PERKEMBANGAN
ANAK
KONSEP
DIRI DAN PERANAN SOSIAL IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu
penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah konsep diri. Konsep
diri (self consept) merupakan
suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia.
Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan
untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya.
Konsep diri seseorang
dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut.
Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada
akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang
berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang
bersangkutan.
Manusia
berkembang sesuai dengan tahapan-tahapannya. Perkembangan tersebut dimulai
sejak masa konsepsi hingga akhir hayat. Ketika individu memasuki usia sekolah,
yakni antara tujuh sampai dengan dua belas tahun, individu dimaksud sudah dapat
disebut sebagai peserta didik yang akan berhubungan dengan proses pembelajaran
dalam suatu sistem pendidikan.
B. Rumusan Masalah
a.
Apakah yang dimaksud dengan perkembangan anak?
b.
Bagaimana konsep diri
dalam perkembangan anak?
c.
Apa saja peranan sosial dan implikasinya dalam pendidikan?
C. Tujuan
a.
Untuk mengetahui
tentang perkembangan anak.
b.
Untuk mengetahui
konsep diri dalam perkembangan anak.
c.
Untuk mengetahui
peranan sosial dan implikasinya dalam pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Perkembangan
Dalam kehidupan anak terdapat dua
proses yang berjalan secara kontinyu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan dan perkembangan pada dasarnya merupakan perubahan, yakni perubahan
menuju ke tahap yang lebih tinggi.
Thonthowi (Desmita, 2008:5)
mengartikan pertumbuhan sebagai perubahan jasad yang meningkat dalam ukuran (size)
sebagai akibat dari adanya perbanyakan sel-sel. Sedangkan menurut Chaplin
(Desmita, 2008:5), pertumbuhan adalah pertambahan atau kenaikan dalam ukuran
bagian-bagian tubuh sebagai suatu keseluruhan.
Senada dengan definisi tersebut,
Sunarto dan Hartono (2006:35) menjelaskan bahwa pertumbuhan berkaitan dengan
perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.
Lebih jauh dijelaskan pula bahwa pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis
sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung
secara normal pada anak yang sehat dalam perjalanan waktu tertentu.
Dari beberapa
pengertian di atas, dapat dipahami bahwa istilah pertumbuhan dalam konteks
perkembangan merujuk pada perubahan-perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu
peningkatan dalam ukuran dan struktur, seperti pertumbuhan badan, pertumbuhan
kaki, jantung, dan sebagainya. sehingga dapat disimpulkan bahwa per-kembangan
merupakan pola perubahan yang dialami oleh individu baik dalam struktur maupun
fungsi (fisik maupun psikis) menuju tingkat kematangannya yang berlangsung
secara sistematis, progresif, berkesinambungan, dan ber-langsung sepanjang
hayat.
B. Konsep Diri
a.
Pengertian Konsep
Diri
Konsep diri adalah keyakinan, pandangan
atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Ada dua macam konsep diri, yakni
konsep diri negatif dan konsep diri positif. Pertanyaan-pertanyaan di atas bisa
mendeteksi apakah kita termasuk kelompok orang yang memiliki konsep diri
negatif atau positif.
Dapat
disimpulkan, bahwa konsep diri adalah pendapat seseorang tentang dirinya
sendiri atau pemahaman mental maupun fisik. Atau pemahaman seseorang tentang
dirinya sendiri, baik menyangkut kemampuan mental maupun fisik, ataupun
menyangkut segala sesuatu yang menjadi miliknya yang bersifat
material. Dengan kata lain konsep diri adalah respon sesorang tentang
pertanyaan “siapa saya?” dengan menyadari sesorang tentang dirinya maka akan
ada unsur penilaian tentang keberadaan dirinya itu apakah dia seorang yang baik
atau kurang baik, berhasil atau kurang berhasil, mampu atau kurang mampu.
b.
Konsep Diri Positif
dan Negatif
Brooks dan
Emmert (dalam Rahmat, 1996) mengungkapkan, terdapat perbedaan karakteristik
antara orang yang memiliki konsep diri positif dan seseorang dengan konsep diri
negatif. Perbedaan tersebut dapat ditunjukkan melalui beberapa indikator. Orang
yang memiliki konsep diri positif memiliki keyakinan akan kemampuan dalam
mengatasi masalah; merasa setara atau sederajat dengan orang lain; menerima
pujian tanpa rasa malu; menyadari bahwa setiap orang memiliki berbagai
perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak seluruhnya dapat diterima oleh
masyarakat; memiliki kemampuan untuk memperbaiki diri sendiri; memiliki
kesanggupan dalam mengungkapkan aspek yang tidak disenangi dan berusaha
mengubahnya.
Sedangkan konsep
diri negatif, antara lain ditunjukkan melalui perilaku peka terhadap kritik,
namun dipersespi sebagai upaya orang lain untuk menjatuhkan harga diri;
cenderung menghindari dialog terbuka; selalu mempertahankan pendapat dengan
berbagai logika yang keliru; sangat respek terhadap berbagai pujian yang
ditujukan pada dirinya dan segala atribut atau embel-embel yang menunjang harga
dirinya menjadi pusat perhatiannya; memiliki kecenderungan bersikap hiperkritis
terhadap orang lain; jarang bahkan tidak pernah mengungkapkan penghargaan atau
pengakuan terhadap kelebihan orang lain; memiliki perasaan mudah marah,
cenderung mengeluh dan meremehkan orang lain; merasa tidak disenangi dan tidak
diperhatikan orang banyak, karena itulah cenderung bereaksi untuk menciptakan
permusuhan; tidak mau menyalahkan diri sendiri namun selalu memandang dirinya
sebagai korban dari sistem sosial yang tidak benar; pesimis terhadap segala
yang bersifat kompetitif, enggan bersaing dan berprestasi, serta tidak berdaya
melawan persaingan yang merugikan dirinya.
Konsep diri positif
berperan penting dalam mencapai kemajuan bagi seseorang. Lalu faktor apa yang
menjadi kunci keberhasilan hidup manusia? Kunci keberhasilan hidup adalah
konsep diri positif.
c.
Faktor Pembentukan Konsep Diri
Konsep diri yang
dimiliki seseorang bukanlah bersifat genetik atau pembawaan yang diturunkan
dari orangtua. Dengan kata lain, konsep diri yang dimiliki seseorang, baik yang
negatif ataupun positif bukan bakat atau karakter bawaan.
Burns (1993)
menyebutkan bahwa secara garis besar ada lima faktor yang mempengaruhi
perkembangan konsep diri, yaitu :
Ø citra
fisik, merupakan evaluasi terhadap diri secara fisik,
Ø bahasa,
yaitu kemampuan melakukan konseptualisasi dan verbalisasi,
Ø umpan
balik dari lingkungan,
Ø
identifikasi dengan model dan peran jenis yang tepat,
Ø pola
asuh orang tua.
Hurlock
(1973) yang mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
konsep diri di antaranya adalah ; fisik, pakaian, nama dan nama
panggilan, intelegensi, tingkat aspirasi, emosi, budaya, sekolah dan
perguruan tinggi,status sosial ekonomi, dan keluarga.
d.
Manfaat Mengembangkan Konsep Diri
1.
Rasa Percaya Diri
2.
Semangat dan Gairah Hidup
3.
Keberanian
4.
Harga Diri ( Self-Esteem )
5.
Kedamaian dan Kebahagiaan
C.
Peranan Sosial dan Implikasinya dalam Pendidikan
Manusia pada
umumnya berkembang sesuai dengan tahapan-tahapannya. Perkembangan tersebut
dimulai sejak masa konsepsi hingga akhir hayat. Ketika individu memasuki usia
sekolah, yakni antara tujuh sampai dengan dua belas tahun, individu dimaksud
sudah dapat disebut sebagai peserta didik yang akan berhubungan dengan proses
pembelajaran dalam suatu sistem pendidikan.
Cara
pembelajaran yang diharapkan harus sesuai dengan tahapan per-kembangan anak, yakni
memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) programnya disusun secara fleksibel
dan tidak kaku serta memperhatikan perbedaan individual anak; (2) tidak
dilakukan secara monoton, tetapi disajikan secara variatif melalui banyak
aktivitas; dan (3) melibatkan penggunaan berbagai media dan sumber belajar
sehingga memungkinkan anak terlibat secara penuh dengan menggunakan berbagai
proses perkembangannya (Amin Budiamin, dkk., 2009:84).
