Sabtu, 01 November 2014

Apresiasi Sastra Prosa



MAKALAH
Apresiasi Sastra Prosa

BAB I
PENDAHULUAN


A.                LATAR BELAKANG
Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan dan sebuah kreasi yang dibuat seseorang. Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang digunakan untuk mengungkapkan kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra, pada umumnya, berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra lahir dilatar belakangi adanya dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya. (dalam Sarjidu, 2004: 2).
Pendidikan sastra dan bahasa Indonesia sendiri mempunyai peranan yang penting didalam dunia pendidikan. Di sekolah dasar, pembelajaran sastra dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasikan karya sastra. Pembelajaran sastra di SD adalah pembelajaran sastra anak. Sastra anak adalah karya sastra yang secara khusus dipahami oleh anak-anak. Sifat sastra anak adalah imajinasi, bukan berdasarkan pada fakta. Unsur-unsur imajinasi ini sangat menonjol dalam sastra anak. Hakikat sastra anak harus sesuai dengan dunia kehidupan anak-anak yang dimiliki mereka dan bukan milik orang dewasa. Sastra anak dianggap mampu untuk dijadikan pedoman tingkah laku dalam kehidupan. Sastra anak sendiri haruslah dihargai oleh orang lain agar anak bisa mengembangkan dan mau mengapresiasikan karyanya. Untuk itu, dibutuhkan pula apresiasi yang dimaksudkan untuk memberi penghargaan sebaik-baiknya kepada anak atas karya sastra yang telah dibuat olehnya.










B.                 RUMUSAN MASALAH
1.        Apakah yang dimaksud dengan apresiasi sastra?
2.        Apa saja tingkatan apresiasi sastra?
3.        Apa manfaat apresiasi sastra bagi anak?
4.        Apa sajakah jenis dan ragam sastra anak?
5.        Apa ciri-ciri sastra anak?
6.    Apa pengertian apresiasi prosa?
7.    Apa ciri-ciri prosa?
8.    Apa saja unsur-unsur yang ada dalam prosa?
9.    Apa saja langkah-langkah apresiasi prosa?

C.                TUJUAN
1.        Untuk menjelaskan apa itu apresiasi sastra.
2.        Untuk mengetahui tingkatan dalam apresiasi sastra.
3.        Untuk menjelaskan manfaat dari apresiasi sastra.
4.        Untuk mengetahui jenis dan ragam sastra anak.
5.        Untuk mengetahui ciri-ciri sastra anak.
6.        Untuk mengetahui pengertian apresiasi prosa.
7.        Untuk mengetahui ciri-ciri prosa.
8.        Untuk menjelaskan unsur-unsur dalam prosa.
9.        Untuk mengetahui langkah- langkah apresiasi prosa.













BAB II
PEMBAHASAN

A.                Pengertian Apresiasi Sastra
Istilah apresiasi berasal dari bahasa Inggris "apresiation" yang berarti penghargaan, penilaian, pengertian. Bentuk itu berasal dari kata kerja " ti appreciate" yang berarti menghargai, menilai, mengerti dalam bahasa indonesia menjadi mengapresiasi. Dengan demikian, yang dimaksud dengan apresiasi sastra adalah penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap karya sastra, baik yang berbentuk puisi maupun prosa atau suatu kegiatan menggauli sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra. Adapun definisi apresiasi sastra menurut para ahli, yaitu:
(1)          Apresiasi sastra ialah penghargaan (terhadap karya sastra) yang didasarkan atas pemahaman (Sudjiman, 1990:9).
(2)          Apresiasi sastra adalah penghargaan dan pemahaman atas suatu hasil seni atau budaya (Natawidjaja, 1981:1).
(3)          Apresiasi sastra adalah penaksiran kualitas karya sastra serta pemberian nilai yang wajar kepadanya berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang sadar dan kritis (Tarigan, 1984:233).
(4)          Apresiasi adalah penimbangan, penilaian, pemahaman, dan pengenalan secara memadai (Hornby, 1973:41).
(5)          Apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh hingga timbul pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra (Effendi, 1982:7).
(6)          Apresiasi sastra ialah kegiatan memahami cipta sastra dengan sungguh-sungguh hingga menimbulkan pengertian dan penghargaan yang baik terhadapnya. (Zakaria, 1981:6).
(7)          Apresiasi sastra ialah proses (kegiatan) pengindahan, penikmatan, penjiwaan, dan penghayatan karya sastra secara individual dan momentan, subjektif dan eksistensial, ruhaniah dan budiah, khusuk dan kafah, dan intensif dan total, supaya memperoleh sesuatu daripadanya sehingga tumbuh, berkembang, dan terpiara kepedulian, kepekaan, ketajaman, kecintaan, dan keterlibatan terhadap karya sastra (Saryono, 2009:34).

B.                 Tingkatan Apresiasi Sastra
Adapun tingkatan apresiasi sastra, Wardani (1981) membagi tingkatan apresiasi sastra ke dalam empat tingkatan sebagai berikut.
(1)     Tingkat menggemari, yang ditandai oleh adanya rasa tertarik kepada buku-buku sastra serta keinginan membacanya dengan sungguh-sungguh, anak melakukan kegiatan kliping sastra secara rapi, atau membuat koleksi pustaka mini tentang karya sastra dari berbagai bentuk.
(2)  Tingkat menikmati, yaitu mulai dapat menikmati cipta sastra karena mulai tumbuh pengertian, anak dapat merasakan nilai estetis saat membaca puisi anak-anak, atau mendengarakan deklamasi puisi/prosa anak-anak, atau menonton drama anak-anak.
(3)     Tingkat mereaksi yaitu mulai ada keinginan utuk menyatakan pendapat tentang cipta sastra yang dinikmati misalnya menulis sebuah resensi, atau berdebat dalam suatu diskusi sastra secara sederhana. Dalam tingkat ini juga termasuk keinginan untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sastra.
(4)     Tingkat produktif, yaitu mulai ikut menghasilkan cipta sastra di berbagai media masa seperti koran, majalah atau majalah dinding sekolah yang tersedia, baik dalam bentuk puisi, prosa atau drama.
Berbeda dengan P. Suparman (Tarigan, 2000) membagi tingkatan apresiasi sastra atas lima tingkatan, yakni sebagai berikut:
(1)     Tingkat penikmatan, misalnya menikmati pembacaan/deklamasi puisi, menonton drama, mendengarkan cerita.
(2)     Tingkat penghargaan, misalnya memetik pesan positif dalam cerita, mengagumi suatu karya sastra, meresapkan nilai-nilai humanistik dalam jiwa; menghayati amanat yang terkandung dalam puisi yang dibacanya atau yang dideklamasikan.
(3)     Tingkat pemahaman, misalnya mengemukakan berbagai pesan-pesan yang terkandung dalam karya sastra setelah menelaah atau menganalisis unsur instrinsik-ekstrinsiknya, baik karya puisi, prosa maupun drama anak-anak.
(4)     Tahap penghayatan, misalnya melakukan kegiatan mengubah bentuk karya sastra tertentu ke dalam bentuk karya lainnya (parafrase), misalnya mengubah puisi ke dalam bentuk prosa, mengubah prosa ke dalam bentuk drama, menafsirkan menemukan hakikat isi karya sastra dan argumentasinya secara tepat.
(5)  Tingkat implikasi, misalnya mengamalkan isi sastra, mendayagunakan hasil apresiasi satra untuk kepentingan peningkatan harkat kehidupan.
Tingkatan apresiasi yang dipaparkan di atas mendorong kita untuk tidak sekedar menghasilkan karya sastra tetapi yang lebih penting adalah untuk dihayati dan diamalkan oleh peserta didik dalam kehidupannya.

