Senin, 20 April 2015

ALIRAN PENDIDIKAN KONVENSIONAL







ALIRAN PENDIDIKAN KONVENSIONAL

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas diskusi mata kuliah
Pengantar Ilmu Pendidikan

Dosen Pengampu :
Drs. H. A. Zaenal Abidin, M.Pd.




Disusun oleh :
 
        Ulfah Nurul Wahdah (1401414283)  
2.       Hidayatun Ni’mah (1401414313) 
 3.  Maulana Alam (1401414322)



PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat kami susun dengan baik. Sholawat dan salam semoga tetap telimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa manusia menuju jalan kebenaran.
            Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Diharapkan dengan penyusunan makalah ini pemahaman kami tentang aliran-aliran pendidikan konvensional khususnya dapat semakin dalam. Harapan selanjutnya kami dapat memperluas wawasan di mata kuliah pengantar ilmu pendidikan.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, sebagai acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik  di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Serta dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Negeri Semarang.



Semarang, 05 September 2014



Penyusun



JUDUL............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang............................................................................................................. 1
2.      Rumusan Masalah........................................................................................................ 1
3.      Tujuan........................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Aliran-Aliran Pendidikan Konvensional...................................................................... 2
B.     Gerakan-gerakan Baru dalam Pendidikan.................................................................... 7
C.     Dua Aliran Pokok Pendidikan di Indonesia.............................................................. 14
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan................................................................................................................ 17
B.     Saran.......................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 18

 



BAB I
PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang
Penddikan merupakan suatu proses dalam kehidupan manusia yang dapat dilakukan oleh manusia mulai dari kecil hingga dewasa. Dari dulu hingga saat ini, pendidikan merupakan hal yang paling penting untuk membawa mereka kepada kehidupan yang lebih baik. Gagasan dan pelaksanaan pendidikan selalu dinamis sesuai dengan dinamika manusia dan masyarakatnya. Sejak dulu, kini, maupun dimasa yang akan datang, pendidikan selalu mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial budaya dan perkembangan IPTEK. Pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan pendidikan itu disebut aliran-aliran pendidikan. Seperti dalam bidang-bidang lainnya, pemikiran-pemikiran dalam pendidikan berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan yakni pemikiran-pemikiran terdahulu selalu ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikiran-pemikiran berkutnya, dan arena dialog melahirkan lagi pemikiran-pemikiran baru, dan demikian seterusnya.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan memiliki nuansa berbeda antara satu era dengan era lain, tempat satu dengan lainnya, sehingga banyak bermunculan pemikiran-pemikiran yang dianggap sebagai penyesuaian proses pendidikan dengan kebutuhan yang diperlukan. Oleh sebab itu, banyak teori yang dikemukakan pada pemikir yang bermuara pada munculnya berbagai aliran pendidikan. Pada setiap aliran pendidikan memiliki pandangan yang berbeda dalam memandang perkembangan manusia. Oleh karena itu penulis akan memaparkan aliran-aliran dalam pendidikan, terutama aliran pendidikan konvensional.
2.    Rumusan Masalah
1.    Apa macam-macam aliran pendidikan konvensional?
2.    Bagaimana gerakan-gerakan baru dalam pendidikan?
3.    Apa saja dua aliran pokok pendidikan di Indonesia?
3.    Tujuan
1.    Untuk mengetahui macam-macam aliran pendidikan konvensional.
2.    Untuk mengetahui gerakan-gerakan baru dalam pendidikan.
3.    Untuk mengetahui dua aliran pokok pendidikan di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN
A.                ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN KONVENSIONAL

Aliran-aliran klasik terdiri atas aliran empiris, nativisme, naturalisme, dan konvergensi. Aliran ini menghubungkan pemikiran dimasa lalu, sekarang, dan mungkin di masa yang akan datang. Aliran ini memicu munculnya berbagai argumen-argumen tentang pendidikan, mulai dari yang pesimis hingga yang paling optimis. Selain itu, muncul pula beragam gerakan baru dalam pendidikan yang pengaruhnya masih terasa sampai sekarang. Yaitu gerakan pengajaran alam sekitar, pengajaran pusat perhatian, sekolah kerja, dan pengajaran proyek. Kemunculan gerakan baru tersebut  memunculkan beragam pro dan kontra dalam masyarakat. Aliran pendidikan konvensional dibagi menjadi empat aliran, yaitu:                                    
1.      Aliran Empirisme
Kata empirisme berasal dari kata “empiri” yang berarti pengalaman. Aliran Empirisme yaitu suatu aliran yang menganggap bahwa manusia itu dalam hidup dan perkembangan pribadinya semata-mata ditentukan oleh dunia luar, sedangkan pengaruh-pengaruh dari dalam (faktor keturunan) dianggapnya tidak ada.  Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulsi eksternal dalam perkembangan manusia dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan. Tokoh perintisnya adalah John Locke. Teorinya disebut Tabula Rasa. Dalam teori ini, perkembangan anak bergantung 100% dari dunia luar yang disebut lingkungan.
Aliran ini dipelopori oleh John Locke (1632-1704) seorang filsuf berkebangsaan Inggris, yang berpendapat :
a.       Anak lahir di dunia ini seperti kertas kosong atau sebagai meja berlapis lilin yang belum ada tulisan di atasnya.
b.      Anak yang baru lahir tidak membawa potensi/kemampuan.
c.       Perkembangan kepribadian anak sangat ditentukan oleh faktor lingkungan  yang disengaja/dikondisikan dinamakan pendidikan.
Menurut aliran ini, pendidikan adalah Maha Kuasa dalam membentuk anak didik menjadi apa yang diinginkannya. Sedangkan, mendidik adalah membentuk manusia menurut kehendak pendidik.
Aliran empirisme didasarkan atas konsepsi yang menyatakan bahwa perkembangan individu bergantung pada pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama hidupnya.Sehingga, Aliran bersikap optimis terhadap hasil pendidikan disebut aliran optimisme dalam pendidikan.
Berdasarkan konsep dasar ini, maka hal yang harus diperhatikan dalam pendidikan adalah :
1)      Pendidikan diberikan seawal mungkin,
2)      Pembiasaan dan latihan lebih penting daripada aturan, nasihat, atau perintah,
3)      Mengamati anak didik secara lebih dekat :
a.       Apa yang paling tepat bagi anak itu sesuai dengan umurnya
b.      Hasrat-hasratnya yang kuat
c.       Kecenderungannya mengikuti orang tua tanpa merusak semangat anak itu
4)      Anak harus dianggap sebagai makhluk rasional
5)      Pelajaran di sekolah jangan sampai menjadi beban.
Menurut pandangan empirisme pendidik memegang peranan yang sangat penting sebab pendidik dapat menyediakan lingkungan pendidikan kepada anak dan akan diterima oleh anak sebagai pengalaman-pengalaman. Hal ini juga banyak mempengaruhi pola piker orang Indonesia, sebagai contoh, banyak orang tua yang memaksa anaknya untuk tumbuh kearah yang mereka inginkan tanpa menghiraukan bakat, pembawaan, serta cita-cita anak itu sendiri.
Aliran Empiris dipandanga berat sebelah karena hanya mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan.
Namun aliran ini dapat dibenarkan/diperkuat dengan contoh, seperti : ada dua anak kembar, mereka dianggap mempunyai kesanggupan dan sifat-sifat yang sama.kemudian keduanya dipisahkan semenjak lahirm, yang satu dibesarkan di lingkungan desa dan dididik oleh keluarga petani, yang satu lagi dibesarkan di kota dan dididik oleh keluarga kaya raya. Bakat dan kesanggupan keduanya juga berbeda yang satu menjadi guru, sedangkan yang satu lagi menjadi saudagar. Yang menyebabkan perbedaan itu adalah pendidikan dan lingkungan yang berbeda.
Kelebihan aliran empirisme adalah dapat membimbing keluarga atau lingkungan anak untuk menciptakan lingkungan yang mendukung bagi anak sehingga perkembangan anak dapat berjalan dengan baik.
Kelemahan aliran empirisme adalah hanya mementingkan pengalaman. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa sejak lahir dikesampingkan. Padahal ada anak yang berbakat dan dapat berhasil walaupun lingkungan tidak mendukung.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa keberhasilan belajar peserta didik menurut aliran empirisme ini, adalah lingkungan sekitarnya. Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan dari pihak pendidik yang mengajar mereka.
2.      Aliran Nativisme (Aliran Pembawaan)
Kata nativisme berasal dari kata natus (lahir); nativis (pembawaan) yang ajarannya memandang manusia (anak manusia) sejak lahir telah membawa sesuatu kekuatan yang disebut potensi (dasar). Aliran ini menyatakan bahwa perkembangan manusia dalam hidup bermasyarakat itu tergantung kepada pembawaan, sehingga pengaruh di dunia sekitar sedikit sekali. Orang akan menjadi ahli agama, pelukis, guru, dll itu semuanya semata-mata karena pembawaan bukan karena lingkungan atau pendidikan. Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap dan pendidikan anak.
Aliran Nativisme bertolak dari Leinitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak. Tokoh aliran Nativisme adalah Schopenheuer. Ia adalah filsof Jerman yang hidup pada tahun 1788-1880. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir. Faktor lingkungan kurang berpengaruh pada pendidikan dan perkembangan anak. Oleh karena itu, hasil pendidikan ditentukan oleh bakat bawaan anak sejak lahir. Dengan demikian, keberhasilan pendidikan seseorang ditentukan oleh individu itu sendiri.
Nativisme berpendapat, jika anak memiliki bakat jahat sejak lahir maka ia akan menjadi jahat, jika anak memiliki bakat baik sejak lahir maka ia akan menjadi baik. Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa tidak akan berguna bagi perkembangan individu itu sendiri.
Pandangan tersebut tidak menyimpang dari kenyataan, misalnya anak mirip orangtuanya secara fisik dan akan mewarisi sifat dan bakat orang tuanya. Prinsipnya, pandangan nativisme adalah pengakuan tentang adanya daya asli yang telah terbentuk sejak manusia lahir ke dunia, yaitu daya-daya psikologis dan fisiologis yang bersifat herediter, serta kemampuan dasar lainnya yang kemampuannya berbeda dalam tiap diri manusia. Ada yang tumbuh dan berkembang sampai pada titik maksimal kemampuannya dan ada pula yang hanya sampai pada titik tertentu. Misalnya seorang anak yang berasal dari orang tua yang ahli seni musik akan berkembang menjadi seniman musik yang mungkin melebihi kemampuan orangtuanya, mungkin juga hanya sampai setengah kemampuan orangtuanya.
3.      Aliran Naturalisme
Aliran ini dipelopori oleh J.J. Rousseau (1712-1778) seorang filsuf bangsa Perancis, yang berpendapat bahwa semua anak adalah baik pada waktu lahir, tetapi menjadi buruk di tangan manusia. Prinsip kembali ke alam menjadi ciri utama aliran naturalisme. Aliran ini meragukan perlunya pendidikan bagi pengembangan bakat dan kemampuan anak. Oleh karena itu aliran ini disebut juga aliran negativisme. Pendidikan lebih baik ditunda daripada mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan pada diri anak didik.
Naturalisme memiliki tiga prinsip tentang proses pembelajaran (M. Arifin dan Aminuddin R., 1992: 9), yaitu :
a.       Anak didik belajar melalui pengalamannya sendiri, kemudian terjadi antara interaksi pengalaman dengan kemampuan pertumbuhan dan perkembangan di dalam dirinya secara alami.
b.      Pendidik hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Pendidik berperan sebagai fasilitator atau narasumber yang menyediakan lingkungan yang mampu mendorong keberanian anak didik ke arah pandangan yang positif dan tanggap terhadap kebutuhan untuk memperoleh bimbingan dan sugesti dari pendidik. Tanggungjawab belajar terletak pada diri anak itu sendiri.
c.       Program pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan minat dan bakat yang menyediakan lingkungan belajar yang berorientasi kepada pola belajar anak didik. Anak didik secara bebas diberi kesempatan untuk menciptakan lingkungan belajarnya sendiri sesuai dengan minat dan perhatiannya.
Dengan demikian, aliran naturalisme menitik beratkan pada strategi pembelajaran yang bersifat paedosentris, artinya faktor kemampuan individu anak didik menjadi pusat kegiatan proses belajar mengajar.



