BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Menurut pakar bimbingan, bimbingan
yaitu suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari
pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman
diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai
tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.
Sedangkan
konseling merupakan bagian dari bimbingan, baik sebagai pelayanan maupun
sebagai teknik. Konseling menurut Rochman Natawidjaja yaitu satu jenis
pelayanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Konseli merupakan
bagian terpadu dari bimbingan dua orang individu, dimana konselor berusaha
membantu konseli untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam
hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang.
Bimbingan Konseling merupakan
salah satu komponen penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang keberadaannya
sangat dibutuhkan, khususnya untuk membantu peserta didik dalam pengembangan
pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan
karir.
B.
Rumusan Masalah
1. Mengapa bimbingan dan konseling
diperlukan di sekolah?
2. Faktor apa sajakah yang
melatarbelakangi perlunya bimbingan dan konseling?
3. Apakah peran guru dalam pendidikan?
C.
Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui latar belakang
perlunya bimbingan dan konseling di sekolah.
2. Mahasiswa mengetahui factor-faktor
yang melatarbelakangi perlunya bimbingan konseling di sekolah.
3. Mahasiswa mengetahui peran guru
dalam pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
LATAR BELAKANG PERLUNYA BIMBINGAN DAN KONSELING
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber
pada kehidupan manusia. Manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi
persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi,
persoalan yang lain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan
yang lain, baik dalam sifat maupun kemampuannya. Manusia perlu mengenal dirinya
sendiri dengan sebaik-baiknya. Karena dengan mengenal dirinya sendiri, mereka
akan dapat bertindak dengan tepat sesuai dengan kemampuan yang ada pada pada
dirinya.
Adapun
latar belakang perlunya Bimbingan Konseling dapat dibedakan menjadi beberapa
faktor diantaranya.
1. BERDASARKAN FAKTOR PSIKOLOGIS
Dalam proses pendidikan di sekolah, siswa sebagai subjek
didik, merupakan pribadi-pribadi yang unik dengan segala karakteristiknya.
Siswa sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses perkembangan,
memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksinya dengan lingkungannya.
Sebagai pribadi yang unik, terdapat perbedaan individual antara siswa yang satu
dengan lainnya. Di samping itu, siswa sebagai pelajar, senantiasa terjadi
perubahan tingkah laku sebagai hasil proses belajar.
Perlunya BK berdasarkan aspek psikologis bimbingan dan
konseling sangat perlu sekali karena pada dasarnya dapat memberikan penjelasan
bahwa individu merupakan pribadi yang unik seperti menyangkut aspek kecerdasan,
emosional, sosiabilitas, sikap, kebiasaan, dan kemampuan penyesuaian diri,
individu tidak sama dan pasti memiliki perbedaan, dapat memberikan pemahaman
tentang tingkah laku individu seiring perkembangannya yang selalu berubah
sesuai dengan tugas perkembangannya kearah kematangan, tingkah laku yang perlu diubah
atau dikembangkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi, serta dapat memberikan
pemahaman tentang masalah-masalah psikologis.
Selanjutnya akan diuraikan masalah psikologis yang merupakan
latar belakang perlunya Bimbingan dan Konseling di sekolah.
a. Masalah perkembangan individu
1. Hasil proses belajar tergantung pada
tingkat kematangan yang telah dicapai
2. Tempo perkembangan berlangsung cepat
pada tahun- tahun permulaan
3. Setiap individu memiliki tempo
perkembangan masing-masing
4. Perkembangan individu mengikuti pola
umum Faktor pembawaan dan lingkungan sama pengaruhnya terhadap proses
perkembangan individu
5. Masalah perbedaan individu di
sekolah siswa dibentuk oleh lingkungan guru dan materi pelajaran yang yang
sama, akan tetapi hasilnya berbeda, ada siswa yang cepat, lambat, ada yang
cerdas, dan malas dalam belajar.
Kenyataan ini menunjukkan pelayanan bimbingan dan konseling
diperlukan, mengingat bahwa yang menjadi tujuan pendidikan adalah perkembangan
yang optimal dari setiap murid, maka masalah perbedaan individu perlu
mendapatkan perhatian dalam pelayanan pendidikan di sekolah.
b. Masalah Perbedaan Individu
Keunikan individu berarti tidak ada dua orang individu yang
sama persis di dalam aspek-aspek pribadinya, baik aspek jasmaniah maupun
rohaniah. Individu yang satu berbeda dan individu yang lainnya.
Faktor pembawaan dan lingkungan sebagai komponen utama bagi
terbentuknya keunikan individu. Perbedaan pembawaan akan memungkinkan perbedaan
individu meskipun dengan lingkungan sama. Dan sebaliknya lingkungan yang
berbeda akan memungkinkan timbulnya perbedaan individu meskipun pembawaannya
sama.
Di sekolah seringkali tampak masalah perbedaan individu ini,
misalnya ada siswa yang sangat cepat dan ada yang lambat belajar, ada yang
cerdas, dan ada yang berbakat dalam bidang tertentu, dan sebagainya.
Kenyataan ini akan membawa konsekwensi bagi pelayanan
pendidikan, khususnya yang menyangkut bahan pelajaran, metode mengajar,
alat-alat pelajaran, penilaian, dan pelayanan lain. Di samping itu, perbedaan
perbedaan ini seringkali banyak menimbulkan masalah-masalah baik bagi siswa itu
sendiri maupun bagi lingkungan. Siswa akan menghadapi kesulitan dalam
penyesuaian diri antara keunikan dirinya dengan tuntutan dalam lingkungannya.
Beberapa segi perbedaan individual yang perlu mendapat
perhatian ialah perbedaan dalam:
- Kecerdasan
- Kecakapan
- Hasil belajar
- Bakat
- Sikap
- Kebiasaan
- Pengetahuan
- Kepribadian
- Cita-cita
- Kebutuhan
- Minat
- Pola-pola dan tempo perkembangan
- Ciri-ciri jasmaniah
- Latar belakang lingkungan
Data tentang perbedaan-perbedaan tersebut akan besar sekali
manfaatnya bagi usaha bantuan yang diberikan kepada siswa di sekolah.
c. Masalah Kebutuhan Individu
Kebutuhan merupakan dasar timbulnya tingkah laku individu.
Individu bertingkah laku karena ada dorongan untuk memenuhi kebutuhannya.
Pemenuhan kebutuhan ini sifatnya mendasar bagi kelangsungan hidup individu itu
sendiri. Jika individu berhasil dalam memenuhi kebutuhannya, maka dia akan
merasa puas, dan sebaliknya kegagalan dalam memenuhi kebutuhan ini akan banyak
menimbulkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi lingkungan.
Dengan berpegang kepada prinsip bahwa tingkah laku individu
merupakan cara dalam memenuhi kebutuhannya, maka kegiatan belajar pada
hakikatnya merupakan perwujudan usaha pemenuhan kebutuhan tersebut.
Sekolah hendaknya menyadari hal tersebut, baik dalam
mengenal kebutuhan-kebutuhan pada diri siswa, maupun dalam memberikan bantuan
yang sebaik-baiknya dalam usaha memenuhi kebutuhan tersebut.
Seperti telah dikatakan di atas, kegagalan dalam memenuhi
kebutuhan ini akan banyak menimbulkan masalah-masalah bagi dirinya. Pada
umumnya secara psikologis dikenal ada dua jenis kebutuhan dalam diri individu
yaitu kebutuhan biologis dan kebutuhan sosial/psikologis.
