Sabtu, 06 Desember 2014

Perjuangan Bangsa Indonesia untuk Mencapai Kemerdekaan Pada Masa Penjajahan Jepang



MAKALAH
Perjuangan Bangsa Indonesia untuk Mencapai Kemerdekaan Pada Masa Penjajahan Jepang


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Masa pendudukan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada tanggal 17 Agustus 1945seiring dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno dan M. Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh Nazi Jerman. Hindia-Belanda mengumumkan keadaan siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk Jepang ke Amerika Serikat dan Inggris. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan bahan bakar pesawat gagal di Juni 1941, dan Jepang memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan Desember tahun itu. Di bulan yang sama, fraksi dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir dikalahkan Jepang pada Maret 1942.
Pada Juli 1942, Soekarno menerima tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang juga dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer Jepang. Soekarno, Mohammad Hatta, dan para Kyai didekorasi oleh Kaisar Jepang pada tahun 1943. Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat bervariasi, tergantung di mana seseorang  hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami siksaan, terlibat perbudakan seks, penahanan sembarang dan  hukuman mati, dan kejahatan perang lainnya. Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan target sasaran dalam penguasaan Jepang. Jepang membentuk persiapan kemerdekaan yaitu BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau 独立準備調査会 (Dokuritsu junbi chōsa-kai) dalam bahasa Jepang. Badan ini bertugas membentuk persiapan-persiapan pra-kemerdekaan dan membuat dasar negara dan digantikan oleh PPKI yang bertugas menyiapkan kemerdekaan.

1.2.  Rumusan Masalah
1.2.1.      Bagaimanakah keadaan bangsa Indonesia di jaman penjajahan Jepang?
1.2.2.      Kebijakan apa sajakah yang diberlukan Jepang di Indonesia pada masa jajahannya?
1.2.3.      Bagaimanakah usaha perlawanan Indonesia terhadap penjajah Jepang?

1.3.  Tujuan
1.3.1.      Dapat menjelaskan keadaan bangsa Indonesia di jaman penjajahan Jepang.
1.3.2.      Dapat menjelaskan kebijakan yang diberlakukan Jepang di Indonesia pada masa jajahannya.
1.3.3.      Dapat menjelaskan usaha perlawanan Indonesia terhadap penjajah Jepang.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1.       Pendudukan Jepang di Indonesia
Dalam catatan sejarah, pada tahun 1868, Jepang mulai tumbuh dan berkembang menjadi negara modern. Hal itu terjadi tepatnya setelah Restorasi Meiji. Pada tahun 1867, Pangeran Matsuhito dinobatkan sebagai kaisar Jepang dan bergelar Meiji Tenno (1867-1912).  Kaisar Meiji merupakan motor penggerak pembaruan  negara Jepang dalam  segala bidang. Pembaruan itu berhasil dengan sangat menakjubkan. Dalam  melaksanakan pembaruan-pembaruan, agar setara dengan Negara-negara barat pemerintahan Meiji memerlukan pengetahuan teknik Barat dengan melaksanakan kebijakan-kebijakan sebagai berikut :
·         Banyak ahli-ahli Barat didatangkan ke Jepang dengan gaji besar. Teknologi yang diserap disesuaikan dengan kondisi atau keperluan bangsa Jepang.
·         Meletakkan dasar-dasar untuk pembangunan perindustrian modern.
·         Pemerintah dimodernisasi dengan mengambil model Barat abad ke-19. Kementrian kementerian dibentuk, misalnya: kementerian keuangan, kementerian angkatan darat, kementerian angkatan laut, dan kementerian pendidikan umum.
·         Sistem peradilan dan hukum yang modern mengikuti model Perancis dan Jerman.
·         Jepang menciptakan sistem perbankan, jaringan telegraf dan jalan kereta api mulai dibangun.
Dalam waktu kira-kira 10 tahun setelah restorasi, proses pembaruan di Jepang telah berjalan dengan pesat.  Kesuksesan khususnya dalam bidang industri inilah yang mendorong Jepang menjadi negara imperialis, karena tuntutan mendasar untuk memenuhi kebutuhan akan bahan mentah dan pemasaran hasil industrinya. Faktor lain yang ikut mendorong Jepang menjalankan politik imperialisme adalah: Ajaran Hokho-Ichiu dalam Shintoisme yang mengajarkan tentang  kesatuan  keluarga umat manusia. ( ini alasan idiil ) Sebagai bangsa yang telah maju, Jepang mempunyai kewajiban untuk mempersatukan dan memajukan bangsa-bangsa di dunia.