4.      Aliran Konvergensi
Kata konvergensi berasal dari kata konvergen, artinya bersifat menuju satu titik pertemuan. Aliran konvergensi merupakan kompromi atau kombinasi dari aliran nativisme dan empirisme. Aliran ini dipelopori oleh Willian Stern (1871-1939) seorang ahli pendidikan bangsa Jerman, yang berusaha menggabungkan dua aliran yang 180 derajat berlawanan yaitu aliran empirisme dan nativisme. Menurut konsepsi konvergensi baik pembawaan maupun lingkungan kedua-duanya mempunyai pengaruh terhadap perkembangan anak didik.Hasil pendidikan bergantung pada besar kecilnya pembawaan serta situasi lingkungannya. Jika kualitas pembawaan dan/atau lingkungan berubah, maka hasil perkembangan atau pendidikan akan berubah pula.
Misalnya, anak yang mempunyai pembawaan baik maka akan berkembangan lebih baik jika didukung oleh lingkungan yang baik pula. Bakat yang dibawa sejak lahir tidak akan dapat berkembang secara optimal jika tanpa dukungan lingkungan yang sesuai bagi perkembangan bakat itu sendiri. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak akan dapat menghasilkan perkembangan anak secara maksimal jika tidak didukung oleh bakat anak.
Perkembangan manusia bukan hasil dari pembawaan dan lingkungan saja. Manusia tidak hanya diperkembangkan saja tetapi ia memperkembangkan dirinya sendiri. Manusia adalah makhluk yang dapat dan sanggup memilih dan menentukan sesuatu mengenai dirinya dengan bebas. Karena itu ia bertanggungjawab terhadap segala perbuatannya. Ia dapat mengambil keputusan yang berlainan dari apa yang pernah diambilnya.
Jadi, kebanyakan ahli psikologi individual (a.l. Alfred Adler dan Kinkel) lebih menitik beratkan pada pengaruh lingkungan, sedangkan ahli-ahli biologi dan ahli-ahli psikologi yang lain lebih menekankan pada kekuatan / pengaruh pembawaan atau keturunan.







