Sabtu, 01 November 2014

Menerapakan Kaidah-Kaidah Kebahasaan untuk Menganalisis Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia Bidang Fonologis dan Morfologis




MAKALAH
 
Menerapakan Kaidah-Kaidah Kebahasaan untuk Menganalisis Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia Bidang Fonologis dan Morfologis

 


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah

Salah satu hambatan dalam proses komunikasi adalah kurangnya keterampilan berbahasa. Wujud kurangnya keterampilan berbahasa itu antara lain disebabkan oleh kesalahan-kesalahan berbahasa. Kesalahan-kesalahan berbahasa ini menyebabkan gangguan terhadap peristiwa komunikasi, kecuali dalam hal pemakaian bahasa secara khusus seperti dalam lawak, jenis iklan tertentu, serta dalam puisi. Dalam pemakaian bahasa secara khusus itu, kadang-kadang kesalahan berbahasa sengaja dibuat atau disadari oleh penutur untuk mencapa efek tertentu sepeti lucu, menarik perhatian dan mendorong berpikir lebih intens.
Dewasa ini, bahasa Indonesia seringkali digunakan tanpa memperhatikan bidang-bidang dalam linguistik yang pada dasarnya harus dipahami sehingga seringkali pembelajaran bahasa yang dimaksudkan untuk berbagai kepentingan, baik untuk pengajaran maupun sebagai alat komunikasi, dijumpai berbagai permasalahan sehingga penguasaan bahasa Indonesia  baik dari segi penguasaan lisan maupun tertulis dapat menimbulkan keberagaman bahkan kesalahpahaman makna dalam berbahasa Indonesia. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia sebagai pengajaran maupun sebagai alat komunikasi tidak mudah dicapai karena dalam proses pembelajarannya pastilah dijumpai banyak permasalahan. Salah satu permasalahan itu berupa kesalahan-kesalahan berbahasa, diantaranya kesalahan dari segi fonologi dan morfologi. Apabila kesalahan-kesalahan tidak segera di identifikasi, akan mengakibatkan kendala berkelanjutan dalam proses berbahasa.
Bahasa sebagai alat komonikasi tidak diragukan lagi keampuhannya. Dibandingkan dengan media komunikasi lainnya seperti isyarat, lambang, dan sebagainya, betapa pun canggihnya, tetap bahasa itu memIliki peran yang sangat penting dalam berkomunikasi baik lisan maupun tertulis. Manusia sebagai makhluk pencerita (homo fabulans) senantiasa ingin menyampaikan segala sesuatu yang ada dalam benak atau perasaannya kepada orang lain melalui bahasa. Dalam proses transformasi pesan dari individu pihak komunikator kepada individu atau pihak lainnya sebagai komunikan inilah sering terjadi kesalahan, terutama dalam bahasa tulis yang merupakan rekaman dari bahasa lisan itu.
Ditinjau dari segi sampainya pesan, kesalahan berbahasa lisan kurang terasa salahnya karena dalam komunikasi ini dapat dibantu dengan mimik ( gerak air muka ) serta panto mimik, gestur ( gerak anggota tubuh ), atau isyarat lainnya, atau karena Si Pemesan itu memiliki sikap bahasa yang penting asal orang mengerti. Lain halnya dengan komunikasi tulisan, kesalahan ini akan terasa sekali, karena bahasa tulis memerlukan kelengkapan fungtuasi atau tanda baca, keakuratan diksi atau pilihan kata, ketepatan struktur baik kata ( morfologi ) maupun kalimat atau sintaksis. Kesalahan berbahasa ini akan berakibat pada gagalnya penyampaian pesan karena salah tafsir, tidak mengerti apa yang disampaikan, hamburnya ( mubazirnya ) kata atau kalimat, bahasa tidak efesien dan efektif  lagi sebagai alat komunikasi dan berpikir. Tidak menutup kemungkinan kesalahan berbahasa akan menimbulkan kesalahan fatal dari pendengar atau pembaca terhadap pemaknaan pesan dari penutur atau penulis sehingga terjadi konflik dan sebagainya. 
Mengingat adanya masalah dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu mengenai kesalahan-kesalahan yang dihadapi, penulis berusaha untuk menganalisa permasalahan kesalahan-kesalahan berbahasa Indonesia yang dilakukan oleh para penutur bahasa Indonesia baik sebagai bahan pengajaran maupun sebagai alat komunikasi agar kesalahan-kesalahan itu berkurang. Orientasi analisis ini adalah dengan di identifikasinya kesalahan-kesalahan berbahasa mereka, dari segi fonologi dan morfologi.

