KAIDAH – KAIDAH UMUM PERKEMBANGAN INDIVIDUAL ANAK
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi
yang mempunyai suatu tujuan. Guru dan anak didiklah yang harus menggerakkannya.
Interaksi yang bertujuan itu disebabkan oleh guru yang menggunakannya dengan
menciptakan lingkungan yang bernilai edukatif demi kepentingan anak didik dalam
belajar. Guru berusaha menjadi pembimbing yang baik dengan peran yang arif dan
bijaksana, sehingga tercipta hubungan dua arah yang harmonis antara guru dengan
anak didiknya.
Ketika kegiatan belajar mengajar itu berproses, guru harus dengan
ikhlas bersikap dan berbuat, serta mau memahami anak didiknya dengan segala
konsekuensinya. Semua kendala yang terjadi dan dapat menjadi penghambat proses
belajar mengajar, baik dari dalam diri anak didik maupun dari luar harus
guru atasi dan hilangkan bukan membiarkannya. Karena keberhasilan belajar
mengajar lebih banyak ditentukan oleh guru yang ada dalam kelas.
Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan
bijaksana, tidak sembarangan yang berdampak akan merugikan anak dididk.
Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap
guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal
ini akan mempengaruhi pendekatan yang digunakan guru dalam memberikan
pengajaran.
Guru yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak
didik lainnya, akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai
makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Sebaiknya guru
memandang anak didik sebagai individu yang mempunyai kelebihan dan kekurangan
masing-masing agar mudah dalam melakukan pendekatan dalam pengajaran.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang penulis uraikan, maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Apa yang dimaksud dengan kaidah –
kaidah perkembangan individu atau anak?
2.
Apa saja faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan?
3.
Bagaimana Tahapan Perkembangan Individu
4.
Bagaimana isi dari hukum
perkembangan?
C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1.
Untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Psikologi
Perkembangan
2.
Menjelaskan kaidah – kaidah
perkembangan individu atau anak
3.
Menjelaskan faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan
4.
Menjelaskan tahapan
perkembangan Individu
5.
Menjelaskan isi dari hukum
perkembangan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kaidah – kaidah umum perkembangan
individu atau anak
Masa – masa perkembangan anak
Pengaruh
lingkungan semakin kompleks, pergaulan sosial semakin berkembang sehingga anak
mengalami masa transisi yang menyulitkan bukan saja bagi bunda sebagai orang
tua melainkan dirinya sendiri juga mengalami hal – hal sulit dan membingungkan.
Remaja dan masa akunya
Ibu
sebgai orang tua tidak dapat lagi dijadikan pegangan sehingga anak dihadapkan
pada dua sisi berbeda yaitu di satu sisi masih anak – anak namun di sisi lain
harus bertingkah seperti orang dewasa. Masa remaja dikenal juga masa negatif
yang ketiga adalah masa pertentangan karena anak memiliki perbedaan pendapat
dan pandangan terhadap nilai – nilai terhadap bunda sebagai orang tua.
Permulaan perkembangan masa
remaja ditandai dengan :
a.
Kematangan seksualnya, dalam arti
organ – organ seksual mulai berfungsi sepenuhnya.
b.
Perkembangan badan bertambah
tinggi dengan cepat.
c.
Pada remaja putri ditandai dengan
menstruasi pertama
d.
Pada remaja putra ditandai dengan
mimpi basah
e.
Adanya perubahan sekunder secara
umum pada fisik baik remaja putra maupun putri.
Menghadapi sikap para remaja yang berada pada masa transisi seperti itu
maka bunda sebagai orang tua :
·
Dengan bijaksana mulai melepaskan
sedikit demi sedikit control pada anak agar nantinya dapat tumbuh menjadi orang
yang mandiri.
·
Mau mempertahankan otoritasnya,
meskipun anak telah tumbuh dewasa namun pada hakekatnya tetap akan tergantung
pada bunda sebagai orang tuanya.
B.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
Pola perkembangan dapat
dipengaruhi oleh keadaan atau kondisi di dalam diri si anak itu sendiri,
ataupun oleh keadaan atau kondisi di luar si anak. Perkembangan tidak hanya
dipengaruhi oleh satu faktor saja, melainkan dari banyak faktor yang saling berhubungan
dan saling bergantung. Berikut adalah beberapa faktor yang berasal dari dalam
individu :
v
Intelegensi
Faktor ini
merupakan faktor yang terpenting dalam mempengaruhi perkembangan si anak. Jika
intelegensi tinggi akan perkembangan akan berjalan cepat, dan jika intelegensi
rendah akan mengakibatkan keterlambatan atau keterbelakangan perkembangan.
Sebagai contohnya adalah anak-anak yang cerdas dapat mulai berjalan pada usia
13 bulan, sedangkan anak yang memiliki kecerdasan rata-rata atau sedang pada
usia 14 bulan.
v
Sex
Jenis kelamin
memainkan peranan yang cukup penting dalam perkembangan fisik dan mental si
anak. Hal ini tampak jelas dalam perbedaan tempo pertumbuhan fisik. Ketika
lahir, anak laki-laki sedikit lebih besar dari anak perempuan, akan tetapi anak
perempuan tumbuh lebih cepat dan cepat pula mencapai kematangan daripada anak
laki-laki. Selain itu, anak perempuan juga lebih cepat mencapai kematangan
seksual dan kesempurnaan tubuhnya,dan pertumbuhan mental ketimbang anak
laki-laki.
v
Kelenjar sekresi internal
Kelenjar ini
mempengaruhi perkembangan fisik dan mental pada anak baik pada masa pranatal
maupun pada masa postnatal. Sebagaaai contohnya jika kekurangan thyroxin yang
dihasilkan oleh kelenjar thyroid dalam masa pertumbuhan dapat menghambat
perkembangan fisik ddan mental anak. Kelenjar thymus (terletak di dada) yang
terlalu aktif akan menghambat perkembangan yang normal dan membuat si anak baik
fisik maupun mental tetap di dalam keadaan kekanak-kanakan dalam waktu yang
lama.
Sedangkan faktor
yang mempengaruhi perkembangan yanng berasal dari luar individu :
1. Gizi
Makanan yang
bergizi pada tahun-tahun pertama dari kehidupan anak sangat penting karena
sangat dibutuhkan pada perkembangannya. Makanan yang penuh vitamin diperlukan
oleh tubuh si anak agar dia mengalami perkembangan yang normal.
2. Udara segar dan cahaya matahari
Meskipun faktor
ini masih disangsikan apakah mempengaruhi perkembangan mental si anak, tapi
dapat dilihat di sini terdapat perbedaan antara anak yang berada di lingkungan
yang baik dengan anak yang berada di lingkungan yanng kurang baik. Ini dapat
dilihat pada masa mudanya yang mendapatkan udara yang segar dan cahaya matahari
yang cukup atau tidak.
3. Luka dan penyakit
Luka seperti
luka pada kepala, keracunan obat-obatan, penyakit keras akan menghambat
perkembangan anak sampai batas-batas tertentu.
4. Ras
Adanya
perbedaan perkembangan pada anak yang tinggal di daerah Mediteranian dengan
anak yang tinggal di Eropa Utara. Anak yang tinggal di Mediteranian akan lebih
cepat matang secara fisik daripada anak yang di Eropa Utara.
5. Kebudayaan
Karakteristik
perkembangan anak adalah sama dimanapun ia berada. Faktor kebudayaaan hanya
memberi warna aatau variasi pada dasar tingkah lakua anak.
6. Kedudukan dalam keluarga
Kedudukan anak
dalam keluarga akan lebih banyak mempengaruhi perkembangannya melalui faktor
lingkungan daripada faktor yang dibawa laahir. Misalnya saja anak kedua,
ketiga, keempat di dalam keluarga umumnya berkembang lebih cepat daripada anak
pertama. Hal ini tidak disebabkan oleh tingkat intelegensinya, tetapi karena
anak kedua,ketigaa dan keempat dapat belajar dari meniru dari saaudara-saudara
yang lebih tua atau dewasa darinya. Sedangkan anak bungsu, cenderung lebih
lambat dalam perkembangan karena dia dimanjakan dan kurang intensif
mengembangkan kesanggupan-kesanggupan yang dimilikinya.
C.
Tahapan Perkembangan Individu
Dengan merujuk pada pemikiran
Syamsu Yusuf (2003), di bawah ini dikemukakan tahapan perkembangan individu
dengan menggunakan pendekatan didaktis :
1.
Masa Usia Pra Sekolah
Masa Usia Pra
Sekolah terbagi dua yaitu Masa Vital dan Masa Estetik :
a.
Masa Vital; pada masa ini
individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam
dunianya. Untuk masa belajar pada tahun pertama dalam kehidupan individu ,
Freud menyebutnya sebagai masa oral (mulut), karena mulut dipandang sebagai
sumber kenikmatan dan merupakan alat untuk melakukan eksplorasi dan
belajar.Pada tahun kedua anak belajar berjalan sehingga anak belajar menguasai
ruang, mulai dari yang paling dekat sampai dengan ruang yang jauh. Pada tahun
kedua umunya terjadi pembiasaan terhadap kebersihan. Melalui latihan
kebersihan, anak belajar mengendalikan impuls-impuls atau dorongan-dorongan
yang datang dari dalam dirinya.
b.
Masa Estetik; dianggap sebagai
masa perkembangan rasa keindahan. Anak bereksplorasi dan belajar melalui
panca inderanya. Pada masa ini panca indera masih sangat peka.
2.
Masa Usia Sekolah Dasar
Masa Usia Sekolah Dasar
disebut juga masa intelektual, atau masa keserasian bersekolah pada umur 6-7
tahun anak dianggap sudah matang untuk memasuki sekolah. Masa Usia Sekolah
Dasar terbagi dua, yaitu masa
kelas-kelas rendah dan masa kelas tinggi.
Ciri-ciri
pada masa kelas-kelas rendah(6 – 10 tahun) :
- Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi
- Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan tradisional.
- Adanya kecenderungan memuji diri sendiri
- Membandingkan dirinya dengan anak yang lain
- Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting.
- Pada masa ini (terutama usia 6 – 8 tahun) anak menghendaki nilai angka rapor yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
Ciri-ciri
pada masa kelas-kelas tinggi ( 9 – 13 tahun) :
- Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret
- Amat realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar
- Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus
- Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya
- Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat mengenai prestasi sekolahnya.
- Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam permainan itu mereka tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional (yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri.
3.
Masa Usia Sekolah Menegah
Masa usia sekolah menengah
bertepatan dengan masa remaja, yang terbagai ke dalam 3 bagian yaitu :
- masa remaja awal; biasanya ditandai dengan sifat-sifat negatif, dalam jasmani dan mental, prestasi, serta sikap sosial,
- masa remaja; pada masa ini mulai tumbuh dorongan untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya. Pada masa ini sebagai masa mencari sesuatu yang dipandang bernilai, pantas dijunjung dan dipuja.
- masa remaja akhir; setelah remaja dapat menentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya telah tercapai masa remaja akhir dan telah terpenuhi tugas-tugas perkembangan pada masa remaja, yang akan memberikan dasar bagi memasuki masa berikutnya yaitu masa dewasa.
4.
Masa Usia Kemahasiswaan (18 – 25 tahun)
Masa ini dapat digolongkan pada
masa remaja akhir sampai masa dewasa awal atau dewasa madya, yang intinya pada
masa ini merupakan pemantapan pendirian hidup.
Aspek- Aspek Perkembangan
Individu
a.
Perkembangan Fisik
Perkembangan
fisik individu mencakup aspek-aspek :
- Perkembangan anatomis; adanya perubahan kuantitatif pada struktur tulang, indeks tinggi dan berat badan, proporsi tinggi kepala dengan tinggi garis keajegan badan secara secara keseluruhan.
- Perkembangan fisiologis; ditandai dengan adanya perubahan secara kualitatif, kuantitaif dan fungsional dari sistem kerja biologis, seperti konstraksi otot-otot, peredaran darah dan pernafasan, persyarafan, sekresi kelenjar dan pencernaan.
Laju perkembangan berjalan secara
berirama, pada masa bayi dan kanak-kanak perubahan fisik sangat pesat, pada
usia sekolah menjadi lambat, mulai masa remaja terjadi amat mencolok. Kemudian,
pada permulaan masa remaja akhir bagi wanita dan penghujung masa remaja akhir
bagi pria, laju per- kembangan menurun sangat lambat bahkan menjadi mapan.
b.
Perkembangan Perilaku
Psikomotorik
Perkembangan psikomotorik
memerlukan adanya koordinasi fungsional antara neuronmuscular system
(sistem syaraf dan otot) dan fungsi psikis (kognitif, afektif, konatif).
Dua prinsip utama dalam
perkembangan psikomotorik, yaitu :
v bahwa perkembangan itu berlangsung dari yang sederhana kepada yang kompleks,
v dari yang kasar dan global (gross bodily movements) kepada yang halus dan
spesifik dan terkoordinasikan (finely coordinated movements).
Loree dalam Abin Syamsuddin
(2003) mengatakan bahwa ada dua macam perilaku psikomotorik utama yang bersifat
universal harus dikuasai oleh setiap individu pada masa bayi atau masa
kanak-kanak yaitu berjalan (walking) dan memegang benda (prehension).
Kedua jenis keterampilan ini menjadi dasar bagi perkembangan keterampilan yang
lebih kompleks untuk bermain (playing) dan bekerja (working).
c.
Perkembangan Bahasa
Kemampuan berbahasa merupakan
kemampuan yang membedakan antara manusia dengan hewan. Melalui bahasa, manusia,
mengkodifikasikan, mencatat, menyimpan, mengekspresikan dan mengkomunikasikan
berbagai informasi, baik dalam bentuk lisan, tulisan, gambar, lukisan
gerak – gerik, dan mimik serta simbol ekspresif lainnya. Perkembangan bahasa
dimulai dengan masa meraban, bicara monolog, haus nama-nama, gemar bertanya
yang tidak selalu harus dijawab, membuat kalimat sederhana, dan bahasa
ekspresif dengan belajar menulis, membaca dan menggambar permulaan.
d.
Perkembangan Perilaku Kognitif
Dengan menggunakan hasil
pengukuran tes inteligensi yang mencakup General Information and Verbal
Analogies, Jones dan Conrad (Loree,1970) menunjukkan bahwa laju
perkembangan inteligensi berlangsung sangat pesat sampai masa remaja, setelah
itu kepesatannya berangsur menurun.
Puncak perkembangan pada umumnya
tercapai di penghujung masa remaja akhir. Perubahan-perubahan amat tipis sampai
usia 50 tahun, dan setelah itu terjadi plateau (mapan) sampai dengan
usia 60 tahun selanjutnya berangsur menurun.
Dengan berpatokan kepada hasil
tes IQ, Bloom (1964) mengungkapkan prosentase taraf perkembangan sebagai
berikut :
Usia
|
Perkembangan
|
1 tahun
|
Sekitar 20 %
|
4 tahun
|
Sekitar 50 %
|
8 tahun
|
Sekitar 80 %
|
13 tahun
|
Sekitar 92 %
|
Secara kualitatif perkembangan
perilaku kognitif diungkapkan oleh Piaget, sebagai berikut :
§ Tahap Sensori-Motor (0-2)
Inteligensi sensori-motor
dipandang sebagai inteligensi praktis (practical intelligence), yang
berfaedah untuk belajar berbuat terhadap lingkungannya sebelum mampu berfikir
mengenai apa yang sedang ia perbuat. Inteligensi individu pada tahap ini
masih bersifat primitif, namun merupakan inteligensi dasar yang amat berarti
untuk menjadi fondasi tipe-tipe inteligensi tertentu yang akan dimiliki anak
kelak. Sebelum usia 18 bulan, anak belum mengenal object permanence.
Artinya, benda apapun yang tidak ia lihat, tidak ia sentuh, atau tidak ia
dengar dianggap tidak ada meskipun sesungguhnya benda itu ada. Dalam
rentang 18 – 24 bulan barulah kemampuan object permanence anak
tersebut muncul secara bertahap dan sistematis.
1.
Tahap Pra Operasional (2 – 7)
Pada tahap ini anak sudah
memiliki penguasaan sempurna tentang object permanence. Artinya, anak
tersebut sudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya suatu benda yang harus
ada atau biasa ada, walaupun benda tersebut sudah ia tinggalkan atau sudah tak
dilihat, didengar atau disentuh lagi. Jadi, pandangan terhadap eksistensi benda
tersebut berbeda dengan pandangan pada periode sensori motor, yakni tidak
bergantung lagi pada pengamatannya belaka. Pada periode ditandai oleh adanya
egosentris serta pada periode ini memungkinkan anak untuk mengembangkan diferred-imitation,insight
learning dan kemampuan berbahasa, dengan menggunakan kata-kata yang
benar serta mampu mengekspresikan kalimat-kalimat pendek tetapi efektif.
2.
Tahap konkret-operasional (7-11)
Pada periode ditandai oleh adanya
tambahan kemampuan yang disebut system of operation (satuan langkah
berfikir) yang bermanfaat untuk mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan
peristiwa tertentu ke dalam pemikirannya sendiri. Pada dasarnya perkembangan
kognitif anak ditinjau dari karakteristiknya sudah sama dengan kemampuan
kognitif orang dewasa. Namun masih ada keterbatasan kapasitas dalam
mengkoordinasikan pemikirannya. Pada periode ini anak baru mampu berfikir
sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret.
3.
Tahap formal-operasional (11 –
dewasa)
Pada periode ini seorang remaja
telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara simultan maupun
berurutan dua ragam kemampuan kognitif yaitu :
v Kapasitas menggunakan hipotesis
Kemampuan berfikir mengenai
sesuatu khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan dasar
yang relevan dengan lingkungan yang dia respons dan kapasitas menggunakan
prinsip-prinsip abstrak.
v Kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak
Kemampuan untuk mempelajari
materi-materi pelajaran yang abstrak secara luas dan mendalam.
e.
Perkembangan Perilaku Sosial
Sejak individu dilahirkan ke muka
bumi ini ia telah mulai belajar tentang keadaan lingkungan sosialnya. Pada
awalnya, ia mempelajari segala yang terjadi dalam lingkungan keluarga. Ia
mencoba meniru, mengidentifikasi dan mengamati segala sesuatu yang ditampilkan
orang tua dan anggota keluarga lainnya. Selanjutnya ia mempelajari
keadaan-keadaan di luar rumah, baik yang menyangkut nilai, norma, dan
kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam masyarakat. Akhirnya, ia menyadari bahwa
dirinya merupakan bagian dari masyrakat dan dituntut untuk berperilaku sesuai
dengan tuntutan masyarakat. Proses tersebut biasa disebut sosialisasi.
Kagan (1972) mengartikan sosialisasi sebagai: “…the process by which the
child is integrated into the society throgh exposure to the actions and opnions
of older members of the society”. Sementara itu Gilmore (1974) mengemukakan
bahwa “…socialization is the process whereby an individual is prepared or
trainned to participate in his environment”.
Dari kedua pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa sosialisasi pada intinya merupakan upaya mempersiapkan
individu untuk dapat berperilaku sesuai dengan lingkungan sosialnya.
Krech et. al. (1962) mengemukan
bahwa untuk memahami perilaku sosial individu, dapat dilihat dari
ciri-ciri respons interpersonalnya, yang dibagi ke dalam tiga kategori :
- Kecenderungan peranan (role disposition); ciri-ciri respons interpersonal yang merujuk kepada tugas dan kewajiban dari posisi tertentu.
- Kecenderungan sosiometrik (sociometric disposition); ciri-ciri respons interpersonal yang bertalian dengan kesukaan, kepercayaan terhadap individu lain.
- Kecenderungan ekspresif (expressive disposition); ciri-ciri respons interpersonal yang bertautan dengan ekspresi diri, dengan menampilkan kebiasaan-kebiasaan khasnya (particular fashion).
Sementara itu, Buhler (Abin
Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan tahapan dan ciri-ciri perkembangan
perilaku sosial individu sebagaimana dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tahap
|
Ciri-Ciri
|
Kanak-Kanak
Awal ( 0 – 3 )
Subyektif
|
Segala
sesuatu dilihat berdasarkan pandangan sendiri
|
Kritis I ( 3
– 4 )
Trozt Alter
|
Pembantah,
keras kepala
|
Kanak – Kanak
Akhir ( 4 – 6 )
Masa
Subyektif Menuju
Masa Obyektif
|
Mulai bisa
menyesuaikan diri dengan aturan
|
Anak Sekolah
( 6 – 12 )
Masa Obyektif
|
Membandingkan
dengan aturan – aturan
|
Kritis II (
12 – 13 )
Masa Pre
Puber
|
Perilaku
coba-coba, serba salah, ingin diuji
|
Remaja Awal (
13 – 16 )
Masa
Subyektif Menuju
Masa Obyektif
|
Mulai
menyadari adanya kenyataan yang berbeda dengan sudut pandangnya
|
Remaja
Akhir ( 16 – 18 )
Masa Obyektif
|
Berperilaku
sesuai dengan tuntutan masyarakat dan kemampuan dirinya
|
f.
Perkembangan Moralitas
Ketika individu mulai menyadari
bahwa ia merupakan bagian dari lingkungan sosial dimana ia berada,
bersamaan itu pula individu mulai menyadari bahwa dalam lingkungan
sosialnya terdapat aturan-aturan, norma-norma/nilai-nilai sebagai dasar atau
patokan dalam berperilaku. Keputusan untuk melakukan sesuatu berdasarkan
pertimbangan norma yang berlaku dan nilai yang dianutnya itu disebut moralitas.
Dengan melalui pertimbangan
fungsi afektif, kognitif, dan konatifnya, pada saat-saat tertentu, individu
akan meyakini dan menerima tanpa keraguan bahwa di luar dirinya ada
sesuatu kekuatan yang maha Agung yang melebihi apa pun, termasuk dirinya.
Penghayatan seperti itu disebut pengalaman keagamaan (religious experience)
(Zakiah Darajat, 1970). Brightman (1956) menjelaskan bahwa penghayatan
keagamaan tidak hanya sampai kepada pengakuan atas kebaradaan-Nya, namun juga
mengakui-Nya sebagai sumber nilai-nilai luhur yang abadi yang mengatur tata
kehidupan alam semesta raya ini. Oleh karena itu, manusia akan tunduk dan
berupaya untuk mematuhinya dengan penuh kesadaran dan disertai penyerahan diri
dalam bentuk ritual tertentu, baik secara individual
maupun kolektif, secara simbolik maupun dalam bentuk nyata kehidupan
sehari-hari.
Abin Syamsuddin (2003)
menjelaskan tahapan perkembangan keagamaan sebagaimana tampak dalam tabel
berikut ini :
Tahapan
|
Ciri-Ciri
|
Masa
Kanak-Kanak
|
Sikap
reseptif meskipun banyak bertanya
|
Pandangan
ke-Tuhan-an yang dipersonifikasi
|
|
Penghayatan
secara rohaniah yang belum mendalam
|
|
Hal
ke-Tuhan-an dipahamkan secara ideosyncritic (menurut khayalan pribadinya)
|
|
Masa Sekolah
|
Sikap
reseptif yang disertai pengertian
|
Pandangan
ke-Tuhan-an yang diterangkan secara rasional
|
|
Penghayatan
secara rohaniah semakin mendalam, melaksanakan kegiatan ritual diterima
sebagai keharusan moral
|
|
Sikap negatif disebabkan alam
pikirannya yang kritis melihat realita orang – orang beragama yang hypocrit
(pura-pura)
|
|
Pandangan
ke-Tuhan-an menjadi kacau, karena beragamnya aliran paham yang saling
bertentangan
|
|
Penghayatan
rohaniahnya cenderung skeptik, sehingga banyak yang enggan melaksanakan
ritual yang selama ini dilakukan dengan penuh kepatuhan
|
|
Sikap kembali ke arah positif,
bersamaan dengan kedewasaan intelektual bahkan akan agama menjadi pegangan
hidupnya
|
|
Pandangan
ke-Tuhan-an dipahamkannya dalam konteks agama yang dianut dan dipilihnya
|
|
Penghayatan
rohaniahnya kembali tenang setelah melalui proses identifikasi dan
merindu puja, ia dapat membedakan antara agama sebagai doktrin atau ajaran
manusia
|
D.
Hukum Perkembangan
Perkembangan fisik dan mental disamping dipengrauhi oleh factor-faktor
tersebut diatas, juga perkembangan itu berlangsung menurut hukum-hukum
tertentu.
Adapun hukum-hukum perkembangan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Hukum Konvergensi
Hukum Konvergensi ini menekankan
kepada pengaruh gabungan antara pembawaaan dan lingkungan. Tokoh yang
berpendapat demikian adalah Willian Stern yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan
perkembangan itu adalah hasil pengaruh bersama kedua unsur pembawaan dan
lingkungan.
2. Hukum Mempertahankan dan Mengembangkan Diri
Sebagai makhluk hidup, manusia
mempunyai dorongan/.hasrat untuk mempertahankan diri. Hal ini terwujud pada
usaha makan ketika lapar, menyelanatkan diri apabila ada bahaya. Pada anak
kecil usaha ini diwujudkan dengan menangis, apabila lapar, haus, rasa tidak
enak badan, dan sebagainya, kemudian si ibu akan tanggap dengan tanda-tanda
tersebut.
Dari usaha untuk memepertahankan
diri berlanjut menjadi usaha untuk mengembangkan diri. Pada anak-anak biasanya
terlihat rasa ingin tahunya itu besar sekali, sehingga ank-anak tidak
hentin-hentinya bertanya mengenai suatu hal dan dirinya akan merasa senang
apabila dunianya diisi dengan berbagai pengalaman dan pengetahuan yang didapat
dari sekelilingnya. Melalui kegiatan bermain, berkumpul dengan teman, bercerita
dan sebagainya itu dapat dianggap sebagai dorongan untuk mengembangkan diri.
3. Hukum Masa Peka
Masa peka ialah masanya suatu
fungsi mudah/peka untuk dikembangkan. Masa peka merupakan masa yang terjadi nya
dalam perkembangan pada saat-saat tertentu. Misalnya anak usia satu sampai dua
tahun yang mengalami masa peka untuk berbicara dan meniru sehingga apa yang
diajarkan mudah diikuti dan berhasil dengan baik.
4. Hukum Kesatuan Organis
Yang dimaksud dengan hukum
kesatuan organis disini adalah bahwa berkembangnya fungsi fisik maupun mental
psikologis pada diri manusia itu tidak berkembang lepas satu sama lainnya
tetapi merupakan suatu kesatuan.
5. Hukum Rekapitulasi
Merupakan pengulangan ringkasan
dari kehidupan suatu bangsa yang berlangsung secara lambat selama berabd-abad.
Dengan hokum ini berarti perkembangan jiwa anak itu merupakan ulangan dan
adanya persamaan dengan kehidupan sebelumnya
(yang dilakukan oleh nenek
moyang) Dapat dibagi dalam beberapa masa:
a. Masa berburu dan menyamun
Anak usia sekitar 8 tahun senang bermain kejar-kejaran,
perang-perangan,menangkap binatang (capung, kupu-kupu, dsb).
b. Masa mengembala
Anak usia sepuluh tahun senang memelihara binatang seperti ayam, kucing,
burung, anjing, dsb.
c. Masa bercocok tanam
Masa ini dialami oleh anak sekitar umur dua belas tahun, dengan tanda-tanda
sengan berkebun, menyiram bunga.
d. Masa berdagang
Anak senang bermain jual-jualan, tukar menukar foto, perangko, berkiriman
surat dengan teman-teman maupun sahabat pena.
6. Hukum Tempo Perkembangan
Ialah bahwa tiap anak mempunyai
tempo kecepatan dalam perkembangannya sendiri sendiri. Ada anak yang
perkembangannya lebih cepat dari anak lainnya.
7. Hukum Irama Perkembangan
Berlaku terhadap perkembangan
setiap orang baik menyangkut perkembangan jasmani maupun rohani. Hal ini
berlangsung silih berganti, terkadang teratur, terkadang juga tidak. Adakalanya
tenang, adakalanya goncang, tergantung dari irama perkembangan masingmasing
individu tersebut.
Pada umur tiga sampai lima tahun
seorang anak biasanya mengalami irama goncangan sehingga sukar diatur, suka
membangkang, tetapi setelah itu anak bisa tenang kembal
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Kaidah – kaidah umum perkembangan
individu atau anak
Masa –
masa perkembangan anak
Pengaruh
lingkungan semakin kompleks, pergaulan sosial semakin berkembang sehingga anak
mengalami masa transisi yang menyulitkan bukan saja bagi bunda sebagai orang
tua melainkan dirinya sendiri juga mengalami hal – hal sulit dan membingungkan.
Remaja
dan masa akunya
Ibu sebgai
orang tua tidak dapat lagi dijadikan pegangan sehingga anak dihadapkan pada dua
sisi berbeda yaitu di satu sisi masih anak – anak namun di sisi lain harus
bertingkah seperti orang dewasa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
beberapa faktor yang berasal dari dalam individu :
1)
Intelegensi
2)
Sex
3)
Kelenjar sekresi internal
Faktor yang mempengaruhi perkembangan yanng berasal dari luar individu
1)
Gizi
2)
Udara segar dan cahaya matahari
3)
Luka dan penyakit
4)
Ras
5)
Kebudayaan
6)
Kedudukan dalam keluarga
Tahapan Perkembangan Individu
Dengan merujuk pada pemikiran Syamsu Yusuf (2003), di bawah ini dikemukakan
tahapan perkembangan individu dengan menggunakan pendekatan didaktis :
- Masa Usia Pra Sekolah
- Masa Usia Sekolah Dasar
- Masa Usia Sekolah Menegah
- Masa Usia Kemahasiswaan (18 – 25 tahun)
Hukum Perkembangan
1. Hukum Konvergensi
2. Hukum Mempertahankan dan Mengembangkan Diri
3. Hukum Masa Peka
4. Hukum Kesatuan Organis
5. Hukum Rekapitulasi
6. Hukum Tempo Perkembangan
7.Hukum Irama Perkembangan
B.
Saran
Menyadari bahwa dalam penulisan makalah
ini masih jauh dari
kesempurnaan serta masih memiliki beberapa kesalahan baik
dalam segi rmat penulisan maupun isi materi yang belum sempurna, kedepannya
penulis akan lebih okus dan detail dalam membahas materi.
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar