Minggu, 19 April 2015

KONTRIBUSI PERKEMBANGAN PERASAAN DAN EMOSI PESERTA DIDIK TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN





KONTRIBUSI PERKEMBANGAN
PERASAAN DAN EMOSI PESERTA DIDIK
TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan
Dosen Pengampu Drs. Jaino, M.Pd.


Disusun Oleh :

ULFAH NURUL WAHDAH (1401414283)


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang  telah melimpahkan nikmat dan hidayah-Nya kepada saya sehingga mampu menyelesaikan Tugas Makalah Mata Kuliah Psikologi Perkembangan ini.
Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan selalu memberi dukungan, mereka adalah :
1.        Drs. Jaino, M.Pd. selaku Dosen Mata Kuliah Psikologi Perkembangan yang telah memberikan bimbingan serta arahan dalam mengerjakan makalah ini.
2.        Kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan baik secara moral maupun material sehingga saya bisa menyelesaikan makalah ini.
3.        Teman-teman Rombel E yang telah memberikan dukungan serta bantuan.
4.        Semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan makalah ini.
            Makalah ini berisi penjelasan tentang kontribusi perasaan dan emosi peserta didik terhadap proses pembelajaran. Selain tentang teori saya juga menampilkan contoh serta implikasinya dalam kehidupan sehari – hari.
Saya sadar bahwa kesempurnaan hanyalah milik Yang Maha Sempurna, tetapi usaha maksimal telah saya lakukan dalam penulisan makalah ini. Kritik dan saran akan saya terima dengan tangan terbuka. Saya berharap, semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Serta dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Negeri Semarang.


Semarang, 03 November 2014

Penulis


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... . i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................  iii
BAB I PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1
B.       Rumusan Masalah ................................................................................... 1
C.       Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
1.        Pengertian Perasaan dan Emosi............................................................... 3
2.        Fase-fase Perkembangan Emosi Peserta Didik ....................................... 4
3.        Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Peserta Didik ......... 5
4.        Aspek-aspek Kecerdasan Emosi.............................................................. 7
5.        Fungsi dan Peranan Emosi pada Perkembangan Peserta Didik.............. 8
6.        Perbedaan Individual dalam Perkembangan Emosi................................ 9
7.        Hubungan Antara Emosi dan Tingkah Laku........................................... 9
8.        Metode Belajar yang Menunjang Perkembangan Emosi....................... 10
9.        Upaya Pengembangan Emosi dan Implikasi dalam Pendidikan........... 11
BAB III PENUTUP
A.      Kesimpulan ........................................................................................... 14
B.       Saran ..................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 15


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
            Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang banyak hal yang berhubungan dengan jiwa manusia diantaranya perasaan manusia, perilaku manusia, kebiasaan-kebiasaan yang dilakukannya, termasuk emosi adalah salah satunya. Dalam ilmu psikologi, emosi merupakan kajian penting yang perlu dibahas karena dalam  kehidupan sehari-hari manusia selalu tak lepas akan adanya gejala-gejala emosi yang timbul. Berbagai peristiwa yang sering terjadi yakni ketika manusia tidak lagi mendapatkan sesuatu yang diinginkan, mendapatkan sebuah masalah, mengalami kerugian usaha yang besar, cobaan datang terus menerus. Inilah yang menjadikan manusia kadang-kadang meluapkan emosinya karena tidak dapat mengontrol atau mengendalikan dirinya sendiri terhadap keadaan yang dialaminya.
Selain itu emosi pada hakikatnya tidaklah mempelajari gejala negatif perasaan seorang manusia yang timbul namun juga mempelajari emosi manusia yang bersifat positif seperti bahagia, senang, dan ceria. Emosi tidak terjadi kadang-kadang namun emosi terjadi setiap hari dimana manusia akan memunculkan hal tersebut sesuai dengan kondisi yang dialaminya. Dengan berjalannya waktu, maka emosi akan selalu mengalami dinamika atau perubahan. Sehingga emosi mengalami perkembangan sesuai bergantinya kondisi dan usia. Dengan bertambahnya usia anak, reaksi emosinya pun akan semakin beragam. Tak sulit bagi orang tua untuk mengenali berbagai reaksi emosi anak ini. Tapi, yang paling penting adalah menyikapi emosi anak dengan tepat.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian perasaan dan emosi ?
2.      Bagaimana fase-fase perkembangan emosi peserta didik ?
3.      Apa faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi peserta didik ?
4.      Apa aspek-aspek kecerdasan emosi ?
5.      Apa fungsi dan peranan emosi pada perkembangan peserta didik ?
6.      Apa perbedaan individual dalam perkembangan emosi ?
7.      Apa hubungan antara emosi dan tingkah laku ?
8.      Bagaimana metode belajar yang menunjang perkembangan emosi?
9.  Bagaimana upaya pengembangan emosi dan implikasinya dalam penyelenggara pendidikan ?

