Sabtu, 01 November 2014

Apresiasi Sastra Puisi



 MAKALAH
APRESIASI SASTRA PUISI


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang paling menarik tetapi pelik. Sebagai salah satu jenis sastra, puisi merupakan pernyataan sastra yang paling utama. Segala unsur seni sastra mengental dalam puisi.
Puisi mengandung karya estetis yang bermakna, mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, merangsang panca indra dalam susunan yang berirama. Puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang digubah dalam wujud yang paling berkesan. Puisi dapat membuat kita tertawa, menangis, tersenyum, berfikir, merenung, terharu bahkan emosi dan marah.
Seperti bentuk karya sastra lain, puisi mempunyai ciri-ciri khusus. Pada umumnya penyair mengungkapkan gagasan dalam kalimat yang relatif pendek-pendek serta padat, ditulis berderet-deret ke bawah (dalam bentuk bait-bait), dan tidak jarang menggunakan kata-kata/kalimat yang bersifat konotatif. Kalimat yang pendek-pendek dan padat, ditambah makna konotasi yang sering terdapat pada puisi, menyebabkan isi puisi seringkali sulit dipahami.  Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah untuk mengapresiasi sebuah puisi agar mudah dipahami.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan puisi?
2.      Apa saja unsur-unsur puisi?
3.      Apa yang dimaksud dengan apresiasi sastra puisi?
4.      Bagaimana langkah-langkah mengapresiasi sastra puisi?



C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan puisi.
2.      Untuk mengetahui unsur-unsur puisi.
3.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan apresiasi sastra puisi.
4.      Untuk mengetahui langkah-langkah dalam mengapresiasi sastra puisi.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Puisi
            Kata puisi berasal dari bahasa Yunani yakni kata poites yang berarti pembuat, pembangun dan pembentuk. Sedangkan dalam bahasa Latin yakni kata poeta yang berarti menyair, menyebabkan, menimbulkan dan membangun.  Pengertian Puisi didefinisikan menjadi hasil seni sastra yang penyusunan kata-katanya sesuai syarat tertentu dengan menggunakan sajak, irama ataupun makna kiasan. Selain itu, Pengertian Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata, irama dan rima sebagai media penyampaian untuk mengekspresikan perasaan dan pemikiran penyair, menciptakan ilusi dan imajinasi serta dapat diubah dalam bentuk bahasa yang memiliki kesan yang mendalam. Dalam puisi, keindahan ilusi dan penataan unsur bunyi merupakan gambaran gagasan oleh penyair.
            Puisi juga dapat  didefinisikan sebagai seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya. Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawaa oraang lain kedaalam keaadaan hatinya.
            Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala ‘keanehan’ yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa ciri yang dapat membedakan antara puisi lama dan puisi baru:

Ciri-ciri Puisi Lama:
1. Anonim (pengarangnya tidak diketahui)
2. Terikat jumlah baris, rima, dan irama
3. Merupakan kesusastraan lisan
4. Gaya bahasanya statis (tetap) dan klise
5. Isinya fantastis dan istanasentris
Aturan-aturan dalam puisi lama:
a. Jumlah kata dalam 1 baris
b. Jumlah baris dalam 1 bait
c. Rima (Persajakan)
d. Banyak suku kata tiap baris
e. Irama

Jenis-Jenis puisi lama
:
1.      Mantra: berisi ucapan-ucapan yang dipercaya memiliki kekuatan gaib.
2.      Pantun: Puisi yang bersajak a-b-a-b, tiap bait terdiri dari 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 (1-2) baris awal adalah sampiran, 2 (3-4) baris berikutnya sebagai isi.
Ciri-ciri Puisi Baru:
1. Pengarangnya diketahui
2. Tidak terikat jumlah baris, rima, dan irama
3. Berkembang secara lisan dan tertulis
4. Gaya bahasanya dinamis (berubah-ubah)
5. Isinya tentang kehidupan pada umumnya
Jenis-jenis puisi baru menurut :
A. Isinya:
1. Balada: berisi cerita
2. Himne: berisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan.
3. Ode: Puisi sanjungan untuk orang yang berjasa.
4. Epigram: berisi tuntunan/ ajaran hidup.
5. Romansa: berisi luapan perasaan cinta kasih.
6. Elegi: berisi perasaan kesedihan.
7. Satire: berisi sindiran/kritik.
B. Bentuknya:
1. Distikon: Tiap baitnya terdiri 2 baris (2 seuntai)
2. Terzina: Tiap baitnya terdiri 3 baris (3 seuntai)
3. Kuatrain: Tiap baitnya terdiri 4 baris (4 seuntai)
4. Kuint: Tiap baitnya terdiri 5 baris (5 seuntai)
5. Sektet: Tiap baitnya terdiri 6 baris (6 seuntai)
6. Septime: Tiap baitnya terdiri 7 baris (7 seuntai)
7. Okatf/Stanza: Tiap baitnya terdiri 8 baris (8 seuntai)
8. Soneta: Puisi yang terdiri dari 14 baris yang terbagi 2

B.     Unsur-Unsur Puisi
Secara sederhana, batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa UNSUR-UNSUR PUISI , yaitu kata, larik , bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah puisi. Secara singkat bisa diuraikan sebagai berikut.
-          Kata adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang dipilih diformulasi menjadi sebuah larik.
-          Larik (atau baris) mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat buat, tapi pada puisi baru tak ada batasan.
-          Bait merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait biasanya empat buah, tetapi pada puisi baru tidak dibatasi.
-          Bunyi dibentuk oleh rima dan irama.
-          Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait.
-          Irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut dan bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata.
Dari sini dapat dipahami bahwa rima adalah salah satu unsur pembentuk irama, namun irama tidak hanya dibentuk oleh rima. Baik rima maupun irama inilah yang menciptakan efek musikalisasi pada puisi, yang membuat puisi menjadi indah dan enak didengar meskipun tanpa dilagukan.
-          Makna adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait. Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi penulis puisi disampaikan.
Adapun secara lebih detail, unsur-unsur puisi bisa dibedakan menjadi dua struktur, yaitu struktur batin dan struktur fisik. Struktur batin puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal sebagai berikut :
1.      Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
2.      Rasa (feeling) yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
3.      Nada (tone) yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
4.      Amanat/tujuan/maksud (itention): sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.
Sedangkan struktur fisik puisi, atau terkadang disebut pula metode puisi, adalah sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik puisi meliputi hal-hal sebagai berikut :
1.         Perwajahan puisi (tipografi) yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
2.         Diksi yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
3.         Imaji yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
4.         Kata kongkret yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll, sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
5.         Bahasa figuratif yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
6.         Versifikasi yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup:
-       onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.)
-       bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92])
-       pengulangan kata/ungkapan. Ritma adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.


C.    Apresiasi Puisi
Apresiasi adalah sebuah cara untuk menghargai, mengindahkan dan sekaligus memahami sebuah karya. Dalam sebuah puisi, istilah apresiasi itu sangat kental, dimana sebuah tindakan untuk menghargai, mengindahkan dan sekaligus memahami isi dari sebuah puisi.
Menurut banyak orang dalammengartikan dan memahami sebuah puisi sangatlah sulit, hal itu disebabkankarena pengenalan sebuah puisi yang monoton dan tidak adanya variasi dalam pembelajaran apresiasi puisi. Maka Ari KPIN menyebutkan, untuk mengartikan dan memahami sebuah puisi bukanlah pekerjaan mudah, apalagi bagi orang yang pertama kali menghadapi puisi. Hal ini tentu akan membuat bingung para penikmat puisi. Akibat dari kurangnya pengertian terhadap baris-baris kalimat dalam puisi mengakibatkan mereka tidak mampu memahami makna yang terkandung dalam puisi itu, yang pada gilirannya mereka memperlakukan puisi itu seadanya, sekemampuannya dan saat membacakan puisi itu jadi hambar rasanya dan bisa mengakibatkan hilang makna.
Dalam mengapresiasi sebuah puisi hendaknya pengapresiasi menyenangi puisi tersebut. Karena kalau pengapresisi itu tidak merasa senang dan tidak suka pada puisi tersebut, maka pengepresiasi tidak bisa memahami dan mengambil pesan yang terkandung dalam puisi itu.
Dalam apresiasi puisi di SMP, dikenal dengan istilah refleksi. Refleksi adalah salah satu bentuk apresiasi terhadap puisi, gunanya untuk memahami isi yang terdapat dalam puisi tersebut. Dalam memahami isi puisi tersebut, pesan- pesan yang terdapat dalam puisi itu dapat kita petik dan mengaitkannya dengan kehidupan, baik yang sedang dialami maupun yang sudah dialami sebelumnya. Di dalam refleksi puisi juga perlu menentukan makna denotasi dan makna konotasinya, guna untuk memudahkan dalam mengapresiasi atau memahami makna yang terkandung pada sebuah puisi.
Musikalisasi puisi adalah salah satu cara atau teknik dalam merangsang pengapresiasi dalam mengapresiasi puisi tersebut, sehingga dapat memudahkan pengapresiasi dalam memahami dan mengambil pesan-pesan yang terkandung dalam puisi yang diapresiasinya.
Musikalisasi puisi, seperti halnya deklamasi atau pembacaan puisi, rampak puisi, dan dramatisasi puisi, adalah salah satu cara yang digunakan untuk menyampaikan dan mengekspresikan puisi kepada audien. Pada deklamasi puisi, penyampaiannya disesuaikan dengan syarat-syarat deklamasi. Seperti: dengung vokal, artikulasi, ekspresi, dan gestikulasi yang baik serta tepat, sesuai dengan isi dan maksud puisi.
Pada puisi yang disampaikan dengan cara musikalisasi, alat bantu utamanya ada pada musik (irama, nada, tempo, dan sebagainya). Musik diolah sedemikian rupa sebagai hasil dari penafsiran puisi yang dilakukan oleh pembuat  musikalisasi puisi. Jenis penyampaian puisi dengan cara dimusikalisasi puisi ini ada banyak macamnya. Tetapi yang penting, musik yang dibuat adalah semata untuk kepentingan puisi. Sehingga musik tersebut dapat menyampaikan pemahaman dan penghayatan tentang puisi itu kepada apresian, seperti halnya deklamasi dan pendramatisiran puisi. Oleh karena itu, musikalisasi puisi di dalam bidang kesenian, adalah satu bentuk kesenian tersendiri.

D.    Langkah-Langkah Dalam Pengapresiasian Puisi
Seperti bentuk karya sastra lain, puisi mempunyai ciri-ciri khusus. Pada umumnya penyair mengungkapkan gagasan dalam kalimat yang relatif pendek-pendek serta padat, ditulis berderet-deret ke bawah (dalam bentuk bait-bait), dan tidak jarang menggunakan kata-kata/kalimat yang bersifat konotatif.
Kalimat yang pendek-pendek dan padat, ditambah makna konotasi yang sering terdapat pada puisi, menyebabkan isi puisi seringkali sulit dipahami.  Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah sebagai berikut untuk mengapresiasi puisi, terutama pada puisi yang tergolong ‘sulit’ :
1.        Membaca puisi berulang kali
2.        Melakukan pemenggalan dengan membubuhkan :
-    Garis miring tunggal ( / ) jika di tempat tersebut diperlukan tanda baca koma.
-    Dua garis miring ( // ) mewakili tanda baca titik, yaitu jika makna atau pengertian kalimat sudah tercapai.
3.   Melakukan parafrase dengan menyisipkan atau menambahkan kata-kata yang dapat memperjelas maksud kalimat dalam puisi.
4.   Menentukan makna kata/kalimat yang konotatif (jika ada).
5.   Menceritakan kembali isi puisi dengan kata-kata sendiri dalam bentuk prosa.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Pengertian Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata, irama dan rima sebagai media penyampaian untuk mengekspresikan perasaan dan pemikiran penyair, menciptakan ilusi dan imajinasi serta dapat diubah dalam bentuk bahasa yang memiliki kesan yang mendalam. Dalam puisi, keindahan ilusi dan penataan unsur bunyi merupakan gambaran gagasan oleh penyair.
            Secara sederhana, batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa UNSUR-UNSUR PUISI , yaitu kata, larik , bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah puisi.
            Adapun secara lebih detail, unsur-unsur puisi bisa dibedakan menjadi dua struktur, yaitu struktur batin dan struktur fisik. Struktur batin puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal sebagai berikut : Tema/makna (sense), Rasa (feeling), Nada (tone), Amanat/tujuan/maksud (itention). Sedangkan struktur fisik puisi, atau terkadang disebut pula metode puisi, adalah sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik puisi meliputi hal-hal sebagai berikut : Perwajahan puisi (tipografi), Diksi, Imaji, Kata kongkret, Bahasa figuratif , Versifikasi.
Apresiasi adalah sebuah cara untuk menghargai, mengindahkan dan sekaligus memahami sebuah karya. Dalam sebuah puisi, istilah apresiasi itu sangat kental, dimana sebuah tindakan untuk menghargai, mengindahkan dan sekaligus memahami isi dari sebuah puisi. Berikut ini langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengapresiasi sebuah puisi:
1.    Membaca puisi berulang kali
2.    Melakukan pemenggalan dengan membubuhkan :
-     Garis miring tunggal ( / ) jika di tempat tersebut diperlukan tanda baca koma.
-     Dua garis miring ( // ) mewakili tanda baca titik, yaitu jika makna atau pengertian kalimat sudah tercapai.
3.   Melakukan parafrase dengan menyisipkan atau menambahkan kata-kata yang dapat memperjelas maksud kalimat dalam puisi.
4.   Menentukan makna kata/kalimat yang konotatif (jika ada).
5.   Menceritakan kembali isi puisi dengan kata-kata sendiri dalam bentuk prosa.
B.             Saran









DAFTAR PUSTAKA




0 komentar:

Posting Komentar

 
;