Sabtu, 20 September 2014

Makalah Kaidah-kaidah Umum perkembangan Individual Anak



KAIDAH – KAIDAH UMUM PERKEMBANGAN INDIVIDUAL ANAK


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi yang mempunyai suatu tujuan. Guru dan anak didiklah yang harus menggerakkannya. Interaksi yang bertujuan itu disebabkan oleh guru yang menggunakannya dengan menciptakan lingkungan yang bernilai edukatif demi kepentingan anak didik dalam belajar. Guru berusaha menjadi pembimbing yang baik dengan peran yang arif dan bijaksana, sehingga tercipta hubungan dua arah yang harmonis antara guru dengan anak didiknya.
Ketika kegiatan belajar mengajar itu  berproses, guru harus dengan ikhlas bersikap dan berbuat, serta mau memahami anak didiknya dengan segala konsekuensinya. Semua kendala yang terjadi dan dapat menjadi penghambat proses belajar mengajar, baik dari dalam diri anak didik maupun dari luar  harus guru atasi dan hilangkan bukan membiarkannya. Karena keberhasilan belajar mengajar lebih banyak ditentukan oleh guru yang ada dalam kelas.
Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, tidak sembarangan yang berdampak akan merugikan anak dididk. Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang digunakan guru dalam memberikan pengajaran.
Guru yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak didik lainnya, akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Sebaiknya guru memandang anak didik sebagai individu yang mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing agar mudah dalam melakukan pendekatan dalam pengajaran.


B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan, maka penulis  mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan kaidah – kaidah perkembangan individu atau anak?
2.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan?
3.      Bagaimana Tahapan Perkembangan Individu
4.      Bagaimana isi dari hukum perkembangan?
C.   Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1.      Untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Psikologi Perkembangan
2.      Menjelaskan kaidah – kaidah perkembangan individu atau anak
3.      Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
4.      Menjelaskan tahapan perkembangan Individu
5.      Menjelaskan isi dari hukum perkembangan















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kaidah – kaidah umum perkembangan individu atau anak

Masa – masa perkembangan anak
            Pengaruh lingkungan semakin kompleks, pergaulan sosial semakin berkembang sehingga anak mengalami masa transisi yang menyulitkan bukan saja bagi bunda sebagai orang tua melainkan dirinya sendiri juga mengalami hal – hal sulit dan membingungkan.