2.2.       Kedatangan Jepang di Indonesia
Di Indonesia, tentara Jepang masuk di awali dengan menguasai Tarakan selanjutnya menguasai Balikpapan, Pontianak, Banjarmasin, Palembang, Batavia (Jakarta), Bogor terus ke Subang, dan terakhir Kalijati. Pada tanggal 8 Maret 1942, Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer (Gubernur Jenderal Belanda), Letnan Jenderal Ter Poorten (Panglima tentara Hindia Belanda), serta pejabat tinggi militer dan seorang penerjemah pergi ke Kalijati. Dari pihak Jepang hadir Letnan Jenderal Imamura. Dalam pertemuan itu, Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Dengan demikian, secara resmi masa penjajahan Belanda di Indonesia berakhir.
Dalam waktu yang singkat Indonesia telah jatuh ke tangan Jepang. Jepang mendarat di indonesia pertama kalinya pada tanggal 10 Januari 1942 di Kalimantan dan Sulawesi. Kedatangan Jepang ke Indonesia disambut gembira oleh para pejuang kemerdekaan waktu itu, karena telah dirasa berhasil mengusir bangsa Belanda dari Indonesia dan di anggap saudara tua Asia.
Tujuan utama pendudukan Jepang atas Indonesia adalah:
·         Menjadikan Indonesia sebagai daerah penghasil dan penyuplai bahan mentah dan bahan bakar bagi kepentingan industri Jepang.
·         Menjadikan Indonesia sebagai tempat pemasaran hasil industri Jepang karena jumlah penduduk Indonesia sangat banyak.
·         Menjadikan Indonesia sebagai tempat untuk mendapatkan tenaga buruh yang banyak dengan upah yang relatif murah.
Maka untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut Jepang mempunyai banyak akal untuk membuat bangsa Indonesia takluk, seperti membuat semboyan 3A yaitu : Jepang Pemimpin Asia, Jepang Cahaya Asia, dan Jepang Pelindung Asia. Akal selanjutnya yang dilakukan Jepang untuk menarik simpati rakyat Indonesia dengan membuat propaganda sebagai berikut :
1.      Menganggap Jepang sebagai saudara tua bangsa Asia (Hakko Ichiu)
2.      Melancarkan simpati lewat pendidikan berbentuk beasiswa pelajar.
3.      Menarik simpati organisasi Islam MIAI.
4.      Melancarkan politik dumping
5.      Mengajak untuk bergabung tokoh-tokoh perjuangan Nasional seperti: Ir. Soekarno, Drs. M. Hatta serta Sutan Syahrir, dengan cara membebaskan tokoh tersebut dari penahanan Belanda.
6.      Menjanjikan kemudahan bagi bangsa Indonesia, seperti janji menunaikan ibadah haji, dan menjual barang dengan harga murah.
7.      Memperkenankan pengibaran bendera merah putih bersama bendera Jepang Hinomaru.
8.      Rakyat Indonesia boleh menyanyikan lagu “Indonesia Raya” bersama lagu kebangsaan Jepang “Kimigayo”.
Tindakan nyata yang dilakukan Jepang kepada Indonesia untuk menarik simpati rakyat Indonesia antara lain:
1.      Jawa Hokokai (Himpunan kebaktian Jawa) merupakan organisasi sentral dan terdiri dari berbagai macam profesi (dokter, pendidik, kebaktian wanita pusat dan perusahaan).
2.      Putera (Pusat Tenaga Rakyat) dengan tujuan membujuk kaum Nasionalis sekuler dan intelektual agar menyerahkan tenaga dan pikirannya untuk mengabdi kepada Jepang.
Itulah usaha yang dilakukan Jepang dalam menarik simpati bangsa Indonesia. Namun, bukan kemerdekaan dan kesejahteraan yang didapat bangsa Indonesia. Situasi penjajahan sama sekali tidak berubah. Hanya saja kini yang menjajah Indonesia adalah Jepang.
Selanjutnya, Jepang melakukan invasi ke seluruh wilayah Indonesia dan pada tahun 1942. Maka, kebahagiaan itu tak berlangsung lama, Jepang yang memiliki tujuan awal ingin mengeruk sumber-sumber kekayaan alam yang startegis di Indonesia, bersikap kejam melebihi Bangsa Belanda terhadap rakyat Indonesia. Pada tahun itu, bangsa Jepang segera melakukan banyak perbudakan bagi bangsa Indonesia.
2.3.       Kebijakan Pemerintah Jepang di Indonesia
a.       Sistem Pemerintahan.
Pada zaman Jepang Indonesia diperintah oleh tiga pemerintahan militer. Struktur pemerintahan militer Jepang itu adalah sebagai berikut.
1.      Tentara XVI (Rikugun/Angkatan Darat) memerintah atas wilayah Jawa dan Madura yang berpusat di Jakarta.
2.      Tentara XXV (Rikugun /Angkatan Darat) memerintah atas wilayah Sumatra yang berpusat di Bukittinggi.
3.      Armada Selatan II (kaigun/Angkatan Laut) memerintah atas wilayah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua berpusat di Makassar.
Pemerintahan pada wilayah masing-masing tersebut dipimpin oleh kepala staf tentara/armada dengan gelar gunseikan (kepala pemerintahan militer) dan staf pemerintahan militer disebut gunseikanbu.
b.      Organisasi dan Perkumpulan
