Sabtu, 01 November 2014

Dasar-Dasar dan Kaidah Kebahasaan Morfologi Bahasa Indonesia sebagai Rujukan Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar



MAKALAH
DASAR-DASAR DAN KAIDAH KEBAHASAAN MORFOLOGI BAHASA INDONESIA SEBAGAI RUJUKAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa sangat penting dalam komunikasi baik tertulis maupun tak tertulis. Sehingga penggunaannya harus berdasar pada kebahasaan dan perbendaharaan kata yang kaya dan lengkap. Begitu juga dengan bahasa Indonesia yang merupakan milik bangsa Indonesia merupakan alat komunikasi yang efektif dan efisien dalam pemersatu bangsa ini.
Tata bahasa harus berlangsung sesuai dengan kelaziman penggunaannya sehingga dapat diterima oleh semua penggunanya yaitu tata bahasa yang baku. Tata bahasa baku merupakan bahasa yang menjadi kelancaran dalam penggunaannya dan tidak bersifat mengekang bagi bahasa yang bersangkutan. Bahasa mempunyai struktur dan bentuk yang menyusun sebuah kata. Oleh karena itu ilmu morfologi bahasa yang mempelajari tentang struktur dan bentuk kata sangat penting dipelajari oleh bangsa ini baik dari jenjang bawah sampai jenjang atas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud morfologi?
2. Bagaimana morfem dalam pembentukan suatu kata?
3. Apa yang dimaksud alomorf?
4. Apa yang dimaksud afiksasi?
5. Apa saja jenis-jenis kata ulang bahasa Indonesia?
6. Apa makna kata ulang bahasa Indonesia?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian morfologi bahasa Indonesia
2. Dapat memahami morfem dalam pembentukan suatu kata
3. Dapat mengerti alomorf
4. Dapat mengetahui tentang afiksasi
5. Dapat menyebutkan jenis - jenis kata ulang bahasa Indonesia
6. Dapat mengerti makna kata ulang bahasa Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MORFOLOGI
Kata Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan logos berarti ilmu. Bunyi yang terdapat diantara morphed dan logos ialah bunyi yang biasa muncul diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan makna unsur-unsur pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk.
Morfologi menurut Wikipedia adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata. Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas kata yang disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek pembicaraan dalam morfologi. Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.
Itulah sebabnya, dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan kelas kata.

B. MORFEM
Morfem adalah satuan bahasa yang turut serta dalam pembentukan kata dan dapat dibedakan artinya. Morfem dapat juga dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat berbentuk imbuhan. Misalnya kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan /duga/. Kata duga merupakan kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada kata duga.
1.     Morfem Bebas
Morfem bebas adalah bentuk kata yang bisa berdiri sendiri dengan artinya, misalnya kata dasar. Contoh: buku, besar, jual. Kata dasar tersebut apabila tidak mendapat imbuhan tetap memiliki arti.
2.     Morfem Terikat
      Morfem terikat adalah bentuk kata yang selalu bergabung dengan morfem lain.
Morfem terikat terbagi menjadi dua yaitu:
a.      Morfem Terikat Morfologis
Morfem terikat morfologis yaitu morfem yang terikat oleh bentuk kata, terikat pada struktur kata, misalnya imbuhan. Contoh:ber- pada kata beranak berarti menghasilkan anak. Jika ber- berdiri sendiri tidak memiliki arti.
b.     Morfem Terikat Sintaksis
Morfem terikat sintaksis yaitu morfem yang mempunyai arti pada tataran kalimat, misalnya kata sambung atau kata depan. Contoh: aku dan kamu pergi bersama. Kata dan pada kalimat tersebut apabila berdiri sendiri tidak memiliki arti.

C. ALOMORF
Alomorf adalah anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi yang mempunyai fungsi dan makna yang sama yaitu merupakan unsur yang membentuk verba aktif (Hasan Alwi, dkk, 2003: 28). Setiap morfem mempunyai alomorf satu, dua, atau juga enam. Beberapa bentuk alomorf dari beberapa morfem yaitu:
1.     Morfem ber-, mempunyai alomorf ber-, be-, dan bel-.
a.      Ber-
Contohnya : bertamasya
b.     Be-
Contohnya : bepergian
c.      Bel-
Contohnya : belajar
2.     Morfem me-, mempunyai alomorf me-, mem-, men-, meng-, menge-, dan meny-.
a.      Me-
Contohnya : mewajibkan, merajut
b.     Mem-
Contohnya : membawa, mempunyai
c.      Men-
Contohnya : mencangkul, menulis, menndapatkan
d.     Meng-
Contohnya : menggulung, mengkaji
e.      Menge-
Contohnya : mengecat
f.      Meny-
Contohnya : menyapu, menyiram, menyingkir


