BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Di
lingkungan sekitar kita, kita dapat menemui berbagai jenis makhluk hidup.
Berbagai jenis hewan misalnya ayam, kucing, serangga, dan sebagainya, dan
berbagai jenis tumbuhan misalnya mangga, rerumputan, jambu, pisang, dan masih
banyak lagi jenis tumbuhan di sekitar kita. Masing-masing makhluk hidup
memiliki ciri tersendiri sehingga terbentuklah keanekaragaman makhluk hidup
yang disebut dengan keanekaragaman hayati atau biodiversitas.
Di berbagai
lingkungan, kita dapat menjumpai keanekaragaman makhluk hidup yang
berbeda-beda. Keanekaragaman itu meliputi berbagai variasi bentuk, warna, dan
sifat-sifat lain dari makhluk hidup. Sedangkan di dalam spesies yang sama
terdapat keseragaman. Setiap lingkungan memiliki keanekaragaman hayati
masing-masing.
Indonesia
adalah negara yang termasuk memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi.
Taksiran jumlah utama spesies sebagai berikut. Hewan menyusui sekitar 300
spesies, burung 7.500 spesies, reptil 2.000 spesies, tumbuhan biji 25.000
spesies, tumbuhan paku-pakuan 1.250 spesies, lumut 7.500 spesies, ganggang
7.800, jamur 72.000 spesies, serta bakteri dan ganggang hijau biru 300 spesies.
Dari data yang telah disebutkan, itu membuktikan bahwa tingkat biodiversitas di
Indonesia sangatlah tinggi.
2.
Rumusan Masalah
2.1 Apa yang dimaksud dengan keanekaragaman hayati (biodiversitas)?
2.2 Apa saja keanekaragaman hayati di Indonesia?
2.3 Apa saja faktor yang memepengaruhi keaanekaragaman hayati?
2.4 Bagaimana peran keanekaragaman hayati kepada manusia?
2.5 Bagaimana peran manusia kepada keanekaragaman Hayati?
3. Tujuan
Tujuan kami menyusun makalah ini
antara lain:
3.1 Untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup.
3.2 Memahami
pengertian keanekaragaman hayati.
3.3 Mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi keanekaragaman hayati.
3.4 Mengetahui
peran keanekaragaman hayati terhadap manusia dan peran manusia terhadap
keanekaragaman hayati.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Keanekaragaman
Hayati
Di
lingkungan sekitar kita banyak sekali jenis-jenis tumbuhan dan hewan. Jika kita
perhatikan dengan saksama, ternyata setiap jenis makhluk hidup yang ada di
sekitar kita mempunyai ciri tersendiri, meliputi variasi ukuran, bentuk,
jumlah, dan warna yang berbeda-beda sehingga terbentuklah keanekaragaman
makhluk hidup yang disebut keanekaragaman hayati. Di dalam keanekaragaman
hayati tersebut, makhluk hidup sejenis akan memiliki ciri-ciri yang sama,
sedangkan makhluk hidup antarjenis yang berbeda memiliki ciri yang beraneka
ragam pula.
"Setiap sistem lingkungan
memiliki keanekaragaman yang berbeda. Keanekaragaman hayati ditunjukkan, antara
lain, oleh variasi bentuk, ukuran, jumlah (frekuensi), warna, dan sifat-sifat
lain makhluk hidup, sedangkan keseragaman adalah ciri yang sama yang terdapat
dalam satu spesies."
B. Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Keanekaragaman
hayati di Indonesia termasuk dalam golongan tertinggi di dunia, jauh lebih
tinggi daripada di Amerika dan di Afrika yang sama-sama beriklim tropis,
apalagi jika dibandingkan dengan negara yang beriklim sedang dan dingin.
Persebaran keanekaragaman makhluk hidup di Indonesia terletak di antara zona
Oriental, zona Australasia, serta zona Peralihan sehingga memiliki keunikan
tersendiri.