B.     Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang  di atas, permasalahan dalam analisis ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
a.       Apa sajakah  kesalahan berbahasa Indonesia yang dijumpai dari segi fonologi?
b.      Apa sajakah  kesalahan berbahasa Indonesia yang dijumpai dari segi morfologi?

C.    Tujuan Analisis
Tujuan – tujuan analisis ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Mendeskripsikan kesalahan-kesalahan berbahasa Indonesia dari segi fonologi dan segi morfologi.
2.      Menganalisa kesalahan-kesalahan berbahasa dari segi fonologi dan morfologi agar tida terjadi kesalahan lebih lanjut.







BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesalahan Berbahasa
 
Pembahasan tentang kesalahan berbahasa merupakan masalah yang tidak
sederhana, tetapi bisa juga menjadi tidak ada masalah yang harus dibahas dalam
kesalahan berbahasa. Oleh karena itu, anda harus mengetahui terlebih dahulu
tentang pengertian kesalahan berbahasa. Tidak mungkin anda mengerti kesalahan
berbahasa apabila anda tidak memiliki pengetahuan atau teori landasan tentang
hal tersebut. Tidak mungkin anda memiliki pengetahuan atau teori landasan
tentang kesalahan berbahasa apabila anda tidak pernah mempelajari tentang itu.
Tidak mungkin anda tidak mempelajari hal itu apabila anda ingin mengetahui dan
memiliki teori landasan tentang kesalahan berbahasa.
Istilah kesalahan berbahasa memiliki pengertian yang beragam. Untuk itu,
pengertian kesalahan berbahasa perlu diketahui lebih awal sebelum kita
membahas tentang kesalahan berbahasa. Corder (1974) menggunakan 3 (tiga)
istilah untuk membatasi kesalahan berbahasa: (1) Lapses, (2) Error, dan (3)
Mistake. Bagi Burt dan Kiparsky dalam Syafi’ie (1984) mengistilahkan kesalahan
berbahasa itu dengan “goof”, “goofing”, dan “gooficon”. Sedangkan Huda (1981)
mengistilahkan kesalahan berbahasa itu dengan “kekhilafan (error)”. Adapun
Tarigan (1997) menyebutnya dengan istilah “kesalahan berbahasa”. Baiklah anda
perlu mengetahui pengertian istilah-istilah tersebut.
Lapses, Error dan Mistake adalah istilah-istilah dalam wilayah kesalahan
berbahasa. Ketiga istilah itu memiliki domain yang berbeda-beda dalam
memandang kesalahan berbahasa. Corder (1974) menjelaskan:
1) Lapses
Lapses adalah kesalahan berbahasa akibat penutur beralih cara untuk
menyatakan sesuatu sebelum seluruh tuturan (kalimat) selesai dinyatakan
selengkapnya. Untuk berbahasa lisan, jenis kesalahan ini diistilahkan dengan
slip of the tongue” sedang untuk berbahasa tulis, jenis kesalahan ini
diistilahkan “slip of the pen”. Kesalahan ini terjadi akibat ketidaksengajaan
dan tidak disadari oleh penuturnya.
2) Error
Error adalah kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah atau
aturan tata bahasa (breaches of code). Kesalahan ini terjadi akibat penutur
sudah memiliki aturan (kaidah) tata bahasa yang berbeda dari tata bahasa yang
lain, sehingga itu berdampak pada kekurangsempurnaan atau ketidakmampuan
penutur. Hal tersebut berimplikasi terhadap penggunaan bahasa, terjadi
kesalahan berbahasa akibat penutur menggunakan kaidah bahasa yang salah.
3) Mistake
Mistake adalah kesalahan berbahasa akibat penutur tidak tepat dalam memilih
kata atau ungkapan untuk suatu situasi tertentu. Kesalahan ini mengacu
kepada kesalahan akibat penutur tidak tepat menggunakan kaidah yang
diketahui benar, bukan karena kurangnya penguasaan bahasa kedua (B2).
Kesalahan terjadi pada produk tuturan yang tidak benar.
Burt dan Kiparsky tidak membedakan kesalahan berbahasa, tetapi dia
menyebut “goof” untuk kesalahan berbahasa, yakni: kalimat-kalimat atau tuturan
yang mengandung kesalahan, “gooficon” untuk menyebut jenis kesalahan (sifat
kesalahan) dari kegramatikaan atau tata bahasa, sedangkan “goofing” adalah
penyebutan terhadap seluruh kesalahan tersebut, goof dan gooficon. Menurut
Huda (1981), kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa (anak) yang sedang
memperoleh dan belajar bahasa kedua disebut kekhilafan (error).
Kekhilafan (error), menurut Nelson Brook dalam Syafi’ie (1984), itu
“dosa/kesalahan” yang harus dihindari dan dampaknya harus dibatasi, tetapi
kehadiran kekhilafan itu tidak dapat dihindari dalam pembelajaran bahasa kedua.
Ditegaskan oleh Dulay, Burt maupun Richard (1979), kekhilafan akan selalu
muncul betapa pun usaha pencegahan dilakukan, tidak seorang pun dapat belajar
bahasa tanpa melakukan kekhilafan (kesalahan) berbahasa. Menurut temuan
kajian dalam bidang psikologi kognitif, setiap anak yang sedang memperoleh dan
belajar bahasa kedua (B2) selalu membangun bahasa melalui proses kreativitas.
Sebab-sebab terjadinya kesalahan berbahasa diantaranya
·  Pengertian kacau
·  Interferensi
·  Logika yang belum masak
·  Analogi
·  sembrono


B. Proses Terjadinya Kesalahan Berbahasa
  Proses terjadinya kesalahan berbahasa berhubungan erat dengan proses belajar bahasa, oleh karena itu untuk memahami proses terjadinya kesalahan berbahasa diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep belajar bahasa. Belajar bahasa terdiri atas proses penguasaan bahasa pertama dan penguasaan kedua. Proses penguasaan pertama disebut pemerolehan bahasa (language acquisition). Proses ini bersifat ilmiah dan tampak adanya suatu perencanaan terstruktur. Setiap anak yang normal secara fisik psikis, dan sosiologis pasti mengalami proses pemerolehan bahasa pertama melalui kehidupan sehari-hari dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Proses ini berlangsung tanpa disadari anak dan anakpun tidak menyadari motivasi apa yang mendorongnya untuk menguasai bahasa tersebut.
Proses berbahasa kedua terjadi setelah penguasaan bahasa pertama dan disebut belajar bahasa (language learning) proses ini umumnya berlangsung secara terstruktur dan siswa menyadari bahwa dia sedang belajar bahasa dan juga menyadari motivasi apa yang mendorongnya untuk menguasai bahasa tersebut.
Dalam proses belajar bahasa kedua, seorang pembelajar bahasa akan mempelajari intrabahasa yang dipelajarinya atau B2, sedangkan pelajar itu sendiri telah menguasai kaidah intrabahasa sendiri atau B1, selama belajar inilah si pembelajar akan menggunakan seperangkat ujaran dalam sistem bahasa tersendiri, yang bukan atau belum mempunyai model dalam dua bahasa tersebut ( B1 dan B2). Sistem bahasa pembelajar ini disebut oleh Larry Salinker dengan nama interlanguage (bahasa antara). Istilah lain untuk menyebut interlanguage adalah ideosynratic dialect (Piet Corder, 1971), approximative system (William Nemser, 1971) atau tradisional competence (Richard, 1971).
Untuk memperkenalkan bahasa antara, salinker memperkenalkan pula konsep bahasa warisan atau bahasa ibu (B1) dan bahasa ajar (B2). Berikut proses belajar bahasa:
Bahasa warisan → bahasa antara → bahasa ajaran
Sebagian dari unsur-unsur interlanguage (bahasa antara) ini sama dengan unsur bahasa kedua yang dipelajari dan sebagian yang lain tidak sama. Kesalahan berbahasa terjadi pada sistem interlanguage ini, yaitu unsur-unsur atau bentuk tuturan pada interlanguage yang tidak sama dengan bentuk-bentuk tuturan pada bahasa kedua yang dipelajari. Secara teoritis, unsur-unsur sistem interlanguage itu terdiri atas pembauran antara unsur-unsur bahasa pertama dan bahasa kedua yang di pelajari. kesalahan-kesalahan ini bersifat sistematik dan terjadi pada setiap orang yang belajar bahasa
C.    Kesalahan Berbahasa Beserta Analisisnya
a.      Analisis Kesalahan Berbahasa dari Segi Fonologi
Fonologi dalam bahasa adalah salah satu bidang dalam linguistik yang menyelidiki tentang bunyi-bunyi dalam bahasa menurut fungsinya. Kesalahan berbahasa dari segi fonologi adalah kesalahan berbahasa yang diperoleh dari kesalahan pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh dari alat ucap manusia, serta kesalahan yang diperoleh dari karena perbedaan penangkapan makna.
Kesalahan berbahasa yang dihasilkan karena kesalahan pengucapan manusia, jika dilihat dari ada tidaknya rintangan terhadap arus udara, bunyi bahasa dapat dibadakan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu vokal dan konsonan. Vokal adalah pada pembentukan vokal bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor, yaitu : tinggi rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang dinaikkan, dan bentuk bibir pada pembentukan vokal itu.
1.      Pada vokal
Kesalahan pengucapan pada vokal biasanya terdapat pada perbedaan cara pengucapan oleh penutur bahasa antar daerah (logat/dialek) yang sudah menjadi kebiasaan dengan cirri khasnya masing-masing, baik dari tekanan, intonasi, serta panjang pendeknya bunyi yang membangun aksen yang berbeda-beda.
Pada vokal e, terkadang disebut dengan è atau é.
Contohnya, kata “pilek”. Orang yang berkebudayaan Jawa akan mengatakan kata “pilek” sama halnya dengan bahasa Indonesia pada umumnya, namun terkadang terdapat kebudayaan yang dialek/logatnya justru berbeda, seperti Sumatra, Flores, dan daerah luar jawa lainnya.

