Rabu, 11 November 2015

Makalah Pengertian dan Jenis-Jenis Masalah



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Secara Naluriah, Kodrati, Fitrohnya Manusia adalah makhluk social memerlukan orang lain dalam kehidupannya tanpa sesamanya manusia tidak akan bisa hidup. pada mulanya manusia berada dalam satu lingkungan social yang kecil adam dan hawa, semakin berkembangnya umat manusia menyebar kemana-mana dengan kondisi fisik yang berbeda pula. dari uraian diatas diketahui memberikan diskripsi manusia secara sistematis bahwa manusia berada dan berhubungan dengan sesamanya dalam pola- pola tertentu sebagai individu yang berhubungan dengan individu lain, yang berhubungan dengan kelompok; masyarakat,politik,social.
       konseling adalah proses komunikasi antara seseorang (konselor) dengan orang lain. konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan paduan ketrampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar/ upaya untuk mengatasi masalah tersebut.
      Untuk itu kita disini akan membahas tentang jenis-jenis masalah yang dihadapi individu dan jenis-jenis bimbingan, agar kita dapat mengetahui masalah –masalah yang dihadapi oleh peserta didik (siswa) dan juga mengetahui jenis-jenis bimbingan dalam penyuluhan.


B.     Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas ditemukan rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan masalah?
2.      Apa saja jenis-jenis masalah belajar yang dialami di SD?
3.      Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah?
4.      Bagaimana cara membantu anak dalam mengatasi masalah belajar yang dihadapi?

C.    Tujuan
Dengan mempelajari tentang pengertian dan jenis-jenis masalah,diharapkan mahasiswa mampu :
1.      Menjelaskan pengertian masalah
2.      Menjelaskan jenis-jenis masalah belajar yang dialami di SD
3.      Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah
4.      Menjelaskan cara untuk membantu anak dalam mengatasi masalah belajar yang di hadapi


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian masalah
Masalah adalah ketidaksamaan antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihatnya sebagai tidak terpenuhinya harapan sesuatu kebutuhan seseorang, ada pula yang mengartikan sebagai sesuatu yang tidak mengenakan.
Prayitno (1985), memberikan batasan tentang masalah sebagai sesuatu yang :
a.       tidak disukai adanya
b.      menimbulakan kesulitan bagi diri dan orang lain
c.       adanya keinginan untuk menghilangkannya.
Untuk merefleksikan pengertian tersebut, dapat dilihat dari kita sendiri. Apabila dalam diri ada sesuatu yang tidak dikehendaki, tidak disukai atau berkenaan pada sendiri dapat menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri atau bagi orang lain. Jika ada maka dapat dikatakan dalam diri kita ada masalah, masalah dapat dialami oleh siapa pun termasuk siswa sekolah dasar. Untuk itu perlu diupayakan penanggulannya agar menjadi sesuai dengan apa yang diharapkan dengan baik.
B.jenis-jenis masalah belajar yang dialami di SD
Sikap dan perilaku anak-anak yang menyimpang karena adanya suatu masalah dapat juga mengganggu tugas-tugas perkembangan anak pada fase berikutnya yaitu fase masa puber dan sebagai akibatnya, anak akan mengalami gangguan dalam menjalani kehidupan.
Jenis-jenis masalah yang dialami murid sekolah dasar bisa bermacam-macam. Prayitno (1985) menyusun serangkaian masalah murid sekolah dasar. Masalah-masalah itu diklasifikasikan atas:
  1. kemampuan akademik, yaitu keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.
  2. ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki IQ 130 atau lebih tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajar yang amat tinggi itu.
  3. sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
  4. kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam belajar mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
  5. bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang perbuatan dan kegiatan belajarnya sehari-hari antagonistic dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahuinya dan sebagainya.
C.     Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah
Masalah yang dihadapi oleh siswa sekolah dasar tidak timbul begitu saja, tetapi ada berbagai faktor yang menyebabkan timbulnya masalah tersebut. Apabila guru mampu mengidentifikasi penyebab timbulnya masalah  yang dialami oleh siswa maka ia akan mampu memberikan penanganan atau pencegahan sedini mungkin. Secara mudah, apabila dikaitkan dengan penguasaan tugas perkembangan yang seharusnya dicapai tidak tercapai. Keadaan ini dilihat dari prilaku murid sehari-hari melalui aktivitasnya di sekolah saat ia mengikuti pelajaran atau saat ia sedang bermain.
Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah yang dihadapi siswa dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal).