- Zona Oriental (Wilayah Barat Indonesia)
Zona
Oriental meliputi wilayah barat Indonesia, yaitu Kalimantan, Sumatra, Jawa, dan
Bali yang terdapat hutan hujan tropik yang didominasi oleh pohon dari famili
Dipterocarpaceae. Famili Dipterocarpaceae merupakan tumbuhan tertinggi,
membentuk kanopi hutan, dan menghasilkan biji bersayap. Tumbuhan yang termasuk
famili Dipterocarpaceae, antara lain kayu kruing (Dipterocarpaceae), kayu
meranti (Shorea spp), kayu kapur (Dryobalanops aromatica), dan kayu garu
(Gonystylus bancanus), sedangkan tumbuhan hutan hujan tropik dicirikan dengan
kanopi rapat dan banyak tumbuhan yang memanjat (liana) seperti pohon mangga
(Mangifera indica), pohon durian (Durio zibethinus) dan pohon suku
(Artocarpus).
Jenis-jenis
hewan pada zona ini memiliki kemiripan dengan jenis hewan di Benua Asia yang
terdiri atas banyak species Mamalia berukuran besar seperti gajah, banteng,
badak, dan harimau dan terdapat berbagai jenis kera seperti orang utan,
bekantan, tarsius, dan loris hantu.
- Zona Australasia (Wilayah Timur Indonesia)
Zona
Australasia meliputi wilayah timur Indonesia, yaitu Maluku dan Papua. Pada zona
ini terdapat hutan dengan pohon-pohon yang rendah dan berada di daerah datar
seperti matoa dan Ficus (famili beringin).
Jenis-jenis hewannya memiliki kemiripan dengan jenis hewan di Benua Australia, terdiri atas Mamalia berukuran kecil atau hewan berkantung seperti kuskus, bandicot, oposum, dan kanguru jenis berkantung dan musang berkantung di Maluku bagian timur dan Irian Jaya. Jenis burungnya memiliki beragam warna seperti burung cendrawasih yang terdapat banyak di Papua dan sedikit di Maluku. Daerah di wilayah Indonesia Timur terkenal sebagai dunia burung. Ada 28 jenis burung berbulu, misalnya burung cendrawasih, kakaktua berjambul, dan kasuari.
Jenis-jenis hewannya memiliki kemiripan dengan jenis hewan di Benua Australia, terdiri atas Mamalia berukuran kecil atau hewan berkantung seperti kuskus, bandicot, oposum, dan kanguru jenis berkantung dan musang berkantung di Maluku bagian timur dan Irian Jaya. Jenis burungnya memiliki beragam warna seperti burung cendrawasih yang terdapat banyak di Papua dan sedikit di Maluku. Daerah di wilayah Indonesia Timur terkenal sebagai dunia burung. Ada 28 jenis burung berbulu, misalnya burung cendrawasih, kakaktua berjambul, dan kasuari.
- Zona Peralihan (Wilayah Tengah Indonesia)
Zona peralihan
merupakan wilayah yang terdapat keanekaragaman hayati berasal dari zona
Oriental dan zona Australasia. Zona ini meliputi wilayah tengah Indonesia,
yaitu Sulawesi dan Nusa Tenggara. Pada wilayah ini terdapat pohon eukaliptus
dan hewan oposum yang lebih mirip dengan tumbuhan dan hewan dari zona
Australasia.
Selain itu,
di Indonesia bagian tengah terdapat hewan khas Indonesia, misalnya anoa (mirip
lembu dan hidup liar) di Sulawesi, babirusa dengan taring panjang dan
melengkung terdapat di Sulawesi dan Maluku bagian barat, biawak komodo sisa
fauna purba di Pulau Komodo, burung maleo yang sangat langka terdapat di
Sulawesi dan Kepulauan Sangihe.
Indonesia
merupakan salah satu dari tiga negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang
tinggi. Dua negara lainnya adalah Brasil dan Zaire. Tetapi dibandingkan dengan
Brazil dan Zaire, Indonesia memiliki keunikan tersendiri. Keunikannya adalah di
samping memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia memiliki
areal tipe indo-malaya yang luas, juga tipe oriental, australia, dan
peralihannya. Selain itu, di Indonesia terdapat banyak hewan dan tumbuhan
langka, serta spesies endemik.
