PERANAN
GURU DALAM LAYANAN
BIMBINGAN
KONSELING
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG MASALAH
Perlunya Bimbingan dan
Konseling di SD jika ditinjau secara mendalam, setidaknya ada tiga hal utama
yang melatar belakangi perlunya bimbingan yakni tinjauan secara umum, sosio
kultural dan aspek psikologis.
Secara umum, latar belakang
perlunya bimbingan berhubungan erat dengan pencapaian tujuan pendidikan
nasional, yaitu: meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yaitu
manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti
luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab,
mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.
Untuk mewujudkan tujuan
tersebut sudah barang tentu perlu mengintegrasikan seluruh komponen yang ada
dalam pendidikan, salah satunya komponen bimbingan. Bila dicermati dari sudut
sosio kultural, yang melatar belakangi perlunya proses bimbingan adalah adanya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sehingga berdampak
disetiap dimensi kehidupan. Hal tersebut semakin diperparah dengan laju
pertumbuhan penduduk yang tinggi, sementara laju lapangan pekerjaan relatif
menetap.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Dari
latar belakang tersebut, dapat ditarik beberapa rumusan masalah yang berkaitan
dengan Layanan Bimbingan Konseling di SD, antara lain :
1. Bagaimana
kebutuhan dasar Bimbingan Konseling di SD?
2. Bagaimana peran guru kelas dalam pelayanan
Bimbingan Konseling di SD?
3. Apa yang menjadi masalah Layanan Bimbingan
Konseling di SD?
C.
TUJUAN
PEMBAHASAN
Dari
latar belakang tersebut, dapat ditarik beberapa rumusan masalah yang berkaitan
dengan Layanan Bimbingan Konseling di SD, antara lain :
1. Mengetahui
bagaimana kebutuhan dasar Bimbingan Konseling di SD?
2. Mengetahui peran guru kelas dalam pelayanan
Bimbingan Konseling di SD?
3. Mengetahui masalah Layanan Bimbingan Konseling
di SD?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
KEBUTUHAN
DASAR BIMBINGAN DI SEKOLAH DASAR
Siswa
perlu dibantu untuk dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya, baik
masalah yang dihadapi sekarang maupun masalah yang mungkin timbul pada masa
yang akan datang. Dalam hal ini, bimbingan dan konseling dapat memainkan
peranan yang amat penting. Sejalan dengan sebab-sebab terjadinya masalah, maka
kebutuhan bimbingan dan konseling di sekolah dasar bertolak dari upaya-upaya
berikut ini.
1. Membantu
murid mewujudkan tugas-tugas
perkembangannya.
Tugas perkembangan
adalah suatu tugas yang timbul pada suatu masa tertentu dalam kehidupan
seseorang. Keberhasilan seseorang individu menunaikan tugas-tugas
perkembangannya secara baik akan memungkinkan individu itu memperoleh
kebahagiaan dalam hidupnya, dan akan mempermudah dirinya melaksanakan
tugas-tugas perkembangan berikutnya.
2. Membantu
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar siswa.
Kebutuhan-kebutuhan
yang terpenuhi itu akan dapat mendatangkan kepuasan, kesenangan, dan
kebahagiaan. Bagi siswa-siswa di sekolah, terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan itu
akan memungkinkan dapat mencapai perkembangan secara optimal. Tugas bimbingan
dan konseling yang penting dalam hal ini adalah membantu agar anak didik dapat
memperoleh kemudahan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.
3. Mengatasi
pengaruh kondisi rumah tangga yang kurang menguntungkan.
Anak-anak yang memasuki
sekolah dasar berasal dari berbagai latar belakang rumah tangga yang berbeda.
Kondisi rumah tangga yang dimikian itu banyak sedikitnya akan mempengaruhi
perkembangan anak.
4. Mengatasi
pengaruh kondisi sekolah yang tidak sehat.
Sekolah tidak selalu
menjadi tempat yang menyenangkan bagi setiap siswa. Ada kalanya sekolah justru
menjadi sumber masalah pada diri siswa. Di antara kondisi-kondisi sekolah yang
dapat menjadi sumber masalah pada diri siswa diantaranya adalah kurikulum yang
tidak sesuai, persaingan yang tidak sehat sesama murid, guru kurang memahami
perbedaan-perbedaan individu murid, pelaksanaan administrasi sekolah yang tidak
teratur, dan kepribadian guru serta cara-cara pengelolaan kelas yang kurang
mantap.
