“Perkembangan
Anak dalam Berbagai Segi
mencakup Kognisi, dan Implikasinya
dalam perkembangan Bahasa dan Moral”
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sebagai calon guru atau pendidik
kita harus mempunyai pengetahuan, kreatifitas juga wawasan yang luas untuk
memahami peserta didiknya. Pemahaman ini akan membentuk kedekatan serta
hubungan yang harmonis antara guru dan siswanya. Sehingga siswa akan merasa
nyaman dengan pola pengajaran kita.
Selain itu kita juga harus mengerti
psikokologi anak, kemampuan anak, kelemahan anak, kelebihan anak dan keinginan
anak yang mempunyai bakat tertentu yang dapat meliputi aspek-aspek psikis
maupun sosialnya. Untuk itu kita harus mengetahui tingkat kemampuan dan
perkembangan peserta didik dalam aspek-aspeknya sehingga dapat diimplikasiklan
dalam dunia kependidikan.
Perkembangan ini tidak hanya
meliputi perkembangan intelektual saja. Akan tetapi juga melalui perkembangan
psikologi yang meliputi perkembangan bahasa dan moral. Perkembangan bahasa
sangat penting bagi anak, karena melalui bahasa seorang anak akan berkomunikasi
dengan teman, keluarga dan orang lain yang dikenalnya. Selain pentingnya bahasa,
perkembangan moral juga sangat penting demi pembentukan karakter seorang.
Menjadikan anak untuk menjadi cerdas mungkin bisa dilakukan dalam hitungan
bulan, tetapi untuk membentuk ketrampilan bahasa dan pembentukan moral yang
baik haruslah dilakukan secara bertahap dan dibutuhkan suatu pembiasaan.
Pembiasaan ini berupa implikasi
dalam kehidupan. Oleh karena itu, pemakalah berusaha untuk mengkaji lebih dalam
tentang “Perkembangan Anak
dalam Berbagai Segi mencakup Kognisi, dan Implikasinya dalam perkembangan
Bahasa dan Moral”
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah
yang dimaksud dengan perkembangan kognisi?
2. Bagaimanakah
implikasi perkembangan kognisi terhadap perkembangan bahasa dan moral bagi
seorang anak dari berbagai pendidikan?
C.
Tujuan
Makalah
1. Untuk
mengetahui pengertian perkembangan kognisi
2. Untuk
mengetahui implikasi perkembangan kognisi terhadap perkembangan bahasa dan
moral bagi seorang anak
D.
Manfaat
Makalah
1. Dapat mengetahui pengertian perkembangan kognisi
2. Dapat
mengetahui implikasi perkembangan kognisi terhadap perkembangan bahasa dan
moral bagi seorang anak
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Kognisi
Teori Perkembangan kognisi
dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog
Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep
utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan
konsep kecerdasan.
Piaget membagi skema yang digunakan
anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi
dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
1.
Periode
sensorimotor (usia 0–2 tahun)
Dalam tahap ini perkembangan panca
indra sangat berpengaruh dalam diri anak. Keinginan terbesarnya adalah
keinginan untuk menyentuh/memegang, karena didorong oleh keinginan untuk
mengetahui reaksi dari perbuatannya. Dalam usia ini mereka belum mengerti akan
motivasi dan senjata terbesarnya adalah “menangis.” Menurut Piaget, bayi lahir
dengan sejumlah refleks bawaan selain
juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk
melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut.
Periode sensorimotor adalah periode
pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai
perkembangan kemampuan dan pemahaman spasial penting dalam empat sub-tahapan :
a.
Sub-tahapan skema refleks muncul saat
lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
b.
Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer
dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan
munculnya kebiasaan-kebiasaan.
c.
Sub-tahapan fase reaksi sirkular
sekunder muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama
dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
d.
Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular
sekunder, muncul dari usia sembilan sampai dua belas bulan, saat berkembangnya
kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda
kalau dilihat dari sudut berbeda(permanensi objek).
e.
Sub-tahapan fase reaksi sirkular
tersier, muncul pada usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan
terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
2.