Aspek-aspek
perkembangan peserta didik yang berimplikasi terhadap proses pendidikan akan
diuraikan seperti di bawah ini.
1.
Implikasi Perkembangan Biologis dan Perseptual
Secara
fisik, anak pada usia sekolah dasar memiliki karakteristik tersendiri yang
berbeda dengan kondisi fisik sebelum dan sesudahnya. Karakteristik perkembangan
fisik ini perlu dipelajari dan dipahami karena akan memiliki implikasi tertentu
bagi penyelenggaraan pendidikan.
Menurut
Budiamin, dkk. (2009:5) proses perkembangan biologis atau perkembangan fisik
mencakup perubahan-perubahan dalam tubuh individu seperti pertumbuhan otak,
otot, sistem syaraf, struktur tulang, hormon, organ-organ inderawi, dan sejenisnya.
Termasuk juga di dalamnya perubahan dalam kemampuan fisik seperti perubahan
dalam penglihatan, kekuatan otot, dan lain-lain. Pemikiran tersebut menuntut
perlunya suatu penyelenggaraan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
dan kebutuhan fisik seperti yang telah diungkapkan.
Anak usia
sekolah dasar sudah lebih mampu mengontrol tubuhnya daripada anak usia
sebelumnya. Kondisi demikian membuat anak SD dapat memberikan perhatian yang
lebih lama terhadap kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Namun, perlu
diingat bahwa kondisi fisik tersebut masih jauh dari matang dan masih terus
berkembang. Fisik mereka masih memerlukan banyak gerak untuk peningkatan
keterampilan motorik dan memenuhi kesenangan. Oleh karena itu, suatu prinsip
praktek pendidikan yang penting bagi anak usia sekolah dasar yaitu mereka harus
terlibat dalam kegiatan aktif daripada pasif.
Selanjutnya
Budiamin, dkk. (2009:78) mengemukakan bahwa perkembangan perseptual pada
dasarnya merupakan proses pengenalan individu terhadap lingkungan. Semua
informasi tentang lingkungan sampai kepada individu melalui alat-alat indera
yang kemudian diteruskan melalui syaraf sensori ke bagian otak. Informasi
tentang objek penglihatan diterima melalui mata, informasi tentang objek
pendengaran diketahui melalui telinga, objek sentuhan melalui kulit, dan objek
penciuman melalui hidung. Tanpa adanya alat-alat indera tersebut, otak manusia
akan terasing dari dunia yang ada di sekitarnya.
Meskipun
tidak sepesat pada masa usia dini, perkembangan biologis maupun perseptual anak
terus berlangsung. Pemahaman tentang karakteristik per-kembangan akhirnya
membawa beberapa implikasi bagi penyelenggaraan pendidikan di sekolah dasar.
Implikasi-imlikasi dimaksud khususnya berkenaan dengan penyelenggaraan
pembelajaran secara umum, pemeliharaan kesehatan dan nutrisi anak, pendidikan
jasmani dan kesehatan, serta penciptaan lingkungan dan pembiasaan berperilaku
sehat.
2.
Implikasi Perkembangan Intelektual
Perkembangan
intelektual erat kaitannya dengan potensi otak manusia. Menurut Widiasmadi
(2010:55), potensi otak manusia hanya tampak delapan persen sebagai pikiran
sadar, sedangkan sisanya 92 persen disebut alam bawah sadar. Dari penjelasan
tersebut dapat kita ketahui bahwa potensi otak manusia yang berkaitan dengan
perkembangan intelektual hanya memuat delapan persen saja. Untuk itu,
perkembangan intelektual pada peserta didik perlu dikembangkan.