Beberapa diantara kebutuhan-kebutuhan yang harus kita
perhatikan ialah kebutuhan:
- Memperoleh kasih sayang
- Memperoleh harga diri
- Untuk memperoleh pengharapan yang sama
- Ingin dikenal
- Memperoleh prestasi dan posisi
- Untuk dibutuhkan orang lain
- Merasa bagian dari kelompok
- Rasa aman dan perlindungan diri
- Untuk memperoleh kemerdekaan diri
Pengenalan terhadap jenis dan tingkat kebutuhan siswa sangat
diperlukan bagi usaha membantu mereka. Program bimbingan dan konseling
merupakan salah satu usaha kearah itu.
d. Masalah Penyesuaian Diri dan
Kelainan Tingkah Laku
Kegiatan atau tingkah laku pada hakikatnya merupakan cara
pemenuhan kebutuhan. Banyak cara yang dapat ditempuh individu untuk memenuhi
kebutuhannya, baik cara-cara yang wajar maupun yang tidak wajar, cara-cara yang
disadari maupun yang tidak disadari. Yang penting untuk dapat memenuhi
kebutuhan ini, individu harus dapat menyesuaikan antara kebutuhan dengan segala
kemungkinan yang ada dalam lingkungan, disebut sebagai proses penyesuaian diri.
Individu harus menyesuaikan diri dengan berbagai lingkungan baik lingkungan
sekolah, rumah maupun masyarakat.
Proses penyesuaian diri ini banyak sekali menimbulkan
berbagai masalah terutama bagi diri individu sendiri. Jika individu dapat
berhasil memenuhi kebutuhannya sesuai dengan lingkungannya dan tanpa menimbulkan
gangguan atau kerugian bagi lingkungannya, hal itu disebut “adjusted” atau
penyesuaian yang baik. Dan sebaliknya jika individu gagal dalam proses
penyesuaian diri tersebut, disebut “maladjusted” atau salah sesuai.
Dalam hal ini sekolah hendaknya memberikan bantuan agar
setiap siswa dapat menyesuaikan diri dengan baik dan terhindar dan timbulnya
gejala gejala tidak sesuai. Sekolah hendaknya menempatkan diri sebagai suatu
lingkungan yang memberikan kemudahan-kemudahan untuk tercapainya penyesuaian
yang baik.
Sebagaimana telah dikatakan bahwa jika individu gagal dalam
memperoleh penyesuaian diri, maka ia akan sampai pada suatu situasi tidak
sesuai. Gejala-gejala tidak sesuai ini akan dimanifestasikan dalam bentuk
tingkah laku yang kurang wajar atau yang sering disebut sebagai bentuk kelainan
tingkah laku.
Kenyataan kelainan tingkah laku ini sering tampak seperti
tingkah laku agresif, rasa rendah diri, bersifat bandel, haus perhatian,
mencuri dan sebagainya. Gejala-gejala semacam itu seringkali banyak menimbulkan
berbagai masalah.
e. Masalah belajar
Secara psikologis belajar dapat diartikan sebagai suatu
proses memperoleh perubahan tingkah laku untuk memperoleh pola-pola respons
yang baru yang diperlukan dalam interaksi dengan lingkungan secara efisien.
Dalam proses belajar dapat timbul berbagai masalah baik bagi pelajar itu
sendiri maupun bagi pengajar. Beberapa masalah belajar, misalnya bagaimana
menciptakan kondisi yang baik agar perbuatan belajar berhasil, memilih metode
dan alat-alat yang tepat sesuai dengan jenis dan situasi belajar, membuat
rencana belajar bagi siswa, menyesuaikan proses belajar dengan keunikan siswa,
penilaian hasil belajar, diagnosis kesulitan belajar, dan sebagainya.
Beberapa
masalah belajar, misalnya:
1. Bagaimana menciptakan kondisi yang
baik agar perbuatan belajar berhasil,
2. Memilih metode dan alat-alat yang
tepat sesuai dengan jenis dan situasi belajar,
3. Membuat rencana belajar bagi siswa,
menyesuaikan proses belajar dengan keunikan siswa, penilaian hasil belajar,
diagnosis kesulitan belajar, dan sebagainya.
Bagi
siswa sendiri, masalah belajar yang mungkin timbul misalnya:
1.
Pengaturan waktu belajar
2. Memilih cara belajar
3. Menggunakan buku-buku pelajaran
4. Belajar berkelompok
5. Mempersiapkan ujian, memilih mata kuliah
yang cocok, dsb
Jadi jelas bahwa dalam kegiatan belajar ini banyak
masalah-masalah yang timbul terutama yang dirasakan oleh si pelajar. Sekolah
mempunyai tanggung jawab yang besar dalam membantu siswa agar mereka berhasil
dalam belajar. Untuk itu hendaknya sekolah memberikan bantuan kepada siswa
dalam mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar. Di sinilah
letak penting dan perlunya program bimbingan dan konseling untuk membantu agar
mereka berhasil dalam belajar.
2.
BERDASARKAN FAKTOR SOSIAL-BUDAYA
Perkembangan zaman (globalisasi) menimbulkan perubahan dan
kemajuan dalam masyarakat. Aspek perubahan meliputi: sosial, politik, ekonomi,
industri, informasi dan sebagainya. Akibatnya ialah berbagai permasalahan yang
dihadapi oleh peserta didik misalnya, pelanggaran tata tertib sekolah,
tawuran, minum-minuman keras, penyalahgunaan narkoba, menonton video porno dll.
Tanggung jawab sekolah ialah membantu para siswa baik sebagai
pribadi maupun sebagai calon anggota masyarakat, dengan mendidik dan menyiapkan
siswa agar berhasil menyesuaikan diri di masyarakat dan mampu menyelesaikan
berbagai masalah yang dihadapinya.
Berbagai permasalahan yang dihadapi oleh individu
diantaranya:
- Pengangguran
- Syarat-syarat pekerjaan
- Gangguan penyesuaian diri, jenis dan kesempatan pendidikan,
- Perencanaan dan pemilihan pendidikan
- Masalah hubungan sosial
- Masalah keluarga
- Keuangan, masalah pribadi dsb.
Walaupun pada umumnya masing-masing individu berhasil
mengatasi dengan sempurna, sebagian lain masih perlu mendapatkan bantuan.
Contoh Tanggung jawab sekolah, membantu para siswa baik sebagai pribadi maupun
sebagai calon anggota masyarakat, dengan mendidik dan menyiapkan siswa agar
berhasil menyesuaikan diri di masyarakat dan mampu menyelesaikan berbagai
masalah yang dihadapinya dengan demikian Program bimbingan dan konseling
bisabmembantu berhasilnya program pendidikan pada umumnya.
3. BERDASARKAN FAKTOR PAEDAGOGIS
Sesuai
dengan kebijaksanaan pemerintah, pendidikan diartikan sebagai suatu usaha sadar
untuk mengembangkan kepribadian yang berlangsung di sekolah maupun di luar
sekolah dan berlangsung seumur hidup. Sedangkan tujuan pendidikan sebagaimana
dikemukakan dalam GBHN adalah: “Untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat
kepribadian, mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat
menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri
serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”. Dan pengertian
dan tujuan di atas, jelas bahwa yang menjadi tujuan inti dari pendidikan adalah
perkembangan kepribadian secara optimal dan setiap anak didik sebagai pribadi.
Dengan demikian setiap kegiatan proses pendidikan diarahkan kepada tercapainya
pribadi-pribadi yang berkembang optimal sesuai dengan potensi masing-masing.
Tujuan
inti dari pendidikan adalah perkembangan kepribadian secara optimal dan setiap
anak didik sebagai pribadi. Dengan demikian setiap kegiatan proses pendidikan
diarahkan kepada tercapainya pribadi-pribadi yang berkembang optimal sesuai
dengan potensi masing-masing. Untuk menuju tercapainya pribadi yang berkembang,
maka kegiatan pendidikan hendaknya bersifat menyeluruh yang tidak hanya berupa
kegiatan instruksional (pengajaran), akan tetapi meliputi kegiatan yang
menjamin bahwa setiap anak didik secara pribadi mendapat layanan sehingga
akhirnya dapat berkembang secara optimal.
Dalam
hubungan inilah bimbingan mempunyai peranan yang amat penting dalam pendidikan,
yaitu membantu setiap pribadi anak didik agar berkembang secara optimal. Dengan
demikian maka hasil pendidikan sesungguhnya akan tercermin pada pribadi anak
didik yang berkembang baik secara akademik, psikologis, maupun sosial.
