Sabtu, 13 September 2014

Makalah Memahami Karakteristik dan Perkembangan Kepribadian Anak SD



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para pengajar, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah Dasar(SD). Seorang pengajar atau guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya, maka sangat penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya.
Pada dasarnya, setiap individu memiliki ciri-ciri dan karakteristik yang berbeda. Karakteristik yang menonjol pada anak usia sekolah dasar adalah senang bermain, selalu bergerak, bekerja atau bermain dalam kelompok, dan senantiasa ingin melaksanakan atau merasakan sendiri.
Selain karakteristik yang perlu diperhatikan juga adalah perkembangan kepribadian anak di usia Sekolah Dasar. Karena hal itu dapat menjadi acuan bagi pengajar dalam menerapkan metode pengajaran kepada anak didik.

B.     Rumusan Masalah

1)      Bagaimana karakteristik anak didik sekolah dasar?
2)      Bagaimana perkembangan kepribadian anak?
3)      Bagaimana aplikasi pemenuhan kebutuhan anak didik oleh guru?

C.    Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1)      Memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan
2)      Memahami karakteristik anak didik sekolah dasar
3)      Memahami perkembangan kepribadian anak
4)      Memahami aplikasi pemenuhan kebutuhan anak didik oleh guru


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Karakteristik Anak Didik Sekolah Dasar
Menurut Nasution (1993 : 44) masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga sebelas atau duabelas tahun. Usia ini ditandai dengan mulainya anak masuk sekolah dasar dan dimulainya sejarah baru dalam kehidupannya yang kelak akan mengubah sikap dan tingkah lakunya. Guru mengenal masa ini dengan Masa Sekolah, karena pada usia inilah anak untuk pertama kalinya menerima pendidikan formal. Tetapi bisa juga dikatakan bahwa masa usia sekolah adalah masa matang untuk belajar maupun masa matang untuk sekolah. Disebut masa sekolah, karena anak sudah menamatkan taman kanak-kanak sebagai lembaga persiapan bersekolah. Disebut masa matang untuk belajar, karena anak sudah berusaha untuk mencapai sesuatu, tetapi perkembangan aktivitas bermain yang hanya bertujuan untuk mendapatkan kesenangan pada waktu melakukan aktivitasnya itu sendiri. Disebut masa matang untuk bersekolah, karena anak sudah menginginkan kecakapan baru yang dapat diberikan oleh sekolah.
Masa usia sekolah dianggap oleh Suryobroto (1990 : 119) sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Tetapi dia tidak berani mengatakan pada umur berapa tepatnya anak matang untuk masuk sekolah dasar. Pada masa keserasian bersekolah ini secara relatif anak-anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya, masa ini dapat diperinci menjadi dua fase, yakni :
1.    Masa Kelas Rendah Sekolah Dasar
Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini antara lain adalah sebagai berikut :
a)    Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah.
b)   Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan-peraturan permainan yang tradisional.
c)    Adanya kecendrungan memuji sendiri.
d)   Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain, kalau hal itu dirasainya menguntungkan untuk meremehkan anak lain.
e)    Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu dianggapnya tidak penting.
f)    Pada masa ini (terutama pada umur 6-8 tahun) anak menghendaki nilai yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
2.    Masa Kelas Tinggi Sekolah Dasar
Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini antara lain adalah sebagai berikut :
a)        Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret.
b)        Amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar.
c)        Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus.
d)       Pada umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya.
e)        Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini anak tidak terikat lagi pada peraturan tradisional namun mereka membuat peraturan sendiri.

B.     Perkembangan Kepribadian Anak
Erikson dalam membentuk teorinya, sangat berkaitan erat dengan kehidupan pribadinya dalam hal ini mengenai pertumbuhan egonya. Bagi Erikson, dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil interaksi antara kebutuhan dasar biologis dan pengungkapannya sebagai tindakan-tindakan sosial. Tampak dengan jelas bahwa yang dimaksudkan dengan psikososial apabila istilah ini dipakai dalam kaitannya dengan perkembangan.
Secara khusus, hal ini berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis. Sedangkan konsep perkembangan yang diajukan dalam teori psikoseksual yang menyangkut tiga tahap yaitu oral, anal, dan genital, diperluasnya menjadi delapan tahap sedemikian rupa sehingga dimasukkannya cara-cara dalam mana hubungan sosial individu terbentuk dan sekaligus dibentuk oleh perjuangan-perjuangan insting pada setiap tahapnya.
Delapan tahap/fase perkembangan kepribadian menurut Erikson memiliki ciri utama setiap tahapnya adalah di satu pihak bersifat biologis dan di lain pihak bersifat sosial, yang berjalan melalui krisis diantara dua polaritas. Adapun tingkatan dalam delapan tahap perkembangan yang dilalui oleh setiap manusia menurut Erikson adalah sebagai berikut :
1. Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan)
Tahap ini berlangsung pada masa oral, kira-kira terjadi pada umur 0-1 atau 1 ½ tahun. Tugas yang harus dijalani pada tahap ini adalah menumbuhkan dan mengembangkan kepercayaan tanpa harus menekan kemampuan untuk hadirnya suatu ketidakpercayaan. Kepercayaan ini akan terbina dengan baik apabila dorongan oralis pada bayi terpuaskan, misalnya untuk tidur dengan tenang, menyantap makanan dengan nyaman dan tepat waktu, serta dapat membuang kotoron (eliminsi) dengan sepuasnya. Oleh sebab itu, pada tahap ini ibu memiliki peranan yang secara kwalitatif sangat menentukan perkembangan kepribadian anaknya yang masih kecil.
2. Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu-ragu
Pada tahap kedua adalah tahap anus-otot (anal-mascular stages), masa ini biasanya disebut masa balita yang berlangsung mulai dari usia 18 bulan sampai 3 atau 4 tahun. Tugas yang harus diselesaikan pada masa ini adalah kemandirian (otonomi) sekaligus dapat memperkecil perasaan malu dan ragu-ragu. Apabila dalam menjalin suatu relasi antara anak dan orangtuanya terdapat suatu sikap/tindakan yang baik, maka dapat menghasilkan suatu kemandirian. Namun, sebaliknya jika orang tua dalam mengasuh anaknya bersikap salah, maka anak dalam perkembangannya akan mengalami sikap malu dan ragu-ragu.
3. Inisiatif vs Kesalahan
Tahap ketiga adalah tahap kelamin-lokomotor (genital-locomotor stage) atau yang biasa disebut tahap bermain. Tahap ini pada suatu periode tertentu saat anak menginjak usia 3 sampai 5 atau 6 tahun, dan tugas yang harus diemban seorang anak pada masa ini ialah untuk belajar punya gagasan (inisiatif) tanpa banyak terlalu melakukan kesalahan. Masa-masa bermain merupakan masa di mana seorang anak ingin belajar dan mampu belajar terhadap tantangan dunia luar, serta mempelajari kemampuan-kemampuan baru juga merasa memiliki tujuan.
4. Kerajinan vs Inferioritas
Tahap keempat adalah tahap laten yang terjadi pada usia sekolah dasar antara umur 6 sampai 12 tahun. Salah satu tugas yang diperlukan dalam tahap ini ialah adalah dengan mengembangkan kemampuan bekerja keras dan menghindari perasaan rasa rendah diri. Saat anak-anak berada tingkatan ini area sosialnya bertambah luas dari lingkungan keluarga merambah sampai ke sekolah, sehingga semua aspek memiliki peran, misalnya orang tua harus selalu mendorong, guru harus memberi perhatian, teman harus menerima kehadirannya, dan lain sebagainya.
5. Identitas vs Kekacauan Identitas
Tahap kelima merupakan tahap adolesen (remaja), yang dimulai pada saat masa puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun. Pencapaian identitas pribadi dan menghindari peran ganda merupakan bagian dari tugas yang harus dilakukan dalam tahap ini. Menurut Erikson masa ini merupakan masa yang mempunyai peranan penting, karena melalui tahap ini orang harus mencapai tingkat identitas ego, dalam pengertiannya identitas pribadi berarti mengetahui siapa dirinya dan bagaimana cara seseorang terjun ke tengah masyarakat.
6. Keintiman vs Isolasi
Tahap pertama hingga tahap kelima sudah dilalui, maka setiap individu akan memasuki jenjang berikutnya yaitu pada masa dewasa awal yang berusia sekitar 20-30 tahun. Jenjang ini menurut Erikson adalah ingin mencapai kedekatan dengan orang lain dan berusaha menghindar dari sikap menyendiri. Periode diperlihatkan dengan adanya hubungan spesial dengan orang lain yang biasanya disebut dengan istilah pacaran guna memperlihatkan dan mencapai kelekatan dan kedekatan dengan orang lain. Di mana muatan pemahaman dalam kedekatan dengan orang lain mengandung arti adanya kerja sama yang terjalin dengan orang lain. Akan tetapi, peristiwa ini akan memiliki pengaruh yang berbeda apabila seseorang dalam tahap ini tidak mempunyai kemampuan untuk menjalin relasi dengan orang lain secara baik sehingga akan tumbuh sifat merasa terisolasi.
7. Generativitas vs Stagnasi
Masa dewasa (dewasa tengah) berada pada posisi ke tujuh, dan ditempati oleh orang-orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun. Apabila pada tahap pertama sampai dengan tahap ke enam terdapat tugas untuk dicapai, demikian pula pada masa ini dan salah satu tugas untuk dicapai ialah dapat mengabdikan diri guna keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa (stagnasi). Generativitas adalah perluasan cinta ke masa depan. Sifat ini adalah kepedulian terhadap generasi yang akan datang. Melalui generativitas akan dapat dicerminkan sikap memperdulikan orang lain.
8. Integritas vs Keputusasaan
Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja yang diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke atas. Dalam teori Erikson, orang yang sampai pada tahap ini berarti sudah cukup berhasil melewati tahap-tahap sebelumnya dan yang menjadi tugas pada usia senja ini adalah integritas dan berupaya menghilangkan putus asa dan kekecewaan. Tahap ini merupakan tahap yang sulit dilewati menurut pemandangan sebagian orang dikarenakan mereka sudah merasa terasing dari lingkungan kehidupannya, karena orang pada usia senja dianggap tidak dapat berbuat apa-apa lagi atau tidak berguna.

C.    Aplikasi Pemenuhan Kebutuhan Siswa Oleh Guru
·         Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman:
a)      Sikap guru menyenangkan, mampu menunjukkan penerimaan terhadap siswanya, dan tidak menunjukkan ancaman atau bersifat menghakimi.
b)      Adanya ekspektasi yang konsisten
c)      Mengendalikan perilaku siswa di kelas/sekolah dengan menerapkan sistem pendisiplinan siswa secara adil.
d)     Lebih banyak memberikan penguatan perilaku (reinforcement) melalui pujian/ ganjaran atas segala perilaku positif siswa dari pada pemberian hukuman atas perilaku negatif siswa.
·         Pemenuhan Kebutuhan Kasih Sayang atau Penerimaan:
Hubungan Guru dengan Siswa:
a)      Guru dapat menampilkan ciri-ciri kepribadian : empatik, peduli dan intereres terhadap siswa, sabar, adil, terbuka serta dapat menjadi pendengar yang baik.
b)       Guru dapat menerapkan pembelajaran individu dan dapat memahami siswanya (kebutuhan, potensi, minat, karakteristik kepribadian dan latar belakangnya)
c)      Guru lebih banyak memberikan komentar dan umpan balik yang positif dari pada yang negatif.
d)     Guru dapat menghargai dan menghormati setiap pemikiran, pendapat dan keputusan setiap siswanya.
e)      Guru dapat menjadi penolong yang bisa diandalkan dan memberikan kepercayaan terhadap siswanya.
·         Pemenuhan Kebutuhan Harga Diri:
Mengembangkan Harga Diri Siswa
1)      Mengembangkan pengetahuan baru berdasarkan latar pengetahuan yang dimiliki siswanya (scaffolding)
2)      Mengembangkan sistem pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa
3)      Memfokuskan pada kekuatan dan aset yang dimiliki setiap siswa
4)      Mengembangkan strategi pembelajaran yang bervariasi
5)      Selalu siap memberikan bantuan apabila para siswa mengalami kesulitan
6)      Melibatkan seluruh siswa di kelas untuk berpartisipai dan bertanggung jawab.
7)      Ketika harus mendisiplinkan siswa, sedapat mengkin dilakukan secara pribadi, tidak di depan umum.
Penghargaan dari pihak lain
1)      Mengembangkan iklim kelas dan pembelajaran kooperatif dimana setiap siswa dapat saling menghormati dan mempercayai, tidak saling mencemoohkan.
2)      Mengembangkan program “star of the week”
3)      Mengembangkan program penghargaan atas pekerjaan, usaha dan prestasi yang diperoleh siswa.
4)      Mengembangkan kurikulum yang dapat mengantarkan setiap sisiwa untuk memiliki sikap empatik dan menjadi pendengar yang baik.
5)      Berusaha melibatkan para siswa dalam setiap pengambilan keputusan yang terkait dengan kepentingan para siswa itu sendiri.
Pengetahuan dan Pemahaman
1)      Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengeksplorasi bidang-bidang yang ingin diketahuinya.
2)      Menyediakan pembelajaran yang memberikan tantangan intelektual melalui pendekatan discovery-inquiry
3)      Menyediakan topik-topik pembelajaran dengan sudut pandang yang beragam
Estetik
1)      Menata ruangan kelas secara rapi dan menarik
2)      Menempelkan hal-hal yang menarik dalam dinding ruangan, termasuk di dalamnya memampangkan karya-karya seni siswa yang dianggap menarik.
3)      Ruangan dicat dengan warna-warna yang menyenangkan
4)      Memelihara sarana dan pra sarana yang ada di sekeliling sekolah
5)      Ruangan yang bersih dan wangi
6)      Tersedia taman kelas dan sekolah yang tertata indah
Pemenuhan Kebutuhan Akatualisasi Diri
1)      Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk melakukan hal yang terbaiknya
2)      Memberikan kebebasan kepada siswa untuk menggali dan menjelajah kemampuan dan potensi yang dimilikinya
3)      Menciptakan pembelajaran yang bermakna dikaitkan dengan kehidupan nyata.
4)      Perencanaan dan proses pembelajaran yang melibatkan aktivitas meta kognitif siswa.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Seorang guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya, maka sangat penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya. Selain karakteristik yang perlu diperhatikan juga adalah perkembangan kepribadian dan kebutuhan peserta didik. pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dan tugas-tugas perkembangan anak SD dapat dijadikan titik awal untuk menentukan tujuan pendidikan di SD, dan untuk menentukan waktu yang tepat dalam memberikan pendidikan sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak itu sendiri. Secara ideal, dalam rangka pencapaian perkembangan diri siswa, sekolah dan guru seharusnya dapat menyediakan dan memenuhi berbagai kebutuhan siswanya dalam rangka pencapaian perkembangan diri siswa.
B.     Saran
Hendaknya seorang pendidik dapat melaksanakan tugasnya dengan memperhatikan aspek-aspek yang berkaitan dengan peserta didik agar tujuan pendidikan benar-benar terlaksana, yaitu tidak hanya membuat peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan namun harus juga disertai dengan pendidikan moral.



DAFTAR PUSTAKA
Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. PT Remaja Rosdikakarya : Bandung

Hurlock, Elizabeth.1978. Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan). PT Gelora Aksara Pratama : Jakarta

Kurniawan Nursidik,”karakteristik dan kebutuhan pendidikan anak usia Sekolah dasar”, 15 oktober 2007 : http://nhowitzer.multiply.com/journal/item/3
Sudrajat, Ahmad ”Aplikasi Teori Kebutuhan Maslow di Sekolah”, psikologi pendidikan,24 Maret 2008:http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/24/aplikasi-teori-kebutuhan-maslow-di-sekolah/

0 komentar:

Posting Komentar

 
;