BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah kesehatan adalah suatu masalah
yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar
kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat,
tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri tetapi harus dilihat dari
seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah "sehat-sakit" atau
kesehatan tersebut.
Banyak faktor yang mempengaruhi
kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat. Untuk hal ini Hendrik
L. Blum menggambarkan adanya empat faktor yang mempengaruhi kesehatan, yaitu:
keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayan kesehatan. Keempat faktor tersebut
disamping berpengaruh langsung kepada kesehatan, juga saling berpengaruh satu
sama lainnya. Status kesehatan akan tercapai secara optimal bilamana keempat
faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula. Salah
satu faktor saja berada dalam keadaan yang terganggu (tidak optimal) maka
status kesehatan akan tergeser ke arah dibawah optimal.Usaha memperbaiki atau
meningkatkan kondisi lingkungan ini dari masa ke masa dan dari masyarakat satu
ke masyarakat yang lain bervariasi dan bertingkat-tingkat, dari yang paling
sederhana (primitif) sampai kepada yang paling mutakhir (modern). Dengan
perkataan lain bahwa teknologi di bidang kesehatan lingkungan sangat
bervariasi, dari teknologi primitif, teknologi menengah (teknologi tepat guna)
sampai dengan teknologi mutakhir.
B.
Rumusan Masalah
1. Apakah
pengertian sanitasi dan kesehatan lingkungan?
2. Apa sajakah macam-macam
sanitasi dan manfaat sanitasi?
3. Apa sajakah ruang lingkup kesehatan
masyarakat dan sasaran kesehatan lingkungan?
4. Apakah
masalah-masalah kesehatan lingkungan yang dihadapi masyarakat?
5. Bagaimanakah
solusi untuk menangani masalah-masalah kesehatan lingkungan yang dialami
masyarakat?
C.
Tujuan
Tujuan dari penyusunan
makalah ini antara lain:
1. Agar dapat
memahami pengertian sanitasi dan kesehatan lingkungan.
2. Agar dapat
memahami macam-macam sanitasi dan manfaat sanitasi.
3. Agar dapat
memahami ruang lingkup
kesehatan masyarakat dan sasaran kesehatan lingkungan.
4. Agar dapat
memahami masalah-masalah kesehatan lingkungan yang dihadapi masyarakat.
5. Agar dapat
memahami solusi untuk menangani masalah-masalah kesehatan lingkungan yang
dialami masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan
1) Sanitasi
Sanitasi merupakan salah satu komponen
dari kesehatan lingkungan, yaitu perilaku yang disengaja untuk membudayakan
hidup bersih untuk mencegah manusia bersentuh langsung dengan kotoran dan bahan
buangan berbahaya lainnya, dengan harapan dapat menjaga dan meningkatkan
kesehatan manusia.
Kesehatan lingkungan di Indonesia
masih memprihatinkan. Belum optimalnya sanitasi di Indonesia ini ditandai
dengan masih tingginya angka kejadian penyakit infeksi dan penyakit menular di
masyarakat. Pada saat negara lain pola penyakit sudah bergeser menjadi penyakit
degeneratif, Indonesia masih direpotkan oleh kasus demam berdarah, Diare,
Kusta, serta Hepatitis A yang seakan tidak ada habisnya.
Kondisi sanitasi di Indonesia memang
tertinggal cukup jauh dari Negara-negara tetangga. Dengan Vietnam saja
Indonesia hampir disalip, apalagi dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura
yang memiliki komitmen tinggi terhadap kesehatan lingkungan di negaranya.
Jakarta hanya menduduki posisi nomor 2 dari bawah setelah Laos dalam pencapaian
cakupan sanitasinya.
Sanitasi sangat menentukan
keberhasilan dari paradigma pembangunan kesehatan lingkungan lima tahun ke
depan yang lebih menekankan pada aspek pencegahan dari aspek pengobatan.
Dengan adanya upaya pencegahan yang baik, angka kejadian penyakit yang terkait
dengan kondisi lingkungan dapat di cegah. Selain itu anggaran yang
diperlukan untuk preventif juga relative lebih terjangkau daripada melakukan
upaya pengobatan.