B.
PERAN
GURU KELAS DALAM PELAYANAN BIMBINGAN KONSELING SD
Implementasi
kegiatan Bimbingan Konseling dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan sangat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena
itu peranan guru kelas (bagi sekolah tanpa guru bimbingan) dalam pelaksanaan
kegiatan Bimbingan Konseling sangat penting dalam rangka mengefektifkan
pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
Menurut
Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan
Bimbingan Konseling, yaitu:
1. Informator,
guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi
lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
2. Organisator,
guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan
lain-lain.
3. Motivator,
guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk
mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta
(kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
4. Director,
guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai
dengan tujuan yang dicita-citakan.
5. Inisiator,
guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
6. Transmitter,
guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan pengetahuan.
7. Fasilitator,
guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar.
8. Mediator,
guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
9. Evaluator,
guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik
maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak
didiknya berhasil atau tidak.
C.
MASALAH
PELAYANAN BIMBINGAN KONSELING DI SD
Bimbingan
Konseling diposisikan sebagai “musuh” bagi siswa bermasalah atau nakal. merujuk
pada rumusan Winkel untuk menunjukkan hakikat bimbingan konseling di sekolah
yang dapat mendampingi siswa dalam beberapa hal :
·
Pertama, dalam
perkembangan belajar di sekolah (perkembangan akademis).
·
Kedua, mengenal diri
sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang terbuka bagi mereka, sekarang
maupun kelak.
·
Ketiga, menentukan
cita-cita dan tujuan dalam hidupnya, serta menyusun rencana yang tepat untuk
mencapai tujuan-tujuan itu.
·
Keempat, mengatasi
masalah pribadi yang mengganggu belajar di sekolah dan terlalu mempersukar
hubungan dengan orang lain, atau yang mengaburkan cita-cita hidup.
Empat
peran di atas dapat efektif, jika Bimbingan Konseling didukung oleh mekanisme
struktural di suatu sekolah.
Bimbingan konseling dengan para
konselornya disandingkan dengan bagian kesiswaan. Wakil kepala sekolah bagian
kesiswaan dihadirkan untuk mengambil peran disipliner dan hal-hal yang berkait
dengan ketertiban serta penegakan tata tertib. Siswa, berkelahi, pakaian tidak
tertib, bukan lagi konselor yang menegur dan memberi sanksi. Reward dan
punishment, pujian dan hukuman adalah dua hal yang mesti ada bersama-sama.
Pemilahan peran demikian memungkinkan Bimbingan Konseling optimal dalam banyak
hal yang bersifat reward atau peneguhan. Jika tidak demikian, BK lebih mudah
terjebak dalam tindakan hukum-menghukum.
Mendesak untuk diwujudkan, prinsip
keseimbangan dalam pendampingan orang-orang muda yang masih dalam tahap
pencarian diri. Orang-orang muda di sekolah dasar lazimnya dihadapkan pada
celaan, cacian, cercaan, dan segala sumpah-serapah kemarahan jika membuat
kekeliruan. Betapa ketimpangan ini membentuk pribadi-pribadi yang memiliki
gambaran diri negatif belaka. Jika seluruh komponen kependidikan di sekolah
bertindak sebagai yang menghakimi dan memberikan vonis serta hukuman, maka
semakin lengkaplah pembentukan pribadi-pribadi yang tidak seimbang.
Bimbingan Konseling dapat diposisikan
secara tegas untuk mewujudkan prinsip keseimbangan. Lembaga ini menjadi tempat
yang aman bagi setiap siswa untuk datang membuka diri tanpa waswas akan
privasinya. Di sana menjadi tempat setiap persoalan diadukan, setiap problem
dibantu untuk diuraikan, sekaligus setiap kebanggaan diri diteguhkan. Bahkan
orangtua siswa dapat mengambil manfaat dari pelayanan bimbingan di sekolah,
sejauh mereka dapat ditolong untuk lebih mengerti akan anak mereka.