C.                Manfaat Apresiasi Sastra
Apresiasi sastra memiliki berbagai manfaat. Moody dan Leslie S (dalam Wardani,1981) mengemukakan manfaat apresiasi sastra:
(1)          Melatih keempat keterampilan berbahasa.
(2)          Menambah pengetahuan tentang pengalaman hidup manusia seperti adat istiadat, agama, kebudayaan, dan sebagainya.
(3)          Membantu mengembangkan pribadi.
(4)          Membantu pembentukan watak.
(5)          Memberi kenyamanan.
(6)          Meluaskan dimensi kehidupan dengan pengalaman baru.
Hal tersebut sejalan dengan Huck (1987) yang mengemukakan dua manfaat apresiasi sastra, yakni:
(1)     Nilai personal: memberi kesenangan, mengembangkan imajinasi, memberi pengalaman yang dapat terhayati, mengembangkan pandangan ke arah persoalan kemanusiaan, menyajikan pengalaman yang bersifat emosional.
(2)     Nilai pendidikan: membantu perkembangan bahasa, meningkatkan kelancaran-kemahiran membaca, meningkatkan keterampilan menulis, mengembangkan kepekaan terhadap sastra.
Manfaat apresiasi sastra yang dikemukakan tersebut, hanya manfaat mengembangkan imajinasi, mengembangkan pandangan ke arah persoalan kemanusiaan, dan  meningkatkan keterampilan membaca-menulis yang akan diuraikan secara singkat.
(1)          Mengembangkan Imajinasi
Salah satu tujuan utama pembelajaran bahasa/sastra adalah terbentuknya kemampuan siswa yang kreatif. Untuk menjadi kreatif, salah satu aspek mutlak yang harus dimiliki adalah daya imajinasi yang memadai. Sebagaimana yang dikemukakan Huck (1987) bahwa mengapresiasi sastra dapat mengembangkan imajinasi siswa. Imajinasi yang dimaksud adalah daya pikir untuk membayangkan (dalam angan) atau menciptakan sesuatu (gambar, karangan,dan sejenisnya) berdasarkan kenyataan atau pengalaman sesorang (dalam KBBI, 1994:372).
(2)          Meluaskan pandangan tentang kemanusiaan
Melalui pergaulan dengan karya sastra berbagai pengalaman dapat diperoleh, yang kelak berfungsi untuk meluaskan pandangan tentang kemanusian sekaligus berkaitan dengan pembentukan watak dan pribadi yang baik dalam mengarungi kehidupan masyarakat. Misalnya dalam puisi POT oleh Sutarji Kalsum Bachri, memberi perluasan wawasan dan pengalaman kejiwaan bahwa kita harus menjadi ibu, ibu yang mampu melahirkan generasi yang berkualitas, generasi dapat mengharumkan bangsa di tingkat internasional.
(3)          Meningkatkan Keterampilan Berbahasa
Tujuan utama pembelajaran BI di SD adalah untuk meningkatkan keterampilan berbahasa. Kaitannya dengan apresiasi sastra yang dapat meningkatkan keterampilan berbahasa siswa, berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan karya sastra dalam pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan berbahasa. Adapun hubungannya dengan peningkatan keterampilan menulis dengan memanfaatkan karya sastra sebagai bahan pembelajaran.