Remaja dan masa akunya
            Ibu sebgai orang tua tidak dapat lagi dijadikan pegangan sehingga anak dihadapkan pada dua sisi berbeda yaitu di satu sisi masih anak – anak namun di sisi lain harus bertingkah seperti orang dewasa. Masa remaja dikenal juga masa negatif yang ketiga adalah masa pertentangan karena anak memiliki perbedaan pendapat dan pandangan terhadap nilai – nilai terhadap bunda sebagai orang tua.
Permulaan perkembangan masa remaja ditandai dengan :
a.       Kematangan seksualnya, dalam arti organ – organ seksual mulai berfungsi sepenuhnya.
b.      Perkembangan badan bertambah tinggi dengan cepat.
c.       Pada remaja putri ditandai dengan menstruasi pertama
d.      Pada remaja putra ditandai dengan mimpi basah
e.       Adanya perubahan sekunder secara umum pada fisik baik remaja putra maupun putri.
Menghadapi sikap para remaja yang berada pada masa transisi seperti itu maka bunda sebagai orang tua :
·         Dengan bijaksana mulai melepaskan sedikit demi sedikit control pada anak agar nantinya dapat tumbuh menjadi orang yang mandiri.
·         Mau mempertahankan otoritasnya, meskipun anak telah tumbuh dewasa namun pada hakekatnya tetap akan tergantung pada bunda sebagai orang tuanya.
B.     Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
       Pola perkembangan dapat dipengaruhi oleh keadaan atau kondisi di dalam diri si anak itu sendiri, ataupun oleh keadaan atau kondisi di luar si anak. Perkembangan tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor saja, melainkan dari banyak faktor yang saling berhubungan dan saling bergantung. Berikut adalah beberapa faktor yang berasal dari dalam individu :
v  Intelegensi
Faktor ini merupakan faktor yang terpenting dalam mempengaruhi perkembangan si anak. Jika intelegensi tinggi akan perkembangan akan berjalan cepat, dan jika intelegensi rendah akan mengakibatkan keterlambatan atau keterbelakangan perkembangan. Sebagai contohnya adalah anak-anak yang cerdas dapat mulai berjalan pada usia 13 bulan, sedangkan anak yang memiliki kecerdasan rata-rata atau sedang pada usia 14 bulan.
v  Sex
Jenis kelamin memainkan peranan yang cukup penting dalam perkembangan fisik dan mental si anak. Hal ini tampak jelas dalam perbedaan tempo pertumbuhan fisik. Ketika lahir, anak laki-laki sedikit lebih besar dari anak perempuan, akan tetapi anak perempuan tumbuh lebih cepat dan cepat pula mencapai kematangan daripada anak laki-laki. Selain itu, anak perempuan juga lebih cepat mencapai kematangan seksual dan kesempurnaan tubuhnya,dan pertumbuhan mental ketimbang anak laki-laki.
v  Kelenjar sekresi internal
Kelenjar ini mempengaruhi perkembangan fisik dan mental pada anak baik pada masa pranatal maupun pada masa postnatal. Sebagaaai contohnya jika kekurangan thyroxin yang dihasilkan oleh kelenjar thyroid dalam masa pertumbuhan dapat menghambat perkembangan fisik ddan mental anak. Kelenjar thymus (terletak di dada) yang terlalu aktif akan menghambat perkembangan yang normal dan membuat si anak baik fisik maupun mental tetap di dalam keadaan kekanak-kanakan dalam waktu yang lama.
Sedangkan faktor yang mempengaruhi perkembangan yanng berasal dari luar individu :
1. Gizi
Makanan yang bergizi pada tahun-tahun pertama dari kehidupan anak sangat penting karena sangat dibutuhkan pada perkembangannya. Makanan yang penuh vitamin diperlukan oleh tubuh si anak agar dia mengalami perkembangan yang normal.
2. Udara segar dan cahaya matahari
Meskipun faktor ini masih disangsikan apakah mempengaruhi perkembangan mental si anak, tapi dapat dilihat di sini terdapat perbedaan antara anak yang berada di lingkungan yang baik dengan anak yang berada di lingkungan yanng kurang baik. Ini dapat dilihat pada masa mudanya yang mendapatkan udara yang segar dan cahaya matahari yang cukup atau tidak.
3. Luka dan penyakit
Luka seperti luka pada kepala, keracunan obat-obatan, penyakit keras akan menghambat perkembangan anak sampai batas-batas tertentu.

4. Ras
Adanya perbedaan perkembangan pada anak yang tinggal di daerah Mediteranian dengan anak yang tinggal di Eropa Utara. Anak yang tinggal di Mediteranian akan lebih cepat matang secara fisik daripada anak yang di Eropa Utara.
5. Kebudayaan
Karakteristik perkembangan anak adalah sama dimanapun ia berada. Faktor kebudayaaan hanya memberi warna aatau variasi pada dasar tingkah lakua anak.
6. Kedudukan dalam keluarga
Kedudukan anak dalam keluarga akan lebih banyak mempengaruhi perkembangannya melalui faktor lingkungan daripada faktor yang dibawa laahir. Misalnya saja anak kedua, ketiga, keempat di dalam keluarga umumnya berkembang lebih cepat daripada anak pertama. Hal ini tidak disebabkan oleh tingkat intelegensinya, tetapi karena anak kedua,ketigaa dan keempat dapat belajar dari meniru dari saaudara-saudara yang lebih tua atau dewasa darinya. Sedangkan anak bungsu, cenderung lebih lambat dalam perkembangan karena dia dimanjakan dan kurang intensif mengembangkan kesanggupan-kesanggupan yang dimilikinya.