Pra-operasional
(usia 2-7 tahun)
Anak pada masa ini memiliki
kecenderungan untuk meniru orang disekelilingnya. Meskipun pada saat berusia
6-7 tahun mereka sudah mulai mengerti motivasi, namun mereka tidak mengerti
cara berpikir yang sistematis-rumit. Dalam menyampaikan cerita harus ada alat
peraga.
3.
Operasional
Kongkrit (usia7-11 tahun)
Anak pada tahap ini mempunyai ciri berupa
penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini
adalah:
a. Pengurutan
Kemampuan untuk mengurutan objek
menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda
ukuran, mereka dapat mengurutkannyadari benda yang paling besar ke yang paling
kecil.
b. Klasifikasi
Kemampuan untuk memberi nama dan
mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau
karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat
menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut.
c. Decentering
Anak mulai mempertimbangkan
beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh
anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya
dibanding cangkir kecil yangtinggi.
d. Reversibility
Anak mulai memahami bahwa jumlah
atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu,
anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4 + 4 sama dengan 8, 8 - 4 akan sama
dengan 4, jumlah sebelumnya.
e. Konservasi
Memahami bahwa kuantitas, panjang,
atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau
tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi
cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air
dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap
sama banyak dengan isi cangkir lain.
f. Penghilangan
sifat Egosentrisme
Kemampuan untuk
melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut
berpikir dengan cara yang salah).Sebagai contoh, tunjukkan komik yang
memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan,
kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti
kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akanmengatakan bahwa Siti
akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walauanak itu tahu bahwa
boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
4.
Operasional
Formal (usia 11 tahun ke atas)
Pengajaran pada
anak pra-remaja ini menjadi sedikit lebih mudah, karena mereka sudah mengerti
konsep dan dapat berpikir, baik secara konkrit maupun abstrak, sehingga tidak
perlu menggunakan alat peraga. Namun kesulitan baru yang dihadapi guru adalah harus
menyediakan waktu untuk dapat memahami permasalah yang sedang mereka hadapi
ketika memasuki usia pubertas.
B. Implikasi Perkembangan Kognisi
terhadap Perkembangan Bahasa dan Moral Bagi Seorang Anak
1.
Implikasi
Perkembangan Kognisi Terhadap Perkembangan Bahasa
Tiap manusia mengawali
komunikasinya dengan dunia sekitarnya melalui bahasa tangisan mulai dari bahasa
tangis sampai proses berbicara. Bahasa mencakup segala bentuk komunikasi baik
yang diutarakan dalam bentuk lisan, tulisan, bahasa isyarat, bahasa gerak
tubuh, ekspresi wajah, pantomim, atau seni. Bahasa adalah segala bentuk
komunikasi dimana pikiran dan perasaan seseorang disimbolisasikan agar dapat
menyampaikan arti kepada orang lain. Perkembangan bahasa terdiri atas dua
periode besar, yaitu periode prelinguistik (antara 0-1 tahun) dan linguistik
(1-5 tahun).
Periode
linguistik terbagi dalam tiga fase besar, yaitu :
Ø Fase
satu kata atau holofrase
Fase ini
mempergunakan satu kata untuk menyatakan pikiran yang kompleks, baik yang
berupa keinginan, perasaan, atau temuan tanpa perbedaan yang jelas. Umumnya kata
pertama yamg diucapkan oleh anak adalah kata benda.
Ø Fase
lebih dari satu kata
Fase ini terjadi
pada anak berusia 18 bulan. Anak sudah dapat membuat kalimat sederhana yang
terdiri dari dua kata. Dan orang tua mulai melakukan tanya jawab dengan anak
secara sederhana.
Ø Fase
diferensiasi
Periode terakhir
dari masa balita ini antara 2,5-5 tahun. Keterampilan anak dalam berbicara
mulai lancar dan berkembang pesat. Anak sudah dapat menyusun kalimat,
pertanyaan, menjawab, dan memerintah.