D.                Jenis dan Contoh Apresiasi Sastra Anak
Jenis sastra (anak-anak) terdiri atas:
(1)        Puisi
Secara etimologi istilah puisi berasal dari bahasa Yunani “poeima” = membuat atau “poeisis” = pembuatan. Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut “poem” atau “poetry”. Merupakan pengungkapan gagasan dan perasaan dalam bentuk rangkaian bait. Apresiasi puisi dapat dilakukan dengan memadukannya dengan empat aspek keterampilan berbahasa, yakni: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.  Apresiasi puisi yang berkaitan dengan tujuan tersebut dapat dilakukan dengan cara membaca, mendeklamasikan, menciptakan puisi, dan mendiskusikan tema, keindahan bahasa, serta hal-hal yang menarik dari puisi tersebut. Seperti bentuk karya sastra lain, puisi mempunyai ciri-ciri khusus. Pada umumnya penyair mengungkapkan gagasan dalam kalimat yang relatif pendek-pendek serta padat, ditulis berderet-deret ke bawah (dalam bentuk bait-bait), dan tidak jarang menggunakan kata-kata/kalimat yang bersifat konotatif. Struktur dan ragam puisi sebagai karya cipta kreatif jika dilihat dari ciri-cirinya terus mengalami perubahan zaman. Misal di masa lampau, penciptaan puisi harus memenuhi ketentuan jumlah baris, ketentuan rima dan persyaratan lain (Wirjosoedarmo:karangan terikat). Definisi tersebut tentu saja tidak tepat lagi untuk masa sekarang karena saat ini penyair sudah lebih bebas dan tidak harus tunduk pada persyaratan-persyaratan tertentu. Menurut zaman puisi dibagi dalam dua kategori, yaitu:
1.                   Puisi Lama, dengan ciri-ciri :
a.    Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
b.    Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
c.    Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
Yang termasuk puisi lama adalah :
a)         Mantra, adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
b)        Pantun, adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka. Contoh pantun :
    Jalan-jalan ke kota Blitar             Membawa peti dari malaka
     jangan lupa beli sukun                 Berisi pakaian si anak raja
    Jika kamu ingin pintar                  Kalau hati sudah merasa suka
    belajarlah dengan tekun               Semua keadaan indah di mata
c)    Karmina, adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
d)    Seloka, adalah pantun berkait.
e)    Gurindam, adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
Kurang pikir kurang siasat       Barang siapa tinggalkan sembahyang
   Tentu dirimu akan tersesat           Bagai rumah tiada bertiang
 f)    Syair, adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
Bila dua orang wanita berbicara
mereka tidak mengatakan apa-apa
tetapi jika seorang saja yang berbicara
dia akan membuka semua tabir kehidupannya
g)    Talibun, adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
2.    Puisi Baru dengan ciri-ciri :
Bentuknya lebih bebas daripada puisi lama, baik dalam segi jumlah   baris, suku kata, maupun rima.
Menurut isinya, puisi baru dibedakan atas:
a)             Balada, adalah puisi berisi kisah/cerita.
b)             Himne, adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan.
c)             Ode, adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa.
d)            Epigram, adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup.
e)             Romance, adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih.
f)              Elegi, adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan.
g)             Satire, adalah puisi yang berisi sindiran/kritik.
Contoh puisi modern:
biduk di langit masih kering tertawa
melihat aku yang tetap bercumbu dengan khayal
menari kata dalam balutan puisi
membingkaikan rasa dalam bait
puisi adalah aku
aku bercinta dengan kata
dan merangkai menjadi satu kenangan indah
dekapan kalimat panjang membuai mesra diriku
kutemukan ada detak lemah setia
(2)        Prosa
Prosa ialah karya sastra yang berbentuk cerita yang bebas, tidak terikat oleh rima (bunyi yang berselang/berulang di dalam/akhir larik), irama, dan kemerduan bunyi (meliputi euphony/mengambarkan keriangan, cacophony/bernuansa ketertekanan batin, kebekuan dan kesedihan, onomatope/sugesti suara yang sebenarnya). Prosa juga pemaparan pemikiran dan perasaan melalui bentuk paragraf demi paragraf.

(3)        Drama
Merupakan pengemukaan gagasan dan perasan melalui bentuk dialog antaraberbagai tokoh. Drama adalah salah satu genre sastra yang berada pada dua dunia seni, yaitu seni sastra dan seni pertunjukan atau teater. Orang yang melihat drama sebagai seni sastra menunjukkan perhatiannya pada seni tulis teks drama yang dinamakan juga dengan seni lakon. Teknik penulisan teks drama berbeda dengan teknik penulisan puisi atau prosa. Orang yang menganggap drama sebagai seni pertunjukan (teater) fokus perhatiannya ditujukan pada pertunjukannya atau pementasannya, tidak semata pada teksnya saja. Drama anak merupakan suatu bentuk drama yang diperankan/ tokoh pelakunya adalah anak-anak. Misalnya: opera anak (trans7), ketoprak anak, dan lain-lain.