1. Memiliki
Keanekaragaman Hayati Tinggi
Indonesia
terletak di daerah tropik sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi
dibandingkan dengan daerah subtropik (iklim sedang) dan kutub (iklim kutub).
Keanekaragaman tinggi di Indonesia dapat dijumpai di dalam lingkungan hutan
tropik.
Di dalam
hutan hujan tropik terdapat berbagai jenis tumbuhan (flora) dan fauna yang
belum dimanfaatkan, atau masih liar. Di dalam tubuh hewan dan tumbuhan itu
tersimpan sifat-sifat unggul. Sifat-sifat unggul itu misalnya tumbuhan yang
tahan penyakit, tahan kekeringan, dan tahan terhadap kadar garam yang tinggi.
Ada pula yang memiliki sifat menghasilkan bahan kimia beracun.
2. Memiliki Tumbuhan Tipe Indo-Malaya yang
Arealnya Luas
Tumbuhan di
Indonesia merupakan bagian dari daerah geografi tumbuhan indo-malaya, seperti
yang dinyatakan oleh Ronald D. Good dalam bukunya The
Geography of Flowering Plants.
Hutan di
Indonesia dan hutan-hutan di daerah flora malenesia memiliki kurang lebih
248.000 spesies tumbuhan tinggi. Hutan di Indonesia merupakan bioma hutan hujan
tropik, dicirikan dengan kanopi yang rapat dan banyak tumbuhan liana (tumbuhan
yang memanjat). Tumbuhan khas seperti durian (Durio zibethinus), mangga
(Mangifera indica), dan sukun (Artocarpus) di Indonesia tersebar
di Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Sulawesi. Tumbuhan-tumbuhan ini juga
terdapat di Malaysia dan Philipina. Di Sumatra, Kalimantan, dan Jawa terdapat
tumbuhan endemik Rafflesia arnoldii.
3.
Memiliki Hewan Tipe Oriental (Asia), Australia, Serta
Perlalihannya
Ketika Alfred
Russel Wallace mengunjungi Indonesia pada tahun 1856, ia menemukan
perbedaan besar fauna di beberapa daerah di Indonesia (waktu itu Hindia
Belanda). Oleh sebab itu, kemudian ia membuat garis pemisah yang memanjang
mulai dari Selat Lombok ke Utara melewati Selat Makasar dan Philipina Selatan.
Garis ini disebut Garis Wallace.
Indonesia
terbagi menjadi dua zoogeografi yang dibatasi oleh Garis Wallace. Garis Wallace
membelah Selat Makasar menuju ke Selatan hingga ke Selat Lombok. Jadi, Garis
Wallace memisahkan wilayah oriental (termasuk Sumatera, Jawa, Bali, dan
Kalimantan) dengan wilayah Australia (Sulawesi, Irian, Maluku, Nusa Tenggara
Barat dan Timur).
Setelah
Wallace, Weber seorang ahli zoologi Jerman juga mengadakan
penelitian tentang penyebaran hewan-hewan di Indonesia. Weber melihat bahwa
hewan-hewan di Sulawesi tidak dapat sepenuhnya dikelompokkan sebagai
hewan-hewan kelompok Australia. Hewan-hewan tersebut ada yang memiliki
sifat-sifat seperti halnya hewan-hewan di daerah Oriental. Oleh sebab itu,
Weber mengatakan bahwa fauna di Sulawesi merupakan fauna peralihan. Weber
kemudian membuat garis pembatas yang berada di sebelah timur Sulawesi memanjang
ke Utara ke Kepulauan Aru. Pulau Sulawesi merupakan pulau pembatas antara
wilayah Oriental dan Australia atau merupakan wilayah peralihan yang paling
mencolok. Sulawesi dihuni oleh sebagian hewan Oriental dan sebagian hewan
Australia. Contohnya di Sulawesi terdapat oposum dari Australia namun juga
terdapat kera macaca dari Oriental.
a.