Implikasi perkembangan bahasa
meliputi :
a. Bahasa
Tubuh
Bahasa tubuh adalah cara seseorang
berkomunikasi dengan mempergunakan bagian-bagian dari tubuh yaitu gerak
isyarat, ekspresi wajah, sikap tubuh. Bahasatubuh merupakan ungkapan komunikasi
anak yang paling nyata karena merupakanekspresi perasaan serta keinginan mereka
terhadap orang lain.
b. Bicara
Bicara adalah salah satu alat
komunikasi yang paling efektif. Tujuan dari bicaraa dalah:
1)
Sebagai pemuas kebutuhan dan keinginan.
2)
Sebagai alat untuk menarik perhatian
orang lain.
3)
Sebagai alat untuk membina hubungan
sosial.
4)
Sebagai alat untuk mengevaluasi diri
sendiri.
5)
Dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan
orang lain.
6)
Untuk mempengaruhi pikiranorang lain.
c. Potensi
anak berbicara, didukung oleh beberapa hal:
1)
Kematangan alat berbicara
Alat-alat
berbicara baru dapat berfungsi dengan baik setelah sempurna dan dapat membentuk
atau memproduksi suatu kata dengan baik sebagai permulaan berbicara.
2)
Kesiapan berbicara
Kesiapan
mental anak sangat bergantung pada pertumbuhan dan kematangan otak. Biasanya
dimulai anak berusia12-18 bulan.
3)
Adanya teladan
Anak
membutuhkan contoh tertentu agar dapat melafalkan kata dengan tepat yang selanjutnya
menyusun kalimat yang berarti.
4)
Kesempatan berlatih
Apabila
anak kurang mendapatkan latihan keterampilan berbicara akan timbul frustasi.
5)
Motivasi untuk belajar dan berlatih
Memberikan
motivasi dan melatih anak untuk bicara sangat penting bagi anak karena untuk
memenuhi kebutuhannya untuk memanfaatkan potensi anak.
6)
Bimbingan
Bimbingan
sangat penting untuk mengembangkan potensi anak. Bimbingan sebaiknya selalu
dilakukan secara terus-menerus dan konsisten sehingga anak tidak mengalami
kesulitan apabila berbicara.
d. Gangguan
dalam Perkembangan Bicara
1) Anak
cengeng
Anak
yang seringkali menangis dengan berlebihan dapat menimbulkan gangguan pada
fisik maupun psikis anak. Dari segi fisik adalah berkurangnya energi yang dapat
menyebabkan kondisi anak tidak fit. Sedangkan gangguan psikis yang muncul
adalah perasaan ditolak atau tidak dicintai oleh orang tuanya atau anggota
keluarga lain.
2) Anak
sulit memahami isi pembicaraan orang lain
Hal
ini disebabkan kurangnya perbendaharaan kata pada anak dan juga orang tua seringkali
berbicara sangat cepat dengan mempergunakan kata-kata yang belum dikenal oleh
anak.
2.
Implikasi
Perkembangan Kognisi Terhadap Perkembangan Moral
Beberapa
proses pembentukan prilaku dan sikap anak antara lain:
a.
Imitasi
(imitation)
Yaitu peniruan sikap, cara pandang
serta tingkah laku orang lain yang dilakukan dengan sengaja oleh anak. Anak
mulai melakukan peniruan sejak usia 3 tahun. Seringkali anak tidak hanya meniru
perilaku orang lain tetapi juga ekspresi orang lain terhadap sesuatu. Anak yang
menolak orang tuanya tidak meniru perilaku orang tuany atetapi tanpa
disadarinya anak akan meniru sikap orang tuanya yang dapat mempengaruhi perilaku
anak tersebut.
b. Internalisasi
Yaitu suatu proses yang masuk pada
diri anak karena pengaruh sosial yang paling mendalam dalam kehidupannya. Dalam
internalisasi faktor yang paling penting adalah adanya keyakinan dan
kepercayaan pada anak tersebut terhadap pandangan atau nilai tertentu dari
orang lain dalam pergaulan sehari-hari.
c. Introvert dan ekstrovert
Introvert adalah kecenderungan
seseorang untuk menarik diri dari lingkungan sosialnya. Minat, sikap, dan
keputusan yang diambil berdasar pada perasaan pemikiran dan pengalamannya
sendiri. Sedangkan ekstrovert adalah kecenderungan seseorang untuk mengarahkan
perhatian keluar dirinya. Minat dan keputusan yang diambil lebih banyak
dtentukan oleh orang lain atau lingkungan.
d.