2)
Kesehatan Lingkungan
Ada beberapa definisi dari kesehatan lingkungan :
Ø Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan
ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin
keadaan sehat dari manusia.
Ø Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) . kesehatan
lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan
ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung
tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.
Ø Menurut Walter
R. Lym. kesehatan lingkungan adalah hubungan timbal balik antara manusia dengan
lingkungan yang berakibat atau mempengaruhi derajat kesehatan manusia.
Jadi Ilmu
Kesehatan Lingkungan berkisar pada usaha manusia mengelola lingkungan
sedemikian rupa, sehingga derajat kesehatan manusia dapat lebih ditingkatkan.
B.
Macam-Macam Sanitasi
dan Manfaat Sanitasi
1)
Macam-macam
sanitasi
1. Saniatsi Uap
Sanitasi uap
menggunakan uap mengalir 76,7oC selama 15 menit atau 93,3oC
selama 5 menit. Sanitasi uap dapat dilakukan untuk sanitasi bahan dan peralatan
misalnya dengan menggunakan Autoklaf.
2. Sanitasi Air
Panas
Sanitasi ini
dilakukan dengan merendam alat atau bahan dalam air panas (peralatan kecil
seperti pisau, piring, wadah yang berukuran kecil), dengan menggunakan suhu
diatas 80oC (bukan dengan cara menuang air panas/membilas karena
tidak efektif). Efek yang ditimbulkan karena denaturasi molekul protein
sel mikroba.
3. Sanitasi Udara
Panas
Sanitasi ini
menggunakan suhu panas 82,2oC selama 20 menit. Sanitasi ini biasanya
digunakan untuk sterilisasi alat (Sterilisasi kering) yaitu dengan menggunakan
oven.
4. Sanitasi
Radiasi
Sanitasi ini
yaitu dengan pemanfaatan sinar UV atau sinar γ dengan
panjang gelombang 2500 A, dimana harus berkontak dengan mikroba minimal 2
menit.
5. Sanitasi Kimia
Sanitasi kimia
yaitu menggunakan bahan kimia untuk membunuh mikroba. Umumnya dikelompokkan ke
dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi, yaitu bahan kimia yang
mengandung gugus - COH; golongan alkohol, yaitu senyawa kimia yang mengandung
gugus -OH; golongan halogen atau senyawa terhalogenasi, yaitu senyawa kimia
golongan halogen atau yang mengandung gugus - X; golongan fenol, golongan garam
amonium, golongan pengoksidasi, dan golongan biguanida. Efektifitas
sanitasi kimia dipengaruhi oleh :
a)
Waktu kontak (minimum 2 menit)
b)
Suhu optimum (21,1-37,8Oc), jika lebih
tinggi maka akan menguap (yodium) dan bersifat korosif (klorin), dan jika lebih
rendah maka tidak efektif.
c)
pH optimum 6-7, tidak efektif pada pH
yang basa.
d)
Kebersihan alat
e)
Kesadahan air (mempengaruhi pH, air sadah bersifat basa
dan bersifat korosif.
f)
Kontaminasi agen lain (misalnya
deterjen)
Untuk produk pangan segar, pencucian dapat menurunkan potensi bahaya akibat
mikroorganisme. Pencucian atau pembilasan sayuran dapat menghilangkan kotoran
dan kontaminan lainnya. Pencucian dapat dilakukan dengan air, deterjen, larutan
bakterisidal seperti klorin dan lain-lain.
2)
Manfaat Sanitasi
Ternyata manfaat sanitasi yang baik
itu sangat besar, tidak hanya bagi kesehatan masyarakat. Tapi juga berdampak
positif bagi perekonomian dan pembangunan bangsa. Berikut ini adalah manfaat
sanitasi menurut Direktur Perumahan dan Permukiman Bappenas, Nugroho Tri Utomo
:
1.
Menghindari angka pertumbuhan ekonomi semu.
Kerugian
ekonomi akibat sanitasi buruk sebagaimana diuraikan di atas, jika dihitung
detail, seharusnya akan mempengaruhi dan mengurangi laju pertimbuhan ekonomi.
2.
Meningkatkan kualitas kesehatan, pendidikan, dan
produktivitas masyarakat.
Menurut WHO,
kondisi dan perilaku sanitasi yang baik dan perbaikan kualitas air minum dapat
menurunkan kasus diare yang akan mengurangi jumlah hari tidak masuk sekolah dan
tidak masuk kerja hingga 8 hari pertahun atau meningkat 17% yang tentunya
berdampak pada kesempatan meningkatkan pendapatan.
3.
Menurunkan angka kemiskinan.
Akibat
buruknya sanitasi, rata-rata keluarga di Indonesia harus menanggung Rp 1,25
juta setiap tahunnya. Ini jumlah yang sangat berarti bagi keluarga miskin.
Biaya-biaya tersebut mencakup biaya berobat, perawatan rumah sakit, dan
hilangnya pendapatan harian (opportunity cost) akibat menderita sakit atau
harus menunggu dan merawat anggota keluarga yang sakit.
4.
Memberdayakan masyarakat
Perubahan
perilaku terhadap akses sanitasi, telah dibuktikan dapat mendorong kontribusi
investasi sanitasi. Pengalaman pembangunan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) di Jawa Timur menunjukkan leverage factor, bahwa setiap Rp 1 yang
dikeluarkan telah berhasil menggerakan investasi sanitasi dari masyarakat
sendiri hingga Rp 35.
5.
Menyelamatkan masyarakat.
Manfaat dari
investasi sanitasi tentu saja terkait motto di bidang kesehatan yang sudah
dikenal luas, yaitu mencegah selalu lebih murah dari mengobati. Bayangkan
negara kita harus kehilangan Rp 58 triliun pertahun karena kita memilih tidak
mengalokasikan anggaran sebesar Rp 11,2 triliun pertahun untuk memperbaiki
kondisi sanitasi.
6.
Menjaga lingkungan hidup.
Bank
Pembangunan Asia (2009) menyatakan bahwa, kita telah gagal menginvestasikan USD
1 untuk menangani sanitasi, sehingga sungai kita tercemar, maka akan diperlukan
pengeluaran biaya sebesar USD 36 untuk memulihkan kembali kondisi air sungai
tersebut.
C.
Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat dan
Sasaran Kesehatan Lingkungan
1)
Ruang lingkup kesehatan masyarakat
Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang
lingkup kesehatan lingkungan, yaitu :
a)
Penyediaan Air Minum
b)
Pengelolaan air Buangan dan pengendalian
pencemaran
c)
Pembuangan Sampah Padat
d)
Pengendalian Vektor
e)
Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah
oleh ekskreta manusia
f)
Higiene makanan, termasuk higiene susu
g)
Pengendalian pencemaran udara
h)
Pengendalian radiasi
i)
Kesehatan kerja
j)
Pengendalian kebisingan
k)
Perumahan dan pemukiman
l)
Aspek kesling dan transportasi udara
m)
Perencanaan daerah dan perkotaan
n)
Pencegahan kecelakaan
o)
Rekreasi umum dan pariwisata
p)
Tindakan-tindakan sanitasi yang
berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk
q)
Tindakan pencegahan yang diperlukan
untuk menjamin lingkungan.
Jadi secara Umum, ruang lingkup
kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup perumahan, pembuangan
kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan
air kotor (air limbah), rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya.
Di
Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22 ayat
(3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8, yaitu :
1.
Penyehatan Air dan Udara
2.
Pengamanan Limbah padat/sampah
3.
Pengamanan Limbah cair
4.
Pengamanan limbah gas
5.
Pengamanan radiasi
6.
Pengamanan kebisingan
7.
Pengamanan vektor penyakit
8.
Penyehatan dan pengamanan lainnya,
sepeti keadaan pasca bencana
2)
Sasaran Kesehatan Lingkungan
Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992, Sasaran dari pelaksanaan kesehatan lingkungan
adalah sebagai berikut :
1. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang
sejenis
2. Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis
3. Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis
4. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk umum
5. Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang
berada dlm keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar2an,
reaktor/tempat yang bersifat khusus.
D.
Masalah-Masalah Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi
Masalah Kesehatan
lingkungan merupakan masalah kompleks yang untuk mengatasinya dibutuhkan
integrasi dari berbagai sector terkait. Di Indonesia permasalah dalam kesehatan
lingkungan antara lain :
1)
Air Bersih
Gambar air
Air bersih
adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi
syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.Air
bersih banyak hubungannya dengan persampahan, pengelolaan sampah yang setiap
hari diproduksi oleh masyarakat serta pembuangan air limbah yang langsung
dialirkan pada saluran sungai.Hal tersebut menyebabkan pandangkalan
saluran/sungai, tersumbatnya saluransungai karena sampah. Pada saat musim
penghujan selalu terjadi banjir dan menimbulkan penyakit. Beberapa penyakit
yang ditimbulkan oleh sanitasi yang kurang baik serta pembuangan sampah dan air
limbah yang kurang baik diantaranya adalah:
a) Diare
b) Demam berdarah
c) Disentri
d) Hepatitis A
e) Kolera
f) Tiphus
g) Cacingan dan
Malaria
2)
Kesehatan Pemukiman.
Sebenarnya
penduduk dalam suatu negara merupakan suatu potensi yang dapat dimanfaatkan
untuk pembangunan negara itu sendiri sebagai pelaksana sekaligus objek dari
pembangunan. Namun apabila jumlahnya terlampau banyak dan di sisi lain kualitas
SDM (Sumber Daya Manusia) itu sendiri tidak memadai untuk menjadi pelaksana
pembangunan, maka hal ini akan menjadi masalah karena penduduk hanya menjadi
objek pembangunan bukan pelaksana. Sehingga negara harus bekerja lebih untuk
menanggung kehidupan dari penduduknya agar setidaknya dapat merasakan kehidupan
yang layak. Namun faktanya masih banyak rakyat Indonesia yang hidup dalam
kondisi yang sangat memprihatinkan. Kepadatan penduduk yang terjadi di
Indonesia mengakibatkan terbatasnya lahan untuk tempat tinggal sehingga hal ini
memaksa masyarakat untuk membentuk suatu pemukiman kumuh. Tentu saja kondisi ini
menyebabkan sulitnya penduduk untuk memperoleh fasilitas kehidupan yang layak.
3)
Sampah
Pertumbuhan
ekonomi di Indonesia telah meningkatkan taraf kehidupan penduduknya.
Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan pertumbuhan kegiatan
produksi dan konsumsi. Pertumbuhan ini juga membawa pada penggunaan sumber
semula jadi yang lebih besar dan pengeksploitasian lingkungan untuk keperluan
industri, bisnis dan aktivitas sosial. Di bandar-bandar negara dunia ketiga,
pengurusan sampah sering mengalami masalah. Pembuangan sampah yang tidak diurus
dengan baik, akan mengakibatkan masalah besar. Karena penumpukan sampah atau
membuangnya sembarangan ke kawasan terbuka akan mengakibatkan pencemaran tanah
yang juga akan berdampak ke saluran air tanah. Demikian juga pembakaran sampah
akan mengakibatkan pencemaran udara, pembuangan sampah ke sungai akan
mengakibatkan pencemaran air, tersumbatnya saluran air dan banjir (Sicular
1989). Selain itu, Eksploitasi lingkungan adalah menjadi isu yang berkaitan
dengan pengurusan terutama sekitar kota. Masalah sampah sudah saatnya dilihat
dari konteks nasional. Kesukaran untuk mencari lokasi landfill sampah,
perhatian terhadap lingkungan, dan kesehatan telah menjadi isu utama pengurusan
negara dan sudah saatnya dilakukan pengurangan jumlah sampah, air sisa, serta
peningkatan kegiatan dalam menangani sampah.
Gambar sampah
4)
Serangga dan Binatang Pengganggu.
Gambar serangga dan binatang pengganggu
Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit
penyakit yang kemudian disebut sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk
penyakit pes/sampar, Nyamuk Anopheles sp untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes
sp untuk Demam Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk Penyakit Kaki
Gajah/Filariasis
5)
Tempat Umum dan Pengolahan Makanan (TUPM)
Makanan termasuk minuman, merupakan
kebutuhan pokok dan sumber utama bagi kehidupan manusia, namun makanan yang
tidak dikelola dengan baik justru akan menjadi media yang sangat efektif
didalam penularan penyakit saluran pencernaan (Food Borne Deseases). Terjadinya
peristiwa keracunan dan penularan penyakit akut yang sering membawa kematian
banyak bersumber dari makanan yang berasal dari tempat pengolahan makanan (TPM)
khususnya jasaboga, rumah makan dan makanan jajanan yang pengelolaannya tidak
memenuhi syarat kesehatan atau sanitasi lingkungan.
Sehingga upaya pengawasan terhadap
sanitasi makanan amat penting untuk menjaga kesehatan konsumen atau
masyarakat.
E.
Solusi Menangani masalah Sanitasi dan Kesehatan
Lingkungan
1)
Fasilitas Air Sehat
Agar air minum tidak menyebabkan penyakit
maka air tersebut hendaknya diusahakan memenuhi persyaratan-persyaratan
kesehatan, setidaknya diusahakan mendekati persyaratan tersebut. Air yang sehat
harus mempunyai persyaratan sebagai berikut :
Ø Syarat Fisik
Persyaratan
fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tak berwarna), tidak berasa,
suhu dibawah suhu udara diluarnya sehingga dalam kehidupan sehari-hari. Cara
mengenal air yang memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar.
Ø Syarat
Bakteriologis
Air untuk
keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri
patogen. Cara untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri
patogen adalah dengan memeriksa sampel (contoh) air tersebut. Dan bila dari
pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari 4 bakteri E. coli maka air tersebut
sudah memenuhi syarat kesehatan.
Ø Syarat Kimia
Air minum yang
sehat harus mengandung zat-zat tertentu didalam jumlah yang tertentu pula.
Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia didalam air akan menyebabkan
gangguan fisiologis pada manusia.Asalkan tidak tercemar oleh kotoran-kotoran
terutama kotoran manusia dan binatang. Oleh karena itu mata air atau sumur yang
ada di pedesaan harus mendapatkan pengawasan dan perlindungan agar tidak
dicemari oleh penduduk yang menggunakan air tersebut.
v Sumber-Sumber
Air Minum
Pada prinsipnya
semua air dapat diproses menjadi air minum. Sumber-sumber air ini, sebagai
berikut :
1. Air Hujan.
Air hujan dapat
ditampung kemudian dijadikan air minum. Tetapi air hujan ini tidak mengandung
kalsium. Oleh karena itu agar dapat dijadikan air minum yang sehat perlu
ditambahkan kalsium didalamnya.
2. Air Sungai dan
Danau.
Menurut asalnya
sebagian dari air sungai dan air danau ini juga dari air hujan yang mengalir
melalui saluran-saluran ke dalam sungai atau danau ini. Kedua sumber air ini
sering juga disebut air permukaan. Oleh karena air sungai dan danau ini sudah
terkontaminasi atau tercemar oleh berbagai macam kotoran maka bila akan
dijadikan air minum harus diolah terlebih dahulu.
3. Mata Air.
Air yang keluar
dari mata air ini berasal dari air tanah yang muncul secara alamiah. Oleh
karena itu air dari mata air ini bila belum tercemar oleh kotoran sudah dapat
dijadikan air minum langsung. Tetapi karena kita belum yakin apakah betul belum
tercemar maka alangkah baiknya air tersebut direbus dahulu sebelum diminum.
4. Air Sumur
Dangkal.
Air ini keluar
dari dalam tanah maka juga disebut air tanah. Air berasal dari lapisan air
didalam tanah yang dangkal. Dalamnya lapisan air ini dari permukaan tanah dari
tempat yang satu ke yang lain berbeda-beda. Biasanya berkisar antara 5 sampai
dengan 15 meter dari permukaan tanah. Air sumur pompa dangkal ini belum begitu
sehat karena kontaminasi kotoran dari permukaan tanah masih ada. Oleh karena
itu perlu direbus dahulu sebelum diminum.
5. Air Sumur Dalam
Air ini berasal
dari lapisan air kedua didalam tanah. Dalamnya dari permukaan tanah biasanya
diatas 15 meter. Oleh karena itu sebagaian besar air sumur dalam ini sudah
cukup sehat untuk dijadikan air minum yang langsung (tanpa melalui proses
pengolahan).
v Pengolahan Air
Minum Secara Sederhana
Ada beberapa
cara pengolahan air minum antara lain sebagai berikut :
1. Pengolahan Secara
Alamiah.
Pengolahan ini
dilakukan dalam bentuk penyimpanan (storage) dari air yang diperoleh dari
berbagai macam sumber, seperti air danau, air kali, air sumur dan sebagainya.
Didalam penyimpanan ini air dibiarkan untuk beberapa jam di tempatnya. Kemudian
akan terjadi koagulasi dari zat-zat yang terdapat didalam air dan akhirnya
terbentuk endapan. Air akan menjadi jernih karena partikel-partikel yang ada
dalam air akan ikut mengendap.
2. Pengolahan Air
dengan Menyaring Penyaringan air secara sederhana dapat dilakukan dengan
kerikil, ijuk dan pasir. Lebih lanjut akan diuraikan kemudian. Penyaringan
pasir dengan teknologi tinggi dilakukan oleh PAM (Perusahaan Air Minum) yang
hasilnya dapat dikonsumsi umum.
3. Pengolahan Air
dengan Menambahkan Zat Kimia.
Zat kimia yang
digunakan dapat berupa 2 macam yakni zat kimia yang berfungsi untuk koagulasi
dan akhirnya mempercepat pengendapan (misalnya tawas). Zat kimia yang kedua
adalah berfungsi untuk menyucihamakan (membunuh bibit penyakit yang ada didalam
air, misalnya chlor).
4. Pengolahan Air
dengan Mengalirkan Udara.
Tujuan utamanya
adalah untuk menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak, menghilangkan
gas-gas yang tak diperlukan, misalnya CO2 dan juga menaikkan derajat keasaman
air.
5. Pengolahan Air
dengan Memanaskan Sampai Mendidih
Tujuannya untuk
membunuh kuman-kuman yang terdapat pada air. Pengolahan semacam ini lebih tepat
hanya untuk konsumsi kecil misalnya untuk kebutuhan rumah tangga. Dilihat dari
konsumennya, pengolahan air pada prinsipnya dapat digolongkan menjadi 2 yakni :
1)
Pengolahan Air Minum untuk Umum
Ø Penampungan Air
Hujan. Air hujan dapat ditampung didalam suatu dam (danau buatan) yang dibangun
berdasarkan partisipasi masyarakat setempat.
Ø Pengolahan Air
Sungai. Air sungai dialirkan ke dalam suatu bak penampung I melalui saringan
kasar yang dapat memisahkan benda-benda padat dalam partikel besar. Bak
penampung I tadi diberi saringan yang terdiri dari ijuk, pasir, kerikil dan
sebagainya. Kemudian air dialirkan ke bak penampung II. Disini dibubuhkan tawas
dan chlor. Dari sini baru dialirkan ke penduduk atau diambil penduduk sendiri
langsung ke tempat itu. Agar bebas dari bakteri bila air akan diminum masih
memerlukan direbus terlebih dahulu.
Ø Pengolahan Mata
Air. Mata air yang secara alamiah timbul di desa-desa perlu dikelola dengan
melindungi sumber mata air tersebut agar tidak tercemar oleh kotoran. Dari sini
air tersebut dapat dialirkan ke rumah-rumah penduduk melalui pipa-pipa bambu
atau penduduk dapat langsung mengambilnya sendiri ke sumber yang sudah
terlindungi tersebut.
2) Pengolahan Air
Untuk Rumah Tangga
Ø Air Sumur.
Agar air sumur pompa gali ini tidak
tercemar oleh kotoran di sekitarnya, perlu adanya syarat-syarat sebagai berikut
:
a)
Harus ada bibir sumur agar bila musim hujan tiba, air
tanah tidak akan masuk ke dalamnya.
b)
Pada bagian atas kurang lebih 3 m dari permukaan tanah
harus ditembok, agar air dari atas tidak dapat
mengotori air sumur.
c)
Perlu diberi lapisan kerikil di bagian bawah sumur
tersebut untuk mengurangi kekeruhan.
Sebagai pengganti kerikil, ke dalam
sumur ini dapat dimasukkan suatu zat yang dapat membentuk endapan, misalnya
aluminium sulfat (tawas). Membersihkan air sumur yang keruh ini dapat dilakukan
dengan menyaringnya dengan saringan yang dapat dibuat sendiri dari kaleng
bekas.
Ø Air Hujan
Untuk mengatasi keluarga memerlukan
tempat penampungan air hujan yang lebih besar agar mempunyai tandon (storage)
untuk musim kemarau.
2)
Pemukiman
Secara umum rumah
dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
ü Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan ruang
gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu
ü Memenuhi kebutuhan
psikologis, yaitu : privasi yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota
keluarga dan penghuni rumah
ü Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah
dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas
vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar
matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping
pencahayaan dan penghawaan yang cukup
ü Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul
karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan
jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak
cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.
3)
Sampah
Teknik pengelolaan
sampah yang baik dan benar harus memperhatikan faktor-faktor unsur, berikut:
ü Penimbunan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi sampah adalah jumlah penduduk dan kepadatannya, tingkat aktivitas,
pola kehidupan/tk sosial ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan
teknologi
ü Penyimpanan sampah
ü Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali
ü Pengangkutan
ü Pembuangan
4)
Serangga
Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut diantaranya dengan
merancang rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff (rapat
tikus), Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan Nyamuk
Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat penampungan
air untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang angin di rumah
atau dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha
sanitasi.
5)
Tempat Umum dan Pengolahan Makanan (TUPM)
Agar kesehatan
masyarakat selalu terjaga perlu digalakkan gerakan hidup bersih dan sehat. Pola
hidup bersih dan sehat dapat diartikan sebagai hidup di lingkungan yang
memiliki standar kebersihan dan kesehatan serta menjalankan pola/perilaku hidup
bersih dan sehat. Lingkungan yang sehat dapat memberikan efek terhadap kualitas
kesehatan. Kesehatan seseorang akan menjadi baik jika lingkungan yang ada di
sekitarnya juga baik. Begitu juga sebaliknya, kesehatan seseorang akan menjadi
buruk jika lingkungan yang ada di sekitarnya kurang baik. Dalam penerapan hidup
bersih dan sehat dapat dimulai dengan mewujudkan lingkungan yang sehat.
Lingkungan yang sehat memiliki ciri-ciri tempat tinggal (rumah) dan lingkungan
sekitar rumah yang sehat
BAB II
PENUTUP
PENUTUP
A.
Simpulan
Sanitasi merupakan salah satu komponen
dari kesehatan lingkungan, yaitu perilaku yang disengaja untuk membudayakan
hidup bersih untuk mencegah manusia bersentuh langsung dengan kotoran dan bahan
buangan berbahaya lainnya, dengan harapan dapat menjaga dan meningkatkan
kesehatan manusia. Berbagai masalah kesehatan lingkungan yang
sering dihadapi masalah dimanapun,seperti masalah: Sanitasi , Masalah Pemukiman , Sampah ,Serangg
,TUPM adalah
masalah yang dapat ditanggulangi apabila masyarakat sadar dan mau melakukan
pola hidup bersih dan sehat.
B.
Saran.
Agar
kesehatan masyarakat selalu terjaga perlu digalakkan gerakan hidup bersih dan
sehat. Pola hidup bersih dan sehat dapat diartikan sebagai hidup di lingkungan
yang memiliki standar kebersihan dan kesehatan serta menjalankan pola/perilaku
hidup bersih dan sehat. Lingkungan yang sehat dapat memberikan efek terhadap
kualitas kesehatan. Kesehatan seseorang akan menjadi baik jika lingkungan yang
ada di sekitarnya juga baik. Begitu juga sebaliknya, kesehatan seseorang akan
menjadi buruk jika lingkungan yang ada di sekitarnya kurang baik. Dalam
penerapan hidup bersih dan sehat dapat dimulai dengan mewujudkan lingkungan
yang sehat. Lingkungan yang sehat memiliki ciri-ciri tempat tinggal (rumah) dan
lingkungan sekitar rumah yang sehat
DAFTAR PUSTAKA
Notoadmojo,
Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Rineka Cipta
Riyadi, Sugeng.
Kesehatan Lingkungan
http://ragil-ws.blogspot.co.id/2013/04/makalah-sanitasi-dan-kesehatan.html
0 komentar:
Posting Komentar