Faktor Internal
a.       Keadaan fisik
Ada tiga kelompok penyebab timbulnya masalah yang berkaitan dengan keadaan fisik, yaitu sebagai berikut:
1.      Keadaan indra persepsinya
Keberadaan indra merupakan penyebab langsung permasalahan pada siswa, misalnya siswa yang mengalami gangguan pada indra penglihatan, akan muncul berbagai masalah yang berkaitan dengan persepsi mata, pada gilirannya akan mengalami masalah dalam pembentukan konsep melalui mata. Demikian pula halnya yang mengalami gangguan persepsi lewat telinga persepsi lewat kulit (peraba, persepsi lewat pengecap, dan persepsi lewat alvaktorik (hidung). Selain itu, mereka yang mengalami gangguan persepsi, sering mengalami gangguan syaraf sensori dan syaraf motoriknya.
2.      Perkembangan fisik
Perkembangan fisik merupakan sumber permasalahan bagi siswa, misalnya anak yang terlalu kecil karena perkembangan fisiknya terganggu, akan mengalami gangguan penyesuaian, demikian pula halnya mereka yang terlalu besar. Kejadian ini sering menjadi sumber masalah karena lingkungan anak sekitarnya yang mengejek kehadirannya.
3.      Kesehatan siswa
Kesehatan siswa merupakan penyebab permasalahan. Siswa yang kesehatannya terganggu (sakit-sakitan) cenderung akan mempunyai banyak masalah dibanding dengan siswa yang sehat. Anak yang sehat selalu akan segera ikut ambil bagian dalam kegiatan bermain, sedangkan mereka yang sakit-sakitan cenderung pasif. Keadaan ini juga berakibat pada keterlibatan anak dalam kegiatan belajar-mengajar.
b.      Keadaan psikologis
Banyak sumber permasalahan yang disebabkan oleh keadaan psikologis anak, di antaranya sebagai berikut:
1.    Kurangnya kemampuan dasar (intelegensi)
2.    Kurangnya pengalaman berfantasi
3.    Kurangnya perhatian, konsentrasi terhadap kegiatan yang terjadi di sekolah maupun di lingkungan anak.
4.    Bakat yang tidak sesuai dengan lingkungan anak.
5.    Tidak adanya minat dalam diri anak.
6.    Sikap yang tidak sesuai dengan hati nuraninya.
7.    Tidak adanya kemauan dalam diri anak.
c.       Pemenuhan gizi (nutrisi)
Banyak permasalahan yang timbul karena keadaan nutrisi/gizi anak tidak baik. Pengaruh langsung dari malnutrisi adalah tidak tercapainya derajat kesehatan anak. Hal ini akan menimbulkan berbagai gangguan, misalnya mudah lelah, mudah sakit, dan tidak ada konsentrasi. Kekurangan protein dapat berakibat langsung terhadap kecerdasan anak, avitaminosis dapat berakibat kebutaan, dan vitaminosis yang lain akan muncul berbagai gangguan dalam kesehatan anak.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mengakibatkan timbulnya permasalahan bagi anak adalah lingkungan tempat anak berada. Secara garis besar ada tiga macam lingkungan anak, yaitu sebagai berikut:
a.       Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama yang sering menyebabkan masalah. Masalah yang sering timbul dari lingkungan ini, di antaranya adalah:
1.    Keadaan status ekonomi keluarga
Dalam keluarga miskin cenderung timbul berbagai masalah yang berkaitan dengan pembiayaan hidup anak. Keadaan ini cenderung akan menuntut anak untuk membantu dalam memnuhi kebutuhan ekonomi keluarga sehingga merasa terbebani kegiatan ekonomi ini, yang pada gilirannya terganggu kegiatan belajarnya.

2.    Perhatian orang tua
Kurangnya perhatian orang tua cenderung akan menimbulkan berbagai masalah anak. Makin besar anak sebenarnya perhatian orang tua makin diperlukan, hanya variasinya makin banyak, dan caranya berbeda. Kenakalan anak salah satu penyebabnya adalah kurangnya perhatian orang tua.

3.    Harapan orang tua
Harapan orang tua sering menimbulkan masalah bagi anak orang tua yang mempunyai harapan yang terlalu tinggi terhadap anak, apabila tidak sesuai dengan kemampuan anak justru menimbulakan masalah yang cukup serius bagi anak. Hal ini karena terjadi tuntutan yang lebih dari orang tua, sementara anak tidak mampu memenuhinya, akhirnya terjadi kompensasi pada diri anak, demikian pula halnya, bila orang tua harapannya terlalu rendah juga berakibat tidak adanya motivasi berprestasi bagi anak itu sendiri.

4.    Hubungan keluarga yang tidak harmonis
Hubungan antar keluarga yang tidak harmonis dapat berupa perceraian orang tua, hubungan antar anggota keluarga yang tidak saling perduli, dan sebagainya. Keadaan ini dapat berakibat anak menjadi tidak betah berada di rumah, apabila ini berkelanjutan, dapat merupakan faktor penyebab permasalahan yang serius.

b.      Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah sering merupakan sumber penyebab masalah, di antaranya adalah sebagai berikut:

1.      Kondisi kurikulum
Keadaan kurikulum yang sering berubah akan timbulnya masalah cukup serius bagi siswa. Seyogyanya perubahan kurikulum diterapkan dengan cukup hati-hati dengan memperhatikan aspek kesiapan siswa sebagai subyek belajar. Selain itu, isi kurikulum sendiri hendaknya benar-benar sesuai dengan perkembangannya.

2.      Hubungan guru dengan siswa
Jauhnya perbedaan antar guru dan siswa dari sisi usia sering menjadi masalah tersendiri bagi siswa. Untuk itu hubungan antar guru dengan siswa terjalin hubungan akrab seperti halnya hubungan antar bapak dan anak di rumah. Guru hendaknya memahami perbedaan antar individu siswa.

3.      Hubungan antar siswa
Keadaan latar belakang siswa yang berbeda sering menjadi penyebab hubungan antar siswa kurang harmonis. Untuk itu, guru hendaknya cukup peka walaupun di sekolah diciptakan kompetensi siswa, hendaknya guru lebih giat dalam membantu siswa untuk saling menyesuaikan diri.

4.      Iklim sekolah
Iklim sekolah yang kurang sehat akan menimbulkan masalah tersendiri bagi siswa. Adanya persaingan antar siswa yang tidak sehat mendorong guru untuk selalu membantu dalam membina kepribadian dan penyesuaian dirinya. Penekanan yang terus menerus untuk berhasil akan berakibat munculnya sifat bohong, masa bodoh, kepatuhan pasif, hilangnya inisiatif dan pengkhayal.

c.       Lingkungan masyarakat
Selain lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat juga dapat menjadi sumber timbulnya masalah. Lingkungan masyarakat yang baik, selalu mendukung kehadiran sekolah di masyarakatnya sehingga sekolah dapat berkembang dengan baik. Namun, masyarakat yang tidak mendukung terhadap kehadiran sekolah akan mengacau, pada gilirannya akan menolak kehadiran sekolah tersebut. Masyarakat lingkungan sekolah yang sehat dapat menjadi sumber belajar yang cukup baik.

D.    Upaya Membantu Murid Dalam Mengatasi Masalah Belajar
Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah belajar antara lain:
1.      Pengajaran Perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan, pengajaran yang membuat menjadi baik. Dibanding dengan pengajaran biasa, pengajaran perbaikan sifatnya lebih khusus, karena bahan, metode dan pelaksanaannya disesuaikan dengan jenis, sifat dan latar belakang masalah yang dihadapi murid. Pengajaran perbaikan bisa juga disebut pengajaran remedial. Pengajaran remedial merupakan rangkaian kegiatan lanjutan logis dari usaha diagnostik kesulitan belajar-mengajar.

Pengajaran remedial dapat didefinisikan sebagai upaya guru untuk menciptakan suatu situasi yang memungkinkan individu atau kelompok siswa tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sehingga dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan, dengan melalui suatu proses interaksi yang berencana, terorganisasi, terarah, terkoordinasi, terkontrol dengan lebih memperhatikan taraf kesesuaiannya terhadap keragaman kondisi objektif individu dan atau kelompok siswa yang bersangkutan serta daya dukung sarana dan lingkungannya (Abin Syamsuddin Makmun, 1998: 228).

2.      Kegiatan Pengayaan
Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada seorang atau beberapa orang murid yang sangat cepat dalam proses belajar, dengan tujuan untuk menambah dan/atau memperluas pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliknya dalam kegiatan belajar sebelumnya.

Kecepatan belajar yang tinggi akan mempunyai dampak positif apabila murid merasa dirinya diperhatikan dan dihargai atas keberhasilan dan kemampuan dalam belajar. Sebaliknya, kecepatan belajar akan mempunyai dampak negatif apabila murid merasa kurang  diperhatikan dan kurang dihargai.

3.      Peningkatan Motivasi Belajar
Guru dan staf sekolah lainnya berkewwajiban membantu murid meningkatkan motivasinya dalam belajar. Prosedur yang dapat dilakukan adalah dengan :
a.       Memperjelas tujuan-tujuan belajar. Murid akan terdorong untuk belajar apabila ia mengetahui tujuan-tujuan belajar yang hendak dicapai.
b.      Menyesuaikan pengajaran dengan bakat kemampuan dan minat murid.
c.       Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang dan menyenangkan.
d.      Memberikan hadiah (penguatan) dan hukuman (hukuman yang bersifat membimbing, yaitu yang menimbulkan efek peningkatan). Bila mana perlu.
e.       Menciptakan suasana hubungn yang hangat dan dinamis antara guru dan murid, serta antara murid dengan murid.
f.       Menghindari tekanan-tekanan dan suasana yang tidak menentu seperti suasana yang menakutkan, mengecewakan, membingungkan, dan menjengkelkan.
g.      Melengkapi sumber dan peralatan belajar.
h.      Mempelajari hasil belajar yang diperoleh.

4.      Peningkatan Keterampilan Belajar
Prosedur yang dapat dilakukan diantaranya adalah dengan :
a.       Membuat catatan waktu guru mengajar.
b.      Membuat ringkasan dari bahan yang dibaca.
c.       Menegrjakan latihan-latihan soal.

5.      Pengembanagan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Baik
Setiap murid diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif. Sikap dan kebiasaan belajar yang baik tidak tumbuh secara kebetulan, melainkan seringkali perlu ditumbuhkan melalui bantuan yang terencana, terutama oleh guru-guru dan orang tua murid. Untuk itu murid hendaknya dibantu dalam hal:
a.       Menemtukan motif-motif yang tepat dalam belajar.
b.      Memelihara kondisi kesehatan yang baik.
c.       Mengataur waktu belajar baik di sekolah maupun di rumah.
d.      Memilih tempat belajar yang baik.
e.       Belajar dengan menggunakan sumber belajar yang baik.
f.       Membaca secara baik dan sesuai dengan kebutuhan.
g.      Tidak segan-segan bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui.
Disamping dengan cara bantuan di atas terdapatt beberapa cara yang laian yang dapat dilakukan guru untuk menumbuhkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik adalah :
1.      Membantu murid menyususun rencana yang baik. Rencana ini memuat pokok dan subpokok bahasan yang akan dipelajari, tujuan yang akan dicapai, cara-cara mempelajari bahan-bahanyang bersangkutan, alat-alat yang diperlukan dan cara-cara memeriksa atau mengetahui kemajuan-kemajuan yang dicapai.
2.      Membantu murid mengikuti kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas. Sebagian besar kegiatan belajar-mengajar berlangsung di dalam kelas. Dalam hal ini, murid perlu mengetahuai apa yang harus dikerjakan sebelum mengikuti kegiatan belajar-mengajar, bagaimana cara memahami dan mencatat keterangan-keterangan yang diberikan oleh guru, dan apa pula yang harus dikerjakan setelah kegiatan belajar-mengajar berakhir (setelah sampai di rumah).
3.      Melatih murid membaca cepat. Kecepatan menunjuk pada banyaknya kata-kata yang tepat yang dapat dibaca dalam waktu tertentu. Dengan membaca cepat, kemungkinan murid memperoleh banyak informasi atau ilmu pengetahuan dari buku sumber yang dibacanya.
4.      Melatih murid untuk dapat mempelajari buku pelajaran secara efisien dan efektif. Salah satu metode yang perlu dikuasai oleh murid adalah metode SQR3 (Survey, Question, Read, Recite, Write den Review) yang dikemukakan oleh Francis P. Robinson (Dorothy Keiter, 1975).
5.      Membiasakan murid mengerjakan tugas-tugas secara teatur, bersih dan rapi.
6.      Membantu murid menyusun jadwal belajar dan mematuhi jadwal yang telah disusunnya. Untuk ini diperlukan adanya pemantauan dan pengawasan yang berkesinambungan.
7.      Membantu murid agar dapat berkembang secara wajar dan sehat. Misalnya dengan memindahkan tempat duduk murid yang dilkukan secara berkala, membetulkan posisi duduk murid (tidak terlalu membungkuk jarak mata denghan buku kurang lebih 30 cm) memeriksa kuku dan sebagainya.
8.      Membantu murid mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian yang meliputi persiapan mental, penguasaan bahan pelajaran, cara-cara menjawab soal ujian, dan segi-segi administratif penyelenggaraan.


BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A.    Simpulan
Belajar merupakan perubahan perilaku yang disebabkan oleh karena individu mengadakan interaksi dengan  lingkungan. Sedangkan bimbingan belajar sendiri merupakan proses bantuan yang diberikan kepada individu (murid) agar dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dalam belajar. Bimbingan belajar ini bertujuan sebagai pengembangan sikap dan kebiasaan yang baik, menumbuhkan disiplin belajar dan terlatih serta mengembangkan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya di lingkungan sekolah atau alam sekitar untuk pengembangan pengetahuan, keterampilan dan pengembangan pribadi.
Jenis-jenis masalah belajar di Sekolah Dasar dapat dikelompokkan kepada murid-murid yang mengalami keterlambatan akademik, ketercepatan dalam belajar, sangat lambat dalam belajar, kurang motivasi dalam belajar, bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar dan sering tidak sekolah. Guru dapat mengidentifikasi murid yang diperkirakan mengalami masalah belajar melaui tes hasil belajar, tes kemampuan dasar, skala pengungkapan sikap dan keniasaan belajar. faktor-faktor penyebab terjadinya masalah belajar cenderung sanagt kompleks karena masalah belajar dapat timbul oleh berbagai sebab yang berlainan, ada pula dari sebab yang sama tetapi menimbulkan masalah yang berbeda dan ada pula yang disebabkan oleh hal-hal yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk membantumurid dalam mengatasi masalah belajar bisa dengan pengajaran perbaikan, kegiatan pengayaan, peningkatan motivasi belajar, dan peningkatan keterampilan belajar.
B.      Saran


DAFTAR PUSTAKA

Awalya,dkk.2013.Bimbingan dan Konseling.Semarang:Pusat Pengembangan MKU/MKDK-LP3 Universitas Negeri Semarang

Sunaryo Hartadiningrat, dkk. 1999. Bimbingan di Sekolah Dasar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;