Organisasi dan perkumpulan yang didirikan pemerintah Jepang di antaranya adalah yaitu :
1.      Gerakan Tiga A
Gerakan Tiga A didirikan pada bulan April 1942. Kantor propaganda Jepang mendirikan Gerakan ini dengan semboyannya: Nippon Pemimpin Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Cahaya Asia.
2.      Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
Ketidaksuksesan gerakan Tiga A membuat Jepang mencari bentuk lain untuk dapat menarik simpati rakyat. Upaya yang dilakukan adalah menawarkan kerjasama dengan para pemimpin indonesia untuk membentuk “Putera”, melalui Putera diharapkan para pemimpin nasional dapat membujuk kaum Nasionalis sekuler dan intelektual untuk mengabdikan pikiran dan tenaganya demi kepentingan perang melawan Sekutu.Organiasi ini dibentuk untuk mengganti Gerakan Tiga A. Gerakan yang didirikan pada tanggal 1 Maret 1943 ini dipimpin oleh empat serangkai, yakni Soekarno, Mohammad Hatta, K.H. Mas Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara. Bagi Jepang.
3.      Jawa Hokokai
Pada tanggal 1 Januari 1944 Putera diganti dengan organisasi Jawa Hokokai (Gerakan Kebaktian Jawa). Tujuannya adalah untuk menghimpun kekuatan rakyat dan digalang kebaktiannya. Di dalam tradisi Jepang, kebaktian ini memiliki tiga dasar, yakni pengorbanan diri, mempertebalpersaudaraan, dan melaksanakan sesuatu dengan bakti. Tiga hal inilah yang dituntut dari rakyat Indonesia oleh pemerintah Jepang.. Organisasi ini dibentuk karena semakin menghebatnya perang di Asia dan Pasifik. Kebaktian itu memiliki tiga dasar, yaitu: mengorbankan diri, mempertebal persaudaraan, dan melaksanakan tugas untuk Jepang.
4.      MIAI
MIAI adalah singkatan dari Majelis Islam A’la Indonesia. MIAI secara resmi didirikan pada tahun 1937 di Surabaya. Pemimpin MIAI pertama adalah K.H. Mas Mansyur dan Wondoamiseno. MIAI adalah organisasi resmi umat Islam yang anti Barat. Kegiatannya terbatas pada pembentukan baitul mal (badan amal) dan menyelenggarakan peringatan hari-hari besar keagamaan. MIAI diganti namanya menjadi Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) yang disahkan oleh gunseikan pada tanggal 22 Nopember 1943 dengan K.H. Hasyim Asy'ari sebagai ketuanya.
5.      Pengerakan pemuda
Jepang menyadari perlunya bantuan penduduk setempat dalam rangka mempertahankan kedudukannya di kawasan Asia. Pada bulan April 1943, pemerintah militer Jepang secara intensif mulai mengorganisir barisan pemuda. Barisan pemuda ini berciri semi militer maupun militer. Jepang ingin mendidik dan melatih para pemuda agar mampu mempertahankan tanah air Indonesia dari serangan pasukan Sekutu walaupun sebenarnya niat terselubungnya adalah untuk mempertahankan kedudukan Jepang di kawasan Asia. Berbagai barisan pemuda yang berbentuk semi militer, antara lain yaitu :
Ø  Seinendan merupakan organisasi barisan pemuda yang dibentuk tanggal 9 Maret 1943. Tujuannya adalah mendidik dan melatih para pemuda agar dapat mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri.
Ø  Fujinkai merupakan organisasi yang menghimpun kaum wanita untuk diberi latihan-latihan militer.
Ø  Keibodan adalah organisasi barisan pembantu polisi.
Sedangkan barisan pemuda yang berbentuk militer yaitu meliputi :
o   Heiho adalah organisasi prajurit pembantu Jepang. Heiho dibentuk pada bulan April 1943. Organisasi ini memberi kesempatan kepada pemuda Indonesia untuk menjadi prajurit Jepang (baik angkatan darat maupun angkatan laut).
o   PETA (Pembela Tanah Air) didirikan pada tanggal 3 Oktober 1945. Pembentukan PETA ini juga sesuai dengan tuntutan perang yang semakin mendesak.
6.      Pengerahan tenaga kerja.
Jepang juga membutuhkan bantuan tenaga untuk membangun sarana pendukung perang, antara lain kubu  pertahanan, jalan raya, rel kereta api, jembatan, dan lapangan udara. Oleh karena itu, Jepang membutuhkan banyak tenaga kerja. Pengerahan tenaga kerja itu disebut romusha.
7.      Eksploitasi sumber kekayaan yang dilakukan pemerintah pendudukan Jepang adalah:
Ø  menyita perkebunan-perkebunan milik Belanda dan berbagai fasilitas vital lainnya, seperti perusahaan listrik, telekomunikasi, transportasi, dan lain-lain.
Ø  rakyat dipaksa untuk bekerja di perkebunan yang memberikan hasil bumi menguntungkan demi membiayai perang.
Ø  Rakyat juga diwajibkan menyetor padi, jagung, dan ternak dalam jumlah besar, demi memenuhi kebutuhan logistik di medan perang
Ø  Menanam pohon jarak untuk diambil minyaknya dan diproduksi sebagai pelumas mesin-mesin perang.

2.4.       Bentuk Perlawanan Terhadap Jepang
Diantaranya bentuk perlawanan terhadap Jepang oleh bangsa Indonesia adalah dilakukan dengan cara kooperatif, gerakan bawah tanah, dan angkat senjata.

1.      Perjuangan Kooperatif (Kerjasama)
Sejumlah tokoh nasionalis Indonesia banyak yang menggunakan kesempatan pendudukan Jepang untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Banyak di antara mereka yang menduduki jabatan- jabatan penting dalam lembaga-lembaga yang dibentuk Jepang. Misalnya saja melalui Putera, para pemimpin Indonesia dapat berhubungan dengan rakyat secara langsung, baik melalui rapat-rapat maupun media massa milik Jepang. Tokoh-tokoh Putera memanfaatkan organisasi-organisasi itu untuk menggembleng mental dan membangkitkan semangat nasionalisme serta menumbuhkan rasa percaya diri serta harga diri sebagai bangsa.
Mereka selalu menekankan pentingnya persatuan, pentingnya memupuk terus menerus semangat cinta tanah air, dan harus lebih memperhebat semangat anti imperialisme-kolonialisme. Organisasi Putera mendapat sambutan yang hangat dari seluruh rakyat. Namun, karena Putera nyatanya bermanfaat bagi bangsa Indonesia, pemerintah Jepang akhirnya membubarkannya pada April 1944.
Selain melalui Putera, para pemimpin pergerakan juga berjuang melalui Badan Pertimbangan Pusat atau Cou Sangi In yang dibentuk Jepang pada 5 September 1943. Badan ini beranggotakan 43 orang dan diketuai oleh Ir. Soekarno. Dalam sidangnya pada 20 Oktober 1943, Cuo Sangi In menetapkan bahwa agar Jepang menang dalam perang, perlu dikerahkan segala potensi dan produksi dari rakyat Indonesia.
Untuk melaksanakan ketetapan itu dibentuklah berbagai kesatuan pemuda, sebagai wadah penggemblengan mental dan semangat juang agar mereka menjadi tenaga-tenaga pejuang yang militan. Berbagai kesatuan pemuda yang berhasil dibentuk antara lain: Seinendan (Barisan Pemuda), Keibodan (Barisan Pembantu Polisi), Seisyintai (Barisan Pelopor), Gakutotai(Barisan Pelajar), dan Fujinkai (Barisan Wanita). Pada saat penggemblengan mental itulah Ir. Soekarno selalu menyisipkan penanaman jiwa dan semangat nasionalisme, pentingnya persatuan dan kesatuan serta keberanian berjuang dengan resiko apa pun untuk menuju Indonesia merdeka. Dengan demikian, kebijakan pemerintah Jepang dimanfaatkan oleh tokoh-tokoh nasional untuk perjuangan. Para pemimpin Indonesia memanfaatkan organisasi ini untuk memupuk rasa persatuan dan kesatuan. Jelas sekali, para pemimpin Indonesia tidak bodoh untuk dibohongi oleh Jepang.

2.      Perjuangan Bawah Tanah
Perjuangan bawah tanah adalah perjuangan yang dilakukan secara tertutup dan rahasia. Perjuangan bawah tanah ini dilakukan oleh para tokoh nasionalis yang bekerja pada instansi-instansi pemerintahan buatan Jepang. Jadi, di balik kepatuhannya terhadap Jepang, tersembunyi kegiatan-kegiatan yang bertujuan menghimpun dan mempersatukan rakyat untuk meneruskan perjuang untuk mecapai Indonesia merdeka.
Perjuangan bawah tanah ini tersebar di berbagai tempat: Jakarta, Semarang, Bandung, Surabaya, serta Medan. Di Jakarta terdapat beberapa kelompok yang melakukan perjuangan model ini. Antara kelompok perjuangan yang satu dengan kelompok perjuangan yang lain, selalu terjadi kontak hubungan. Kelompok-kelompok perjuang tersebut, antara lain:
a.       Kelompok Sukarni
Sukarni adalah tokoh pergerakan pada zaman Hindia Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, ia bekerja di Sendenbu (Barisan Propaganda Jepang) bersama-sama dengan Muhammad YaminSukarni menghimpun tokoh-tokoh pergerakan yang lain, antara lain: Adam Malik, KusnaeniPandu Wiguna, dan Maruto Nitimiharjo. Gerakan yang dilakukan kelompok Sukarni adalah menyebarluaskan cita-cita kemerdekaan, menghimpun orang-orang yang berjiwa revolusioner, dan mengungkapkan kebohongan-kebohongan yang dilakukan oleh Jepang.
Sebagai pegawai Sendenbu, Sukarni bebas mengunjungi asrama Peta (Pembela Tanah Air) yang tersebar di seluruh Jawa. Karena itu, Sukarni mengetahui seberapa besar kekuatan revolusioner yang anti-Jepang. Untuk menutupi gerakannya, kelompok Sukarni mendirikan asrama politik, yang diberi nama “Angkatan Baru Indonesia” yang didukung Sendenbu. Di dalam asrama ini terkumpul para tokoh pergerakan antara lain: Ir. SukarnoMohammad HattaAhmad Subarjo, dan Sunarya yang bertugas mendidik para pemuda tantang masalah politik dan pengetahuan umum.

b.      Kelompok Ahmad Subarjo
Ahmad Subarjo pada masa pendudukan Jepang menjabat sebagai Kepala Biro Riset Kaigun Bukanfu (Kantor Penghubung Angkatan Laut) di Jakarta. Ahmad Subarjo berusaha menghimpun tokoh-tokoh bangsa Indonesia yang bekerja dalam Angkatan Laut Jepang. Atas dorongan dari kelompok Ahmad Subarjo, Angkatan Laut berhasil mendirikan asrama pemuda yang bernama “Asrama Indonesia Merdeka”. Di Asrama Indonesia Merdeka inilah para pemimpin bangsa Indonesia memberikan pelajaran-pelajaran guna menanamkan semangat nasionalisme kepada para pemuda Indonesia.

c.       Kelompok Sutan Syahrir
Sutan Syahrir merupakan tokoh besar pergerakan nasional, yang pada zaman Hindia Belanda tahun 1935 dibuang ke Boven Digul di Irian Jaya, kemudian dipindahkan ke Banda Neira dan terakhir ke Sukabumi. Pada masa pendudukan Jepang, Syahrir berjuang diam-diam dengan cara menghimpun teman-teman sekolahnya dulu dan rekan-rekan seorganisasi pada zaman Hindia Belanda. Terbentuklah satu kelompok rahasia yaitu Kelompok Syahrir.
Dalam perjuangannya, Syahrir juga menjalin hubungan dengan pemimpin-pemimpin bangsa yang terpaksa bekerja sama dengan Jepang. Di samping itu, hubungan kelompok Syahrir dengan kelompok perjuangan yang lain berjalan cukup baik. Karena gerak langkah Syahrir dicurigai Jepang, untuk menghilangkan kecurigaan pihak Jepang Syahrir bersedia memberi pelajaran di Asrama Indonesia Merdeka milik Angkatan Laut Jepang (Kaigun), bersama dengan Ir. Sukarno, Mohammad Hatta, Ahmad Subarjo, dan Iwa Kusumasumantri.

d.      Kelompok Pemuda
Kelompok Pemuda pada masa Jepang mendapat perhatian khusus dari pemerintah Jepang. Jepang berusaha memengaruhi para pemuda Indoensia dengan propaganda yang menarik. Dengan demikian, nantinya para pemuda Indonesia merupakan alat yang ampuh guna menjalankan kepentingan Jepang. Jepang menanamkan pengaruhnya pada para pemuda Indonesia melalui kursus-kursus dan lembaga-lembaga yang sudah ada sejak zaman Hindia Belanda.
Jepang mendukung berdirinya kursus-kursus yang diadakan dalam asrama-asrama, misalnya di Asrama Angkatan Baru Indonesia yang terdapat Sendenbu dan Asrama Indonesia Merdeka yang didirikan Angkatan Laut Jepang. Namun, pemuda Indonesia baik pelajar maupun mahasiswa tidak gampang termakan oleh propaganda Jepang. Mereka menyadari bahwa imperialisme yang dilakukan oleh Jepang pada hakikatnya sama dengan imperialisme bangsa Barat.
Pada masa itu, di Jakarta terdapat 2 kelompok pemuda yang aktif berjuang, yakni yang terhimpun dalam asrama Ika Daikagu (Sekolah Tinggi Kedokteran) dan kelompok pemuda yang terhimpun dalam Badan Permusyawaratan/Perwakilan Pelajar Indonesia (Baperpri). Kelompok terpelajar tersebut mempunyai ikatan organisasi yang bernama Persatuan Mahasiswa. Organisasi ini merupakan wadah untuk menyusun aksi-aksi terhadap penguasa Jepang dan menyusun pertemuan-pertemuan dengan para pemimpin bangsa. Dalam perjuangannya, kelompok pemuda juga selalu berhubungan dengan kelompok-kelompok yang lain, yaitu kelompok Sukarni, kelompok Ahmad Subarjo, dan Kelompok Syahrir. Tokoh-tokoh Kelompok Pemuda yang terkenal antara lain: Chaerul SalehDarwisJohar NurEri SadewoE.A. Ratulangi, dan Syarif Thayeb.

3.      Perlawanan Angkat Senjata
Perlakuan Jepang yang tak berperikemanusian menimbulkan reaksi dan perlawanan dari rakyat Indonesia di berbagai wilayah. Kebencian ini bertambah ketika di beberapa tempat, Jepang menghina aspek-aspek keagamaan. Berikut ini beberapa perlawanan rakyat pada masa penjajahan Jepang.
a.       Perlawanan di Cot Plieng, Aceh
Perlawanan di Aceh ini dipimpin oleh Tengku Abdul Djalil, seorang ulama pemuda. Pada 10 November 1942, tentara Jepang menyerang Cot Plieng pada saat rakyat sedang melaksanakan shalat subuh. Penyerangan pagi buta ini akhirnya dapat digagalkan oleh rakyat dengan menggunakan senjata kelewang, pedang, dan rencong.
Begitupun dengan dengan serangan kedua, tentara Jepang berhasil dipukul mundur. Namun pada serangan yang ketiga, pasukan Teungku Abdul Jalil dapat dikalahkan Jepang. Peperangan ini telah merenggut 90 tentara Jepang dan sekitar 3.000 masyarakat Cot Plieng.

b.      Perlawanan di Tasikmalaya, Jawa Barat
Perlawanan di Singaparna, Tasikmalaya, ini dipimpin oleh Kyai Haji Zaenal Mustofa. Perlawanan ini terkait dengan tidak bersedianya K.H. Zaenal Mustofa untuk melakukan Seikeirei, memberikan penghormatan kepada Kaisar Jepang. Dalam pandangan Zaenal Mustofa, membungkuk seperti itu sama saja dengan memberikan penghormatan lebih kepada matahari, sementara dalam hukum Islam hal tersebut terlarang karena dianggap menyekutukan Tuhan.
Pemerintahan Jepang kemudian mengutus seseorang untuk menangkapnya. Namun utusan tersebut tidak berhasil karena dihadang rakyat. Dalam keadaan luka, perwakilan Jepang tersebut memberitahukan peristiwa tersebut kepada pimpinannya di Tasiklamalaya. Karena tersinggung, Jepang pada 25 Februari 1944 menyerang Singaparna pada siang hari setelah shalat Jumat. Dalam pertempuran tersebut Zaenal Mustofa berhasil ditangkap dan kemudian diasingkan ke Jakarta hingga wafatnya. Jenazahnya dikuburkan di daerah Ancol, dan kemudian dipindahkan ke Tasikmalaya.

c.       Perlawanan Perwira PETA di Blitar
Perlawanan sejumlah perwira Pembela Tanah Air (Peta) di Blitar terjadi pada 14 Februari 1945 yang dipimpin oleh Syudanco Supriyadi. Ia adalah seorang syodanco (komandan peleton) PETA. Perlawanan Supriyadi ini disebabkan karena tidak tahan lagi melihat kesengsaraan rakyat yang mati karena romusha. Namun perlawanan tersebut dapat diredam oleh Jepang.
Perlawanan ini tampaknya tidak direncanakan dengan matang sehingga mudah untuk digagalkan. Akhirnya para anggota PETA yang terlibat perlawanan diadili di Mahkamah Militer Jepang. Orang yang berhasil membunuh Jepang langsung dijatuhi hukuman mati, antara lain: dr. IsmangilMuradiSuparyonoHalir MangkudidjayaSunanto, dan Sudarmo.
Dalam persidangan tersebut, Supriyadi sendiri sebagai pemimpin perlawanan tidak diikutsertakan. Beberapa pihak mengatakan bahwa Supriyadi sesungguhnya sudah ditangkap dan dibunuh secara diam-diam, ada pula pihak yang percaya bahwa Supriyadi mokswa alias menghilangkan diri tanpa jejak

d.      Perlawanan Perwira PETA di Aceh
Perlawanan Pemuda Peta juga meletus di dua daerah di Aceh, yaitu Buana dan Paudrah. Pemimpinnya adalah Guguyun Teuku Hamid; ia bersama 20 peleton pasukan melarikan diri dari asrama pada November 1944 untuk merencanakan pemberontakan. Namun Jepang berhasil mengancam keluarga Teuku Hamid sehingga Teuku Hamid kembali lagi. Tampaknya rencana perlawanan Teuku Hamid menambah simpati dan semangat masyarakat sehingga kemudian muncul kembali perlawanan.
Lahirlah perlawanan Padrah di daerah Bireun, Aceh Utara, yang dipimpin oleh seorang kepala kampung yang dibantu oleh regu Guguyun. Perlawanan tersebut menelan banyak korban dari pihak Aceh karena semua yang tertawan akhirnya dibunuh oleh Jepang.

e.        Perlawanan Perwira PETA di Cilacap
Di Gumilir, Cilacap perlawanan dipimpin oleh seorang komandan regu bernama Khusaeri. Serangan pertama tentara Jepang terdesak, namun setelah bala bantuan datang Khusaeri mampu dikalahkan. Di Pangalengan, Jawa Barat, pun meletus perlawanan dari para personil Peta yang juga dapat dilumpuhkan.


BAB III
PENUTUP

3.1.       Kesimpulan
Beberapa negara pernah menjajah Indonesia sangat lama hingga berabad-abad. Ada pula yang hanya menjajah selama beberapa tahun. Pemerintah penjajah ada yang membawa dampak baik dalam pembangunan beberapa fasilitas umum seperti jalan, jembatan, perkebunan, rel kereta api, saluran irigrasi, dan beberapa fasilitas lain. Namun penjajahan tetap saja harus dihentikan karena menimbulkan penderitaan bagi negara yang dijajah, namun di lain pihak negara yang menjajah akan semakin makmur.
Masa penjajahan Jepang dirasakan bangsa Indonesia lebih menyiksa bila dibandingkan dengan negara-negara lain yang pernah menjajah Indonesia sebelumnya, terutama dibandingkan dengan Belanda. Belanda memang menjajah Indonesia selama 3,5 abad, namun penjajahan Jepang tetap dirasa bangsa Indonesia sebagai penjajahan paling kejam, walapun meski ada sedikit-banyak keuntungan yang didapat bangsa Indonesia dimasa pejajahan Jepang tersebut.

3.2.       Saran
Dalam makalah ini, penulis berharap supaya kita sebagai bangsa Indonesia dapat memahami peristiwa sejarah mengenai Penjajahan Jepang di Indonesia. Selain itu agar kita tetap menjaga dan melestarikan sumber kekayaan alam seperti rempah-rembah dan yang lainya, yang  mana dahulu bangsa Jepang  memonopilinya. Dengan belajar sejarah juga diharapkan kita tidak akan jatuh “di lubang” yang sama kembali.


 

0 komentar:

Posting Komentar

 
;