Jumat, 13 November 2015 0 komentar

Makalah Permasalahan Lingkungan Lokal




 

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Lingkungan dan Permasalahannya
Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat  tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982) (Edrian Dwa Wadhissa & Muhammad Mustolihudin blog).
Kerusakan lingkungan mengakibatkan kerusakan kehidupan, contohnya smog, asap menyerupai kabut yang berasal dari buangan mobil dan pabrik yang kemudian bereaksi dengan matahari, akan menganggu kesehatan (sistem pernafasan). Juga pengaruh logam berat air raksa (Hg) yang menyebabkan penyakit Minamata serta limbah logam cadmium (Cd) yang menyebabkan penyakit Itai-itai (keduanya di Jepang).Contoh diatas telah menarik perhatian serius beberapa negara sejak mulai 1970-an, tepatnya setelah diselenggarakan konferensi PBB tentang lingkungan hidup di Stockhlom 5-11 Juni 1972. Sehingga tanggal 5 Juni selain dijadikan Hari Lingkungan Hidup Sedunia (The Environment Day), didirikan pula badan PBB yang mengurus masalah lingkungan yaitu United Nation Enviromental Programme  (UNEP). Perlu diketahui bahwa pada konferensi tersebut ikut serta perwakilan Indonesia, yang sebelumnnya telah mengadakan seminar tentang lingkungan hidup untuk pertama kalinya di Indonesia 15-18 Mei 1972 (Soemarwoto, 1977 sebagaimana dikutip oleh Tim penyusun PLH. 2009).
Beberapa hal pokok yang menyebabkan timbulnya masalah lingkungan antara lain adalah tingginya tingkat pertumbuhan penduduk, meningkatnya kualitas dan kuantitas limbah, adanya pencemaran lintas batas negara.

B.     Masalah Lingkungan Secara Lokal (Kota Semarang)
Kota Semarang yang merupakan ibukota Propinsi Jawa Tengah dapat digolongkan sebagai kota metropolitan. Secara administratif, Kota Semarang terbagi atas 16 kecamatan dan 177 kelurahan.  Luas wilayah kota Semarang 373, 70 km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2008 adalah sebesar 1.481.640 jiwa. Secara umum masalah lingkungan yang terjadi di Kota Semarang antara lain penyebaran air payau (intrusi air laut), longsor dan limbah cair, banjir dan rob.
Permasalahan yang ada di Kota Semarang diantaranya adalah
1.    Penyebaran Air Payau
Penyebaran Air Payau di Kota Semarang semakin luas dan kadar garam semakin tinggi. Pemanfaatan air tanah di kawasan pantai yang dilakukan berlebihan tanpa perhitungan akan menyebabkan air laut begitu mudah meresap ke darat. Kondisi menyolok terjadi di sekitar Tawangasari, Tambaklorog, Genuksari, Wonosari,Tambaksari, dan Bedono. Pada daerah-daerah tersebut, sampai kedalaman 40 m air tanah sudah payau. Air tanah segar baru didapat pada kedalaman lebih dari 60 m. Hampir semua air tanah dangkal di kawasan Semarang, terutama sumur gali dengan kedalaman sampai 10 m memiliki salinitas tinggi.
PDAM yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat masih sangat terbatas kapasitasnya. Sampai saat ini baru sekitar 40% masyarakat perkotaan yang dapat menikmati air PDAM. Untuk pedesaan, pemenuhan kebutuhan air bersih baru mencapai maksimal 10%. Apabila air baku berupa air payau atau asin (karena adanya pengaruh/pencemaran air laut), maka PDAM sampai saat ini belum mampu menerapkan teknologi pengolahan air payau/asin untuk air minum.