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian perasaan dan emosi.
2.      Untuk mengetahui fase-fase perkembangan emosi peserta didik.
3.      Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi peserta didik.
4.      Untuk mengetahui aspek-aspek kecerdasan emosi.
5.      Untuk mengetahui fungsi dan peranan emosi pada perkembangan peserta didik.
6.      Untuk mengetahui perbedaan individual dalam perkembangan emosi.
7.      Untuk mengetahui hubungan antara emosi dan tingkah laku.
8.      Untuk mengetahui metode belajar yang menunjang perkembangan emosi.
9.      Untuk mengetahui upaya pengembangan emosi dan implikasi dalam pendidikan.



BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian Perasaan dan Emosi
Perasaan sering kita alami, namun agak susah untuk mendefinisikannya secara persis. Chaplin (1989:163) memberikan definisi perasaan sebagai pengalaman yang disadari yang diaktifkan oleh perangsang eksternal maupun bermacam-macam keadaan jasmani. Sedangkan Max Scheber (1990:79) membagi perasaan menjadi empat kelompok, yaitu :
a.       Perasaan pengindraan, yaitu perasaan yang berhubungan dengan pengindraan, misalnya rasa panas, dingin, dan sebagainya.
b.      Perasaan vital, yaitu perasaan yang dialami seseorang yang berhubungan keadaan tubuh, misalnya rasa lelah, lesu, segar, dan lain-lain.
c.       Perasaan psikis, yaitu perasaan yang menyebabkan perubahan- perubahan psikis, misalnya rasa senang, sedih, dan lain sebagainya.
d.      Perasaan pribadi, yaitu perasan yang dialami seseorang secara pribadi, misalnya terasing, suka, tidak suka, dan sebagainya.
Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu. Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Emosi dapat ditunjukkan ketika merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu. Kebanyakan ahli yakin bahwa emosi lebih cepat berlalu daripada suasana hati. Sebagai contoh, bila seseorang bersikap kasar, manusia akan merasa marah. Perasaan intens kemarahan tersebut mungkin datang dan pergi dengan cukup cepat tetapi ketika sedang dalam suasana hati yang buruk, seseorang dapat merasa tidak enak untuk beberapa jam. Definisi lain menyebutkan, bahwa emosi adalah suatu respon (reaksi) terhadap suatu perangsang yang dapat menyebabkan perubahan fisiologis, disertai dengan perasaaan yang kuat, biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus (Poerbakawatja, 1982:92)
Perasaan erat kaitannya dengan emosi. Perasaan merupakan bagian dari emosi, dan tidak terdapat perbedaan yang tegas antara perasaan dan emosi. Dalam beberapa hal perasaan mempunyai arti yang sama dengan emosi, namun ada kalanya tidak demikian. Yang jelas emosi bersifat lebih intens daripada perasaan, lebih ekspresif, ada kecenderungan untuk meletus, dan emosi dapat timbulndari kombinasi beberapa perasaan, sehingga emosi mengandung arti yang lebih kompleks dari perasaan.
Berdasarkan hal di atas,  dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu respon terhadap rangsangan yang diterima oleh individu, atau pun pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak.

2.      Fase-fase Perkembangan Emosi Peserta Didik
Secara garis besar perilaku dan perkembangan emosional anak adalah sebagai berikut :
1)      Perkembangan Emosi Usia Pra Sekolah (3-5 tahun)
Pada masa ini anak kelihatan berperilaku agresif, memberontak, menentang keinginan orang lain, khususnya orang tua. Pada usia ini sikap menentang bisa berubah kembali bila orang tua, menunjukkkan sikap konsisten dalam memperlihatkan kewibawaan dan peraturan yang telah ditetapkan dan selanjutnya bisa terjadi proses identifikasi pada anak terhadap orang tua. Usia ini merupakan usia yang temperamental bagi anak. Pola-pola emosi yang umum pada masa ini adalah rasa takut, marah, emosi, iri, cemburu, dan rasa ingin tahu.
2)      Perkembangan Emosi Peserta Didik Usia Sekolah Dasar
Menurut Hurlock (1998) pola-pola emosi yang belum terjadi pada masa kanak-kanak adalah takut, malu, canggung, khawatir, marah, cemburu, duka cita, keingintahuan, gembira, dan kasih sayang.
3)      Perkembangan Emosi Peserta Didik Usia Remaja (SMP/SMA)
Masa remaja atau masa adolensia merupakan masa peralihan atau masa transisi antara masa anak ke masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami perkembangan yang pesat mencapai kematangan fisik, sosial, dan emosi. Pada masa ini dipercaya merupakan masa yang sulit, baik bagi remaja sendiri maupun bagi keluarga dan lingkungannya. Perubahan-perubahan fisik yang dialami remaja juga menyebabkan adanya perubahan psikologis. Hurlock (1973: 17) disebut sebagai periode heightened emotionality, yaitu suatu keadaan dimana kondisi emosi tampak lebih tinggi atau tampak lebih intens dibandingkan dengan keadaan normal. Dengan bertambahnya umur maka emosi yang tinggi akan mulai mereda atau menuju kondisi yang stabil.

3.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Peserta Didik
Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan emosi peserta didik bergantung kepada faktor kematangan dan faktor belajar (Hurlock, 2002: 154). Untuk mencapai kematangan emosi, peserta didik harus belajar memperoleh gambaran tentang situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional. Adapun caranya adalah dengan membicarakan berbagai masalah pribadinya dengan orang lain.
Beberapa ahli psikologi menyebutkan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan kematangan emosi seseorang (Astuti, 2005), yaitu :
1)      Pola Asuh Orangtua
Pola asuh orang tua terhadap anak bervariasi. Ada yang pola asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja, sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga dengan penuh cinta kasih. Perbedaan pola asuh dari orang tua seperti ini dapat berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi peserta didik.
2)      Pengalaman Traumatik
Kejadian-kejadian traumatis masa lalu dapat mempengaruhi perkembangan emosi seseorang, dampaknya jejak rasa takut dan sikap terlalu waspada yang ditimbulkan dapat berlangsung seumur hidup. Kejadian-kejadian traumatis tersebut dapat bersumber dari lingkungan keluarga ataupun lingkungan di luar keluarga.
3)      Temperamen
Temperamen dapat didefinisikan sebagai suasana hati yang mencirikan kehidupan emosional kita. Hingga tahap tertentu masing- masing individu memiliki kisaran emosi sendiri-sendiri, temperamen merupakan bawaan sejak lahir, dan merupakan bagian dari genetik yang mempunyai kekuatan hebat dalam rentang kehidupan manusia.
4)      Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin memiliki pengaruh yang berkaitan dengan adanya perbedaan hormonal antara laki- laki dan perempuan, peran jenis maupun tuntutan sosial yang berpengaruh pula terhadap adanya perbedaan karakteristik emosi diantara keduanya.
5)      Usia
Perkembangan kematangan emosi yang dimiliki seseorang sejalan dengan pertambahan usianya. Hal ini dikarenakan kematangan emosi dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan dan kematangan fisiologis seseorang. Ketika usia semakin tua, kadar hormonal dalam tubuh turut berkurang, sehingga mengakibatkan penurunan pengaruhnya terhadap kondisi emosi (Moloney, dalam Puspitasari Nuryoto 2001).
6)      Perubahan jasmani
Perubahan jasmani ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan yang sangat cepat dari anggota tubuh. Pada taraf permulaan petumbuhan ini hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan tubuh ini sering mempunyai akibat yang tidak terduga pada perkembangan emosi peserta didik. Tidak setiap peserta didik dapat menerima perubahan kondisi tubuh seperti ini, sehingga dapat menyebabkan rangsangan di dalam tubuh peserta didik dan seringkali menimbulkan masalah dalam perkembangan emosinya.
7)      Perubahan Interaksi dengan teman sebaya
Peserta didik sering kali membangun interaksi dengan sesama teman sebayanya secara khas dengan cara berkumpul. Fakor yang sering menimbulkan masalah emosi pada masa ini adalah hubungan cinta dengan teman lawan jenis. Gejala ini sebenarnya sehat bagi peserta didik, tetapi tidak jarang menimbulkan konflik atau gangguan emosi pada mereka jika tidak diikuti dengan bimbingan dari orang tua atau orang yang lebih dewasa.
8)      Perubahan Pandangan Luar
Ada sejumlah perubahan pandangan dunia luar yang dapat menyebabkan konflik-konflik emosional dalam diri peserta didik, yaitu:
a.       Sikap dunia luar terhadap peserta didik sering tidak konsisten
b.      Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda untuk peserta didik laki-laki dan perempuan.
c.       Seringkali kekosongan peserta didik dimamfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggung jawab.
9)      Perubahan Interaksi dengan Sekolah
Sekolah merupakan tempat pendidikan yang sangat diidealkan oleh pererta didik. Para guru merupakan tokoh yang sangat penting dalam kehidupan mereka karena selain tokoh intelektual, guru juga merupakan tokoh otoritas bagi para peserta didiknya. Oleh karena itu tidak jarang anak-anak lebih percaya, lebih patuh, bahkan lebih takut kepada guru daripada kepada orang tuanya. Posisi guru disini amat strategis apabila digunakan untuk pengembangan emosi anak melalui penyampaian materi-materi yang positif dan konstruktif.

4.      Aspek-aspek Kecerdasan Emosi
            Goleman (1997) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Kecerdasan emosi adalah kecerdasan yang dimiliki seseorang yang dapat mengendalikan emosinya, menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.
Aspek-aspek kecerdasan emosi adalah sebagai berikut :
a.       Pengelolaan diri
            Mengandung arti bagaimana seseorang mengelola diri dan perasaan-perasaan yang dialaminya dan tahan terhadap frustasi.
b.      Kemampuan untuk memotivasi diri
            Kemampuan ini berguna untuk mencapai tujuan jangka panjang untuk mengatasi setiap kesulitan yang dialami bahkan untul mekegakan kegagalan yang terjadi.
c.       Empati
            Empati ini dibangun dari kesadaran diri dengan memposisikan diri senada, serasa dengan emosi orang lain akan membantu untuk memahami perasaan orang lain tersebut.
d.      Keterampilan sosial
            Merupakan keterampilan yang dapat dipelajari seseorang semenjak kecil mengenai pola-pola berhubungan dengan orang lain.
5.      Fungsi dan Peranan Emosi pada Perkembangan Anak
a.       Merupakan bentuk komunikasi sehingga anak dapat menyatakan segala kebutuhan dan perasaannya pada orang lain.
b.      Emosi berperan dalam mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri anak dengan lingkungan sosialnya, antara lain :
·         Tingkah laku emosi anak yang ditampilkan merupakan sumber penilaian lingkungan sosial terhadap dirinya.
·         Emosi menyenangkan atau tidak menyenangkan dapat mempengaruhi interaksi sosial anak melalui reaksi-reaksi yang
ditampilkan lingkungannya
·         Emosi dapat mempengaruhi iklim psikologis lingkungan.
·         Tingkah laku yang sama dan ditampilkan secara berulang dapat menjadi satu kebiasaan
·         Ketegangan emosi yang dimiliki anak dapat menghambat atau mengganggu aktivitas motorik dan mental anak.
c.       Menyesuaikan reaksi dengan kondisi khusus.
d.      Memotivasi tindakan yang ditujukan untuk pencapaian tujuan tertentu
e.       Mengomunikasikan sebuah niat pada orang lain
f.       Meningkatkan ikatan sosial
g.      Mempengaruhi memori dan evaluasi suatu kejadian
h.      Meningkatkan daya ingat terhadap memori tertentu

6.      Perbedaan Individual dalam Perkembangan Emosi
Bersosialisasi dilakukan oleh setiap orang, baik secara individu maupun berkelompok. Dilihat dari berbagai aspek terdapat perbedaan individual manusia yang hal itu tampak juga dalam perkembangan sosialnya. Sesuai dengan teori komprehensif tentang perkembangan sosial yang dikembangkan oleh Erickson, maka di dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya setiap manusia menempuh langkah yang berlainan satu dengan yang lain. Dalam teori Erickson dinyatakan bahwa manusia (anak) hidup dalam kesatuan budaya yang utuh, alam dan kehidupan masyarakat menyediakan segala hal yang dibutuhkan manusia namun sesuai dengan minat, kemampuan, dan latar belakang kehidupan budayanya maka berkembang kelompok-kelompok sosial yang beraneka ragam.
Individu mengalami proses perkembangan emosi selama hidupnya, mulai dari bayi sampai dengan dewasa. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi individu. Kepribadian, lingkungan, pengalaman, kebudayaan, pendidikan, pendidikan, merupakan variabel yang sangat berperan dalam perkembangan emosi individu. Perbedaan individu juga dapat dipengaruhi oleh adanya perbedaan kondisi atau keadaan individu yang bersangkutan, antara lain :
a.       Kondisi dasar individu. Hal ini erat kaitannya dengan struktur pribadi individu. Misalnya ada yang mudah marah, ada juga yang susah marah.
b.      Kondisi psikis individu pada suatu waktu. Misalnya, saat sedang kalut, seseorang mudah tersinggung dibanding dalam keadaan normal.
c.       Kondisi jasmani individu. Pada saat sedang sakit biasanya lebih mudah perasa atau lebih mudah marah.
7.      Hubungan Antara Emosi dan Tingkah Laku
Emosi berhubungan dengan motif. Emosi dapat berfungsi sebagai motif yang dapat memotivasi atau menyebabkan timbulnya semacam kekuatan agar individu dapat berbuat atau bertingkah laku. Tingkah laku yang ditimbulkan oleh emosi tersebut, bisa bersifat positif maupun negatif. Hal ini dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya :
a.       Ketika kita mengetahui saudara kita terimpa bencana, timbul rasa haru, simpati, kemudian kita tergerak untuk memberikan sumbangan.
b.      Sekelompok supporter sepakbola yang menyaksikan timkesebelasan favorit kalah, timbul perasaan kecewa, jengkel, marah, lalu bertindak brutal dengan merusak stadion.
c.       Pelajar saling mengolok-olok, kemudian timbul kemarahan, sakit hati, atau dendam, yang akhirnya menyebabkan perkelahian atau tawuran antar pelajar.
Dari gambaran diatas, bisa kita ketahui betapa emosi dapat menimbulkan akibat positif maupun negatif. Oleh karena itu seyogyanyalah kita dapat mengolah emosi kita agar tidak menimbulkan dampak negatif yang tidak kita inginkan.