E.                 Ciri-ciri Apresiasi Sastra Anak
Ciri pembelajaran apresiasi satra (anak) diantaranya :
(1)               Ciri keterbacaan, meliputi :
a.  Bahasa yang digunakan dapat dipahami anak, artinya kosa kata yang digunakan dikenal oleh anak, susunan kalimatnya sederhana sehingga dapat dipahami oleh anak.
b.  Pesan yang dikandung puisi dapat dibaca dan dipahami anak karena tidak bersifat diapan (tersembunyi) melainkan bersifat transparan atau eksplisit.
(2)    Ciri kesesuaian, meliputi:
a.    Kesesuaian dengan kelompok usia anak, pada usia anak sekolah dasar menyukai puisi yang membicarakan kehidupan sehari-hari , petualangan, kehidupan keluarga yang nyata.
b.    Kesesuaian dengan lingkungan sekitar tempat anak berada. Artinya, anak yang berada di lingkungan sekitar pantai akan bersemangat jika puisi yang diberikan untuk dipelajari adalah puisi yang berbicara tentang pantai. Atau pada musim kemarau, puisi yang diajadikan irri ajar adalah puisi yang berbicara tentang kemarau
Adapun ciri-ciri apresiasi sastra sesuai dengan jenisnya yaitu:
(1)    Puisi
a.    Isi sajak harus merupakan pengalaman dari dunia anak sesuai umur dan taraf perkembangan jiwa anak.
b.   Sajak itu memiliki daya tarik terhadap anak.
c.   Sajak itu harus memiliki keindahan lahiriah bahasa, misalnya irama yang hidup, tekanan kata yang nyata, permainan bunyi, dan lain-lain.
d.   Perbendaharaan kata yang sesuai dengan dunia anak.
(2)   Prosa
a.    Bahasa yang digunakan haruslah sesuai dengan tingkat perkembangan bahasa anak.
b.    Isi ceritanya haruslah sesuai dengan tingkat usia.
c.    Latarnya dikenal anak, alurnya berbentuk maju dan tunggal, penokohannya dari kalangan anak dengan jumlah sekitar 3-4 orang, temanya tentang kehidupan sehari-hari, petualangan, olahraga, dan keluarga.
(3)    Drama
Drama anak-anak tidak jauh beda dengan cerita anak-anak, baik dari segi bahasanya, tema, pesannya. Yang berbeda adalah dari segi dialog yang sederhana dan jumlah adegan yang tidak terlalu panjang dan berbelit.

F.                 Pengertian Apresiasi Prosa
Kata apresiasi secara harfiah berarti ‘penghargaan’ terhadap suatu objek, hal, kejadian, atau pun peristiwa. Apresiasi adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan, kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra (Effendi 1973 : 44). Untuk dapat memberi penghargaan terhadap sesuatu, tentunya kita harus mengenal sesuatu itu dengan baik dan dengan akrab agar kita dapat bertindak dengan seadil-adilnya terhadap sesuatu itu, sebelum kita dapat memberi pertimbangan bagaimana penghargaan yang akan diberikan terhadap sesuam itu. Kalau yang dimaksud dengan sesuatu itu adalah karya sastra, lebih tepat iagi karya sastra prosa, maka apresiasi itu berati memberi penghargaan dengan sebaik-baiknya terhadap karya sastra prosa itu.
Apresiasi prosa adalah memberi penghargaan dengan sebaik-baiknya dan seobjektif mungkin pada suatu karya sastra prosa. Seobjektif mungkin dapat diartikan bahwa pemberian penghargaan dilakukan setelah karya sastra itu kita baca, telaah unsur-unsur pembentuknya dan tafsirkan berdasarkan wawasan dan visi kita terhadap karya sastra itu.



G.                Ciri-ciri Prosa
Prosa sebagai salah satu bentuk cipta sastra, mendukung fungsi sastra pada umumnya. Fungsi prosa adalah untuk memperoleh keindahan, pengalaman, nilai-nilai moral yang terkandung dalam cerita, dan nilai-nilai budaya yang luhur. Selain itu dapat pula mengembangkan cipta, rasa, serta membantu pembentukan untuk pembelajaran (secara tidak langsung). Prosa sebagai salah satu bentuk karya sastra, sering menimbulkan masalah dalam mengajarkannya. Hal ini muncul karena cerita yang ditulis dalam bentuk prosa pada umumnya panjang. Masalah ini tentu saja dapat mempengaruhi proses pembelajaran prosa karena bimbingan apresiasi yang menyangkut teks enggan diberikan. Seperti halnya puisi, prosapun sebaiknya dinikmati oleh siswa secara utuh agar fungsi prosa benar-benar terwujud.
1)   Ciri-ciri Prosa Lama
a) Di pengaruhi oleh sastra hindu atau arab.
b) Ceritanya anonim “tanpa nama”
c) Milik bersama.
d) Bersifat statis, sesuai dengan kondisi masyarakat waktu itu.
e) Berbentuk hikayat, tambo, dongeng”pembaca di bawa ke alam imajinasi”
2) Ciri-ciri Prosa baru
a) Tertulis.
b) Masyarakat sentris”cerita diambil dari kehidupan masyarakat sekitar”.
c) Dipengaruhi pengarangnya.
d) Dipengaruhi sastra barat.
e) Bentuk ronam,cerpen,drama.
H.                Unsur-unsur dalam Prosa
Unsur-unsur dalam Prosa
1. Unsur-unsur Intrinsik
a)  Tema
Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Tema suatu cerita menyangkut segala persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya. Untuk mengetahui tema suatu cerita, diperlukan apresiasi menyeluruh terhadap berbagai unsur karangan itu. Bisa saja tematerdapat pada unsur penokohan, alur, atau latar.Tema jarang dituliskan secara tersurat oleh pengarangnya. Untuk dapat merumuskan tema cerita fiksi, seorang pembaca harus terlebih dahulu mengenali unsur-unsur intrinsik yang dipakai oleh pengarang untuk mengembangkan cerita fiksinya.
b)   Alur
Alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab-akibat. Bagian-bagian alur tersebut tidaklah seragam. Kadang-kadang susunannya itu langsung pada penyelesaian lalu kembali pada bagian pengenalan. Ada pula yang diawali dengan pengungkapan peristiwa, lalu 13 pengenalan, penyelesaian peristiwa, dan puncak konflik. Tidak sedikit pula cerita yang alurnya berbelit-belit dan penuh kejutan, juga kadang-kadang sederhana.
c)    Tokoh dan Penokohan
Penokohan yaitu cara kerja pengarang untuk menampilkan tokoh cerita. Penokohan dapat dilakukan menggunakan metode (1) analitik, (2) dramatik, dan (3) kontekstual. Tokoh cerita akan menjadi hidup jika ia memiliki watak seperti layaknya manusia. Watak tokoh terdiri atas sifat, sikap, serta kepribadian tokoh. Cara kerja pengarang memberi watak pada tokoh cerita dinamakan penokohan, yang dapat dilakukan melalui penggambaran (1) fisik, (2) psikis, dan (3) sosial. Latar berkaitan erat dengan tokoh dan alur.
d)    Latar
Latar adalah seluruh keterangan mengenai tempat, waktu, serta suasana yang ada dalam cerita. Latar tempat terdiri atas tempat yang dikenal, tempat tidak dikenal, dan tempat yang hanya ada dalam khayalan. Latar waktu ada yang menunjukkan waktu dengan jelas, namun ada pula yang tidak dapat diketahui secara pasti. Cara kerja pengarang untuk membangun cerita bukan hanya melalui penokohan dan perwatakan, melainkan pula dapat melalui sudut pandang.
e) Sudut Pandang
Sudut pandang (point of view) adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita.Posisi pengarang ini terdiri atas dua macam, yaitu berperan langsung, sebagai orang pertama dan berperan sebagai pengamat atau sebagai orang ketiga.
 f) Amanat
Amanat merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya. Amanat tersimpan rapi dan disembunyikan pengarangnya dalam isi cerita.

2.    Unsur-unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik prosa adalah segala faktor luar yang melatarbelakangi penciptaan
karya sastra, seperti faktor pendidikan pengarang, faktor kesejarahan, dan faktor
sosial budaya.

I.                   Langkah-langkah Apresiasi Prosa
Dalam berbagai buku sumber ada disebutkan langkah-langkah yang dilakukan dalam melaksanakan apresiasi sastra secara umum dan apresiasi karya sastra secara khusus. Yang disebut di bawah ini pada dasarnya tidak berbeda dengan yang disebutkan dalam buku-buku sumber itu.
·         Pertama, membaca novel (cerpen, roman) itu secara tenang dan seksama. Kalau perlu bisa diiakukan dua tiga kali. Biasanya sebuah karya prosa yang baik akan mengundang kita untuk membacanya berkali-kali karena kita memperoleh kenikmatan dari pembacaan itu.
·         Kedua, melibatkan emosi ketika membaca prosa tersebut.
·         Ketiga, mencoba menelaah apa tema cerita tersebut, dan mengetahui bagaimana tema itu disajikan, menelaah plot, penokohan, setting atau latar, dan berbagai unsur instrinsik lainnya.
·         Keempat mencoba menelaah amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang dengan novel (cerpen, roman) tersebut.
·         Kelima, mencoba menelaah penggunaan bahasa yang digunakan dalam karya prosa tersebut melihat kekuatannya, dan mencari kekurangannya.
·         Keenam, mencoba menarik kesimpulan akan nilai karya prosa tersebut berdasarkan telaah objektif terhadap unsur intrinsik dan unsur ekstrinsiknya.









BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Sastra anak-anak dapat dikatakan bahwa suatu karya sastra yang bahasa dan isinya sesuai perkembangan usia dan kehidupan anak, baik ditulis oleh pengarang yang sudah dewasa, remaja atau oleh anak-anak itu sendiri. Karya sastra yang dimaksud berupa puisi dan prosa. Prosa ialah karya sastra yang berbentuk cerita yang bebas, tidak terikat oleh rima (bunyi yang berselang/berulang di dalam/akhir larik), irama, dan kemerduan bunyi (meliputi euphony/mengambarkan keriangan, cacophony/bernuansa ketertekanan batin, kebekuan dan kesedihan, onomatope/sugesti suara yang sebenarnya). Apresiasi prosa adalah memberi penghargaan dengan sebaik-baiknya dan seobjektif mungkin pada suatu karya sastra prosa. Seobjektif mungkin dapat diartikan bahwa pemberian penghargaan dilakukan setelah karya sastra itu kita baca, telaah unsur-unsur pembentuknya dan tafsirkan berdasarkan wawasan dan visi kita terhadap karya sastra itu.
Manfaat apresiasi sastra, diantaranya :
1.  Melatih keempat keterampilan berbahasa, yakni mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
2.  Menambah pengetahuan tentang pengalaman hidup manusia seperti adat istiadat, agama, kebudayaan, dan sebagainya.
3.  Membantu mengembangkan pribadi.
4.  Membantu pembentukan watak.
5.  Memberi kenyamanan.
6.  Meluaskan dimensi kehidupan dengan pengalaman baru (Wardani 1981).

B.SARAN
            Dalam kegiatan pengapresiasian sastra hendaknya memperhatikan audience dari penikmat sastra tersebut. Hal ini, bisa pada tingkatan dewasa dan anak-anak. Pada  tingkatan anak-anak, bahasa yang digunakan adalah bahasa dalam kehidupan sehari-hari dan tidak baku. Dalam manfaaynya, sastra diharapkan memiliki unsure-unsur yang dapat mengembangkan apresiasi anak.
Hal diatas merupakan tugas guru dalam merangsang kreativitas anak agar dapat tereksplore dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

(Selasa, 2 September 2014; 16:42 )


Nurul. 2012. Apresiasi Sastra. Diambil dari: http://nurulelkhalieqy.blogspot.com/2012/01/apresiasi-sastra.html
(Selasa, 2 September 2014; 16:33)


(Selasa, 2 September 2014; 16:37)


(Selasa, 2 September 2014; 16:29 )

(Selasa, 2 September 2014; 16:31)






0 komentar:

Posting Komentar

 
;