Fauna Daerah Oriental
Hewan-hewan
di bagian barat Indonesia (Oriental) yang meliputi Sumatera, Jawa dan
Kalimantan, serta pulau-pulaunya memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1).
Banyak spesies mamalia yang berukuran besar, misalnya gajah, banteng, harimau,
badak. Mamalia berkantung jumlahnya sedikit, bahkan hampir tidak ada.
2).
Terdapat berbagai macam kera. Kalimantan merupakan pulau yang paling kaya kan
jenis-jenis primata. Ada tiga jenis primata, misalnya bekantan, tarsius, loris
hantu, orang utan.
3).
Terdapat hewan endemik, seperti:
·
Badak bercula satu di Ujung Kulon
·
Binturong (Arctictis binturong), hewan sebangsa
beruang tapi kecil
·
Monyet Presbytis thomasi
·
Tarsius (Tarsius bancanus)
·
Kukang (Mycticebus coucang)
4). Burung-burung
Oriental memiliki warna yang kurang menarik dibanding burung-burung di daerah
Australia, tetapi dapat berkicau. Burung-burung yang endemik misalnya jalak
bali (Leucopsar rothschildi), elang jawa, murai mengkilat (Myophoneus
melurunus), elang putih (Mycrohyerax latifrons), ayam hutan berdada
merah (Arborphila hyperithra), ayam pegar.
b. Fauna Daerah Australia
Jenis-jenis
hewan di Indonesia bagian Timur, yaitu Irian, Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara,
relatif sama dengan Australia. Ciri-ciri hewan di Indonesia bagian Timur
adalah:
1).
Mamalia berukuran kecil
2).
Banyak hewan berkantung
3).
Tidak terdapat spesies kera
4).
Jenis-jenis burung memiliki warna yang beragam
4. Memiliki
Banyak Hewan dan Tumbuhan Langka
Di Indonesia
banyak terdapat hewan dan tumbuhan yang telah langka. Hewan langka misalnya:
·
Babirusa (Babyrousa babyrussa)
·
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae)
·
Harimau jawa (Panthera tigris sondanicus)
·
Macan kumbang (Panthera pardus)
·
Orangutan (Pongo pygmaeus abelii)
·
Badak sumatera (Decerorhinus sumatrensis)
·
Tapir (Tapirus indicus)
·
Gajah asia (Elephas maximus)
Tumbuh-tumbuhan
langka misalnya:
·
Bedali (Radermachera gigantea)
·
Putat (Planhonia valida)
·
Kepuh (Stereula foetida)
·
Bungur (Lagerstromia speciosa)
·
Nangka celeng (Artocarpus heterophyllus)
·
Kluwak (Pangium edule)
5.
Memiliki Banyak Hewan dan Tumbuhan Endemik
Di Indonesia
terdapat hewan dan tumbuhan endemik. Hewan dan tumbuhan endemik Indonesia
artinya hewan dan tumbuhan itu hanya ada di Indonesia, tidak terdapat di negara
lain.
Hewan
endemik misalnya harimau jawa, harimau bali (sudah punah), jalak bali putih di
Bali, badak bercula satu di Ujung Kulon, biturong, monyet Presbytis
thomasi, tarsius, kukang, maleo hanya di Sulawesi, komodo di Pulau Komodo
dan sekitarnya.
Tumbuhan
yang endemik terutama dari genus Rafflesia arnoldii(endemik di
Sumatera Barat, Bengkulu, dan Aceh), R. borneensis(Kalimantan), R.
ciliata (Kalimantan Timur), R. horsfilldii (Jawa), R.
patma (Nusa Kambangan dan Pangandaran), R. rochussenii (Jawa
Barat), dan R. contleyi (Sumatera bagian timur).
C. Faktor
Timbulnya Keanekaragaman Hayati
Ada dua faktor penyebab terjadinya keanekaragaman,
yaitu faktor keturunan atau faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor
keturunan disebabkan oleh adanya gen yang akan memberikan sifat dasar atau
sifat bawaan. Namun, sifat bawaan terkadang tidak muncul (tidak tampak) karena
faktor lingkungan. Faktor bawaan sama, tetapi lingkungannya berbeda, akan
mengakibatkan sifat yang tampak menjadi berbeda. Karena adanya kedua faktor
tersebut, muncullah keanekaragaman hayati.
Timbulnya keanekaragaman hayati yang disebabkan oleh
faktor lingkungan dipengaruhi oleh:
- Iklim
Unsur iklim
sangat menentukan berbagai jenis keanekaragaman hayati. Unsur-unsur iklim yang
mempengaruhi kelangsungan hidup tumbuhan dan hewan adalah temperatur, udara,
kelembapan angin, dan curah hujan.
- Faktor Relif Tanah
Relief tanah
adalah tinggi rendahnya permukaan bumi diukur dari permukaan laut. Ketinggian
di suatu tempat dapat mempengaruhi temperatur dan tekanan udara, demikian pula
jenis-jenis tumbuhan dan hewan.
- Faktor Tanah
Keadaan
tanah di suatu tempat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan berbagai jenis
tumbuhan. Tanah humus dan tanah vulkanis sangat baik untuk pertumbuhan tanaman
karena memiliki banyak unsur hara.
D.
Peran Keanekaragaman Hayati Terhadap manusia
Di muka bumi
ini, tidak ada satu pun makhluk hidup yang bisa hidup sendiri, termasuk
manusia. Dalam hidupnya, manusia selalu membutuhkan makhluk hidup lain,
misalnya manusia akan membutuhkan pasangan hidup dari jenisnya, manusia juga
sangat membutuhkan tumbuhan dan hewan sebagai sumber makanan atau bahan tempat
tinggalnya, dan masih banyak peranan tumbuhan dan hewan bagi kehidupan manusia.
Beraneka
ragam jenis tumbuhan dan hewan mempunyai peranan penting dalam kehidupan
manusia, antara lain, sebagai sumber pangan, sumber sandang, bahan bangunan
untuk tempat tinggal, sumber pendapatan, sumber plasma nutfah, sumber bahan
obat-obatan, sumber keilmuan, dan keindahan.
E. Peran Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati yang ada di permukaan bumi ini
bukanlah sesuatu yang bersifat kekal, artinya setiap saat dapat mengalami
perubahan, terutama dalam hal jumlahnya.
Perubahan keanekaragaman hayati sebagian besar
disebabkan oleh aktivitas manusia, bencana alam, maupun seleksi alam. Apabila
aktivitas manusia dapat menyebabkan berkurangnya keanekaragaman hayati disebut
merugikan, sebaliknya jika aktivitas manusia dapat meningkatkan keanekaragaman
hayati disebut menguntungkan.
Jumlah keanekaragaman hayati akan terus berkurang
disebabkan oleh aktivitas manusia yang bersifat merugikan, misalnya pembukaan
hutan, pengurukan lahan basah, pertambangan, pencemaran lingkungan, dan seleksi
alam.
Aktivitas manusia yang menguntungkan keanekaragaman
hayati adalah kegiatan manusia yang dapat meningkatkan jumlah keanekaragaman
hayati, seperti penghijauan, penangkaran, perkawinan silang, dan perlindungan
alam.
F. Upaya
Konservasi Keanekaragaman Hayati
Konservasi
sumber daya alam hayati adalah pengolahan sumber daya alam hayati yang
pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan
persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman
dan nilainya.
Konservasi
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya menjadi tanggung jawab pemerintah
serta masyarakat. Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan
melalui beberapa kegiatan, yaitu perlindungan sistem penyangga kehidupan yang
merupakan satu proses alami berbagai unsur hayati dan nonhayati yang menjamin
kelangsungan kehidupan makhluk, pelestarian keanekaragaman jenis tumbuhan dan
satwa beserta ekosistemnya serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya.