2.      Pada konsonan
Kesalahan pengucapan pada konsonan sesuai dengan aslinya, konsonan dalam bahasa Indonesia dapat dikategorikan berdasarkan 3 faktor, yakni : (1). Keadaan pita suara, (2). Daerah artikulasi, dan (3). Cara artikulasi.
a.       Keadaan Pita Suara
Karakteristik dari konsonan adalah diucapkan dengan saluran suara yang lebih konstriksi. Ada konsonan yang diucapkan dengan saluran suara yang ditutup secara sesaat, yang lainnya diucapkan dengan penutupan saluran suara pada titik-titik tertentu.
b.      Daerah Artikulasi
      Artikulasi atau pembentukan vokal, dimana udara yang berasal dari pernafasan melalui pita suara dan kaviti-kaviti yang ada dibentuk menjadi suara yang dipakai untuk berbicara dibantu oleh organ-organ bicara seperti bibir, lidah gigi dan sebagainya.
Artikulasi Vowel (Huruf Hidup). Karakteristik dari Vowel adalah diucapkan dengan saluran suara yang terbuka (open vocal tract). Secara umum dapat dijelaskan dari posisi lidah, bibir dan pharynx.
Artikulasi Konsonan (Huruf Mati). Karakteristik dari konsonan adalah diucapkan dengan saluran suara yang lebih konstriksi. Ada konsonan yang diucapkan dengan saluran suara yang ditutup secara sesaat, yang lainnya diucapkan dengan penutupan saluran suara pada titik-titik tertentu.

