7
|
Ken Dedes
|
Kediri, Jatim
|
Abad ke-12 M
|
Kediri
|
8
|
Kertanegara
|
Jawa Timur
|
Abad ke-12 M
|
Singasari
|
9
|
Kertarajasa
|
Mojekerto, Jatim
|
Abad ke-13 M
|
Majapahit
|
Karya
sastra (kitab)
Karya sastra peninggalan kerajaan Hindu berbentuk kakawin atau
kitab. Kitab-kitab peninggalan itu berisi catatan sejarah. Umumnya karya sastra
peninggalan sejarah Hindu ditulis dengan huruf Pallawa dalam bahasa Sansekerta
pada daun lontar. Karya sastra yang terkenal antara lain Kitab Baratayuda dan
Kitab Arjunawiwaha. Kitab Baratayuda dikarang Empu Sedah dan Empu Panuluh.
Kitab Baratayuda berisi cerita keberhasilan Raja Jayabaya dalam mempersatukan
Kerajaan Kediri dan Kerajaan Jenggala. Kitab Arjunawiwaha berisi pengalaman
hidup dan keberhasilan Raja Airlangga. Berikut ini daftar kitab-kitab
peninggalan sejarah Hindu di Indonesia.
Kitab-kitab
peninggalan sejarah Hindu
No.
|
Nama
Kitab
|
Lokasi
Penemuan
|
Pembuatan
|
Peninggalan
|
1
|
Carita
Parahayangan
|
Bogor, Jabar
|
Abad ke-5 M
|
Tarumanegara
|
2
|
Kresnayana
|
Bogor, Jabar
|
Abad ke-5 M
|
Tarumanegara
|
3
|
Arjunawiwaha
|
Kahuripan, Jatim
|
Abad ke-10 M
|
Medang Kemulan
|
4
|
Lubdaka
|
Kediri, Jatim
|
Abad ke-11 M
|
Kediri
|
5
|
Baratayuda
|
Kediri, Jatim
|
Abad ke-12 M
|
Kediri
|
Tradisi
Tradisi adalah kebiasaan nenek moyang yang masih dijalankan oleh
masyarakat saat ini. Tradisi agama Hindu banyak ditemukan di daerah Bali karena
penduduk Bali sebagian besar beragama Hindu. Tradisi agama Hindu yang
berkembang di Bali, antara lain:
1.
Upacara nelubulanin ketika bayi berumur 3 bulan.
2.
Upacara potong gigi (mapandes).
3.
Upacara pembakaran
mayat yang disebut Ngaben. Dalam tradisi
Ngaben, jenazah dibakar beserta sejumlah benda berharga yang dimiliki orang
yang dibakar.
4.
Ziarah, yaitu mengunjungi makam orang suci dan tempat suci leluhur seperti
candi.
E.
Peningalan – peningalan
kebudayaan budha:
Agama Buddha berasal dari India.
Agama Buddha masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya agama Hindu. Agama
Hindu berkembang setelah agama Buddha. Namun, persebaran agama Hindu lebih cepat
dari pada persebaran agama Buddha. Hal ini terbukti dari lebih banyaknya
kerajaan Hindu daripada kerajaan Buddha.
Pusat-pusat kerajaan Buddha
terdapat di Sumatra dan beberapa daerah di Jawa. Berikut
peninggalan-peninggalan sejarah bercorak Buddha di Indonesia.
Candi
Candi-candi Buddha digunakan
sebagai tempat pemujaan. Ciri candi Buddha adalah adanya stupa dan patung Sang
Buddha Gautama. Stupa adalah bangunan dari batu tempat menyimpan patung Sang
Buddha. Beberapa Candi Buddha dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Candi-candi peniggalan agama Buddha
No.
|
Nama Candi
|
Lokasi Penemuan
|
Pembuatan
|
Peninggalan
|
1
|
Sewu
|
Jawa Tengah
|
Abad ke-7 M
|
Mataram Lama
|
2
|
Plaosan
|
Jawa Tengah
|
Abad ke-7 M
|
Mataram Lama
|
3
|
Mendut
|
Jawa Tengah
|
Abad ke-7 M
|
Mataram Lama
|
4
|
Borobudur
|
Jawa Tengah
|
Tahun 770-842 M
|
Mataram Lama
|
5
|
Muara Takus
|
Sumatra Selatan
|
Abad ke-8 M
|
Sriwijaya
|
6
|
Jago
|
Malang, Jawa Timur
|
Abad ke-12 M
|
Singasari
|
7
|
Sari
|
Jawa Tengah
|
Abad ke-13 M
|
Majapahit
|
8
|
Pawon
|
Jawa Tengah
|
Abad ke-13 M
|
Majapahit
|
9
|
Tikus
|
Mojokerto, Jawa Timur
|
Abad ke-13 M
|
Majapahit
|
|
|
|
|
|
Candi Borobudur adalah candi
Buddha terbesar. Candi ini terletak di Magelang, Jawa Tengah. Candi Borobudur
dibangun sebelum agama Hindu berkembang di Jawa. Pembangunannya membutuhkan
waktu sekitar 50 tahun. Relief (lukisan timbul) yang terdapat pada Candi
Borobudur panjangnya mencapai 4 km. Tinggi Candi Borobudur 42 meter. Arca atau
patung yang terdapat di sana mencapai 500 buah.
Prasasti
Di Sumatra Selatan ditemukan
beberapa prasasti warisan Kerajaan Sriwijaya. Di sekitar Palembang ditemukan
Prasasti Telaga Batu, Prasasti Talang Tuwo, dan Prasasti Kedukan Bukit.
Ketiganya menceritakan berdirinya kerajaan Sriwijaya. Prasasti Karang Berahi
dan Prasasti Kota Kapur ditemukan di Jambi dan Bangka. Kedua prasasti itu
menceritakan wilayah kekuasaan Sriwijaya.