B.                GERAKAN BARU PENDIDIKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PELAKSANAAN DI INDONESIA


1.      Pengajaran  Alam  Sekitar

Gerakan  pendidikan  yang  mendekatkan  anak  dengan  sekitarnya  adalah  gerakanpengajaran  alam  sekitar, perintis  gerakan  ini antara  lain: Fr. A. Finger (1808-1888)  di Jerman  dengan  heimatkunde (pengajaran  alam  sekitar,  dan J. Ligthart (1859-1916)  di'  Belanda dengan Met  Volle-Leven  {kehidupan  senyatanya).  Beberapa  prinsip  gerakan Heimatkunde  adalah:
1.      Dengan  pengajaran  alam sekitar itu guru dapat  meragakan  secara  langsung.  Betapa pentingnya  pengajaran  dengan meragakan  atau mewujudkan  itu sesuai  dengan sifat-sifat  atau dasar-dasar  orang pengajaran.
2.      Pengajaran  alam  sekitar memberikan kesempatan  sebanyak-banyaknya agar anakaktif atau  giat tidak hanya  duduk, dengar,  dan  catat saja.
3.      Pengajaran alam sekitar  memungkinkan  untuk memberikan pengajaran  totalitas, yaitu suatu bentuk pengajaran  dengan  ciri-ciri  dalam garis besarnya  sebagai berikut:
a)      Suatu  pengajaran  yang tidak mengenai pembagian  mata pengajaran dalamdaftar pengajaran,  tetapi    guru  memahami  tujuan pengajaran dan mengarahkan usahanya  untuk  mencapai tujuan.
b)      Suatu  pengajaran  yang  menarik minat,  karena segala  sesuatu dipusatkan  atassuatu bahan pengajaran  yang  menarik  perhatian  anak dan  diambilkan  dari alam sekitarnya.
c)      Suatu pengajaran  yang  memungkinkan  segala bahan pengajaran ituberhubung-hubungan  satu sama lain seerat-eratnya  secara teratur.
4.      Pengajaran alam  sekitar  memberi  kepada  anak  bahan  apersepsi  intelektual  yang kukuh dan tidak verbalistis.  Yang  dimaksud  dengan  apersepsi intelektual  ialah segala sesuatu  yang baru dan masuk di dalam intelek anak, harus  dapat luluh menjadi satu dengan  kekayaan pengetahuan  yang sudah dimiliki  anak. Harus terjadi  proses asimilasiantara  pengetahuan  lama  dengan  pengetahuan  baru.
5.      Pengajaran  alam  sekitar memberikan  apersepsi  emosional,  karena alam  sekitar mempunyai  ikatan emosional dengan  anak. Untuk anak pun alam  sekitar tidak berbeda dengan untuk orang  dewasa;  segala kejadian  di alam  sekitarnya merupakan  sebagian dari  hidupnya  sendiri, dalam duka maupun suka  {perhelatan, kelahiran, kematian,  pesta desa, panen, penanaman  ladang, dan sebagainya).  Bahkan  kali, kolam,  ladang,  gunung, jalan,  itu semua  merupakan  bagian dari dirinya  atau  dirinrTa adalah bagian  dari itu semua. Demikianlah  alam sekitar  sebagai fundamen pendidikan  dan pengajaran  memberikan  dasar emosional,  sehingga anak menaruh perhatian yang  spontan  terhadap segala sesuatu  yang diberikan kepadanya asal itu didasarkan atas  dan diambil  dari alam  sekitarnya. Sedangkan J. Lingthart  mengemukakan pegangan  dalam Het Voile Leven  sebagai  berikut:

1)      Anak  harus mengetahui  barangnya  terlebih  dahulu  sebelum  mendengar namanya,  tidakkebalikannya, sebab  kata itu hanya suatu  tanda  dari  pengertian  tentang  barang  itu.
2)      Pengajaran  sesungguhnya  harus mendasarkan pada pengajaran selanjutnya  atau roatapengajaran  yang  lain  harus  dipusatkan  atas pengajaran itu.
3)      Haruslah  diadakan perjalanan memasuki hidup senyatanya  kesemua jurusan,  agar muridpaham akan  hubungan antara bermacam-macam  lapangan  dalam  hidupnya  (pengajaran alam sekitar).
Pokok-pokok  pendapat  pengajaran  alam  sekitar  tersebut  telah banyak dilakukan  disekolah, baik dengan  peragaan,  penggunaan  bahan  lokal dalam  pengajaran, dan lain-lain. Sepertitelah  dikemukakan  bahwa beberapa  tahun  terakhir  initelah ditetapkan  adanya  muatan lokal dalam  kurikulum,  termasuk  penggunaan  alam  sekitar.  Dengan  muatan  lokal tersebut diharapkan  anak  makin  dekat dengan alam  dan masyarakat  lingkungannya.  Di samping  alam sekitar  sebagai  isi bahan ajaran,  alam sekitar  juga menjadi kajian  empirik  melalui percobaan, studi banding,  dan sebagainya.  Dengan  memanfaatkan  alam sekitar  sebagai  sumber  belajar, anak akan  lebih menghargai, mencintai,  dan  melestarikan  lingkungannya.

2.      Pengajaran Pusat  perhatian

Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh  Ovideminat Decroly  (1g71-1932)  dari Belgia dengan pengajaran  melalui  pusat-pusat minat  (Centres  d'interef),  di samping pendapatnya  tentang pengajaran  global.  Pendidikan  raenurut  Decroly  berdasar  pada semboyan: Ecole pour la vie, par la vie {sekolah  untuk hidup  dan oleh hidup). Anak harus dididik untuk dapat hidup dalam  masyarakat dan dipersiapkan dalam masyaraka!  anak harus diarahkan  kepada pembentukan  individu  dan anggota masyarakat.  Oleh karena itu, anak  harus  mempunyai  pengetahuan terhadap  dirisendiri (tentang  hasrat  dan cita-citanya)  dan pengetahuan  tentang  dunianya  (lingkungannya, tempat hidup  di hari depannya).  Menurut Decroly dunia  ini terdiri dari alam dan kebudayaan. Dan  dunia  itu harus  hidup  dan  dapat  mengembangkan kemampuan  untuk mencapai cita-cita. Oleh karena itu, anak  harus  mempunyai  pengetahuan atas diri sendiri  dan  dunianya. Pengetahuan  anak-anak  harus  bersifat  subjektif dan  objektif.  Dari penelitian secara  tekun,  Decroly menyumbangkan  dua pendapat  yang sangat  berguna bagi pendidikan  dan  pengajaran,  yang  merupakan  dua  halyang khas  dari Decroly,  yaitu :