8.      Metode Belajar yang Menunjang Perkembangan Emosi
a.       Belajar dengan coba-coba.
Anak belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya dan menolak perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan
b.      Belajar dengan cara meniru.
Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain. Anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamatinya
c.       Belajar dengan cara mempersamakan diri (learning by identification).
Anak menyamakan dirinya dengan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya. Yaitu menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang sama.
d.      Belajar melalui pengkondisian.
Dengan metode ini objek situasi yang pada mulanya gagal memancing reaksi emosional, kemudian dapat berhasil dengan cara asosiasi. penggunaan metode pengkondisian semakin terbatas pada perkembangan rasa suka dan tidak suka, setelah melewati masa kanak-kanak.
e.       Belajar dibawah bimbingan dan pengawasan.
Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasa membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional yang tidak menyenangkan.

9.      Upaya Pengembangan Emosi dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Intervensi pendidikan untuk mengembangkan emosi anak agar dapat mengembangkan kecerdasan emosi, salah satunya adalah dengan menggunakan intervensi yang dikemukakan oleh W.T Grant Consertium tentang “Unsur-Unsur Aktif Program Pencegahan” yaitu :
1)      Pengembangan Keterampilan Emosional :
·         Mengidentifikasi dan memberi nama atau label perasaan
·         Mengungkapkan perasaan
·         Menilai intensitas perasaan
·         Mengelola perasaan
·         Menunda pemuasan
·         Mengendalikan dorongan hati
·         Mengurangi stress
·         Memahami perbedaan anatara perasaan dan tindakan
2)      Pengembangan Keterampilan Kognitif
·         Belajar melakukan dialog batin sebagai cara untuk menghadapi dan mengatasi masalah atau memperkuat perilaku diri sendiri
·         Belajar membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat social
·         Belajar menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dengan pengambilan keputusan
·         Belajar memahami sudut pandang oranglain (empati)
·         Belajar memahami sopan santun
·         Belajar bersikap positif terhadap kehidupan
·         Belajar mengembangkan kesadaran diri
3)      Pengembangan  Keterampilan Perilaku
·         Mempelajari keterampilan komunikasi non verbal,misal melalui pandangan mata,ekspresi wajah, gerak-gerik, posisi tubuh dan lain-lain.
·         Mempelajari keterampilan komunikasi verbal, misal mengajukan permintaan dengan jelas, mendiskripsikan sesuatu kepada oranglain dengan jelas, menanggapi kritik secara efektif.
Agar emosi positif pada diri anak dapat berkembang dengan baik, peran orang tua, sekolah, dan masyarakat sangat diharapkan dalam rangka membantu para anak untuk mengontrol dan mengelola emosinya kepada penyaluran yang positif, yaitu :
1.      Orang tua
Orang tua diharapkan dapat memberikan lingkungan yang kondusif terhadap perkembangan emosi anak. Memberikan perhatian dan kasih sayang, meningkatkan komunikasi dua arah, siap menerima keluhan dan mencarikan jalan keluar terhadap permasalahan yang dialami anak. Secara umum ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mengembnagkan kecerdasan emosional pada anak dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya diskusi bersama anak tentang pengalamannya dan pengalaman orang lain ketika merasa senang, marah, sedih, terkejut, dan kecewa. Lalu bisa dengan bermain drama atau peran, membacakan dongeng, menonton klip atau film dan meminta anak menentukan keadaan emosi tokoh. Orang tua membantu anak dalam membuat perencanaan. Anak dapat membuat antisipasi terhadap peristiwa-peristiwa yang akan dihadapinya, misalnya masuk sekolah. Mendiskusikan secara mendalam kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan emosi negatif anak dan mendiskusikan cara untuk menghindari kondisi-kondisi itu.
2.      Sekolah
Sekolah merupakan tempat dimana anak menghabiskan sebagian waktunya juga diharapkan dapat menyediakan tempat untuk mentransfer ilmu pengetehuan. Sekolah diharapkan mampu menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak dengan menyediakan fasilitas yang bersifat kreatif dan positif, sehingga remaja dapat menyalurkan aktivitasnya. Demikian juga pembuatan peraturan-peraturan dan penegakan disiplin di sekolah diharapkan dapat dilakukan dengan bijaksana sehingga mendapat tanggapan yang positif dari para peserta didik. Tak ketinggalan peran para guru di sekolah.  Guru diharapkan mampu menjadi orangtua kedua di sekolah. Disamping memberikan ilmu pengetahuan, guru juga memberikan teladan yang baik. Guru harus membina hubungan yang baik dengan peserta didik, sabar, pengertian, siap membantu peserta didik yang mengalami kesulitan atau permasalahan, tidak arogan dan sewenang-wenang merupakan sikap yang didambakan oleh para peserta didik untuk melakukan tugas dan kewajibannya dalam rangka mencapai prestasi yang tinggi.
3.      Masyarakat
Masyarakat diharapkan dapat menjadi wahana yang baik bagi perkembangan emosi remaja. Menyediakan fasilitas untuk penyaluran emosi remaja secara positif dan memberi contoh yang baik atau memberikan norma-norma dalam mengontrol atau mengelola emosi.


BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Dari pembahasan isi makalah yang telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan mengenai perkembangan emosi yang dominan terjadi pada peserta didik usia remaja. Faktor-faktor yang mempengaruhi hal demikian adalah karena faktor perubahan fisik, perubahan hubungan dengan orang tua, perubahan hubungan dengan teman, perubahan hubungan dengan sekolah, dan sebenarnya masih banyak perubahan lain yang mempengaruhi perkembangan emosi peserta didik. Namun, beberapa faktor yang sudah diuraikan rasanya telah cukup banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja.
Pembahasan isi masalah makalah juga dapat menyimpulkan kesimpulan mengenai emosi. Kepribadian memberi kecenderungan kepada orang untuk mengalami suasana hati dan emosi tertentu, contohnya beberapa orang merasa bersalah dan merasakan kemarahan dengan lebih mudah dibandingkan orang lain, sedangkan orang lain mungkin merasa tenang dan rileks dalam situasi apa pun. Intinya, beberapa orang memiliki kecenderungan untuk memiliki emosi apa pun secara lebih intens atau memiliki intensitas afek (perbedaan individual dalam kekuatan di mana individu-individu mengalami emosi mereka) tinggi.

B.     SARAN
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mempunyai beberapa saran antara lain :
1.      Diharapkan guru dapat memahami perkembangan emosi anak sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
2.      Diperlukan antusiasme guru dalam menangani sikap individu tentang perubahan dan perkembangan emosi anak.
3.      Guru perlu memahami sifat-sifat khas dan emosi anak, sehingga dapat menyesuaikan pelayanan yang efektif dalam belajar.



DAFTAR PUSTAKA

Rifa’i Achmad, dan Cathatina, T.A., 2012. Psikologi Perkembangan. Semarang : Pusat Pengembangan MKU-MKDK UNNES 2012.
Syah Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Priyatno Elida. 1992. Psikologi Perkembangan.  Jakarta : Departemen Pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek pembinaan Tenaga Kependidikan.
Amry. 2013. Perkembangan Emosi Psikologi, online (http://amry90.blogspot.com/2013/09/perkembangan-emosi-psikologi.html). Diakses 02 November 2014.
Syukron. 2012. Perkembangan dan Perasaan, online (http://blog-syukron.blogspot.com/2012/03/perkembangan-perasaan-dan-emosi.html). Diakses 02 November 2014.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;