Untuk mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan air bersih tersebut diperlukan penerapan teknologi pengolahan air yang sesuai dengan kondisi sumber air baku, kondisi sosial, budaya, ekonomi dan SDM masyarakat setempat. Instalasi Pengolahan Air Payau dengan sistem Reverse Osmosis (IPA RO) merupakan jawaban yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut
.
2.      Banjir dan Rob
Banjir yang terjadi di Kota Semarang pada umumnya disebabkan karena tidak terkendalinya aliran sungai, akibat kenaikan debit, pendangkalan dasar badan sungai dan penyempitan sungai karena sedimentasi, adanya kerusakan lingkungan pada daerah hulu (wilayah atas kota Semarang) atau daerah tangkapan air (rechange area)  serta diakibatkan pula ketidakseimbangan input – output pada saluran drainase kota. Cakupan banjir saat ini telah meluas di beberapa kawasan di kota Semarang, yang mencakup sekitar muara kali Plumbon, Kali Siangker sekitar Bandara Achmad yani, Karangayu, Krobokan, Bandarharjo, sepanjang jalan di Mangkang, kawasan Tugu Muda – Simpang Lima sampai Kali Semarang, di Genuk dari Klaigawae sampai perbatasan Demak.
Persoalan yang juga sering muncul adalah terjadi air pasang laut (rob) di beberapa bagian di wilayah perencanaan yang menjadi langganan genangan akibat rob. Saluran drainase yang mestinya menjadi saluran pembuangan air ke laut berfungsi sebaliknya (terjadi backwater), sehingga sistem drainase yang  ada tidak dapat berjalan dengan semestinya. Hal ini menjadi lebih parah bila terjadi hujan pada daerah tangkapan dari saluran-saluran drainase yang ada.Sehingga terjadi luas genangan yang semakin besar dan semakin tinggi.

Banyak upaya pemerintah untuk mengatasi banjir di kota Semarang, misalnya yang telah dilakukan yaitu pembuatan polder, pompa air dan lain sebagainya. Tahun ini pemerintah sedang menjalankan proyek pembuatan polder untuk menampung pasang surut air laut di kota Semarang. Lahan yang digunakan berada di pesisir laut sehingga air rob cepat di tampung, dan tidak berjalan ke pemukiman warga sekitarnya.
          Tetapi tidak hanya upaya pemerintah saja, peran masyarakat juga sangat penting dalam hal mengatasi banjir. Masyarakat dapat mencegah banjir berbagai cara, salah satunya dengan membersihkan selokan-selokan yang sudah dangkal agar air dapat mengalir. Menanam pohon juga memberi dampak yang baik, karena air hujan dapat meresap ke pohon lalu turun ke tanah secara perlahan. Sehingga tidak mempercepat air naik ke permukaan tanah.Semua itu setidaknya bisa mengurangi banjir yang ada di kota Semarang

3.      Longsor
Daerah perbukitan di Kawasan Kota Semarang rawan longsor.Tujuh dari 16 kecamatan di Kota Semarang memiliki titik-titik rawan longsor.Ke tujuh kecamatan tersebut adalah Manyaran. Gunung Pati, GajahMungkur, Temba;lang, Nglaiyan, Mijen, dan Tugu.Kontur Tanah di kecamatan-kecamatan tersebut sebagian adalah perbukitan dan daerah patahan dengan struktur tanah yang labil.
Pengertian tanah longsor adalah terjadinya pergerakan tanah atau bebatuan dalam jumlah besar secara tiba-tiba atau berangsur yang umunya terjadi di daerah terjal yang gundul serta kondisi tanah dan bebatuan yang rapuh.Air hujan adalah pemicu utama terjadinya tanah longsor.Ulah manusia pun bisa menjadi penyebab tanah longsor seperti penambangan tanah, pasir dan batu yang tidak terkendalikan. Menurut organisasi MPBI (Masyarakat Peduli Bencana Indonesia), gejala umum tanah longsor meliputi:
¨      Muncul retakan-retakan di lereng yang sejajr denganarah tebing
¨      Muncul mata air secara tiba-tiba
¨      Air sumur di sekitar lereng menjadi keruh
¨      Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.