Patung
Patung yang bercorak Buddha
biasanya berupa arca Sang Buddha Gautama. Arca Sang Buddha Gautama pertama kali
ditemukan di Sikendeng, Sulawesi Selatan. Berikut ini daftar patung atau arca
peninggalan sejarah Buddha.
Patung atau arca peniggalan agama Buddha
No.
|
Nama Patung
|
Lokasi Penemuan
|
Pembuatan
|
Peninggalan
|
1
|
Patung Buddha
|
Sikendeng
|
Abad ke-2 M
|
-
|
2
|
Arca Bhumisparsa Mudra
|
Jawa Tengah
|
Abad ke-8 M
|
Mataram Lama
|
3
|
Arca Dhyana Mudra
|
Jawa Tengah
|
Abad ke-8 M
|
Mataram Lama
|
4
|
Arca Abhaya Mudra
|
Jawa Tengah
|
Abad ke-8 M
|
Mataram Lama
|
5
|
Arca Vitarka Mudra
|
Jawa Tengah
|
Abad ke-8 M
|
Mataram Lama
|
6
|
Dharmacakra Mudra
|
Jawa Tengah
|
Abad ke-8 M
|
Mataram Lama
|
7
|
Arca Vara Mudra
|
Jawa Tengah
|
Abad ke-8 M
|
Mataram Lama
|
8
|
Arca Buddha
|
Palembang
|
Abad ke-8 M
|
Sriwijaya
|
Mudra adalah sikap tangan pada
patung Buddha. Bhumipasra Mudra adalah Buddha dengan sikap tangan menyentuh
bumi; Vara Mudra adalah Buddha dengan sikap tangan memberi anugerah; Dhyana
Mudra dan Abhaya Mudra adalah sikap Buddha sedang bersemedi dan memberi
kedamaian; Vitarka Mudra sikap tangan Buddha memberi pelajaran; Dharmacakra
Mudra adalah sikap Buddha sedang memutar roda ajaran.
Karya sastra (kitab)
Ada beberapa karya sastra
peninggalan sejarah yang bercorak Buddha. Salah satu karya sastra bercorak
Buddha yang terkenal adalah Kitab Sutasoma. Kitab ini dikarang oleh Mpu
Tantular. Kitab Sutasoma menceritakan kisah Raden Sutasoma. Kisah ini
mengajarkan pengorbanan dan belas kasih yang harus ditempuh seseorang untuk
mencapai kesempurnaan tertinggi. Salah satu ungkapan yang terkenal dari Kitab
Sutasoma adalah “Bhinneka Tunggal lka Tan Hana Dharma Mangrwa.” Berikut ini
daftar karya sastra atau kitab-kitab peninggalan sejarah yang bercorak Buddha.
Kitab-kitab peniggalan agama Buddha di
Indonesia
No.
|
Nama Kitab
|
Lokasi Penemuan
|
Pembuatan
|
Peninggalan
|
1
|
Negara Kertagama
|
Jawa Timur
|
Abad ke-13 M
|
Majapahit
|
2
|
Sutasoma
|
Jawa Timur
|
Abad ke-13 M
|
Majapahit
|
3
|
Pararaton
|
Jawa Timur
|
Abad ke-13 M
|
Majapahit
|
4
|
Ranggalawe
|
Jawa Timur
|
Abad ke-13 M
|
Majapahit
|
5
|
Arjunawiwaha
|
Jawa Timur
|
Abad ke-13 M
|
Majapahit
|
Tradisi
Tradisi agama Buddha yang
sekarang ini kita jumpai banyak dipengaruhi oleh budaya Cina. Tradisi agama
Buddha yang ada, misalnya berdoa di wihara. Tradisi lain agama Buddha yang
masih ada adalah ziarah. Ziarah dilakukan dengan mengunjungi tempat suci
leluhur seperti candi. Kegiatan yang dilakukan pada saat ziarah adalah membaca
doa dan membawa sesajen.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Teori-teori mengenai masuknya agama dan kebudayaan
hindu-budha ke Indonesia adalah: Teori waisya, teori ksatria, teori
brahmana, teori arus balik, teori nasional
2.
Berkembangnya kebudayaan India
(Hindu-Budha) ditandai dengan berdirinya berbagai kerajaan yang bercorak
Hindu-Budha.
3.
Hadirnya kebudayaan India menambah
keanekaragaman budaya di Indonesia.
4.
Kebudayaan hindu dan budha mempengaruhi
banyak aspek diantaranya : seni bangunan, seni rupa, seni sastra, kalender,
kepercayaan, filsafat, pemerintahan
5.
Peningalan – peningalan budaya hindu dan budha :
candi, prasasti patung, karya sastra, tradisi.
5.
SARAN
1. Kita sebagai generasi muda hendaknya melestarikan
budaya dan peninggalan sejarah.
2. Sebagai negara yang mempunyai posisi strategis yang
sering mendapat pengaruh kebudayaan asing hendaknya kita mampu memfilter
sehingga kebudayaan asli Indonesia itu sendiri tidak hilang.
3. Sebagai warga Negara yang cinta pada tanah air,
hendaknya kita mampu menerapkan nilai-nilai budaya yang positif agar bangsa
kita ini menjadi bangsa yang berkarakter.
DAFTAR PUSTAKA
Zulkifli, dkk. (2009). Konsep
Dasar IPS. Pekanbaru: Cendikia Insani.
http://deviciptyasari.blogspot.com/2013/12/pengaruh-agama-dan-kebudayaan-hindu.html
http://noerhanidahanif.blogspot.com/2013/03/pengaruh-kebudayaan-india-hindu-budha.html
0 komentar:
Posting Komentar