Berikut di
bawah ini adalah jenis-jenis uapaya konservasi hayati:
- Hutan Lindung
Hutan
lindung adalah kawasan hutan alam yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah
banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara
keseburan tanah. Hutan lindung bisa dalam bentuk cagar alam, taman nasional,
suaka margasatwa, taman hutan raya, hutan wisata, dan wanawisata.
- Kawasan Suaka Alam Laut dan Perikanan
Lautan
adalah daerah yang mewakili ekosistem khas di lautan maupun perairan lainnya
yang merupakan habitat alami yang memberikan tempat maupun perlindungan bagi
perkembangan keanekaragaman tumbuhan dan satwa yang ada. Contoh Taman Laut
Bunaken di Sulawesi Utara.
- Kebun Raya
Kebun raya
merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan yang ditanam hidup di suatu tempat yang berasal
dari berbagai daerah. Keberadaan kebun raya bertujuan untuk pendidikan, ilmu
pengetahuan, konservasi lahan, dan sekaligus sebagai objek wisata. Contoh Kebun
Raya Bogor di Jawa Barat, Kebun Raya Purwodadi di Jawa Timur.
Selain
tempat-tempat yang telah disebutkan di atas yang memang ditetapkan oleh
pemerintah sebagai tempat konservasi, sebenarnya masyarakat pun dapat
berpartisipasi dalam pelestarian keanekaragaman hayati. Bentuk pertisipasi
masyarakat dalam pelestarian keanekaragaman hayati misalnya:
a).
Memperkaya koleksi tanaman di pekarangan rumah
b).
Tidak membunuh burung dan hewan-hewan lainnya
c).
Tidak membuang limbah sembarangan, terutama limbah pabrik, limbah rumah tangga,
dan limbah pestisida karena dapat membahayakan kehidupan flora dan fauna.
G. Dampak
Kegiatan Manusia terhadap Keanekaragaman Hayati
1. Aktifitas Manusia Dapat Menurunkan Keanekaragaman
Hayati
Aktifitas
manusia dapat menurunkan keanekaragaman hayati. Hingga saat ini, berbagai jenis
tumbuhan dan hewan terancam punah dan beberapa di antaranya telah punah.
Sebagai contoh, Australia selama 20 tahun telah kehilangan 41 jenis mamalia, 18
jenis burung, reptilia, ikan, dan katak, 200 jenis invertebrata, dan 209 jenis
tumbuhan.
Kepunahan
keanekaragaman hayati diduga disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai
berikut:
a.
Perusakan Habitat
Kerusakan
habitat dapat diakibatkan karena ekosistem diubah fungsinya oleh manusia,
misalnya hutan ditebang dijadikan lahan pertanian, pemukiman dan akhirnya
tumbuh menjadi perkotaan. Kegiatan manusia tersebut mengakibatkan menurunnya
keanekaragaman ekosistem, jenis, dan gen.
Selain
akibat aktifitas manusia, kerusakan habitat juga dapat diakibatkan oleh bencana
alam misalnya kebakaran, gunung meletus, dan banjir.Perusakan terumbu karang di
laut juga dapat menurunkan keanekaragaman ayati laut.
b.
Penggunaan Pestisida
Pestisida
yang sebenarnya hanya untuk membunuh organisme penggangu (hama), pada
kenyataannya menyebar ke lingkungan dan meracuni mikroba, jamur, hewan, dan
tumbuhan lainnya.
c.
Pencemaran
Bahan
pencemar juga dapat membunuh mikroba, jamur, hewan dan tumbuhan penting. Bahan
pencemar dapat berasal dari limbah pabrik dan limbah rumah tangga.
d.
Perubahan Tipe Tumbuhan
Perubahan
tipe tumbuhan misalnya perubahan dari hutan hujan tropik menjadi hutan produksi
dapat mengakibatkan hilangnya tumbuh-tumbuhan liar penting. Hilangnya
jenis-jenis tumbuhan tertentu dapat menyebabkan hilangnya hewan-hewan yang
hidup bergantung pada tumbuhan tersebut.
e.