C.     Tahapan Perkembangan Individu
Dengan merujuk pada pemikiran Syamsu Yusuf (2003), di bawah ini dikemukakan tahapan perkembangan individu dengan menggunakan pendekatan didaktis  :
1.      Masa Usia Pra Sekolah
Masa Usia Pra Sekolah terbagi dua yaitu Masa Vital dan Masa Estetik :
a.       Masa Vital; pada masa ini individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya. Untuk masa belajar pada tahun pertama dalam kehidupan individu , Freud menyebutnya sebagai masa oral (mulut), karena mulut dipandang sebagai sumber kenikmatan dan merupakan alat untuk melakukan eksplorasi dan belajar.Pada tahun kedua anak belajar berjalan sehingga anak belajar menguasai ruang, mulai dari yang paling dekat sampai dengan ruang yang jauh. Pada tahun kedua umunya terjadi pembiasaan terhadap kebersihan. Melalui latihan kebersihan, anak belajar mengendalikan impuls-impuls atau dorongan-dorongan yang datang dari dalam dirinya. 
b.      Masa Estetik; dianggap sebagai masa perkembangan rasa keindahan. Anak bereksplorasi dan belajar  melalui panca inderanya. Pada masa ini panca indera masih sangat peka.

2.      Masa Usia Sekolah Dasar
Masa Usia  Sekolah Dasar disebut juga masa intelektual, atau masa keserasian bersekolah pada umur 6-7 tahun anak dianggap sudah matang untuk memasuki sekolah. Masa Usia Sekolah Dasar terbagi dua, yaitu  masa kelas-kelas rendah dan masa kelas tinggi.
Ciri-ciri  pada masa kelas-kelas rendah(6 – 10 tahun)  :
  1. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi
  2. Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan tradisional.
  3. Adanya kecenderungan memuji diri sendiri
  4. Membandingkan dirinya dengan anak yang lain
  5. Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting.
  6. Pada masa ini (terutama usia 6 – 8 tahun) anak menghendaki nilai angka rapor yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
Ciri-ciri  pada masa kelas-kelas tinggi ( 9 – 13 tahun) :
  1. Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret
  2. Amat realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar
  3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus  sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus
  4. Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya
  5. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat mengenai  prestasi sekolahnya.
  6. Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam permainan itu mereka tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional (yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri.
3.       Masa Usia Sekolah Menegah
Masa usia sekolah menengah bertepatan dengan masa remaja, yang terbagai ke dalam 3 bagian yaitu :
  1. masa remaja awal; biasanya ditandai dengan sifat-sifat negatif, dalam jasmani dan mental, prestasi, serta sikap sosial,
  2. masa remaja; pada masa ini mulai tumbuh dorongan untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya. Pada masa ini  sebagai masa mencari sesuatu yang dipandang  bernilai, pantas dijunjung dan dipuja.
  3. masa remaja akhir; setelah remaja dapat menentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya telah tercapai masa remaja akhir dan telah terpenuhi tugas-tugas perkembangan pada masa remaja, yang akan memberikan dasar bagi memasuki masa berikutnya yaitu masa dewasa.
4.      Masa Usia Kemahasiswaan (18 – 25 tahun)
Masa ini dapat digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal atau dewasa madya, yang intinya pada masa ini merupakan pemantapan pendirian hidup.
Aspek- Aspek Perkembangan Individu
a.      Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik individu mencakup aspek-aspek :
  1. Perkembangan anatomis; adanya perubahan kuantitatif pada struktur tulang, indeks tinggi dan berat badan, proporsi tinggi kepala dengan tinggi garis keajegan badan secara secara keseluruhan.
  2. Perkembangan fisiologis; ditandai dengan adanya perubahan secara kualitatif, kuantitaif dan fungsional dari sistem kerja biologis, seperti konstraksi otot-otot, peredaran darah dan pernafasan, persyarafan, sekresi kelenjar dan pencernaan.
Laju perkembangan berjalan secara berirama, pada masa bayi dan kanak-kanak perubahan fisik sangat pesat, pada usia sekolah menjadi lambat, mulai masa remaja terjadi amat mencolok. Kemudian, pada permulaan masa remaja akhir bagi wanita dan penghujung masa remaja akhir bagi pria, laju per- kembangan menurun sangat lambat bahkan menjadi mapan.
b.      Perkembangan Perilaku Psikomotorik
Perkembangan psikomotorik  memerlukan adanya koordinasi fungsional antara neuronmuscular system (sistem syaraf dan otot) dan fungsi psikis (kognitif, afektif, konatif).
Dua prinsip utama dalam perkembangan psikomotorik, yaitu :
v  bahwa perkembangan itu berlangsung dari yang sederhana kepada yang kompleks,
v  dari yang kasar dan global (gross bodily movements) kepada yang halus dan spesifik dan terkoordinasikan (finely coordinated movements).
Loree dalam Abin Syamsuddin (2003) mengatakan bahwa ada dua macam perilaku psikomotorik utama yang bersifat universal harus dikuasai  oleh setiap individu pada masa bayi atau masa kanak-kanak yaitu berjalan (walking) dan  memegang benda (prehension). Kedua jenis keterampilan ini menjadi dasar bagi perkembangan keterampilan yang lebih kompleks untuk bermain (playing) dan bekerja (working).
c.       Perkembangan Bahasa
Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan yang membedakan antara manusia dengan hewan. Melalui bahasa, manusia, mengkodifikasikan, mencatat, menyimpan, mengekspresikan dan mengkomunikasikan berbagai informasi, baik dalam bentuk lisan,  tulisan, gambar, lukisan gerak – gerik, dan mimik serta simbol ekspresif lainnya. Perkembangan bahasa dimulai dengan masa meraban, bicara monolog, haus nama-nama, gemar bertanya yang tidak selalu harus dijawab, membuat kalimat sederhana, dan bahasa ekspresif dengan belajar menulis, membaca dan menggambar permulaan.
d.      Perkembangan Perilaku Kognitif
Dengan menggunakan hasil pengukuran tes inteligensi yang mencakup General Information and Verbal Analogies, Jones dan Conrad (Loree,1970) menunjukkan bahwa laju perkembangan inteligensi berlangsung sangat pesat sampai masa remaja, setelah itu kepesatannya berangsur menurun.
Puncak perkembangan pada umumnya tercapai di penghujung masa remaja akhir. Perubahan-perubahan amat tipis sampai usia 50 tahun, dan setelah itu terjadi plateau (mapan) sampai dengan usia 60 tahun selanjutnya berangsur menurun.
Dengan berpatokan kepada hasil tes IQ, Bloom (1964)  mengungkapkan prosentase taraf perkembangan sebagai berikut :
Usia
Perkembangan
1 tahun
Sekitar 20 %
4 tahun
Sekitar 50 %
8 tahun
Sekitar 80 %
13 tahun
Sekitar 92 %
Secara kualitatif perkembangan perilaku kognitif diungkapkan oleh Piaget,  sebagai berikut :
§  Tahap Sensori-Motor (0-2)
Inteligensi sensori-motor  dipandang sebagai inteligensi praktis (practical intelligence), yang berfaedah untuk belajar berbuat terhadap lingkungannya sebelum mampu berfikir mengenai apa yang sedang ia perbuat. Inteligensi  individu pada tahap ini masih bersifat primitif, namun merupakan inteligensi dasar yang amat berarti untuk menjadi fondasi tipe-tipe inteligensi tertentu yang akan dimiliki anak kelak. Sebelum usia 18 bulan, anak belum mengenal object permanence. Artinya, benda apapun  yang tidak ia lihat, tidak ia sentuh, atau tidak ia dengar dianggap tidak ada meskipun  sesungguhnya benda itu ada. Dalam rentang   18 – 24 bulan barulah kemampuan object permanence  anak tersebut muncul secara bertahap dan sistematis.

1.    Tahap Pra Operasional (2 – 7)
Pada tahap ini anak sudah  memiliki penguasaan sempurna tentang object permanence. Artinya, anak tersebut sudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya suatu benda yang harus ada atau biasa ada, walaupun benda tersebut sudah ia tinggalkan atau sudah tak dilihat, didengar atau disentuh lagi. Jadi, pandangan terhadap eksistensi benda tersebut berbeda dengan pandangan pada periode sensori motor, yakni tidak bergantung lagi pada pengamatannya belaka. Pada periode ditandai oleh adanya egosentris serta pada periode ini memungkinkan anak untuk mengembangkan diferred-imitation,insight learning  dan kemampuan berbahasa, dengan menggunakan kata-kata yang benar serta mampu mengekspresikan kalimat-kalimat pendek tetapi efektif.
2.      Tahap konkret-operasional (7-11)
Pada periode ditandai oleh adanya tambahan kemampuan yang disebut system of operation (satuan langkah berfikir) yang bermanfaat untuk mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam pemikirannya sendiri. Pada dasarnya perkembangan kognitif anak ditinjau dari karakteristiknya sudah sama dengan kemampuan kognitif orang dewasa. Namun masih ada keterbatasan kapasitas dalam mengkoordinasikan pemikirannya. Pada periode ini anak baru mampu berfikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret.
3.      Tahap formal-operasional (11 – dewasa)
Pada periode ini seorang remaja telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara simultan maupun berurutan  dua ragam kemampuan kognitif yaitu :
v  Kapasitas menggunakan hipotesis
Kemampuan berfikir mengenai sesuatu khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan yang dia respons dan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak.
v  Kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak
Kemampuan untuk mempelajari materi-materi pelajaran yang abstrak secara luas dan mendalam.
e.       Perkembangan Perilaku Sosial
Sejak individu dilahirkan ke muka bumi ini ia telah mulai belajar tentang keadaan lingkungan sosialnya. Pada awalnya, ia mempelajari segala yang terjadi dalam lingkungan keluarga. Ia mencoba meniru, mengidentifikasi dan mengamati segala sesuatu yang ditampilkan orang tua dan anggota keluarga lainnya. Selanjutnya ia mempelajari keadaan-keadaan di luar rumah, baik yang menyangkut nilai, norma, dan kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam masyarakat. Akhirnya, ia menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari masyrakat dan dituntut untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan masyarakat. Proses tersebut biasa disebut sosialisasi. Kagan (1972) mengartikan sosialisasi sebagai: “…the process by which the child is integrated into the society throgh exposure to the actions and opnions of older members of the society”. Sementara itu Gilmore (1974) mengemukakan bahwa “…socialization is the process whereby an individual is prepared or trainned to participate in his environment”.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sosialisasi pada intinya merupakan upaya mempersiapkan individu untuk dapat berperilaku sesuai dengan lingkungan sosialnya.
Krech et. al. (1962) mengemukan bahwa  untuk memahami perilaku sosial individu, dapat dilihat dari ciri-ciri respons interpersonalnya, yang dibagi ke dalam tiga kategori :
  1. Kecenderungan peranan (role disposition);  ciri-ciri respons interpersonal yang merujuk kepada tugas dan kewajiban dari posisi tertentu.
  2. Kecenderungan sosiometrik (sociometric disposition); ciri-ciri respons  interpersonal yang bertalian dengan kesukaan, kepercayaan terhadap individu lain.
  3. Kecenderungan ekspresif  (expressive disposition); ciri-ciri respons  interpersonal yang bertautan dengan ekspresi diri, dengan menampilkan kebiasaan-kebiasaan khasnya (particular fashion).
Sementara itu, Buhler (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan tahapan dan ciri-ciri perkembangan perilaku sosial individu sebagaimana dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tahap
Ciri-Ciri
Kanak-Kanak Awal ( 0 – 3 )
Subyektif
Segala sesuatu dilihat berdasarkan pandangan sendiri
Kritis I ( 3 – 4 )
Trozt Alter
Pembantah, keras kepala
Kanak – Kanak Akhir ( 4 – 6 )
Masa Subyektif Menuju
Masa Obyektif
Mulai bisa menyesuaikan diri dengan aturan
Anak Sekolah ( 6 – 12 )
Masa Obyektif
Membandingkan dengan aturan – aturan
Kritis II ( 12 – 13 )
Masa Pre Puber
Perilaku coba-coba, serba salah, ingin diuji
Remaja Awal ( 13 – 16 )
Masa Subyektif Menuju
Masa Obyektif
Mulai menyadari adanya kenyataan yang berbeda dengan sudut pandangnya
Remaja Akhir  ( 16 – 18 )
Masa Obyektif
Berperilaku sesuai dengan tuntutan masyarakat dan kemampuan dirinya
f.       Perkembangan Moralitas
Ketika individu mulai menyadari bahwa ia merupakan bagian dari lingkungan sosial dimana ia berada, bersamaan  itu pula individu mulai menyadari bahwa dalam lingkungan sosialnya terdapat aturan-aturan, norma-norma/nilai-nilai sebagai dasar atau patokan dalam berperilaku.  Keputusan untuk melakukan sesuatu berdasarkan pertimbangan norma yang berlaku dan nilai yang dianutnya itu disebut moralitas.
Dengan melalui pertimbangan fungsi afektif, kognitif, dan konatifnya, pada saat-saat tertentu, individu akan meyakini dan menerima tanpa keraguan  bahwa di luar dirinya ada sesuatu kekuatan yang maha Agung yang melebihi  apa pun, termasuk dirinya. Penghayatan seperti itu disebut pengalaman keagamaan (religious experience) (Zakiah Darajat, 1970). Brightman (1956) menjelaskan bahwa penghayatan keagamaan tidak hanya sampai kepada pengakuan atas kebaradaan-Nya, namun juga mengakui-Nya sebagai sumber nilai-nilai luhur yang abadi yang mengatur tata kehidupan alam semesta raya ini. Oleh karena itu, manusia akan tunduk dan berupaya untuk mematuhinya dengan penuh kesadaran dan disertai penyerahan diri dalam bentuk ritual  tertentu,  baik secara individual maupun kolektif, secara simbolik maupun dalam bentuk  nyata kehidupan sehari-hari.
Abin Syamsuddin (2003) menjelaskan tahapan perkembangan keagamaan sebagaimana tampak dalam tabel berikut ini :
Tahapan
Ciri-Ciri
Masa
Kanak-Kanak
Sikap reseptif meskipun banyak bertanya
Pandangan ke-Tuhan-an yang dipersonifikasi
Penghayatan secara rohaniah yang belum mendalam
Hal ke-Tuhan-an dipahamkan secara ideosyncritic (menurut khayalan pribadinya)
Masa Sekolah
Sikap reseptif yang disertai pengertian
Pandangan ke-Tuhan-an yang diterangkan secara rasional
Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, melaksanakan kegiatan ritual diterima sebagai keharusan moral
Sikap negatif disebabkan alam pikirannya yang kritis melihat realita orang – orang beragama yang hypocrit (pura-pura)
Pandangan ke-Tuhan-an menjadi kacau, karena beragamnya aliran paham yang saling bertentangan
Penghayatan rohaniahnya cenderung skeptik, sehingga banyak yang enggan melaksanakan ritual yang selama ini dilakukan dengan penuh kepatuhan
Sikap kembali ke arah positif, bersamaan dengan kedewasaan intelektual bahkan akan agama menjadi pegangan hidupnya
Pandangan ke-Tuhan-an dipahamkannya dalam konteks agama yang dianut dan dipilihnya
Penghayatan rohaniahnya kembali tenang setelah melalui  proses identifikasi dan merindu puja, ia dapat membedakan antara agama sebagai doktrin atau ajaran manusia
D.    Hukum Perkembangan
Perkembangan fisik dan mental disamping dipengrauhi oleh factor-faktor tersebut diatas, juga perkembangan itu berlangsung menurut hukum-hukum tertentu.
Adapun hukum-hukum perkembangan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Hukum Konvergensi
Hukum Konvergensi ini menekankan kepada pengaruh gabungan antara pembawaaan dan lingkungan. Tokoh yang berpendapat demikian adalah Willian Stern yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan itu adalah hasil pengaruh bersama kedua unsur pembawaan dan lingkungan.

2. Hukum Mempertahankan dan Mengembangkan Diri
Sebagai makhluk hidup, manusia mempunyai dorongan/.hasrat untuk mempertahankan diri. Hal ini terwujud pada usaha makan ketika lapar, menyelanatkan diri apabila ada bahaya. Pada anak kecil usaha ini diwujudkan dengan menangis, apabila lapar, haus, rasa tidak enak badan, dan sebagainya, kemudian si ibu akan tanggap dengan tanda-tanda tersebut.
Dari usaha untuk memepertahankan diri berlanjut menjadi usaha untuk mengembangkan diri. Pada anak-anak biasanya terlihat rasa ingin tahunya itu besar sekali, sehingga ank-anak tidak hentin-hentinya bertanya mengenai suatu hal dan dirinya akan merasa senang apabila dunianya diisi dengan berbagai pengalaman dan pengetahuan yang didapat dari sekelilingnya. Melalui kegiatan bermain, berkumpul dengan teman, bercerita dan sebagainya itu dapat dianggap sebagai dorongan untuk mengembangkan diri.

3. Hukum Masa Peka
Masa peka ialah masanya suatu fungsi mudah/peka untuk dikembangkan. Masa peka merupakan masa yang terjadi nya dalam perkembangan pada saat-saat tertentu. Misalnya anak usia satu sampai dua tahun yang mengalami masa peka untuk berbicara dan meniru sehingga apa yang diajarkan mudah diikuti dan berhasil dengan baik.

4. Hukum Kesatuan Organis
Yang dimaksud dengan hukum kesatuan organis disini adalah bahwa berkembangnya fungsi fisik maupun mental psikologis pada diri manusia itu tidak berkembang lepas satu sama lainnya tetapi merupakan suatu kesatuan.

  5. Hukum Rekapitulasi
Merupakan pengulangan ringkasan dari kehidupan suatu bangsa yang berlangsung secara lambat selama berabd-abad. Dengan hokum ini berarti perkembangan jiwa anak itu merupakan ulangan dan adanya persamaan dengan kehidupan sebelumnya
(yang dilakukan oleh nenek moyang) Dapat dibagi dalam beberapa masa:
a. Masa berburu dan menyamun
Anak usia sekitar 8 tahun senang bermain kejar-kejaran, perang-perangan,menangkap binatang (capung, kupu-kupu, dsb).
b. Masa mengembala
Anak usia sepuluh tahun senang memelihara binatang seperti ayam, kucing, burung, anjing, dsb.
c. Masa bercocok tanam
Masa ini dialami oleh anak sekitar umur dua belas tahun, dengan tanda-tanda sengan berkebun, menyiram bunga.
d. Masa berdagang
Anak senang bermain jual-jualan, tukar menukar foto, perangko, berkiriman surat dengan teman-teman maupun sahabat pena.
6. Hukum Tempo Perkembangan
Ialah bahwa tiap anak mempunyai tempo kecepatan dalam perkembangannya sendiri sendiri. Ada anak yang perkembangannya lebih cepat dari anak lainnya.

7. Hukum Irama Perkembangan
Berlaku terhadap perkembangan setiap orang baik menyangkut perkembangan jasmani maupun rohani. Hal ini berlangsung silih berganti, terkadang teratur, terkadang juga tidak. Adakalanya tenang, adakalanya goncang, tergantung dari irama perkembangan masingmasing individu tersebut.
Pada umur tiga sampai lima tahun seorang anak biasanya mengalami irama goncangan sehingga sukar diatur, suka membangkang, tetapi setelah itu anak bisa tenang kembal

BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Kaidah – kaidah umum perkembangan individu atau anak
Masa – masa perkembangan anak
            Pengaruh lingkungan semakin kompleks, pergaulan sosial semakin berkembang sehingga anak mengalami masa transisi yang menyulitkan bukan saja bagi bunda sebagai orang tua melainkan dirinya sendiri juga mengalami hal – hal sulit dan membingungkan.
Remaja dan masa akunya
Ibu sebgai orang tua tidak dapat lagi dijadikan pegangan sehingga anak dihadapkan pada dua sisi berbeda yaitu di satu sisi masih anak – anak namun di sisi lain harus bertingkah seperti orang dewasa.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
beberapa faktor yang berasal dari dalam individu :
1)      Intelegensi
2)      Sex
3)      Kelenjar sekresi internal
Faktor yang mempengaruhi perkembangan yanng berasal dari luar individu
1)      Gizi
2)      Udara segar dan cahaya matahari
3)      Luka dan penyakit
4)      Ras
5)      Kebudayaan
6)      Kedudukan dalam keluarga
Tahapan Perkembangan Individu
Dengan merujuk pada pemikiran Syamsu Yusuf (2003), di bawah ini dikemukakan tahapan perkembangan individu dengan menggunakan pendekatan didaktis  :
  1. Masa Usia Pra Sekolah
  2. Masa Usia Sekolah Dasar
  3. Masa Usia Sekolah Menegah
  4. Masa Usia Kemahasiswaan (18 – 25 tahun)
Hukum Perkembangan
1. Hukum Konvergensi
2. Hukum Mempertahankan dan Mengembangkan Diri
3. Hukum Masa Peka
4. Hukum Kesatuan Organis
5. Hukum Rekapitulasi
6. Hukum Tempo Perkembangan
7.Hukum Irama Perkembangan
B.     Saran
Menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta masih memiliki beberapa kesalahan baik dalam segi rmat penulisan maupun isi materi yang belum sempurna, kedepannya penulis akan lebih okus dan detail dalam membahas materi.




DAFTAR PUSTAKA



0 komentar:

Posting Komentar

 
;