Upaya Pencegahan Terjadinya Tanah Longsor

1.      Jangan membuka lahan persawahan dan membuat kolam pada lereng bagian atas di dekat pemukiman.
2.      Buatlah terasering (sengkedan) pada lereng yang terjal jika membangun pemukiman.
3.      Jika ada retakan tanah, segeralah menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah dan melalui retakan tersebut.
4.      Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak.
5.      Jangan mendirikan rumah di tepi sungai yang rawan erosi.
6.      Jangan menebang pohon di lereng.
7.      Jangan membangun rumah di bawah tebing.

Hal-hal yang dilakukan selama dan sesudah terjadi bencana
1.      Tanggap Darurat
Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamatan dan pertolongan korban secepatnya supaya korban tidak bertambah.
2.      Rehabilitasi
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan sarana transportasi. Selain itu dikaji juga tentang perkembangan tanah longsor dan teknik pengendaliannay supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi korban tanah longsor bila tanah longsor sulit dikendalikan.
3.      Rekontruksi
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor, karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur tanah longsor hampir 100%.


BAB III
PENUTUP

A.  Simpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Masalah lingkungan secara nasional yaitu kerusakan hutan tropis, kerusakan terumbu karang,kerusakan hutan bakau.
2.      Masalah lingkungan secara local yaitu penyebaran air payau, (intrusi air laut), banjir dan rob, longsor

B.       Saran
1.       Gunakan barang-barang yang ramah lingkungan
2.      Melanjutkan konservasi lingkungan
3.      Belajar untuk menemukan barang-barang yang bermanfaat  sebagai pengganti barang-barang yang merusak lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

Tim penyusun PLH. 2009. Pendidikan Lingkungan Hidup. Semarang: Unnes.
http://Ovy%20Blog%27s%20%20PLH%20BAB%20III%20(MASALAH%20LINGKUNGAN%20HIDUP).html




0 komentar

Makalah Permasalahan Nasional dan Global



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Dewasa ini lingkungan menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian    yang seksama dan cermat. Lingkungan saat ini mulai terancam oleh berbagai dampak yang ditimbulkan berbagai aktifitas manusia. Dari tahun ke tahun lingkungan saat ini mulai menampakan perubahan yang signifikan. Permasalahan lingkungan sesungguhnya merupakan permasalahan yang sangat luas karena kompleksitas permasalahannya menyangkut aspek-aspek yang beraneka ragam.
Permasalahan lingkungan dapat dikategorikan masalah lingkungan lokal, nasional, regional dan global. Pengkategorian tersebut berdasarkan pada dampak dari permasalahan lingkungan, apakah dampaknya hanya lokal, nasional, regional atau global. Masalah lingkungan ini juga dikarenakan kemajuan teknologi yang menggunakan bahan-bahan yang tidak ramah lingkungan. Masyarakat hendaknya dapat megetahui berbagai permasalahan lingkungan sehingga dapat ikut serta dalam menjaga lingkungan. Dalam menjaga lingkungan dimulai dari lokal, nasional, dan global. Oleh karena itu, makalah ini menyajikan tentang permasalahan lingkungan secara nasional dan global.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud lingkungan dan permasalahannya?
2.      Apa sajakah permasalahan lingkungan di wilayah nasional?
3.      Apa sajakah permasalahan lingkungan di wilayah global?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengertahui pengertian lingkungan dan permasalahannya.
2.      Untuk mengetahui permasalahan lingkungan di wilayah nasional.
3.      Untuk mengetahui permasalahan lingkungan di wilayah global.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Lingkungan dan Permasalahannya
Masalah Iingkungan sudah ada sejak dahulu kala, tetapi dampaknya yang lebih luas mulai dirasakan pada dasawarsa 1950-an, akibat dari berkembangnya teknologi. Kerusakan lingkungan mengakibatkan kerusakan kehidupan, contohnya smog, asap menyerupai kabut yang berasal dari buangan mobil dan pabrik yang kemudian bereaksi dengan matahari, akan menganggu kesehatan (sistem pernafasan).
Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).
Beberapa hal pokok yang menyebabkan timbulnya masalah lingkungan antara lain adalah tingginya tingkat pertumbuhan penduduk, meningkatnya kualitas dan kuantitas limbah, adanya pencemaran lintas batas negara.

B.     Masalah Lingkungan Secara Nasional
Keadaan dan masalah lingkungan pada tingkat nasional didahului oleh uraian mengenai keadaan dan masalah kependudukan yang secara umum merupakan penyebab utama dan munculnya masalah lingkungan tersebut. Masalah kependudukan di Indonesia ditandai oleh laju pertumbuhan penduduk relatif masih tinggi, penyebaran penduduk belum berimbang, dan mutu kehidupan penduduk secara umum masih perlu ditingkatkan.
Hal demikian dibarengi oleh berbagai pola dan langkah pembangunan yang cenderung:
1.      Merusak/mengganggu sistem pendukung kehidupan manusia
2.      Menciptakan ancaman dan bahaya buatan manusia dalam bentuk berbagai sumber bencana
3.      Berlanjutnya dampak dan resiko lingkungan ini pada generasi masa datang
4.      Makin lemahnya struktur dan fungsi organisasi sosial masyarakat dalam berperan serta dalam mendukung kegiatan pembangunan maupun mengelola lingkungan.
Masalah lingkungan nasional (lokal) yang ditimbulkan juga menimbulkan kerusakan pada alam yaitu:
1.      Kerusakan Hutan
Kerusakan disebabkan penjarahan yang dilakukan secara terang-terangan menyebabkan hutan-hutan rusak parah. Di samping penjarahan kerusakan juga diakibatkan karena kebakaran baik karena faktor alam maupun ulah manusia yang tidak bertanggung jawab.
      

Adapun upaya untuk menanggulangi kerusakan hutan antara lain:
a.       Memberikan penyuluhan kepada petani ladang berpindah untuk mengubah sistem pertaniannya dari ladang berpindah menjadi ladang menetap, seperti sawah dan kebun.
b.      Melerang penebangan hutan liar tanpa izin dari pemerintah dalam hal ini dinas kehutanan.
c.       Memberikan sanksi tegas kepada pembalak sehingga terjadi efek jera.
d.      Memberikan pengarahan tentang penebangan hutan secara selektif, artinya pohon yang ditebang harus benar-benar pohon yang layak untuk ditebang.
e.       Menghentikan pengambilan hutan dengan sistem tebang habis.
f.       Melakukan penghijauan, yaitu menanam tanaman diluar kawasan hutan khususnya lahan-lahan kritis.
g.      Melakukan reboisasi pada hutan yang gundul.
2.      Kerusakan Terumbu Karang
Terumbu karang adalah suatu tumbuhan dan hewan yang berada di daerah perairan laut dangkal. Fungsi terumbu karang sebagai;
a.       Penahan gelombang sehingga erosi tepi pantai dapat dikurangi.
b.      Tempat tinggal tetap atau sementara bagi berbagai jenis hewan serta tempat persembunyian yang paling aman bagi hewan-hewan kecil.
c.       Tempat tumbuhnya berbagai macam zooxantellae dan alga, sehingga  pada siang hari menghasilkan O2 yang diperlukan ikan dan makhluk hidup di bumi, sertadapat disajikan taman laut yang paling mengesankan.
d.      Sumber penghasilan dan makanan bagi masyarakat pesisir karena potensi perikanan terumbu karang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.
e.       Bahan obat-obatan penyakit kanker berasal dari biota terumbu karang
f.       Tujuan pariwisata yang indah dan unik
Kerusakan terumbu karang sampai kedalaman 3 m di Indonesia sangat menghawatirkan. Kegiatan manusia yang menyebabkan kerusakan terumbu karang antara lain penangkapan udang atau ikan dengan merusak karang, pengambilankarang untuk bangunan, pembersihan karang dan perairan pantai untuk keperluan pariwisata. Dengan rusaknya terumbu karang maka fungsi terumbu karang sebagai penahan gelombang, tempat tinggal banyak organism, potensi ekonomi dan pariwisata jelas terganggu.

Adapun upaya pencegahan dan penanggulangan terumbu karang adalah sebagai berikut:
a.       Peningkatan Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat.
Adalah upaya untuk meningkatkan kesadartahuan masyarakat akan pentingnya peranan terumbu karang dan mengajak  masyarakat untuk berperan serta aktif dan bertanggung jawab dalam mengelola dan memanfaatkan terumbu karang secara lestari
b.      Pengelolaan Berbasis Masyarakat.
1)      Membina masyarakat untuk melakukan kegiatan alternatif seperti budidaya, pemandu wisata dan usaha kerajinan tangan yang akan meningkatkan pendapatan masyarakat setempat. 
2)      Menerapkan pengetahuan dan teknologi rehabilitasi dan pengelolaan terumbu karang agar dapat dimanfaatkan secara lestari.
c.       Pengembangan Kelembagaan
1)      Memperkuat koordinasi antar instansi yang berperan dalam penanganan terumbu karang baik pengelola kawasan, aparat keamanan, pemanfaat sumber daya dan pemerhati lingkungan.
2)      Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia melalui berbagai pelatihan yang berkaitan dengan pengelolaan dan teknik rehabilitasi terumbu karang.
d.      Penelitian, Monitoring dan Evaluasi
Pemantauan kegiatan masyarakat yang secara langsung berhubungan dengan terumbu karang dengan dibentuk sistem jaringan pemantauan dan informasi terumbu karang.
e.       Penegakan Hukum
Masyarakat memegang peranan penting dalam mencapai tujuan komponen penegakan hukum. Salah satunya adalah sebagai pengamat terumbu karang atau reef watcher, dimana mereka berkewajiban meneruskan informasi kepada penegak hukum mengenai pelanggaran yang merusak terumbu karang di daerahnya.

3.       Kerusakan Hutan Bakau
Hutan bakau atau lebih dikenal dengan mangrove  adalah hutan yang tumbuh sepanjang daerah, pantai atau sekitar muara sungai dan sangat dipengaruhi pasang surut air laut. Tempat Indonesia sebagai negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang 81.000 km, memilki hutan mangrove  yang sangat luas. Menurut data hutan mangrove  Indonesia diperkirakan 3,6 milyar hektar khusunya disepanjang pantai timur Sumtera, pantai Kalimantan dan Irian Jaya.
Fungsi Hutan Bakau (Reksodihardjo dan Lilley, 1996) adalah sebagai berikut:
a.       Hutan Bakau merupakan sumber daya yang kaya baik dalam hal penyedia tempat tinggal bagi bintang air seperti ikan, udang dan penyedia kayu atau pemanfaatan daun bakau bagi binatang ternak.
b.      Selama proses pembusukan, hutan bakau menjadi sumber makan utama untuk moluska, kepiting, cacing dan binatang-binatang kecil lainnya.
c.       Sebagai pelindung dan stabilisator garis pantai dan bahaya abrasi.
d.      Sebagai pengikat lumpur dalam pembentukan lahan
Kerusakan hutan bakau yang utama adalah alih fungsi hutan bakau tersebut menjadi daerah tambak (Kep. Karimunjawa, Cilacap), daerah pemukiman (Tanah Mas Semarang), perluasan objek wisata atau rekreasi. Belum lagi penebangan hutan bakau sebagai kayu bakar atau bahan bangunan. Polusi minyak juga mengancam tumbuhnya hutan bakau.
Adapun upaya memperbaiki kerusakan hutan bakau, diantaranya sebagai berikut:
a.       Usaha menanam kembali mangrove di wilayah habitatnya.
b.      Dengan memberikan penilaian dan pengaturan ulang tata ruang wilayah pesisir, sekitar kawasan hutan mangrove.
c.       Penegakan hukum yang adil.
d.      Memperluas program komunikasi terhadap perlindungan lingkungan hutan mangrove.
e.       Penanaman pencerahan dan motivasi kepada masyarakat untuk menjaga, melestarikan, dan memanfaatkan lingkungan hutan mangrove dengan bertanggungjawab.
f.       Izin usaha pemanfaatan hutan mangrove diperketat.
g.      Meningkatkan pengetahuan dan penerapan kearifan lokal soal konservasi. Masalah perlindungan sendiri sudah ditetapkan oleh pemerintah dalam Keputusan Presiden (Keppres) No. 32 Tahun 1990.
h.      Memperbaiki ekosistem daerah pesisir secara terencana dan berbasis masyarakat.

C.    Masalah Lingkungan Secara Global
Permasalahan lingkungan global merupakan permasalahan lingkungan dan dampak yang ditimbulkan dari permasalahan lingkungan tersebut mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi dunia serta menyeluruh.
Masalah lingkungan saat ini menjadi salah satu isu yang paling sering dibahas baik oleh pemerintah, peneliti maupun badan organisasi di level internasional maupun lokal. Beberapa masalah lingkungan global anatara lain:
1.      Perubahan Iklim (Pemanasan Global)
Menurut United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCC), perubahan iklim adalah perubahan yang disebabkan oleh aktivitas manusia baik secara langsung maupun tidak langsung yang mengubah komposisi atmosfer secara global dan mengakibatkan perubahan variasi iklim yang dapat diamati dan dibandingkan selama kurun waktu tertentu.
Perubahan iklim telah menjadi masalah yang sering diteliti oleh para ahli. Masalah perubahan iklim ini muncul bersama krisis ekonomi, kesehatan dan keselamatan, produksi pangan, keamanan dan dimensi-dimensi yang lain. Perubahan pola iklim, sebagai misal, mengancam produksi pangan melalui meningkatnya curah hujan yang tidak normal, meningkatnya permukaan air laut mengkontaminasi persediaan air tawar di pesisir dan meningkatnya resiko bencana banjir, dan menghangatnya atmosfer juga membuat penyebaran hama dan penyakit tropis ke daerah lain.
Beberapa efek lain dari perubahan iklim antara lain:
a.       Meningkatnya suhu bumi. Rata-rata kenaikan suhu global sekitar 0,74o C selama abad 20 ini. Kenaikan selama 50 tahun terakhir ini hampir 2 kali lebih tinggi dibanding 100 tahun sebelumnya.
b.      Terdapat karbon dioksida lebih banyak di atmosfer. Karbon dioksida adalah penyumbang utama terjadinya perubahan iklim.
c.       Banyak curah hujan dan banyak terjadi kekeringan. Terjadi curah hujan yang lebih tinggi pada daerah timur Amerika Utara dan Amerika Selatan, Eropa Utara, Asia Utara dan Asia Tengah selama dekade belakangan ini. Tetapi di Mediterania, Afrika Selatan dan sebagian Asia Selatan mengalami kekeringan.
d.      Kenaikan permukaan air laut. Total kenaikan permukaan air laut selama abad 20 sekitar 0,74 meter dan ini jauh lebih besar dibandingkan kenaikan selama 2000 tahun sebelumnya.
e.       Berkurangnya lapisan es, terutama pada musim panas.
Adapun upaya dalam mengatasi peristiwa Perubahan Iklim (Pemanasan Global), diantaranya: hemat pemakaian listrik, hemat pemakaian air, memanfaatkan sumber energi dari alam, reuse (gunakan kembali), reduce (berhemat) recycle (daur ulang), hijaukan lingkungan (go green), menginformasikan bahaya pemanasan global kepada masyarakat sekitar, serta efisiensi penggunaan kendaraan bermotor.

2.      Penipisan Lapisan Ozon
Lapisan ozon adalah lapisan konsentrasi molekul ozon yang terdapat di stratosfer. Berlubangnya lapisan ozon sebagian besar disebabkan oleh CFC (Chlorofluorocarbons), HCFC (Hydrochlorofluorocarbons), HFC (Hydrofluorocarbons), dan PFC (Perfluorocarbon). Gas CFC digunakan sebagai gas pengembang, karena tidak bereaks, tidak berbau, tidak berasa dan tidak berbahaya. Banyak di gunakan untuk mengembangkan busa kursi, untuk AC, pendingin lemari es dan penyemprot rambut. Tetapi, ternyata ada juga keburukan dari gas ini. (Edrian Dwa Wadhissa & Muhammad Mustolihudin blog)
 Peristiwa berlubangnya ozon karena CFC melalui urutan sebagai berikut: CFC terlepas dari sumber dan naik ke stratosfer , sinar matahari memecah CFC sehingga menjadi atom klorin yang kemudian menjadi penyebab rusaknya lapisan ozon. Berlubangnya lapisan ozon mengakibatkan semakin banyak radiasi  yang mencapai permukaan bumi. Untuk manusia, paparan sinar UV yang berlebihan mengakibatkan kanker kulit, katarak, dan memperlemah sistem kekebalan tubuh. Peningkatan radiasi UV juga mengakibatkan  berkurangnya hasil panen  dan gangguan pada rantai makanan di laut.
Dalam memelihara lapisan ozon, seluruh masyarakat di dunia harus bertindak yaitu dengan cara :
a.       Mengurangi atau tidak menggunakan lagi produk-produk rumah tangga yang mengandung zat-zat yang dapat merusak lapisan pelindung bumi.
b.      Menggunakan selalu produk-produk yang berlogo ramah ozon.
c.       Menggunakan alat pemadam api yang tidak mengandung Haloncarbon.
d.      Memeriksa dan merawat peralatan pendingin/pengatur suhu dan sistem pemadam api secara berkala untuk memastikan tidak adanya kebocoran BPO (CFC, HCFC atau Halon).
e.       Mengganti alat-alat kebutuhan yang berpotensi menghasilkan zat-zat perusak ozon dengan alternatif lain yang lebih ramah lingkungan misalnya pembangkit tenaga listrik dari sel surya, angin atau arus air terjun/turbin.
f.       Diperlukan upaya meningkatkan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam  program perlindungan lapisan ozon, pemahaman mengenai penanggulangan penipisan lapisan ozon, memperkenalkan bahan, proses, produk, dan teknologi yang tidak merusak  lapisan ozon dengan cara mengadakan seminar “Save Our Earth”.
g.      Tidak membakar hutan maupun menebang pohon-pohon secara liar.
                                                                                               
3.      Efek Rumah Kaca
Apabila kadar CO2 di atmosfer berlebihan dan tidak dapat segera di ubah menjadi oksigen oleh tumbuhan karena banyak hutan dunia yang di tebang setiap tahunnya, maka CO2 beserta debu akan membentuk lapisan seperti kaca, sehingga sinar ultra violet dari cahaya matahari yang masuk ke bumi yang mengenai tanah akan di pantul kan kembali ke atmosfer dan di pantul kan kembali oleh lapisan CO2 yang telah terbentuk di atmosfer kembali ke bumi dan demikian seterusnya. Peristiwa ini di sebut sebagai efek rumah kaca (green house). Sehingga suhu bumi akan meningkat atau terjadi global warming).
Adapun upaya strategis yang dapat dilakukan untuk mengurangi efek rumah kaca seperti: menciptakan dan menggunakan bahan bakar ramah lingkungan, penghijauan di muka bumi, dan melakukan kegiatan positif yang biasa kita sebut dengan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle).

4.      Hujan Asam
Hujan Asam adalah istilah yang secara luas digunakan untuk campuran materi asam nitrit dan asam sulfit baik secara basah dan kering dari atmosfer melebihi jumlah normal. Penyebab atau unsur kimia pembentuk dari hujan asam berasal dari sumber-sumber alami  seperti kegiatan vulkanik dan vegetasi yang terurai, maupun yang diakibatkan oleh aktivitas manusia yang terutama berasal dari sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (NO2) berasal dari pembakaran bahan bakar fosil.
Unsur-unsur kimia asam dapat berupa hujan yang mengandung asam, fog (kabut asap), dan salju. Jika unsur-unsur asam di udara tertiup angin dimana kondisi cuaca lembab, unsur kimia tersebut akan jatuh ke tanah dalam bentuk hujan, salju, fog, atau kabut. Setelah jatuh ke bawah dan mengalir akan mempengaruhi bermacam-macam tanaman dan hewan.
Hujan ini mengakibatkan tumbuhan dan hewan-hewan tanah mati, produksi pertanian merosot, besi dan logam mudah berkarat, serta bangunan-bangunan jadi cepat rusak. Pada area dengan cuaca kering, unsure kimia asam dapat berupa debu atau asap dan jatuh ke tanah dalam bentuk deposisi kering, menempel ke tanah, gedung, rumah, mobil dan pepohonan. Partikel gas dan padat bersifat asam ini dapat terbilas air hujan dan jatuh sebagai air limpasan yang mengandung asam.
Mengingat dampak hujan asam yang luas, maka perlu dilakukan upaya pencegahan terbentuknya hujan asam. Upaya pencegahan terbentuknya hujan asam antara lain :
a.       Menggunakan bahan bakar dengan kandungan belerang rendah
b.      Dengan melakukan desulfurisasi yaitu proses penghilangan unsur belerang.
c.       Membuat formula peralatan industri yang mampu menetralisir polutan sebelum sampai ke udara dan bereaksi dengan oksigen di udara
d.      Penghematan energi.



BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
1.      Penyebab timbulnya masalah lingkungan antara lain adalah tingginya tingkat pertumbuhan penduduk, meningkatnya kualitas dan kuantitas limbah, adanya pencemaran lintas batas negara.
2.      Masalah lingkungan secara nasional yaitu kerusakan hutan tropis, kerusakan terumbu karang, dan kerusakan hutan bakau.
3.      Masalah Lingkungan secara global yaitu perubahan iklim (pemanasan global), penipisan lapisan ozon, efek rumah kaca, dan hujan asam.

B.     Saran
1.      Gunakan barang-barang yang ramah lingkungan
2.      Melanjutkan konservasi lingkungan
3.      Belajar untuk menemukan barang-barang yang bermanfaat  sebagai pengganti barang-barang yang merusak lingkungan



DAFTAR PUSTAKA
                                           
Tim penyusun PLH. 2009. Pendidikan Lingkungan Hidup. Semarang: Unnes.
Boxuchul. 2011. Masalah Pokok Kerusakan Lingkungan, online (http://boxuchul.blogspot.com/2011/01/masalah-pokok-kerusakan-lingkungan.html). Diakses pada 2 September 2015.
Chasanah Uswatun. 2013. Lingkungan dan Permasalahannya, online (http://tp11033.blogspot.com/2013/03/lingkungan-dan-permasalahannya). Diakses pada 2 September 2015.
Hapsari Aprilia. 2014. Lingkungan Dan Permasalahannya, online, (http://www.slideshare.net/apriliamyda/lingkungan-dan-permasalahannya). Diakses pada 2 September 2015.
 
;