Masuknya Jenis Tumbuhan dan Hewan Liar
Tumbuhan
atau hewan liar yang masuk ke ekosistem dapat berkompetisi bahkan membunuh
tumbuhan dan hewan asli.
f.
Penebangan
Penebangan
hutan tidak hanya menghilangkan pohon yang sengaja ditebang, tetapi juga
merusak pohon-pohon lain yang ada di sekelilingnya. Kerusakan berbagai
tumbuh-tumbuhan karena penebangan akan mengakibatkan hilangnya hewan. Jadi,
penebangan akan menurunkan plasma nutfah.
g.
Seleksi
Secara tidak
sengaja perilaku kita mempercepat kepunahan oraganisme. Sebagai contoh, kita
sering hanya menanam tanaman yang kita anggap unggul misalnya mangga gadung,
mangga manalagi, jambu bangkok. Sebaliknya kita menghilangkan tanaman yang kita
anggap kurang unggul, misalnya mangga golek, nangka celeng.
2. Aktifitas
Manusia yang Meningkatkan Keanekaragaman Hayati
Tidak semua aktifitas manusia
berakibat menurunkan keanekaragaman hayati. Ada juga aktivitas yang justru
meningkatkan keanekaragaman hayati.
a. Penghijauan
Kegiatan penghijauan meningkatkan
keanekaragaman hayati. Kegiatan penghijauan tidak hanya menanam tetapi yang
lebih penting adalah merawat tanaman setelah ditanam.
-
Pembuatan Taman Kota
-
Pemuliaan
Pemuliaan
adalah usaha membuat varietas unggul dengan cara melakukan perkawinan silang.
3.Aktifitas
Manusia untuk Melestarikan Keanekaragaman Hayati
Hewan atau
tumbuhan langka dan rawan punah dapat dilestarikan dengan pembiakan secara in
situ dan ex situ.
a).
Pembiakan secara in situ adalah pembiakan di dalam habitat
aslinya. Misalnya mendirikan Cagar Alam Ujung Kulon, Taman Nasional Komodo.
b). Pembiakan
secara ex situ adalah pembiakan di luar habitat aslinya, namun
suasana lingkungan dibuat mirip dengan aslinya. Misal penangkaran hewan di
kebun binatang (harimau, gajah, burung jalak bali).
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Makhluk
hidup di dunia ini sangat beragam. Keanekaragaman makhluk hidup tersebut
disebut dengan sebutan keanekaragaman hayati atau biodiversitas. Setiap sistem
lingkungan memiliki keanekaragaman hayati yang berbeda. Keanekaragaman hayati
ditunjukkan oleh adanya berbagai variasi bentuk, ukuran, warna, dan sifat-sifat
dari makhluk hidup lainnya.
Indonesia
terletak di daerah tropik yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi
dibandingkan dengan daerah subtropik dan kutub.
Keanekaragaman
hayati disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan.
Terdapat interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan dalam
mempengaruhi sifat makhluk hidup.
Kegiatan
manusia dapat menurunkan keanekaragaman hayati, baik keanekaragaman gen, jenis
maupun keanekaragaman lingkungan. Namun di samping itu, kegiatan manusia juga
dapat meningkatkan keanekaragaman hayati misalnya penghijauan, pembuatan taman
kota, dan pemuliaan.
Pelestarian
keanekaragaman hayati dapat dilakukan secara in situ dan ex
situ.
B.
Saran
Agar keanekaragaman hayati tidak punah maka
diperlukan upaya-upaya untuk melestarikan keanekaragaman hayati tersebut dengan
membuat tempat perlindungan misalnya hutan lindung, taman nasional. Kebun raya,
cagar alam dsb.
Dengan upaya tersebut, diharapkan keanekaragaman
hayati dapat lestari dan berguna bagi kehidupan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar