Sabtu, 06 Desember 2014

Pengaruh Islam di Indonesia




MAKALAH

PENGARUH ISLAM DI INDONESIA

 

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Teori lain masuknya Islam ke nusantara diajukan Supartono Widyosiswoyo.Menurutnya, penetrasi Islam dibagi ke dalam tiga jalur yaitu: Jalur Utara, Jalur Tengah, dan Jalur Selatan. Ketiga jalur didasarkan pada pangkal wilayah persebaran Islam yang memasuki Indonesia. Jalur Utara adalah masuknya Islam dari Persia dan Mesopotamia. Dari sana, Islam bergerak ke timur lewat jalur darat Afganistan, Pakistan, Gujarat, lalu menempuh jalur laut menuju Indonesia. Lewat Jalur Utara ini, Islam tampil dalam bentuk barunya yaitu aliran Tasawuf. Dalam aliran ini, Islam didifusikan lewat pengalaman personal (eksperensial) dalam mendekati Tuhan. Aliran inilah yang paling cepat mendorong konversi penduduk Indonesia ke dalam Islam nusantara. Aceh adalah salah satu basis persebaran Islam Jalur Utara ini.
Jalur Tengah adalah masuknya Islam dari bagian barat lembah Sungai Yordan dan bagian timur semenanjung Arabia (Hadramaut). Dari sini Islam menyebar dalam bentuknya yang relatif asli, di antaranya aliran Wahhabi. Pengaruhnya mengena di wilayah Sumatera Barat. Jalur ini terjadi sebab jika bertolak dari Hadramaut, maka dengan perjalanan laut orang-orang Islam langsung sampai ke pantai barat Sumatera. Konflik kaum adat dengan kaum agama dalam Perang Paderi terjadi setelah pengaruh Islam lewat jalur ini.
Jalur Selatan pangkalnya di wilayah Mesir. Saat itu Kairo merupakan pusat penyiaran agama Islam modern dan Indonesia memperoleh pengaruhnya dalam organisasi keagamaan Muhammadiyah. Kegiatan lewat jalur ini terutama pendidikan, dakwah, dan penentangan bid’ah.
Petunjuk tegas munculnya Islam pertama di nusantara adalah nisan Sultan Sulaiman bin Abdullah bin al-Basir yang wafat tahun 608H atau 1211 M, di pemakaman Lamreh, Sumatera bagian Utara. Nisan ini menunjukkan adanya kerajaan Islam pertama nusantara. Mazhab yang berkembang di wilayah Sumatera bagian Utara ini, menurut Ibnu Battuta (musafir Maroko) adalah Syafi’i.
Semakin signifikannya pengaruh Islam di nusantara ditandai berdirinya sejumlah kesultanan. Jean Gelman-Taylor mencatat di Ternate (Maluku) penguasanya melakukan konversi ke Islam tahun 1460. Di Demak, penguasanya mendirikan kota muslim tahun 1470, sementara kota-kota pelabuhan di sekitarnya seperti Tuban, Gresik, dan Cirebon menyusul pada tahun 1500-an. Sekitar tahun 1515 pelabuhan Aceh memiliki penguasa Islam, disusul Madura pada 1528, Gorontalo 1525, Butung 1542. Tahun 1605 penguasa Luwuk, Tallo, dan Gowa (Sulawesi Selatan) masuk Islam dan 1611 semenanjung Sulawesi Selatan telah dikuasai penguasa Islam.
Pada perkembangannya, terjadi proses saling pengaruh antara Islam yang sudah terakulturasi dengan budaya lokal dengan Islam yang baru masuk dari wilayah Timur Tengah. Interaksi tersebut di kemudian hari mulai dirundung konflik penafsiran dan ini terutama semakin mengemuka di saat berkuasanya rezim Ibnu Saud yang menggunakan Wahhabi sebagai paham keislamannya pada awal abad ke-19. Tulisan ini tidak akan menyentuh bagaimana konflik yang berlangsung antara aneka tipologi Islam. Tulisan hanya menghampiri sejumlah pengaruh yang dibawa Islam ke dalam budaya-budaya yang berkembang di Indonesia.


B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan, maka penulis  mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
2.      Apa saja kerajaan – kerajaan Islam yang berada di Indonesia?
3.      Bagaimana wujud akulturasi kebudayaan Indonesia dan kebudayaan Islam?

C.   Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1.      Untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Kajian IPS SD
2.      Menjelaskanproses masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia
3.      Menjelaskankerajaan – kerajaan Islam yang berada di Indonesia
4.      Menjelaskan Wujud Akulturasi Kebudayaan Indonesia dan Kebudayaan Islam














BAB II
PEMBAHASAN


A.   Proses Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia
Kedatangan Islam di Indonesia, tidak dapat diketahui dengan pasti. Diperkirakan kedatangan yang pertama adalah di Aceh.Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya makam-makam raja Islam di Samudra (Aceh) misalnya Sultan Malik Al-Saleh pada abad 13 yang rajanya sudah bergelar “Sultan”. Berdasarkan catatan perjalanan Marco Polo, seorang Italia yang singgah di bagian Utara Aceh pada tahun 1292 sudah dijumpai penduduk yang memeluk agama Islam di Perlak (Peureula) dan banyak pula pedagang Islam dari India yang giat menyebarkan agama itu. Menurut Ma Huan yang datang ke Majapahit tahun 1413, bahwa ada 3 golongan penduduk Majapahit yaitu orang-orang Islam yang datang dari Barat, orang-orang Cina yang kebanyakan memeluk Islam dan selebihnya rakyat yang menyembah berhala.
Banyak pendapat para ahli yang mengemukakan tentang teori-teori masuknya Islam di Indonesia, diantaranya adalah :
1.      M.C. Ricklefs dari Australian National University menyebutkan 2 proses masuknyaIslam ke nusantara yaitu :
a.       Penduduk pribumi mengalami kontak dengan agama Islam dan kemudian menganutnya.
b.      Orang-orang asing (Arab, India, Cina) yang telah memeluk agama Islam tinggal secara tetap di suatu wilayah Indonesia, kawin dengan penduduk asli, dan mengikuti gaya hidup lokal sedemikian rupa sehingga mereka sudah menjadi orang Jawa, Melayu, atau suku lainnya.
2.      Teori lain seputar masuknya Islam dari Timur Tengah ke nusantara diajukan Supartono Widyosiswoyo. Menurutnya, penetrasi tersebut dapat digolongkan menjadi 3 golongan yaitu :
a.       Jalur Utara adalah proses masuknya Islam dari Persia dan Mesopotamia. Dari sana, Islam beranjak ke timur lewat jalur darat Afganistan, Pakistan, Gujarat, lalu menempuh jalur laut menuju Indonesia. Lewat Jalur Utara ini, Islam tampil dalam bentuk barunya yaitu aliran Tasawuf. Dalam aliran ini, Islam dikombinasikan dengan penguatan pengalaman personal dalam pendekatan diri terhadap Tuhan. Aliran inilah yang secara cepat masuk dan melakukan penetrasi penganut baru Islam di nusantara. Aceh merupakah salah satu basis persebaran Islam pada Jalur Utara ini.
b.      Jalur Tengah adalah proses masuknya Islam dari bagian barat lembah Sungai Yordan dan bagian timur semenanjung Arabia (Hadramaut). Dari sini Islam menyebar dalam bentuknya yang relatif asli, di antaranya adalah aliran Wahabi. Pengaruh terutama cukup mengena di wilayah Sumatera Barat. Ini dapat terjadi oleh sebab dari Hadramaut perjalanan laut dapat langsung sampai ke pantai barat pulau Sumatera.
c.        Jalur Selatan pangkalnya adalah di wilayah Mesir. Saat itu Kairo merupakan pusat penyiaran agama Islam yang modern dan Indonesia memperoleh pengaruh tertama dalam organisasi keagamaan yang disebut Muhammadiyah. Kegiatan lewat jalur ini terutama pendidikan, dakwah, dan penentangan bid’ah.
3.      Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori Persia. Ketiga teori tersebut di atas memberikan jawaban tentang permasalahan waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau pembawa agama Islam ke Nusantara.
a.       Teori Gujarat
Teori ini berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang menyebarkan ajaran Islam.

b.      Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu teori Gujarat.Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.
c.        Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Selain itu, ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke-7 dan mengalami perkembangannya pada abad ke-13.Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India). Proses masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia pada dasarnya dilakukan dengan melalui beberapa jalur/saluran yaitu melalui perdagangan seperti yang dilakukan oleh pedagang Arab, Persia dan Gujarat. Pedagang tersebut berinteraksi/bergaul dengan masyarakat Indonesia.Pada kesempatan itu dipergunakan untuk menyebarkan ajaran Islam.Selanjutnya diantara pedagang tersebut ada yang terus menetap, atau mendirikan perkampungan, seperti pedagang Gujarat mendirikan perkampungan Pekojan. Dengan adanya perkampungan pedagang, maka interaksi semakin sering bahkan ada yang sampai menikah dengan wanita Indonesia, sehingga proses penyebaran Islam semakin cepat berkembang.
Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubaliqh yang menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren.Islam juga disebarkan melalui kesenian, misalnya melalui pertunjukkan seni gamelan ataupun wayang kulit.Dengan demikian Islam semakin cepat berkembang dan mudah diterima oleh rakyat Indonesia.
Proses penyebaran Islam di Indonesia atau proses Islamisasi tidak terlepas dari peranan para pedagang, mubaliqh/ulama, raja, bangsawan atau para adipati. Di pulau Jawa, peranan mubaliqh dan ulama tergabung dalam kelompok para wali yang dikenal dengan sebutan Walisongo atau wali sembilan yang terdiri dari:
1.      Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Syeikh Maghribi menyebarkan Islam di Jawa Timur.
2.      Sunan Ampel dengan nama asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di daerah Ampel Surabaya.
3.      Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel memiliki nama asli Maulana Makdum Ibrahim, menyebarkan Islam di Bonang (Tuban).
4.      Sunan Drajat juga putra dari Sunan Ampel nama aslinya adalah Syarifuddin, menyebarkan Islam di daerah Gresik/Sedayu.
5.      Sunan Giri nama aslinya Raden Paku menyebarkan Islam di daerah Bukit Giri (Gresik)
6.      Sunan Kudus nama aslinya Syeikh Ja’far Shodik menyebarkan ajaran Islam di daerah Kudus.
7.      Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Mas Syahid atau R. Setya menyebarkan ajaran Islam di daerah Demak.
8.      Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar Syaid menyebarkan islamnya di daerah Gunung Muria.
9.      Sunan Gunung Jati nama aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan Islam di Jawa Barat (Cirebon)
Demikian sembilan wali yang sangat terkenal di pulau Jawa, Masyarakat Jawa sebagian memandang para wali memiliki kesempurnaan hidup dan selalu dekat dengan Allah, sehingga dikenal dengan sebutan Waliullah yang artinya orang yang dikasihi Allah.
B.   Kerajaan – Kerajaan Islam di Indonesia
1.      Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Malik Al-saleh dan sekaligus sebagai raja pertama pada abad ke-13.Kerajaan Samudera Pasai terletak di sebelah utara Perlak di daerah Lhok Semawe sekarang (pantai timur Aceh).Sebagai sebuah kerajaan, raja silih berganti memerintah di Samudra Pasai.Raja-raja yang pernah memerintah Samudra Pasai adalah seperti berikut.
(1)   Sultan Malik Al-saleh berusaha meletakkan dasar-dasar kekuasaan Islam dan berusaha mengembangkan kerajaannya antara lain melalui perdagangan dan memperkuat angkatan perang. Samudra Pasai berkembang menjadi negara maritim yang kuat di Selat Malaka.
(2)   Sultan Muhammad (Sultan Malik al Tahir I) yang memerintah sejak 1297-1326. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Perlak kemudian disatukan dengan Kerajaan Samudra Pasai.
(3)   Sultan Malik al Tahir II (1326 – 1348 M). Raja yang bernama asli Ahmad ini sangat teguh memegang ajaran Islam dan aktif menyiarkan Islam ke negeri-negeri sekitarnya. Akibatnya, Samudra Pasai berkembang sebagai pusat penyebaran Islam. Pada masa pemerintahannya, Samudra Pasai memiliki armada laut yang kuat sehingga para pedagang merasa aman singgah dan berdagang di sekitar Samudra Pasai. Namun, setelah muncul Kerajaan Malaka, Samudra Pasai mulai memudar. Pada tahun 1522 Samudra Pasai diduduki oleh Portugis. Keberadaan Samudra Pasai sebagai kerajaan maritim digantikan oleh Kerajaan Aceh yang muncul kemudian.
Catatan lain mengenai kerajaan ini dapat diketahui dari tulisan Ibnu Battuta, seorang pengelana dari Maroko. Menurut Battuta, pada tahun 1345, Samudera Pasai merupakan kerajaan dagang yang makmur. Banyak pedagang dari Jawa, Cina, dan India yang datang ke sana. Hal ini mengingat letak Samudera Pasai yang strategis di Selat Malaka.Mata uangnya uang emas yang disebur deureuham (dirham).
Di bidang agama, Samudera Pasai menjadi pusat studi Islam.Kerajaan ini menyiarkan Islam sampai ke Minangkabau, Jambi, Malaka, Jawa, bahkan ke Thailand.Dari Kerajaan Samudra Pasai inilah kader-kader Islam dipersiapkan untuk mengembangkan Islam ke berbagai daerah.Salah satunya ialah Fatahillah.Ia adalah putra Pasai yang kemudian menjadi panglima di Demak kemudian menjadi penguasa di Banten.
2.      Kerajaan Malaka
Pada awal abad 15, lahir pusat perdagangan dan kegiatan Islam yang baru di Malaka. Rajanya yang pertama adalah Paramisora (Pangeran Majapahit dari Blambangan) yang kemudian sebelum meninggal ia masuk Islam dan berganti nama menjadi Iskandar Syah. Ia kemudian digantikan oleh anaknya yaitu Muhammad Iskandar Syah. Raja dan rakyat Malaka memeluk agama Islam dan menjalankan ibadat dengan setia.
Malaka sebelumnya hanyalah kota kecil, namun dibawah pemerintahan Sultan Mudzafar Syah (1445 – 1458) Malaka menjadi pusat perdagangan antara timur dan barat. Malaka mencapai puncak kebesarannya di bawah Sultan Mansur Syah (1458 – 1477) dan dilanjutkan oleh Sultan Alaudin Syah (1477 – 1488).Namun Malaka mengalami kemunduran ketika pemerintahan Sultan Mahmud Syah (1488 – 1511).Kejayaan Malaka berakhir ketika orang – orang Portugis berhasil mengalahkan Malaka pada tahun 1511.Malaka berjasa dalam mengislamkan daerah – daerah Kampar, Indragiri, dan Riau.
3.      Kerajaan Aceh
Masa kejayaan Aceh dibawah pemerintahan Sultan Iskandar muda (1607- 1636). Dengan armadanya yang besar dan kuat ia dapat menguasai separuh samudera. Ia kemudian digantikan oleh menantunya Iskandar Tani yang membawa kemajuan bagi Aceh. Ketika ia wafat (1641) kerajaan Aceh menjaadi menurun karena adanya perselisihan di kalangan sendiri dan karena Belanda berhasil merebut Malaka dari tangan Portugis pada tahun 1641.
4.      Kerajaan Demak
Pada akhir abad 15, Raden Patah, murid Sunan Bonang memaklumatkan berdirinya Kerajaan Islam Demak, lepas dari Kerajaan Majapahit. Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa. Raden Patah diakui sebagai raja pertama Demak dan mendapat gelar Sultan.

Raden Patah wafat pada tahun 1518, digantikan oleh Muhammad Yunus yang juga dikenal dengan nama Pati Unus atau pangeran Sabrang Lor. Ia mendapat gelar Sultan Demak II.

Pati Unus digantikan oleh pangeran Trenggono. Pada masa pemerintahannya, datanglah Syekh Nurullah atau Fatahillah dari Pasai. Kemudian, Nurullah diangkat menjadi panglima perang dan dinikahkan dengan adik perempuan Pangeran Trenggono.

Karena ancaman Portugis yang bersifat ekonomi dan agama, Demak meluaskan wilayah kekuasaannya ke barat maupun ke timur di bawah pimpinan Fatahillah. Fatahillah berhasil menghancurkan benteng pertahanan Portugis. Fatahillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta pada tanggal 22 Juni 1927. Sultan Trenggono wafat dalam pertempuran di Pasuruan. Demak mengalami masa kejayaan pada masa kekuasaan Sultan Trenggono.
5.      Kerajaan Pajang (1568 – 1586)
Joko Tingkir merupakan raja pertama dari Kerajaan Pajang.Ia mendapatkan pengakuan dari Adipati di seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur. Setelah Joko Tingkir wafat pada 1582 ia digantikan oleh anaknya Pangeran Benowo, namun ia disingkirkan oleh Pangeran Pangiri (Adipati dari Demak) yang kemudian menjadi Sultan Pajang. Pangeran Benowo meminta bantuan kepada Senapati Sutowijoyo dari Mataram Putra Kyai Ageng Pamanahan (Kyai Ageng Mataram).Arya Pangiri kemudian mengakui kekuasaan Senapati. Oleh Senapati, kerajaan Pajang dipindahkan ke Mataram pada tahun 1586. Dengan demikian berakhirlah riwayat Pajang dan mulai menjadi kerajaan Mataram Islam.
6.      Kerajaan Mataram
Senapati adalah raja Mataram yang menundukkan daerah – daerah di Jawa Tengah, Timur, dan sebagian Barat seperti Cirebon dan Galuh pada tahun1596.Kerajaan Mataram mengalami zaman kejayaan pada masa pemerintahan Raden Rangsang (1613 – 1645) yang terkenal dengan nama Sultan Agung. Di bawah pemerintahannya, Mataram menjadi kerajaan yang dihormati dan disegani, baik di pulau Jawa maupun pulau – pulau lainnya

7.      Kerajaan Cirebon
Kerajaan yang terletak di perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah didirikan oleh salah seorang anggota Walisongo, Sunan Gunung Jati dengan gelar Syarif Hidayatullah.
Syarif Hidayatullah membawa kemajuan bagi Cirebon.Ketika Demak mengirimkan pasukannya di bawah Fatahilah (Faletehan) untuk menyerang Portugis di Sunda Kelapa, Syarif Hidayatullah memberikan bantuan sepenuhnya.Bahkan pada tahun 1524, Fatahillah diambil menantu oleh Syarif Hidayatullah.Setelah Fatahillah berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa, Syarif Hidayatullah meminta Fatahillah untuk menjadi Bupati di Jayakarta.
Syarif Hidayatullah kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Pangeran Pasarean.Inilah raja yang menurunkan raja-raja Cirebon selanjutnya.Pada tahun 1679, Cirebon terpaksa dibagi dua, yaitu Kasepuhan dan Kanoman.Dengan politik de vide at impera yang dilancarkan Belanda yang pada saat itu sudah berpengaruh di Cirebon, kasultanan Kanoman dibagi dua menjadi Kasultanan Kanoman dan Kacirebonan. Dengan demikian, kekuasaan Cirebon terbagi menjadi 3, yakni Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan.Cirebon berhasil dikuasai VOC pada akhir abad ke-17.
8.      Kerajaan Banten

Fatahillah memerintah Banten tahun 1552, ia pindah ke Cirebon karena putranya, Pangeran Pasarean yang memimpin Cirebon wafat. Sedangkan Banten diserahkan kepada putranya, Hasanudin.

Sultan Hasanudin wafat tahun 1570, digantikan dengan putranya, Yusuf. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Hindu Pajajaran dapat ditaklukkan dan penyebaran agama Islam sampai ke pelosok pedalaman. Pangeran Yusuf wafat pada tahun 1580 dan digantikan oleh putranya yang masih muda yakni Maulana Muhammad.
9.      Kerajaan Gowa-Tallo

Kerajaan yang terletak di Sulawesi Selatan sebenarnya terdiri atas dua kerajaan yakni Gowa dan Tallo. Kedua kerajaan ini kemudian bersatu. Raja Gowa, Daeng Manrabia, menjadi raja bergelar Sultan Alauddin dan Raja Tallo, Karaeng Mantoaya, menjadi perdana menteri bergelar Sultan Abdullah. Karena pusat pemerintahannya terdapat di Makassar, Kerajaan Gowa dan Tallo sering disebut sebagai Kerajaan Makassar. Karena posisinya yang strategis di antara wilayah barat dan timur Nusantara, Kerajaan Gowa dan Tallo menjadi bandar utama untuk memasuki Indonesia Timur yang kaya rempah-rempah.

10.  Kerajaan Ternate dan Tidore

Ternate merupakan kerajaan Islam di timur yang berdiri pada abad ke-13 dengan raja Zainal Abidin (1486-1500). Zainal Abidin adalah murid dari Sunan Giri di Kerajaan Demak. Kerajaan Tidore berdiri di pulau lainnya dengan Sultan Mansur sebagai raja. Kerajaan yang terletak di Indonesia Timur menjadi incaran para pedagang karena Maluku kaya akan rempah-rempah. Kerajaan Ternate cepat berkembang berkat hasil rempah-rempah, terutama cengkih.

Ternate dan Tidore hidup berdampingan secara damai. Namun, kedamaian itu tidak berlangsung selamanya. Setelah Portugis dan Spanyol datang ke Maluku, kedua kerajaan berhasil diadu domba. Akibatnya, antara kedua kerajaan tersebut terjadi persaingan. Portugis yang masuk Maluku pada tahun 1512 menjadikan Ternate sebagai sekutunya dengan membangun benteng Sao Paulo. Spanyol yang masuk Maluku pada tahun 1521 menjadikan Tidore sebagai sekutunya.

Setelah sadar bahwa mereka diadu domba, hubungan kedua kerajaan membaik kembali. Sultan Khairun kemudian digantikan oleh Sultan Babullah (1570-1583). Pada masa pemerintahannya, Portugis berhasil diusir dari Ternate. Keberhasilan itu tidak terlepas dari bantuan Sultan Tidore. Sultan Khairun juga berhasil memperluas daerah kekuasaan Ternate sampai ke Filipina
C.Wujud Akulturasi Kebudayaan Indonesia dan Kebudayaan Islam
Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha. Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya dua atau lebih kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia.
Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia.
1. Seni Bangunan
Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid, makam, istana. Masjid adalah tempat ibadahnya orang Islam. Di Indonesia, istilah masjid biasanya menunjuk pada tempat untuk menyelenggarakan shalat jumat.Masjid di Indonesia pada zaman madya biasanya mempunyai ciri khas tersendiri, diantaranya :
  1. Atapnya berbentuk “atap tumpang” yaitu atap bersusun. Jumlah atap tumpang itu selalu ganjil, 3 atau 5 seperti di Jawa dan Bali pada masa Hindu.
  2. Tidak adanya menara. Pada masa itu masjid yang mempunyai menara hanya masjid Banten dan masjid Kudus.
  3. Biasanya masjid dibuat dekat istana, berada di sebelah utara atau selatan. Biasanya didirikan di tepi barat alun-alun. Letak masjid ini melambangkan bersatunya rakyat dan raja sesama makhluk Allah. Selain di alun-alun, masjid juga dibangun di tempat-tempat keramat, yaitu makam wali, raja atau ahli agama.
Bentuk perkembangannya sesuai dengan perkembangan zaman. Sekarang kebanyakan masjid atasnya berbentuk kubah dan ada menara, ini merupakan pengaruh dari Timur tengah dan India.
Ciri-ciri dari wujud akulturasi pada bangunan makam terlihat dari:
1.      makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang keramat.
2.      makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing, nisannya juga terbuat dari batu.
3.      di atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup atau kubba.
4.      dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara makam dengan makam atau kelompok-kelompok makam. Bentuk gapura tersebut ada yang berbentuk kori agung (beratap dan berpintu) dan ada yang berbentuk candi bentar (tidak beratap dan tidak berpintu).
5.      Di dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan biasanya makam tersebut adalah makam para wali atau raja. Contohnya masjid makam Sendang Duwur seperti yang tampak pada gambar 1.2. tersebut.
2. Seni Rupa
Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Seni ukir relief yang menghias Masjid, makam Islam berupa suluran tumbuh-tumbuhan namun terjadi pula Sinkretisme (hasil perpaduan dua aliran seni logam), agar didapat keserasian.Akan tetapi ada juga lukisan yang distilir / disamarkan, misalnya ukiran yang ada di Masjid Mantingan Jepara.
3. Aksara dan Seni Sastra
Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab Melayu atau biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tanda-tanda a, i, u seperti lazimnya tulisan Arab. Di samping itu juga, huruf Arab berkembang menjadi seni kaligrafi yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran.
Sedangkan dalam seni sastra yang berkembang pada awal periode Islam adalah seni sastra yang berasal dari perpaduan sastra pengaruh Hindu – Budha dan sastra Islam yang banyak mendapat pengaruh Persia.
Dengan demikian wujud akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat dari tulisan/aksara yang dipergunakan yaitu menggunakan huruf Arab Melayu (Arab Gundul) dan isi ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra yang berkembang pada jaman Hindu.
Bentuk seni sastra yang berkembang adalah:
a.       Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran (karangan bebas atau prosa). Contoh hikayat yang terkenal yaitu Hikayat 1001 Malam, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Pandawa Lima (Hindu), Hikayat Sri Rama (Hindu).
b.      Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton sering dianggap sebagai peristiwa sejarah contohnya Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.
c.       Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya Suluk Sukarsa, Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang dan sebagainya.
d.      Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan Suluk karena berbentuk kitab yang berisi ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari baik/buruk.
Bentuk seni sastra tersebut di atas, banyak berkembang di Melayu dan Pulau Jawa.
Kedatangan Islam ke Indonesia membawa pengaruh cukup besar bagi kebudayaan Indonesia. Tetapi bukan berarti menghapus semua yang ada sebelumnya. Misalnya, kesenian wayang yang telah ada sebelum kedatangan Islam. Bahkan wayang ini digunakan para wali untuk menyebarkan agama Islam.
4. Sistem Pemerintahan
Dalam pemerintahan, sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang bercorak Hindu ataupun Budha. Tetapi setelah Islam masuk, maka kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu/Budha mengalami keruntuhannya dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka dan sebagainya.
Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan sepertihalnya para wali dan apabila rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan dicandi/dicandikan tetapi dimakamkan secara Islam.
5. Sistem Kalender
Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah mengenal Kalender Saka (kalender Hindu) yang dimulai tahun 78M. Dalam kalender Saka ini ditemukan nama-nama pasaran hari seperti legi, pahing, pon, wage dan kliwon. Setelah berkembangnya Islam Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa, dengan menggunakan perhitungan peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam).
Nama-nama bulan yang digunakan adalah 12, sama dengan penanggalan Hijriyah (versi Islam). Demikian pula, nama-nama bulan mengacu pada bahasa bulan Arab yaitu Sura (Muharram), Sapar (Safar), Mulud (Rabi’ul Awal), Bakda Mulud (Rabi’ul Akhir), Jumadilawal (Jumadil Awal), Jumadilakir (Jumadil Akhir), Rejeb (Rajab), Ruwah (Sya’ban), Pasa (Ramadhan), Sawal (Syawal), Sela (Dzulqaidah), dan Besar (Dzulhijjah). Namun, penanggalan hariannya tetap mengikuti penanggalan Saka karena penanggalan harian Saka saat itu paling banyak digunakan penduduk Kalender Sultan Agung tersebut dimulai tanggal 1 Syuro 1555 Jawa, atau tepatnya 1 Muharram 1053 H yang bertepatan tanggal 8 Agustus 1633 M.

BAB III
PENUTUP

A.   Simpulan
Kedatangan Islam di Indonesia diperkirakan pada penghujung abad 13 dengan ditemukannya makam – makam raja di Aceh yang bergelar Sultan, misalnya Sultan Malik Al – Saleh. Terdapat teori – teori masuknya Islam di Indonesia :
1.    M.C. Ricklefs dari Australian National University menyebutkan 2 proses masuknyaIslam ke nusantara yaitu :
-          Penduduk pribumi mengalami kontak dengan agama Islam dan kemudian menganutnya.
-          Orang-orang asing (Arab, India, Cina) yang telah memeluk agama Islam tinggal secara tetap di suatu wilayah Indonesia.
2.    Supartono Widyosiswoyo. Menurutnya, penetrasi tersebut dapat digolongkan menjadi 3 golongan yaitu :
-          Jalur Utara
-          Jalur Tengah
-          Jalur Selatan
3.    Menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori Persia.
Kerajaan – kerajaan Islam di Indonesia
1.      Kerajaan Samudera Pasai
2.      Kerajaan Aceh
3.      Kerajaan Malaka
4.      Kerajaan Demak
5.      Kerajaan Pajang
6.      Kerajaan Mataram
7.      Kerajaan Cirebon
8.      Kerajaan Banten
9.      Kerajaan Gowa-Tallo
10.  Kerajaan Ternate dan Tidore
Wujud Akulturasi Kebudayaan Indonesia dan Kebudayaan Islam
Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha. Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya dua atau lebih kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia.
Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia.
B.   Saran
Melalui pembelajaran Kajian IPS berjudul Pengaruh Kebudayaan Islam di Indonesia, alangkah baiknya kita dapat memahami dan mengetahui khasanah budaya Islam yang ada Indonesia. Sebab Islam masuk ke Indonesia dengan cara damai tanpa paksaan. Apalagi mayoritas bangsa Indonesia memeluk agama Islam.Sudah menjadi kewajiban kita para generasi muda untuk melestarikan berbagai budaya Islam di Indonesia.


KEPUSTAKAAN

Samlawi, Faqih dan Benyamin Maftuh. 2001. Konsep Dasar IPS. Bandung:CV.Maulana


0 komentar:

Posting Komentar

 
;