1.      Metode Global {keseluruhan).  Dari hasil yang  didapat  dari observasi  dan tes, dapatlah  ia menciptakan,  bahwa anak-anak  mengamati  dan  mengingat secara global (keseluruhan).  Mengingat keseluruhan  lebih dulu daripada bagian-bagian.  Jadi ini berdasar atas prinsip psikologi Gestalt.  Dalam mengajarkan  membaca dan  menulis, temyata  mengajarkan  kalimat lebih  mudah daripada  mengajarkan  ftata-kata  lepas. Sedang kata lebih mudah  diajarkan daripada mengajarkan  hur.uf-huruf  secara tersendiri. Metode ini bersifat  video visual  sebab  artisesuatu  kata yang  diajarkan  itu selalu  diasosiasikan  dengan  tanda  (tulisan),  atau suatu  gambar  yang  dapat dilihat.
2.      Centre  d'interet  (pusat-pusat  minat).  Dari penyelidikan psikologik,  ia menetapkan bahwa  anak-anak  mempunyai  minat yang spontan {sewajarnya).  pengajaran  harus disesuaikan  dengan minat-minat  spontan  tersebut.  Sebab  apabila tidak, yaitu misalnya minat yang ditimbulkan oteh  guru, maka  pengajaran itu tidak akan banyak hasilnya.  Anak mempunyai  minat-minat spontan terhadap  diri sendiri  dan minat spontan terhadap  dirisendiri itu dapat  kita bedakan  menjadi:
a.       Dorongan mempertahankan  diri.
b.      Dorongan mencarimakan  dan minum.
c.       Dorongan memelihara  diri.
Sedangkan  minat  terhadap  masyarakat  (biososial)  ialah:
a.       Dorongan  sibuk bermain-main.
b.      Dorongan meniru  orang  lain.

                Dorongan-dorongan  inilah yang  digunakan  sebagai  pusat-pusat  minat. Sedangkanpendidikan  dan  pengajaran harus selalu  dihubungkan  dengan  pusat-pusat  minat tersebut. Gerakan  pengajaran  pusat perhatian tersebut  telah mendorong  berbagai  upaya  agar  dalam kegiatan belajar  mengajar  diadakan  berbagai  variasi (cara mengajar,  dan  lain-lain)  agarperhatian siswa tetap  terpusat  pada  bahan  ajaran. Dengan kemajuan  teknologi  pengajaran, peluang mengadakan  variasi tersebut  menjadi  terbuka lebar, dan dengan demikian  upaya menarik minat  menjadi lebih besar. Pemusatan  perhatian  dalam pengajaran biasanya kerja  di prograrn pendidikan  jalur sekolah,  pengaruh  terbesar  di pendidikan  ini adalah  pada  jatrurpendidikan  luar  sekolah  {seperti kursus-kursus,  balai  latihan  kerja,  dan sebagainya.

3.      Sekolah Kerja

Gerakan  sekolah  kerja  dapat dipandang  sebagaititik  kulminasi  dari  pandangan-pandangan yang  mementingkan  pendidikan keterampilan  dalam  pendidikan.  J.A. Corrnenius  (1592-1670) menekankan  agar pendidikan mengembangkan  pikiran, ingatan, bahasa,  dan tangan (keterampilan,  kerja  tangan).  J. H. Pstalozzi  {L746-1827}  mngajarkan  bermacam-macam  mata pelajaran pertukaran  disekolahnya.  Namun  yang sering dipandang  sbagai  kpalah  skolah  adalah G.  Kerschensteiner  (1354-1932)  dengan  Arbeitschule-nya  (sekolah  kerja)  dijerman.  Perlu dikemukakan  bahwa  sekolah  individu  tetapijuga  demi kepentingan masyarakat.  Dngan kata  lain, sekolah  berkewajiban  menyiapkan  warga  negara yang  baik, yakni :
a.       Tiap  orank adalah  pekerja  dalam  salah  satu  lapangan jabatan.
b.      Tiap  orang  wajib menyumbangkan  tenaganya  untuk  kepentingan negara  .
c.       Dalam menunaikan kdua tugas tersebut haruslah  selalu diusahakan  kesempurnaannya, agar dengan jalan itu tiap warga negara  ikut membantu  mernpertinggi  dan menyempurnakan  kesusilaan  dan  keselamatan  negara. Berdasarkan  hal itu, maka  menurut  G. Kerschensteinertujuan  sekolah  adalah  :
1.      Menambah  pengetahuan anak, yaitu  pengetahuan  yang didapat dari buku  atau   pengetahuan orang  lain, dan yang didapat dari pengalaman  sendiri.
2.      Agar anak dapat memiliki  kernampuan  dan  kemahiraan  tertentu.
3.      Agar anak dapat memiliki  pekerjaan  sebagai persiapan jabatan  dalam  mengabdi negara.
               
                Kerschensteiner  brpendapat  bahwa  kewajiban  utama  sekolah  adalah  mmpersiapkan anak-anak untuk  dapat bekrja. Bukan  pekrjaan  otak yang dipentingkan,  melainkan pekerjaan  tangan,  sebab pekerjaan  tangan  adalah  dasar dari  segala pengetahuan  adat,  agama,  bahasa, kesenian,ilmu pengetahuan dan  lain-lain.  Oleh karena  itu dmikian  banyaknya  macam  pekerjaan  yang menjadi pusat  pelajaran, maka sekolah  kerja  dibagi menjaditiga golongan  besar :

1.      Sekolah-sekolah  prindustrian  {tukang  cukur,  tukang cetak, tukang  kayu, tukang dagin, masinis,  dan  lain-lain).
2.      Sekolah-sekolah  perdagangan  {rnakanan,  pakaian,  bank, asuransi,  pmegang  buku, porselin, pisau, dan gunting dari besi, dan  lain-lain).
3.      Sekolah  sekolah  rumah  tangga,  bertujuan  mendidik  para calon ibu yang diharapkan akan  menghalilkan  warga  ngara  yang  baik.

Segala  pekerjaan  itu dilaksanakan  disekolah  sehingga sekolah  mempunyai alat-alat yang lengkap  dan ternpat  (ruang)  yang  ukup;  dapur,  laboratorium,  kebun  sekolah,  tempat bertukang  dan sebagainya.  Pengikut  G. Kerschensteiner  antara lain  ialah  leo de paeuw. Leo de paeuw  adalah  direktur  jenderal  pengajaran  normal di belgia,  yang  mendirikan  sekolah  kerja seperti  Kerschensteiner  di negaranya.  la membuka lima maam  sekolah  kerja yaitu:
1.      Sekolah  tekhnik  kerajinan.
2.      Sekolah dagang.
3.      Sekolah pertanian  bagianak  laki.
4.      Sekolah  rumah  tangga  kota, dan
5.      Sekolah rumah  tangga  desa. Kedua  yang terakhir ini khusus untuk  para gadis, dan dapat berhasil  baik sedang sekolah-sekolah  bentuk lainnya bersifat intelektualistik.

Di Amerika  Serikat,  gema  sekolah  kerja  dapat ditmukan  dalarn gagasan-gagasan  J. Dewey Tentang pendidikan, khususnya  rnetode pnoyek  (lihat  butir brikutnya).  Di samping  itu gagasan  sekolah kerja  sangad mendorong  berkembangnya  sekolah  kejuruan di stiap negara, termasuk di lndonesia. Peranan sekolah  kejuruan  pada  tingkat  menengah  merupakan  tulang  punggung penyiapan  tenaga  trampil yang diperlukan  oleh negara sedang membangun  seprti  lndoneia.
Pendidikan  keterampilan  itu sangat  diperlukan  oleh setiap  orang  yang akan memasuki  lapangan kerja.  Oleh  karenaitu, dalam  rangka wajib  belajan  9 tahun  di lndonesia  akan dikernbangkan paket prograrn  yang  rnemberi peluang  lulusannya  untuk  memasukilapangan  kerja,  dengan  tidak mengabaikan  pendidikan umum yang akan dilanjutkan  ke SMTA. Disamping  pengaruh  sekolah kerja di program pendidikan jalur sekolah, pengaruh terbesar gagasan ini adalah pada jalur pendidikan luar sekolah (seperti kursus-kursus, balai latihan kerja, dan sebagainya).

4.      Pengajaran  Proyek
Dasar  filosofi  dan  pedagogis dari pengajaran-pengjaran  proyek diletakan oleh johnDewey  (1859-1952),  natrnun pelaksanaannya  dilakukan  oleh  pengikutnya, haruslah  sebagai mikrokosmos dari masyarakat  {becomes  microcosm  of soc'letyh oleh karena  itu, pendidikan adalah  suatu proses kehidupan itu sendiri bukannya  penyiapan  untuk  kehidupan di masa  depan (education  is a process of living  and  not a preparation  for future living) (ulich, 1950:  318).  Perlu pula dikemukakan  bahwa  Dewey merupakan peletak  dasar dari  falsafah pragmatisme dan penganut behaviorisme.  J. Dewey  sering  dipandang  sebagai pemikir  dan  peletak dasar masyarakat  modern Amerika. Khusus  dalam bidang  pengajaran,  Dewey  menegaskan  pengajaran  proyek,  yang dilanjudkan  oleh kilpatrick  dan  kawan-kawannya.  Dalam pengajaran  proyek  anak  bebas menentukan  pilihannya (terhadap  pekerjaan),  merancang,  serta  memimpinnya.  Proyek  yang ditentukan  oleh anak,  mendorongnya mencarijalan pemecahan  bila ia menemui  kesukaran. Anak dengan  sendirinya giat  dan  aktif karena  sesuai  dengan  apa  yang diinginkannya.  Proyek itulah yang  menyebabkan  mata pelajaran-mata  pelajaran  itu tidak terpisah-pisah antara  yang satu dengan  yang  lain. Fengajaran  berkisar  disekltar  pusat-pusat  minat  sewajarnya. Menurut Dewey yang  menjadi kompleks  pokok ialah  pertr.rkaran kayu, mernasak,  dan  menenun. Mata pelajarn-mata  pelajaran seperti menulis, membaca,  dan  berhitung  serta bahasa  tidak  ada sebab semua  itu berjalan dengan  sendirinya pada waktu  anak-anak  melaksanakan  proyek itu. Anak tidak  boleh dipisChkan-daripengajaran bahasa ibu  sebab bahasa ibu merupakan  alat pernyataan pengalaman  dan  perasaan anak-anak.  Dalam pengaiaran  proyek, pekerjaan-pekerjaan dikerjakan secara berkelompok  untuk  menghidupkan rasa  gotong-royong.  Juga dalam  bekerja sama itu akan  lahir  sifat-sifut  baik  pada diri  anak seperti bersaing  seara  sportif, bebas menyatakan pendapat,  dan disiplin yang sewajarnya.  Sifat-sifat manusia  tersebut  sangat dipelukan  dalam  masyarakat  luas  yang kapitalistik  dan demokratik. Pengajaran  proyek biasa  pula  digunakan  sebagai salah  satu  metode  mengajar  di lndonesia,  antara lain dengan  nama  pengajaran  proyek, pengajarn  unit, dan sebagainya. Yarrg perlu ditekankan  bahwa  pengajaran  proyek rnenumbuhkan  kemampuan untuk  memandang  dan memecahkan  persoalan  seara  komprehensif;  dengan  kata  lain, menumbuhkan  kemampuan pemecahan  masalah  secaramultidisiplin.  Pendekatan  multidisipin  tersebut  makin lama  makin penting,  utamanya  dalam masyarakat  yang maju.

5.      Pengaruh  Gerakan  Baru dalanr Fendidikan  Terhadap  Penyelenggaraan  Pendidikan di lndonesia
Telah dikemukakan bahwa  gerakan  baru dalam  pendidikan  tersebut  terutama berkaitan dengan  kegiatan  belajar mengajar  di sekolah,  namun  dasar-dasar  pikirannya  tentulah menjangkau  semua segi  dari  pendidikan,  baik aspek konseptual maupun  operasional.  Sebab  itu mungkin  saja  gerakan-gerakan  ltu tidak di adopsi  seutuhnya di suatu masyarakat  atau Negara tertentu,  namun asas pokoknya  rnenjiwai  kebijakan-kebijakan pendidikan dalam masyarakat atau negara  itu. Sebagai  contoh yang telah  dikemukakan pada  setiap paparan  tentang  gerakan F-itu, untuk  indonesia,  seperti rnuatan lokal dalam kurikuluM  untuk  mendekatkan peserta  didik dengan  lingkungannya,  berkembangnya  sekolah  kejuruan, pemupukan semangat  kerja  sama multidisiplin  dalam mengahadapi  masalah, dan  sebagainya. Akhirnya, perlu ditekankan lagi bahwa  kajian tentang  pemikiran-pemikiran  pada masalalu  akan sangat  bemanfaat untuk  memperluas pemahaman  tentang  seluk beluk pendidikan, sertamemupuk  wawasan  historis darisetiaptenaga  kependidikam.  Kedua  halite sangat  penting  karena  setiap  keputusan  dan tindakan  di bidang  pendidikan, termasuk  di bidang pembelajaran, akan mernbawa  darnpak  bukan  hanya pada  masa  kinl tetapijuga  rnasa epan. Oleh  karenaitu,  setiap keputusan  dan  tindakan  itu harus dipertanggung  jawabkan  secara profesional. Sebagai  contoh, beberapa  tahun  terakhir ini telah terjadi polemik tentangperan pokok  pendiikan {utamanya  jalur sekolah)  yaknitentang  masalah  relevansi  tentang  dunia kerja (siap pakai);  apakah tekanan pada pembudayaan  manusia  yang menyadari  harkat dan martabatnya,  ataukah memberi  bekal  keterampilan  untuk  memasuki  dunia kerja.kedua  halite tentulah sama pentingnya dalarn  rnembangun  sumber  day  manusia  lndonesia  yang bermutu.


C. DUA  ALIRAN POKOK PENDIDIKAN DI INDONESIA

            Dua aliran pokok pendidikan di Indonesia yang dimaksud adalah Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam. Kedua aliran ini dipandang sebagai suatu tonggak pemikiran tentang pendidikan di Indonesia.

1.                  Perguruan Kebangsaan Taman Siswa
            Perguruan Kebangsaan Taman siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1932 di Yogyakarta.
a.        Asas dan Tujuan Taman Siswa
Taman Siswa memiliki tujuh asas perjuangan yang dikenal dengan  “Asas 1922”, antara lain:
·         Setia orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri dengan mengingat terbitnya persatuan dalam perikehidupan umum.
·         Pengajaran harus member pengetahuan yang berfaedah yang dalam arti lahri dan batin dapat memerdekakan diri.
·         Pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.
·         Pengajaran harus tersebar luas sampai menjangkau seluruh masyarakat.
·         Mengejar kemerdekaan hidup hendaknya diusahakan dengan kekuatan sendiri dan menolak bantuan apapun dan dari siapapun yang mengikat.
·         Sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.
·         Mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin dengan mengorbankan segala kepentingan pribadi demi kebahagiaan anak-anak.
Dalam perkembangannya, Taman Siswa melengkapi “Asas 1922” dengan “Dasar-Dasar 1947” yang disebut pula “Panca Dharma”. Asas-asas tersebut antara lain : asas kemerdekaan, asas kodrat alam, asas kebudayaan, asas kebangsaan, dan asas kemanusiaan.
            Adapun tujuan Perguruan Kebangsaan Taman Siswa antara lain:
1.      Sebagai badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat tertib dan damai.
2.      Membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir batin, luhur akal budinya, serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab atas keserasian bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya.
b.      Upaya-Upaya Pendidikan yang Dilakukan Taman Siswa
1.      Menyelenggarakan tugas pendidikan dalam bentuk perguruan dari tingkat dasar hingga tingkat tinggi.
2.      Mengikuti dan mempelajari perkembangan dunia di luar Taman Siswa yang ada hubungannya dengan bidang kegiatan Taman Siswa.
3.      Menumbuhkan lingkungan hidup keluarga Taman Siswa, sehingga dapat tampak benar wujud masyarakat Taman Siswa yang dicita-citakan.

c.       Hasil-Hasil yang Dicapai
            Taman Siswa telah mencapai berbagai hal seperti : gagasan/pemikiran tentang pendidikan nasional, lembaga-lembaga pendidikan dari Taman Indria sampai dengan Sarjana Wiyata, dan sejumlah besar alumni perguruan banyak yang menjadi tokoh nasional, seperti Ki Hajar Dewantara, Ki Mangunsarkoro, dan Ki Suratman.

2.      Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
            Ruang Pendidik INS Kayu Tanam didirikan oleh Mohammad Sjafei pada tanggal 31 Oktober 1962 di Kayu Tanam.
a.      Asas dan Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
1.      Berpikir logis dan rasional.
2.      Keaktifan atau kegiatan.
3.      Pendidikan masyarakat.
4.      Memperhatikan pembawaan anak.
5.      Menentang intelektualisme.
Namun, seiring perkembangan zaman, asas tersebut berkembang menjadi dasar-dasar pendidikan. Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam adalah :
1.      Mendidik rakyat kea rah kemerdekaan.
2.      Member pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
3.      Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat.
4.      Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan  berani bertanggung jawab.
5.      Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan.


b.      Usaha-Usaha Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Usaha-usaha yang dilakukan Mohammad Sjafei dan kawan-kawan antara lain: memantapkan dan menyebarluaskan gagasan-gagasannya tentang pendidikan nasional, pengembangan Ruang Pendidik INS, upaya pemberantasan buta huruf, penerbitan majalah anak-anak, dan lain-lain.

c.       Hasil-Hasil yang Dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
            INS Kayu Tanam telah mengupayakan gagasan tentang pendidikan nasional, beberapa ruang pendidikan,dan sejumlah alumni. Salah satu  Alumni pun telah berhasil menerbitkan salah satu tulisan Moh. Sjafei yakni Dasar-Dasar pendidikan.
BAB III
PENUTUP

A.                KESIMPULAN
Keberhasilan teori belajar mengajar jika dikaitkan dengan aliran-aliran dalam pendidikan, diketahui beberapa rumusan yang berbeda antara aliran yang satu dengan aliran lainnya.Menurut aliran empirisme bahwa justru lingkungan yang mempengaruhi peserta didik tersebut.Menurut aliran nativisme bahwa seorang peserta tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Menurut aliran naturalisme menitik beratkan pada strategi pembelajaran bahwa kemampuan individu peserta didik menjadi pusat kegiatan proses belajar mengajar. Menurut aliran konvergensi bahwa antara lingkungan dan bakat pada peserta didik yang terbawa sejak lahir saling mempengaruhi.
Ketika aliran-aliran pendidikan, yakni empirisme, nativisme, naturalisme, dan konvergensi, dikaitkan dengan teori belajar mengajar kelihatan bahwa kedua aliran yang telah disebutkan  (nativisme-empirisme) mempunyai kelemahan. Adapun kelemahan empirisme dan nativisme adalah sifatnya yang ekslusif dengan cirinya ekstrim berat sebelah. Sedangkan aliran yang terakhir (konvergensi) pada umumunya diterima seara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh-kembang seorang peserta didik dalam kegiatan belajarnya.

B.                 SARAN
Sehubungan dengan aliran pendidikan konvensional yang dibagi menjadi empat aliran, yaitu aliran empirisme, nativisme, naturalisme, dan konvergensi, menurut kami aliran yang dapat diterima oleh pandangan masyarakat luas pada umumnya adalah aliran konvergensi, karena aliran konvergensi memiliki pandangan yang tepat dalam tumbuh kembang seorang anak dalam kegiatan belajarnya. Dalam konsep aliran konvergensi, pembawaan dan lingkungan itu memiliki pengaruh dalam perkembangan anak. Hasil pendidikan juga bergantung pada besar kecilnya pembawaan serta situasi lingkungannya. Manusia juga tidak hanya diperkembangkan saja tetapi ia juga harus memperkembangkan dirinya sendiri.


DAFTAR PUSTAKA

Munib, Achmad, dkk. 2010. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UPT MKK UNNES.
Belha Aisyah. Aliran-aliran Pendidikan “Pengantar Pendidikan” (online). file:///D:/ TUGAS%20KULIAH/Tugas%20Kuliah%20%20Aliran-Aliran%20Pendidikan% 20%27Pengantar%20Pendidikan%27.htm. Diakses pada Minggu, 19 Oktober 2014 pukul 15.12


2 komentar:

Posting Komentar

 
;