c.       Cara artikulasi
Kesulitan pada Artikulasi atau pengucapan, biasanya dapat dibagi menjadi: substitution (penggantian), misalnya: rumah menjadi lumah, l/t; orrission (penghilangan), misalnya: sapu menjadi apic, distortion (pengucapan untuk konsonan terdistorsi); indistinct (tidak jelas); dan addition (penambahan).
      Pada kasus ini, seseorang yang mengalami kesulitan artikulasi sehingga dikatakan melakukan kesalahan dalam berbahasa, biasanya diberi sebutan “celat”.

b.      Analisis Kesalahan Berbahasa dari Segi Morfologi
Kesalahan berbahasa dari segi morfologi adalah kesalahan berbahasa yang terletak pada ketidaktepatan pada bentuk-bentuk kata.
Pada analisis ini ada beberapa segi kesalahan dan memerlukan ralat/pembenaran, diantaranya :
a.       Kesalahan Pada Diksi (pemilihan kata)
Sebuah kata mengemban peran yang penting dalam sebuah kalimat/tuturan karena  arti atau makna sebuah kalimat dapat dibangun dengan pemilihan kata yang tepat. Apabila terjadi kesalahan pemilihan kata  maka akan terjadi pergeseran  arti/ makna kalimat, tidak sebagaimana diinginkan oleh penulisnya.  Bagi pembaca, kesalahan tersebut akan menimbulkan kesalahpaham atas arti/makna yang dimaksudkan penulis.
Kesalahan yang lakukan pada pemilihan kata meliputi (1) penggunaan kata yang benar-benar tidak tepat  untuk suatu konteks kalimat tertentu (2) penggunaan kata yang tidak lazim dalam konteks masyrakat Indonesia (3) pengunaan sinonim kata yang tidak tidak benar-benar tepat sebagaimana dituntut konteks kalimat tertentu (4) kerancuan dalam penggunaan kata-kata yang mirip, seperti penggunaan ada dan adalah , mudah dan murah, dsb. (5) penggunaan kata-kata yang merupakan hasil terjemahan secara harafiah dan (6) kesalahan penggunaan kata  terjemahan  yang bersinonim, seperti kata to leave yang terjemahan bahasa Indonesianya meninggalkan  dan berangkat. Pasangan kata seperti inilah yang sering dikacaukan dalam penggunaannya.
Beberapa kata yang  kesalahan pemakaiannya cukup sering adalah kata ada   yang dikacaukan dengan kata  adalah; penggunaan pronomina kita  dengan  kami (yang dalam bahasa Inggris ‘us’); kata  berangkat dengan kata meninggalkan; kata cara dengan kata secara;  kata tidak  dengan kata  bukan; kata ada  dengan kata mempunyi. Beberapa contoh kesalahan pembelajar dalam memilih kata di paparkan di bawah ini.
Contoh kesalahan pemilihan kata:
a)      Situasi ini pusing untuk anak-anak dan bisa sangat mempengaruhi mereka.
b)      Saya berbicara dengan sopir sambil naik. Dia ada sopir untuk enam tahun.
c)      Adalah banyak penjual dan pembeli dalam pasar.
d)     Kami berangkat SMA 3 kira-kira pada jam sepuluh malam.
e)      Jam empat kami berangkat Hotel Radisson pergi ke Prambanan Temple.
f)       Setelah itu bis mengambilkan kami ke tempat yang ramai.
g)      Di Inggris masalah-masalah dengan disiplin sedang lebih jelek, misalnya kemangkiran dari sekolah, kedatangan yang terlambat dan kekerasan.
h)      Menurut tradisi, orang Batak adalah petani nasi tetapi pada waktu sekarang ekonomi Batak sangat beruntung pada karet dan kopi. A

Alternatif pembenarannya:
a)      Situasi ini membingungkan anak-anak dan  sangat mempengaruhi mereka.
b)      Saya berbicara dengan sopir ketika sudah di dalam taksi. Dia sudah menjadi sopir selama enam tahun.
c)      Ada banyak penjual dan pembeli di dalam pasar itu.
d)     Kami meningglkan SMA 3 kira-kira pada jam sepuluh malam.
e)      Pada jam empat, kami berangkat dari  Hotel Radisson dan  pergi ke Candi Prambanan.
f)       Setelah itu, sopir bis mengantar kami ke tempat yang ramai.
g)      Di Inggris, masalah disiplin  lebih jelek, misalnya ketidakhadiran ke sekolah,  keterlambatan masuk sekolah  dan  kekerasan.
h)      Menurut tradisi, orang Batak adalah petani padi, tetapi  sekarang ekonomi masyarakat Batak lebih baik dengan perkebunan karet dan kopi. 

b.      Kesalahan Penggunaan Afiks
Kesalahan penggunaan afiks me-, yang dapat dikacaukan dengan penggunaan afiks di- . Hal ini juga berkaitan dengan bentuk aktif dan pasif yang akan diuraikan tersendiri. Kesalahan lain yang intensitasnya juga cukup sering dilakukan adalah penggunaan afiks me- yang dikacaukan pemakaiannya dengan afiks ber-. Afiks me- yang dikacaukan dengan penggunaan verba bentuk dasar dan verba bentuk dasar + -i. Kesalahan lain yang intensitas terjadinya relatif sering adalah penggunaan afiks me- yang dikacaukan dengan afiks me-....-kan, afiks me-....-kan yang dikacaukan penggunaannya dengan afiks ber-, dan penggunaan verba bentuk dasar yang dikacaukan pemakaiannya dengan afiks ber-.
Contoh kesalahan-kesalahan penggunaan afiks:
a)      Saya nikmat perjalan di Indonesia.
b)      Kalau orang tua perceraian, anaknya sering tinggal dengan ibunya.
c)      Ketika saya membaca tentang perkelahian pelajar, saya mengherankan.
d)     Kain batik paling terkenal di Australia dan sekarang saya tahu bagaimana batik membuat menggunakan dua cara, batik cap dan batik tulis tangan.
e)      Di Inggris guru-guru harus beruniversitas untuk tiga tahun kemudian mereka harus pergi ke mengajar TCC (teacher training college) untuk satu tahun.
f)       Lebih dari itu, Soeharto memperlihatkan menarik di Agama Islam.
g)      Untuk menulis presentasi ini, saya dibicara dengan tiga orang.
h)      Mungkin mayoritas orang Indonesia merasa kecemburuan kepada orang asing.
i)        Dia menyuruh Kunto menyanyakan polisi.
j)        Dalam karangan ini saya akan membicara tentang perbedaan keluarga di Yogyakarta atau Jaaawa dan di Inggris.
Alternatif pembenarannya:
a)      Saya menikmati perjalanan  di Indonesia.
b)Kalau orang tua bercerai, anak-anaknya sering tinggal bersama ibunya.
c)      Ketika saya membaca berita tentang perkelahian pelajar, saya heran.
d)     Kain batik paling terkenal di Australia dan sekarang saya mengetahui cara membuat  batik yang menghasilkan dua jenis batik,  batik cap dan batik tulis tangan.
e)      Di Inggris, guru-guru harus belajar di universitas selama tiga tahun kemudian mereka harus belajar di  TCC (Teacher Training College) selama satu tahun.
f)       Lebih dari itu, Soeharto memperlihatkan ketertarikannya pada Agama Islam.
g)Untuk menulis presentasi ini, saya berbicara dengan tiga orang.
h)Mayoritas orang Indonesia merasa cemburu kepada orang asing.
i)        Dia menyuruh Kunto bertanya kepada polisi.
j)        Dalam karangan ini, saya akan membicarakan perbedaan keluarga di Yogyakarta atau Jawa dengan keluarga di Inggris