Ada tiga
hal pokok yang menjadi latar belakang perlunya bimbingan konseling; dilihat dan
segi pendidikan.
1. Dilihat dari hakikat pendidikan
sebagai suatu usaha sadar dalam mengembangkan kepribadian. Maka dalam hal ini
proses pendidikan menuntut adanya pendekatan yang lebih luas dari pada sekedar
pengajaran; yaitu dengan pendekatan pribadi melalui layanan bimbingan dan
konseling.
2. Pendidikan senantiasa berkembang
secara dinamis dan karenanya selalu terjadi perubahan perubahan dan penyesuaian
dalam komponen-komponennya. Siswa sebagai subjek didik memerlukan bantuan dalam
penyesuaian diri melalui layanan bimbingan.
3. Guru mempunyai peranan yang tidak
hanya sebagai pengajar, tetapi lebih luas lagi yaitu sebagai pendidik g uru seyogyanya dapat menggunakan pendekatan
pribadi dalam mendidik para siswanya diwujudkan melalui layanan bimbingan.
PERAN GURU
DALAM PENDIDIKAN
1) Pengambilan inisiatif, pengarah dan penilai
kegiatan-kegiatan pendidikan. Hal ini berarti bahwa guru turut serta memikirkan
kegiatan-kegiatan pendidikan yang direncanakan serta nilainya.
2) Wakil masyarakat yang berarti dalam lingkungan sekolah
guru menjadi suatu masyarakat. Guru harus mencerminkan suasana dan kemauan
masyarakat dalam arti yang baik.
3) Orang yang ahli dalam mata pelajaran. Bahwa guru
bertanggung jawab untuk mewariskan kebudayaan kepada generasi muda yang berupa
pengetahuan, hendaknya akan diajarkannya baik isi maupun metode.
4) Penegak disiplin yaitu harus menjaga agar tercapai suatu
disiplin.
5) Pelaksana administrasi pendidikan Di samping menjadi
pengajar, guru pun bertanggung jawab akan kelancaran jalannya pendidikan. Dia
harus mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan administratif.
6) Pemimpin generasi muda. Masa depan generasi muda terletak
di tangan guru. Guru berperan sebagai pemimpin mereka dalam mempersiapkan diri
untuk menjadi anggota masyarakat yang dewasa.
7) Penterjemah kepada masyarakat artinya guru berperan untuk
menyampaikan segala perkembangan kemajuan dunia sekitar kepada masyarakat,
khususnya untuk masalah-masalah pendidikan.
Dilihat dan segi dirinya sendiri (self oriented), seorang
guru harus berperan sebagai:
1)
Petugas sosial yaitu seorang yang harus membantu untuk kepentingan masyarakat.
Dalam kegiatan-kegiatan masyarakat guru senantiasa merupakan petugas-petugas
yang dapat dipercaya untuk berpartisipasi di dalamnya.
2)
Pelajar dan ilmuwan yaitu sebagai yang senantiasa terus menerus menuntut ilmu
pengetahuan. Dengan berbagai cara setiap saat guru senantiasa belajar untuk
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Disamping itu guru menjadi
spesialisasi, misalnya seorang guru matematik akan menjadi wakil dan dunia
matematika.
3)
Orang tua: yaitu mewakili orang tua murid di sekolah dalam pendidikan anaknya.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan sesudah keluarga, sehingga dalam arti luas
sekolah dapat merupakan keluarga di mana guru berperan sebagai orang tua dari
siswa-siswanya.
4)
Pencari teladan : yaitu yang senantiasa mencarikan teladan yang baik untuk
siswa, dan bahkan bagi seluruh masyarakat. Guru menjadi ukuran bagi norma-norma
tingkah laku.
5)
Pencari keamanan yaitu yang senantiasa mencarikan rasa aman bagi orang lain
(siswa). Guru menjadi tempat berlindung bagi siswa-siswa untuk memperoleh rasa
aman dan puas di dalamnya.
Guru dilihat secara psikologis, guru dipandang sebagai:
1)
Ahli psikologi pendidikan yaitu petugas psikologi dalam pendidikan, yang
melaksanakan tugasnya atas dasar prinsip-prinsip psikologi.
2)
Seniman dalam hubungan antar manusia ( human relation), yaitu orang yang mampu
membuat hubungan antarmanusia untuk tujuan tertentu, dengan menggunakan teknik
tertentu, khususnya dalam kegiatan pendidikan.
3)
Pembentuk kelompok sebagai jalan atau alat dalam pendidikan.
4)
Catalytic agent yaitu orang yang mempunyai pengaruh dalam menimbulkan
pembaharuan. Sering pula peranan ini disebut sebagai inovator (pembaharu).
5)
Petugas kesehatan mental ( hygiene worker) yang bertanggung jawab terhadap
pembinaan kesehatan mental khususnya kesehatan mental siswa.
Guru sebagai Direktur Belajar (Director of Learning )
Dalam
proses belajar mengajar dia tidak hanya memakai pendekatan instruksional tetapi
juga melalui pendekatan pribadi (personal approach) dgn demikian dia dituntut
utk memahami siswa secara mendalam sehingga dia dapat membantu dlm keseluruhan
proses belajarnya. Sbg ‘director of learning’ guru sekaligus berperan sebagai
pembimbing dlm proses belajar siswanya. Yg harus dilakukan guru ialah sbb:
1)
mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individu maupun kelompok;
2)
memberikan informasi-informasi yang
diperlukan dalam proses belajar;
3)
memberikan kesempatan yang memadai agar
setiap siswa dapat belajar sesuai dengan karakteristik pribadinya;
4)
membantu setiap siswa dalam mengatasi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya;
5)
menilai keberhasilan setiap langkah
kegiatan yang telah dilakukan.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
1. Perlunya
layanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak terlepas kaitannya dengan
beberapa aspek yang menjadi latar belakangnya, yaitu aspek sosial-kultural,
pedagogis, dan psikologis. Latar belakang sosial-kultural berhubungan dengan
masalah perkembangan sosial yang juga erat kaitannya dengan perkembangan
kebudayaan khususnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan tersebut mempengaruhi
sekolah sebagai lembaga pendidikan dan juga mempengaruhi siswa sebagai
individu.
2. Latar belakang
pedagogis berhubungan dengan masalah hakikat pendidikan sebagai usaha
mengembangkan kepribadian, dinamika dan perkembangan kepribadian, dan hakikat peranan
guru sebagai pendidik. Hal itu berkaitan erat dengan perlunya layanan pribadi
para siswa dalam upaya mencapai perkembangan optimal.
3. Latar belakang
psikologis, berhubungan dengan hakikat siswa sebagai pribadi yang unik, dinamik
dan berkembang, dalam upaya mencapai perwujudan diri. Secara psikologis setiap
siswa memerlukan adanya layanan yang bertitik tolak dari kondisi keunikan
masing-masing.
B.
Saran
Untuk menuju tercapainya pribadi
yang berkembang, maka kegiatan pendidikan hendaknya bersifat menyeluruh yang
tidak hanya berupa kegiatan instruksional (pengajaran), akan tetapi meliputi
kegiatan yang menjamin bahwa setiap anak didik secara pribadi mendapat layanan
sehingga akhirnya dapat berkembang secara optimal. Kegiatan pendidikan yang
diinginkan seperti tersebut di atas, adalah kegiatan pendidikan yang ditandai
dengan pengadministrasian yang baik, kurikulum beserta proses belajar mengajar
yang memadai, dan layanan pribadi kepada anak didik melalui bimbingan.
DAFTAR
PUSTAKA
Amti,Erman.,majohan.
1991. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga
Kependidikan
http://lailansakinah.blogspot.co.id/2015/03/latar-belakang-perlunya-bimbingan.html
0 komentar:
Posting Komentar