D.  AFIKSASI
Afiksasi sering pula disinonimkan dengan proses pembubuhan afiks (imbuhan). Afiksasi atau proses pembubuhan imbuhan ialah pembentukan kata dengan cara melekatkan afiks pada bentuk dasar. Hasil afiksasi disebut kata berafiks atau kata berimbuhan. Afiksasi dalam bahasa Indonesia sangat memegang peranan penting. Hal itu didasarkan pada suatu kenyataan, bahwa bahasa Indonesia termasuk rumpun bahasa aglutinatif.  Afiks dapat diklasifikasikan menjadi bermacam-macam. Hal itu akan sangat bergantung pada segi tinjauannya. Menurut Suryadi Abdillah H. (2011), macam afiks dapat ditinjau dari posisi atau letaknya, asalnya, serta produktifnya, yaitu:
      1.  Afiks Ditinjau dari Letaknya.
Dari letak atau posisi melekatnya, afiks dapat dibagi menjadi empat macam yaitu prefiks atau awalan, infiks atau sisipan, sufiks atau akhiran, dan konfiks atau imbuhan gabungan.
     
a. Prefiks
Prefiks ialah afiks (imbuhan) yang ditempatkan di bagian muka dasar (mungkin kata dasar atau kata kompleks/ jadian).
Contoh:
ber -    +          jalan    =          berjalan, nosi dari imbuhan ber- pada kata berjalan adalah melakukan tindakan jalan.
pe-       +          malas  =          pemalas, nosi dari imbuhan pe- pada kata pemalas adalah bersifat malas.
ter-      +          pandai =          terpandai, nosi dari imbuhan ter- pada kata terpandai adalah paling pandai.
se-       +          kantor  =          sekantor, nosi dari imbuhan se- pada kata sekantor adalah sama-sama dalam satu kantor.
      b. Infiks
Infiks ialah afiks yang diselipkan atau dilekatkan di tengah kata dasar.
Contoh:
-el-      +          getar    =          geletar
-em-    +          getar    =          gemetar
-er-      +          gigi      =          gerigi
-in-      +          kerja    =          kinerja
      c.  Sufiks
Sufiks ialah morfem terikat yang digunakan di bagian belakang kata atau dilekatkan pada akhir dasar.
Contoh:
-an       +          hukum             =          hukuman, nosi dari imbuhan  -an pada kata hukuman adalah cara menghukum.
-nya     +          buku                =          bukunya, nosi dari imbuhan   -nya pada kata bukunya adalah menunjukkan kepemilikan.
-man    +          seni                 =          seniman, nosi dari imbuhan
-man pada kata seniman adalah orang yang ahli dalam bidang seni.
      d.  Konfiks
Konfiks ialah gabungan prefiks dan sufiks yang dilekatkan sekaligus pada awal dan akhir dasar.
Contoh:
ber-an              +          datang             =          berdatangan, nosi dari imbuhan ber-an pada kata berdatangan adalah menyatakan banyak pelaku.
ke-an               +          camat              =          kecamatan, nosi dari imbuhan ke-an pada kata kecamatan adalah menyatakan tempat.
ber-kan            +          senjata             =          bersenjatakan, nosi dari imbuhan ber-kan pada kata bersenjatakan adalah memiliki atau memakai senjata.
meng-kan        +          kerja                =          mengerjakan, nosi dari imbuhan meng-kan pada kata mengerjakan adalah melakukan perbuatan.
2.     Afiks Ditinjau dari Asalnya
Ditinjau dari asalnya, afiks bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu afiks asli dan afiks dari bahasa asing.
a.      Afiks Asli
Afiks asli ialah afiks-afiks yang memang merupakan bentukan atau afiks dari bahasa Indonesia itu sendiri.
Contoh:
ke-an   +          adil                  =          keadilan
ter-      +          jatuh                =          terjatuh
b.     Afiks Asing
Afiks asing ialah afiks yang berasal atau hasil pungutan dari bahasa asing yang kini telah menjadi bagian sistem bahasa Indonesia. Untuk menyatakan suatu afiks bahasa asing telah diterima menjadi afiks bahasa Indonesia, apabila afiks tersebut sudah mampu keluar dari lingkungan bahasa asing dan sanggup melekat pada bentuk dasar bahasa Indonesia.
Contoh:
pra-     +          sejarah            =          prasejarah
-ik       +          patriot             =          patriotik
3. Afiks Ditinjau dari Produktifitasnya
Ditinjau dari produktifitasnya, afiks bahasa Indonesia dapat      dibedakan menjadi dua macam yaitu afiks improduktif dan afiks produktif.
a.      Afiks improduktif
Afiks improduktif ialah afiks yang distribusinya terbatas pada kata-kata atau morfem-morfem tertentu saja, tidak dapat digunakan lagi untuk membentuk kata-kata baru.
Contoh:  
-is        +          nasional          =          nasionalis
-wi       +          manusia          =          manusiawi
b.  Afiks produktif
Afiks produktif ialah afiks yang memilki kesanggupan yang besar untuk melekat pada kata-kata atau morfem-morfem lain, sebagaimana tampak dalam distribusinya.
Jenis-jenis kata ulang bahasa indonesia

   E. JENIS - JENIS KATA ULANG
a)   Dwipurwa (kata ulang sebagian): Reduplikasi atas suku kata awal. Vokal dari suku kata awal mengalami pelemahan dan bergeser ke posisi tengah menjadi e pepet. Contoh: tetangga, leluhur, leluasa.
b)   Dwilingga (kata ulang utuh atau penuh): Reduplikasi atas seluruh bentuk dasar (bisa kata dasar maupun kata berimbuhan). Contoh: rumah-rumah, kejadian-kejadian.
c)   Dwilingga salin suara (berubah bunyi): Reduplikasi atas seluruh bentuk dasar yang salah satunya mengalami perubahan suara pada suatu fonem atau lebih. Contoh: gerak-gerik, sayur-mayur.
d)   Kata ulang berimbuhan: Reduplikasi dengan mendapat imbuhan, baik pada lingga pertama maupun pada lingga kedua. Contoh: bermain-main, tarik-menarik.
e) Kata ulang semu: Kata yang sebenarnya merupakan kata dasar dan bukan hasil pengulangan atau reduplikasi. Contoh: laba-laba, ubur-ubur, undur-undur, kupu-kupu, empek-empek.
f)   Kata ulang utuh. Contoh: anak-anak, jalan-jalan, makan-makan.
g)   Kata ulang sebagian atau kata ulang dwipurwa merupakan perulangan kata yang dialami oleh sebagian dari kata dasar, dengan kata lain perulangan kata hanya terjadi pada suku awal kata dasar, seperti: lelaki, tetua, seseorang. Di dalam kata ulang sebagian juga sering ditemukan kata ulang yang mendapat akhiran, seperti: pepohonan, rerumputan.
h)  Kata ulang berubah bunyi adalah kata ulang yang mengalami perubahan bunyi pada akhir kata perulangan. contoh: sayur-mayur, bolak-balik.
F. MAKNA KATA ULANG BAHASA INDONESIA
  1. Jamak (tak tentu). Contoh: Buku-buku itu telah kusimpan dalam lemari.
  2. Bermacam-macam. Contoh: pohon-pohonan, buah-buahan.
  3. Menyerupai. Contoh: kuda-kuda, anak-anakan, langit-langit, mobil-mobilan, rumah-rumahan, kayu-kayuan.
  4. Melemahkan (agak). Contoh: kekanak-kanakan, kebarat-baratan, sakit-sakitan.
  5. Intensitas (kualitas, kuantitas, atau frekuensi). Contoh: kuat-kuat, kuda-kuda, mondar-mandir.
  6. Saling (berbalasan). Contoh: bersalam-salaman, tikam-menikam.
  7. Kolektif (pada kata bilangan). Contoh: dua-dua, tiga-tiga, lima-lima.
  8. Dalam keadaan. Contoh: mentah-mentah, hidup-hidup.
  9. Walaupun (meskipun). Contoh: kecil-kecil.
  10. Perihal. Contoh: masak-memasak, jahit menjahit.
  11. Tindakan untuk bersenang-senang. Contoh: makan-makan, duduk-duduk, tidur-tiduran, membaca-baca, berjalan-jalan.
  12. Agak. Contoh: kehijau-hijauan, kemerah-merahan.
  13. Tindakan yang dilakukan berkali-kali. Contoh: berkali-kali.
  14. himpunan. Contoh: berjam-jam.
  15. Perbalasan (pekerjaan). Contoh: kunjung-mengunjungi, tuduh-menuduh, tolong-menolong.
BAB III
PENUTUP

  1. KESIMPULAN
Dari pembahasan mengenai “dasar-dasar dan kaidah kebahasaan morfologi bahasa indonesia sebagai rujukan penggunaan bahasa indonesia yang baik dan benar  diatas dapat disimpulkan,morfologi adalah

  1. SARAN
Sebagai calon pendidik, pemahaman tentang morfologi dan jenis-jenis kata Bahasa Indonesia perlu dipelajari secara luas supaya dapat menjadi bekal dalam mengajar siswa dan bermanfaat  dalam berkomunikasi di kehidupan sehari-hari secara tepat dan benar.
Pembelajaran mengenai Bahasa Indonesia sangat penting diajarkan di setiap jenjang sekolah untuk mengenalkan Bahasa Indonesi lebih dalam dan menjadikan siswa memiliki rasa bangga terhadap bahasa nasionalnya yaitu Bahasa Indonesia. Diharapkan siswa dapat berkomunikasi Bahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai kaidah Tata Bahasa yang telah ada.



KEPUSTAKAAN
Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
http://putryyanti.blogspot.com/2013/03/makna-kata-ulang_8071.html
http://garda-pengetahuan.blogspot.com/2013/01/penggunaan-kata-ulang-di-bahasa.html
http://id.wikibooks.org/wiki/Bahasa_Indonesia/Kata_ulang

0 komentar:

Posting Komentar

 
;