c.       Kesalahan Urutan Kata
Urutan kata dimaksudkan sebagai susunan kata untuk membentuk tataran yang lebih tinggi. Dalam bahasa Indonesia, pada umumnya, sesuatu yang diterangkan berada di depan yang menerangkan. Namun demikian, sering terjadi kesalahan dalam urutan ini. Dari hasil analisis data penelitian ini, ada 74 kesalahan dalam hal urutan kata. Para pembelajar melakukan pembalikan atas urutan kata sebagaimana terlihat dalam beberapa contoh di bawah ini.
Contoh kesalahan dalam urutan kata:
(1)    Hari ini, menarik hari.
(2)    Keluarga adalah sosial  kesatuan yang paling penting bagi orang Batak Toba.
(3)    Bernama ini ‘Ngelangkahi’.
(4)      Kadang-kadang orang yang datang baru menjadi terkejut, mereka harap memenuhi mimpi mereka.
(5)      Jamu saset belum komplit harus dicampur dengan lain bahan-bahan seperti beras kencur, anggur merah, madu, dll.
(6)      Pada tanggal 16 September setulisan di halaman sembilan memberi kesan bahwa musik pendidikan memerlukan sebagai dasar baik sekali untuk humaniora.
(7)    Bentuk kedua di polusi datang dari industri.
(8)      Mayoritas orang-orang saya dengan berbicara adalah sopir taksi dan juga tetangga saya di desa saya.
(9)      Terbang itu dipasang oleh British Aerospace pegawai dari onderdil dari Indonesia.
(10)    Dia diajarkan SMA curikulum yang sama-sama di semua sekolah.

Alternatif pembenarannya:
(1)    Hari ini adalah hari yang menarik.
(2)    Keluarga adalah  kesatuan sosial  yang paling penting bagi orang Batak Toba.
(3)    Ini bernama ‘Ngelangkahi’.
(4)      Kadang-kadang, orang yang baru datang menjadi terkejut karena mereka berharap mimpi mereka terpenuhi.
(5)      Jamu saset yang belum komplit harus dicampur dengan bahan-bahan lain seperti beras kencur, anggur merah, madu, dll.
(6)      Pada tanggal 16 September, sebuah tulisan di halaman sembilan memberi kesan bahwa pendidikan musik  diperlukan sebagai dasar yang  baik untuk pendidikan humaniora.
(7)    Kedua bentuk polusi ini berasal dari industri.
(8)      Mayoritas orang-orang yang berbicara dengan saya adalah sopir taksi dan juga tetangga saya di desa.
(9)      Pesawat terbang itu dirakit oleh pegawai British Aerospace dengan onderdil dari Indonesia.
(10)    Dia mengajar sesuai dengan Kurikulum SMA yang sama di setiap sekolah.
















BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
kesalahan berbahasa merupakan masalah yang tidak
sederhana, tetapi bisa juga menjadi tidak ada masalah yang harus dibahas dalam
kesalahan berbahasa. Oleh karena itu, anda harus mengetahui terlebih dahulu
tentang pengertian kesalahan berbahasa. Tidak mungkin anda mengerti kesalahan
berbahasa apabila anda tidak memiliki pengetahuan atau teori landasan tentang
     hal tersebut.
Kesalahan berbahasa terjadi karena :
1.      belum dikuasainya sistem kaidah bahasa yang bersangkutan
2.      faktor kompetensi, artinya siswa memang belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannya. Kesalahan biasanya terjadi secara  konsisten dan sistematis
3.      akibat kebiasaan berbahasa ( language habit ) yang salah sehingga terjadi kesalahan berbahasa ( language error)
4.      karena perbedaan struktur bahasa ibu dengan bahasa yang digunakannya dalam pergaulan atau komunikasi resmi (kesalahan dwibahasawan)
Analisis kesalahan berbahasa dapat dipandang dari segi fonologi dan morfologi, dimana kesalahan tersebut harus segera diadakan ralat/pembenaran agar kesalahan yang terjadi dalam berbahasa tidak semakin fatal.

B.     SARAN
1.      Seharusnya sebagai calon pendidik kita memperhatikan terjadinya kesalahan – kesalahan berbahasa Indonesia, dan membuat cara yang kreatif untuk meminimalisir terjadinya kesalahan berbahasa Indonesia pada anak didik.
2.      Agar kesalahan berbahasa tidak semakin fatal, maka ketika kesalahan tersebut telah terjadi dan diketahui, hendaknya segera dilakukan alternatif pembenaran/ralat dan dianalisis dimana letak kesalahan yang terjadi sehingga dapat berbahasa dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah dalam bahasa Indonesia.



Daftar Pustaka :

file.upi.edu/...BAHASA_INDONESIA...BAHASA.../10_BBM_8.pdf


0 komentar:

Posting Komentar

 
;