Kemandirian
Pada anak istilah kemandirian
sering kali dikaitkan dengan kemampuan anak untuk melakukan segala sesuatu
berdasar kekuatan sendiri tanpa bantuan orang dewasa. Kemandirian tidak sebatas
tindakan, tetapi berhubungan dengan sikap psikologis. Dasar kemandirian adalah
adanya rasa percaya diri seseorang untuk menghadapi sesuatu dalam kehidupannya.
Kemandirian anak biasanya timbul mulai saat berpisah dengan orang dewasa, ingin
mengetahui sesuatu, dan kesadaran bahwa dia harus berbuat sesuatu tanpa
tergantung pada orang lain.
e.
Ketergantungan
Karena kebutuhan hidupnya, anak
usia 6-12 tahun akan sangat tergantung pada orang tua atau orang dewasa lain.
Seiring bertambahnya usia ketergantungan tersebut akan berubah menjadi
kemandirian. Anak yang masih mempertahankan perilaku seperti pada masa
kanak-kanak akan mengalami kesulitan sehingga ia mengalami ketergantungan. Anak
tersebut memiliki ketdakmandirian yang mencakup fisik dan mental dan perilakunya
yang berlainan dengan anak lainnya. Anak ini pada umumnya merasa rendah diri
atau inverior karena tidak dapat bersikap mandiri dan hidupnyaselalu tergantung
dengan orang lain.
f.
Bakat
Bakat merupakan potensi dalam diri
seseorang. Menurut ilmu pengetahuan terdapat dua jenis bakat yaitu:
1)
Bakat yang bertalian dengan kemahiran
atau kemampuan mengenai suatu bidang khusus.
2)
Bakat yang diperlukan untuk berhasil
dalam pendidikan khusus.
Terdapat 3 faktor utama yang dapat
mempengaruhi tampilnya bakat anak yaitu:
1) Faktor
Motivasi
Faktor
ini berhubungan dengan daya juang anak untuk mencapai sasaran tertentu. Orang
tua dan guru harus memberikan motivasi kepada anak .
2)
Faktor Nilai(value)
Faktor
ini berkaitan dengan bagaimana seseorang memberi arti terhadap hasil pekerjaan
yang sesuai bakatnya.
3)
Konsep Diri
Anak
yang memilki konsep diri yang positif selalu berusaha berinteraksi secara timbal
balik dengan sesuatu yang merupakan aktualisasi bakatnya sehingga anak itu akan
lebih mudah mencapai sesuatu yang dicita-citakannya.
3.
Implikasi
Terhadap Segi Pendidikan
Implikasi perkembangan anak terhadap segi
pendidikan salah satunya adalah terhadap penyelenggaraan pendidikan. Sebagai
individu yang sedang tumbuh dan berkembang, maka proses pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik tersebut sangat dipengaruhi oleh adanya interaksi antara
dua faktor yang sama-sama penting kedudukannya yaitu faktor hereditas dan faktor
lingkungan.
Keberadaan dua faktor tersebut tidak bisa dipisakan
satu sama lainnya karena kenyataannya kedua faktor tersebut tidak bekerja
sendiri-sendiri dalam operasionalnya Atas dasar sedikit informasi tersebut di
atas, maka dapatlah ditarik beberapa butir implikasi pertumbuhan / perkembangan / kematangan peserta didik
terhadap penyelenggaraan pendidikan sebagai berikut :
a. Pertumbuhan
dan perkembangan manusia sejak lahir berlangsung dalam lingkungan sosial yang meliputi semua
manusia yang berada dalam lingkungan hidup itu
b. Interaksi
manusia dengan lingkungannya sejak lahir menghendaki penguasaan lingkungan
maupun penyesuaian diri pada lingkungan
c. Dalam
interaksi sosial, manusia sejak lahir telah menjadi anggota kelompok sosial yang
dalam hal ini ialah keluarga
d. Atas
dasar keterikatan dan kewajiban sosial para pendidik terutama orang tua, maka
anak senantiasa berusaha menciptakan lingkungan fisik, lingkungan sosial, serta
lingkungan psikis yang sebaik-baiknya bagi proses pertumbuhan dan perkembangannya
e. Setelah
umur kronologis mencapai lingkungan tertentu, anak telah mencapai berbagai
tingkat kematangan intelektual, sosial, emosional, serta kemampuan
jasmani yang lain
f. Kematangan
sosial merupakan landasan bagi kematangan intelektual, karena perkembangan
kecerdasan berlangsung dalam lingkungan sosial tersebut.
g. Kematangan
emosional melandasi kematangan sosial dan kematangan intelektual, karena
sebagian besar tingkah laku manusia dikuasai atau ditentukan oleh kondisi
perasaannya.
h. Kematangan
jasmani merupakan dasar yang melandasi semua kematangan
i. Pendidik
yang berkecimpung dalam pengasuhan anak dalam perkembangan dimasa kanak-kanak
hendaklah memperhatikan keterkaitan antara berbagai segi kematangan jasmani dan
rohani anak dalam menciptakan lingkungan belajar yange fektif.
j. Hasil-hasil
belajar yang mendasari hidup bermasyarakat banyak dicapai oleh anak dalam
keluarga terutama semasa masih kanak-kanak, yaitu sikap dan pola tingkah laku
terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain.
k. Iklim
emosional yang menjiwai keluarga itu meliputi : hubungan emosional antara keluarga,
kadar kebebasan menyatakan diri dan tanggung jawab dalam pengambilan
keputusan.
l. Seorang
anak dimana anak sekolah adalah seorang realis yang hendak mengenal kenyataan
di sekitarnya menurut keadaan senyatanya atau objektif apa adanya.
m. Pada
umumnya anak masa sekolah dan masa remaja mengalami pertumbuhan jasmani
yang semakin kuat dan sehat. Sedangkan dalam segi ruhani ia
mengalami perkembangan pengetahuan dan kemampuan berpikir yang pesat pula
karena ditunjang oleh hasrat belajar yang sehat serta ingatan yang kuat.
n. Pemahaman
guru terhadap minat dan perhatian peserta didik akan sangat bermanfaat
dalam perencanaan program-program pendidikan maupun pengajaran.
o. Karakteristik
umum pertumbuhan/perkembangan peserta didik ialah ditandai dengan : Kegelisahan, Pertentangan, Keinginan
Mencoba Segala Sesuatu, Menghayal dan Aktivitas Berkelompok
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
1. Perkembangan
kognisi terdapat empat periode utama yang berkorelasi daN semakin canggih
seiring pertambahan usia: Periode sensorimotor (usia 0 –2 tahun); Pra-operasional
(usia 2 – 7 tahun) ; Operasional Kongkrit
(usia7 – 11 tahun; Operasional Formal (usia 11 tahun ke atas)
2. Implikasinya
terhadap perkembangan bahasa, moral berbagi segi pendidikan adalah
a.
Implikasi Perkembangan Bahasa adalah Bahasa
Tubuh dan Bicara
b.
Implikasi Perkembangan Moral adalah Imitation;
Internalisasi; Introvert dan ekstrovert; Kemandirian; Ketergantungan dan Bakat
c.
Implikasi Terhadap Segi Pendidikan salah
satunya adalah terhadap penyelenggaraan pendidikan
B. Saran
1.
Penulis berharap dengan adanya makalah
tentang perkembangan anak dalam berbagai segi mencakup kognitif dan
implikasinya dalam perkembangan bahasa dan moral, penulis khususnya dan para
pembaca dapat memahami bagaimana perkembangan yang terjadi pada masa tersebut,
tersebut bagi perkembangan seorang anak sebagai peserta didik.
2.
Penulis pun berharap adanya kritik dan
saran dari para pembaca, guna sempurnanya pembuatan makalah ini dimasa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Prayitno, Elida.
1993. Psikologi Perkembangan.Jakarta
: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Proyek Pembinaan Tenga Kependidikan
0 komentar:
Posting Komentar