Tantangan pertama untuk memulai suatu
proses pendampingan pribadi yang ideal justru datang dari faktor-faktor
instrinsik sekolah sendiri. Kepala sekolah kurang tahu apa yang harus mereka
perbuat dengan konselor atau guru-guru BK. Adanya kekhawatiran bahwa konselor
akan memakan “gaji buta”. Akibatnya, konselor mesti disampiri tugas-tugas
mengajar keterampilan, sejarah, menjaga kantin, mengurus perpustakaan, atau
jika tidak demikian hitungan honor atau penggajiannya terus dipersoalkan
jumlahnya. Sesama staf pengajar pun mengirikannya dengan tugas-tugas konselor
yang dianggapnya penganggur terselubung. Padahal, betapa pendampingan pribadi
menuntut proses administratif dalam penanganannya.
Bimbingan Konseling yang baru dilirik
sebelah mata dalam proses pendidikan tampak dari ruangan yang disediakan. Bisa
dihitung dengan jari, berapa jumlah sekolah yang mampu (baca: mau) menyediakan
ruang konseling memadai. Tidak jarang dijumpai, ruang Bimbingan Konseling
sekadar bagian dari perpustakaan (yang disekat tirai), atau layaknya ruang
sempit di pojok dekat gudang dan toilet. Betapa mendesak untuk dikedepankan
peran Bimbingan Konseling dengan mencoba menempatkan kembali pada posisi dan
perannya yang hakiki. Menaruh harapan yang lebih besar pada Bimbingan Konseling
dalam pendampingan pribadi, sekarang ini begitu mendesak, jika mengingat
kurikulum dan segala orientasinya tetap saja menjunjung supremasi otak. Untuk
memulai mewujudkan semua itu, butuh perubahan paradigma para kepala sekolah
menengah dan semua pihak yang terlibat didalam proses kependidikan.
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari pembahasan di
atas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Kebutuhan
dasar Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar antara lain :
·
Membantu murid
mewujudkan tugas-tugas perkembangannya.
·
Membantu memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasar siswa.
·
Mengatasi pengaruh
kondisi rumah tangga yang kurang menguntungkan.
·
Mengatasi pengaruh
kondisi sekolah yang tidak sehat.
2. Peran
guru kelas dalam pelayanan Bimbingan Konseling di SD antara lain sebagai Informator,
Organisator, Motivator, Director, Inisiator, Transmitter, Fasilitator, Mediator
dan Evaluator.
3. Masalah
yang ada pada pelayanan Bimbingan Konseling di SD meliputi berbagai aspek,
diantaranya :
·
Aspek tempat dan
kenyamanan
Tempat dan kenyamanan
ruangan konseling seringkali tidak diperhatikan.
·
Aspek administrasi
Seringkali guru
konsultasi dianggap melakukan gaji buta.
·
Aspek persepsi
anak-anak
Persepsi anak-anak
terhadap layanan Bimbingan dan Konseling seringkali menganggap bahwa yang
dilayani adalah anak-anak yang bermasalah dalam artian nakal.
B.
SARAN
Dari pembahasan makalah ini, dapat
disarankan :
1. Sebaiknya
layanan Bimbingan Konseling diberikan kepada anak-anak sejak dini.
2. Memberikan
tempat yang layak untuk melakukan layanan Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar.
3. Memberikan
layanan Bimbingan Konseling sesuai dengan jenjang pendidikan pada Sekolah
Dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Awalya dkk. Bimbingan & Konseling. 2013. Semarang
: Unnes Press
Afni, Nur. Peran Guru dalam Bimbingan Konseling. 2009.
https://afhny.wordpress.com/peran-guru-dalam-bimbingan-konseling/
diakses pada : 4 September 2015. 05.22 WIB.
Defila, Februl dkk. Peranan Guru dalam Bimbingan Konseling di
Sekolah. 2012. https://febroeldefila.files.wordpress.com/2012/04/peranan-guru-dalam-bimbingan-konseling-sekolah.pdf
diakses pada 4 September 2015. 05.22 WIB.
Dewi, Kristin Shinta
dkk. Makalah Peranan Guru dalam Bimbingan
Konseling. 2015. http://jihyukhome.blogspot.com/2015/03/makalah-peran-guru-dalam-bimbingan.html
diakses pada 4 September 2015 05.22 WIB
Zaqiyah, Irmawati. Tiada Celah Berbahasa Indonesia. 2015. http://irmazaqiya.blogspot.com/2015/01/peran-guru-mapel-terkait-dengan-program.html
diakses pada 4 September 2015 05.22 WIB
0 komentar:
Posting Komentar