Teori
Piaget banyak digunakan dalam praktik pendidikan atau proses pembelajaran,
meski teori ini bukanlah teori mengajar. Piaget (Budiamin, dkk., 2009:108)
berpandangan bahwa: (1) pembelajaran tidak harus berpusat pada guru, tetapi
berpusat pada peserta didik; (2) materi yang dipelajari harus menantang dan
menarik minat belajar peserta didik; (3) pendidik dan peserta didik harus sama-sama
terlibat dalam proses pembelajaran; (4) urutan bahan dan metode pembelajaran
harus menjadi perhatian utama, karena akan sulit dipahami oleh peserta didik
jika urutannya loncat-loncat; (5) guru harus memperhatikan tahapan perkembangan
kognitif peserta didik dalam melakukan stimulasi pembelajaran; dan (6)
pembelajaran hendaknya dibantu dengan benda-benda konkret pada anak sekolah
dasar kelas awal.
Perkembangan
intelektual pada anak usia sekolah dasar sudah cukup untuk menjadi dasar
diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya
nalarnya. Perkembangan intelektual dan pengalaman belajar anak sangat erat
kaitannya. Perkembangan intelektual peserta didik akan memfasilitasi kemampuan
belajarnya. Peserta didik sudah dapat diberikan dasar-dasar keilmuan, seperti
membaca, menulis, dan berhitung. Dalam mengembangkan daya nalar, caranya dengan
melatih peserta didik untuk mengungkapkan pendapat, gagasan, atau penilaiannya
terhadap berbagai hal. Misalnya yang berkaitan dengan materi pelajaran, tata
tertib sekolah, dan sebagainya.
3.
Implikasi Perkembangan Kreativitas
Secara umum
kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir dan bersikap tentang
sesuatu dengan cara yang baru dan tidak biasa guna menghasilkan penyelesaian
yang unik terhadap berbagai persoalan.
Menurut
pendapat Galdner (Depdikbud, 1999:88), kreativitas merupakan suatu aktivitas
otak yang terorganisasikan, komprehensif, dan imajinatif tinggi untuk
menghasilkan sesuatu yang orisinil. Oleh karena itu, kreativitas lebih dikatakan
sebagai suatu yang lebih inovatif daripada reproduktif.
Menyadari
posisi strategis kreativitas dalam kehidupan peserta didik, perlu dikemukakan
berbagai upaya yang dapat mendukung pengembangan kreativitas terhadap
pendidikan. Namun dalam kenyataannya, kreativitas bukanlah sesuatu yang
diajarkan kepada peserta didik, melainkan hanya memungkinkan untuk dapat
dimunculkan.
4.
Implikasi Perkembangan Sosial
Manusia
menurut pembawaannya adalah makhluk sosial. Sejak dilahirkan, bayi sudah
termasuk ke dalam masyarakat kecil yang disebut keluarga. Ketika kecil, mulanya
anak-anak hanya mempunyai hak saja. Di dalam rumah tangga ia mempunyai hak
untuk dipelihara dan dilindungi oleh orang tuanya. Namun, lama-kelamaan keadaan
itu berubah. Anak-anak yang pada mulanya hanya mempunyai hak saja,
berangsur-angsur mempunyai kewajiban.
Lingkungan
sosial merupakan pengaruh luar yang datang dari orang lain. Selain itu, yang
termasuk lingkungan sosial ialah pendidikan. Dalam hal ini, yang dimaksud
dengan pendidikan adalah pengaruh-pengaruh yang disengaja dari anggota berbagai
golongan tertentu, seperti pengaruh ayah, nenek, paman, dan guru-guru.
Purwanto
(2006:171) mengatakan bahwa tugas dan tujuan pendidikan sosial adalah: (1)
mengajar anak-anak yang hanya mempunyai hak saja, menjadi manusia yang sadar
akan kewajibannya terhadap bermacam-macam golongan dalam masyarakat; dan (2)
membiasakan anak-anak mematuhi dan memenuhi kewajiban sebagai anggota
masyarakat.
Berkat
perkembangan social, seorang anak dapat menyesuaikan diri dengan kelompok teman
sebaya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitar. Dalam proses belajar di
sekolah, kematangan perkembangan sosial ini dapat dimanfaatkan oleh pendidik
dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik
maupun pikiran. Tugas-tugas kelompok ini harus memberikan kesempatan kepada
setiap peserta didik untuk menunjukkan prestasinya, tetapi juga diarahkan untuk
mencapai tujuan bersama. Dengan melaksanakan tugas kelompok, peserta didik
dapat belajar tentang kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati, dan
bertanggung jawab.
5.
Implikasi
Perkembangan Emosional
Emosi
menurut Sarwono (Yusuf, 2005:115) merupakan keadaan pada diri seseorang yang
disertai warna afektif, baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat yang luas.
Baradja (2005:221) kemudian mengemukakan beberapa contoh tentang pengaruh emosi
terhadap perilaku individu dalam pembelajaran, di antaranya: (1) memperkuat dan
melemahkan semangat apabila timbul rasa senang atau kecewa atas hasil belajar
yang dicapai; (2) menghambat konsentrasi belajar apabila sedang mengalami
ketegangan emosi; (3) menggangu penyesuaian sosial apabila terjadi rasa cemburu
dan iri hati; dan (4) suasana emosional yang dialami individu semasa kecilnya
akan mempengaruhi sikapnya di kemudian hari.
Pendapat
lain mengungkapkan bahwa emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi
tingkah laku individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Emosi yang
positif seperti perasaan senang, bersemangat, atau rasa ingin tahu akan
mempengaruhi individu untuk berkonsentrasi terhadap aktivitas belajar, seperti
memperhatikan penjelasan guru, aktif dalam berdiskusi, mengerjakan tugas, dan
sebagainya (Yusuf, 2005:181).
Berdasarkan
pendapat yang dikemukakan Yusuf, dapat diuraikan bahwa jika yang menyertai
proses belajar itu emosi negatif seperti perasaan tidak senang dan kecewa, maka
proses belajar akan mengalami hambatan, dalam arti peserta didik tidak dapat
memusatkan perhatiannya untuk belajar sehingga kemungkinan besar akan mengalami
kegagalan dalam belajarnya.
6.
Implikasi Perkembangan Spiritual
Anak-anak
sebenarnya telah memiliki dasar-dasar kemampuan spiritual yang dibawanya sejak
lahir. Untuk mengembangkan kemampuan ini, pendidikan mempunyai peranan yang
sangat penting. Oleh karena itu, untuk melahirkan manusia yang ber-SQ tinggi
dibutuhkan pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada perkembangan aspek IQ
saja, melainkan EQ dan SQ juga.
Zohar dan
Marshall (Desmita, 2008:174) pertama kali meneliti secara ilmiah tentang
kecerdasan spiritual, yaitu kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan
persoalan makna dan nilai, yang menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam
konteks makna yang lebih luas dan kaya.
Purwanto
(2006:9) mengemukakan bahwa pendidikan yang dilakukan terhadap manusia berbeda
dengan “pendidikan” yang dilakukan terhadap binatang. Menurutnya, pendidikan
pada manusia tidak terletak pada perkem-bangan biologis saja, yaitu yang
berhubungan dengan perkembangan jasmani. Akan tetapi, pendidikan pada manusia
harus diperhitungkan pula perkembangan rohaninya. Itulah kelebihan manusia yang
diberikan oleh Allah Swt., yaitu dianugerahi fitrah (perasaan dan kemampuan)
untuk mengenal penciptanya, yang membedakan antara manusia dengan binatang.
Fitrah ini berkaitan dengan aspek spiritual.
BAB III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Perkembangan merupakan pola
perubahan yang dialami oleh individu baik dalam struktur maupun fungsi (fisik
maupun psikis) menuju tingkat kematangannya yang berlangsung secara sistematis,
progresif, berkesinambungan, dan ber-langsung sepanjang hayat.
Konsep diri adalah keyakinan, pandangan
atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Ada dua macam konsep diri, yakni
konsep diri negatif dan konsep diri positif.
Aspek-aspek
perkembangan peserta didik yang berimplikasi terhadap proses pendidikan, antara
lain :
1.
Implikasi
Perkembangan Biologis dan Perseptual
2.
Implikasi
Perkembangan Intelektual
3. Implikasi Perkembangan Kreativitas
4. Implikasi Perkembangan Sosial
5. Implikasi Perkembangan Emosional
6. Implikasi Perkembangan Spiritual
B.
SARAN
Menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta masih
memiliki beberapa kesalahan baik dalam segi format penulisan isi materi yang belum sempurna maupun sumber yang belum
bisa dipertanggungjawabkan kevalidannya, kedepannya penulis akan memperbaiki
dan menambah sumber yang valid.
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar