Kamis, 09 Juni 2016

Pemerolehan Bahasa Anak



 PEMEROLEHAN  BAHASA  ANAK

1.      Pembuka
1.1    Latar  Belakang

Pemerolehan bahasa merupakan sebuah hal yang sangat menakjubkan terlebih dalam proses pemerolehan bahasa pertama yang dimiliki langsung oleh anak tanpa ada pembelajaran khusus mengenai bahasa tersebut kepada seorang anak (bayi). Seorang bayi hanya akan merespon ujaran-ujaran yang sering didengarnya dari lingkungan sekitar terlebih adalah ujaran ibunya yang sering didengar oleh anak tersebut. Seorang manusia tidak hanya dapat memiliki satu bahasa saja melainkan seseorang bisa memperoleh dua sampai empat bahasa tergantung dengan lingkungan sosial dan tingkat kognitif yang dimiliki oleh orang tersebut.
Pada pemerolehan bahasa kita mengenal beberapa tahapan pemerolehan bahasa itu sendiri, pemerolehan bahasa pertama didapatkan seorang bayi secara langsung dari ibunya atau lingkungan yang dekat dengan bayi tersebut.  Sedangkan pada pemerolehan bahasa kedua dan seterusnya itu didapatkan seseorang melalui proses pembelajaran. Dengan teori pemerolehan bahasa kita ingin mengetahui serta mengetengahkan teori yang memudahkan anak-anak belajar.
Perkembangan merupakan suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi seperti : biologis, kognitif dan emosional. Perkembangan bahasa atau komunikasi pada  anak merupakan salah satu aspek dari tahapan perkembangan anak yang seharusnya tidak luput juga dari perhatian para pendidik pada umumnya dan orang tua pada khususnya.  Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan prestasi manusia yang paling hebat dan menakjubkan. Oleh sebab itulah masalah ini mendapat perhatian besar. Dalam proses perkembangan, semua anak manusia yang normal paling sedikit memperoleh satu bahasa alamiah


1.2    Rumusan  Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan pemerolehan bahasa ?
1.2.3 Apakah yang dimaksud dengan teori pemerolehan bahasa?
1.2.4 Bagaimanakah peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama dan
         bahasa kedua?
1.2.5 Bagaimanakah tahapan perkembangan bahasa pada anak?
1.2.6 Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
         bahasa?
1.2.7 Apa sajakah strategi dalam pemerolehan bahasa anak?

2.      Pembahasan
2.1 Pengertian Pemerolehan Bahasa dan Teori Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan bahasa (language acquisition) adalah proses-proses yang berlaku di dalam otak seorang anak ketika memperoleh bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa dibagi menjadi dua, yaitu pemerolehan bahasa pertama ( first language acquisition) yang biasa disebut dengan bahasa ibu dan pemerolehan bahasa kedua (second language acquisition) yaitu kajian tentang bagaimana pembelajaran mempelajari sebuah bahasa lain setelah dia memperoleh bahasa ibunya.
Sebagai calon guru SD sebaiknya memiliki wawasan untuk memahami perkembangan bahasa anak dan membantunya memperoleh kemampuan bahasa secara lebih baik. Sehingga diharapkan guru dapat membantu dalam menciptakan suasana pembelajaran bahasa Indonesia yang menyenangkan dan mencapai hasil yang optimal sesuai dengan hakikat, tujuan, dan pengalaman belajar bahasa anak didik.
Terdapat dua teori pemerolehan bahasa yaitu :


2.1.1 Nativist Theory
Nativist Theory adalah teori yang menyebutkan bahwa manusia memperoleh bahasa secara alami. Teori ini kemudian dikenal dengan hipotesis nurani yang dipelopori oleh Leneberg dan Chomsky. Hipotesis nurani lahir dari sebuah pertanyaan, sebenarnya alat apa yang digunakan anak dalam memperoleh bahasanya yang kemudian dijadikan bahan penelitian oleh kedua pelopor tersebut hasil penelitan tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Semua anak normal akan memperoleh bahasa ibunya asalkan dia dikenalkan dengan bahasa itu.
2.      Pemerolehan bahasa tidak ada hubungannya dengan kecerdasan.
3.      Kalimat yang digunakan anak cenderung tanpa menggunakan gramatikal, tidak lengkap dan jumlahnya sedikit.
4.      Hanya manusia yang bisa berbahasa.
5.      Perkembangan bahasa anak sejalan dengan perkembangan lain.
6.      Struktur bahasa sangat rumit, kompleks dan istimewa.
Teori chomsky ini menegaskan bahwa bahasa merupakan warisan, manusia sejak lahir sudah dibekali genetik untuk berbahasa.

2.1.2 Learning teory
Teori yang menyatakan bahwa pemerolehan bahasa melalui proses mempelajari. Teori ini lahir dari pakar psikologi dari harvard B.f Skiner. Skiner adalah seorang tokoh behaviorisme yang menyatakan bahasa adalah perilaku verbal. Behaviorisme adalah aliran  psikologi yang mempelajari tentang perilaku yang nyata yang bisa diukur secara objektiv.
Blomfeed dalam bukunya “ language” dalam parera (1986: 80) menerapkan pikiran pokok  behaviorisme dalam analisis bahasa sebagai berikut :
      • Bahasa adalah bentuk dari tingkah laku fisik.
      • Orang  harus bisa membedakan antara sesuatu yang mendahului bahasa, bahasa dan peristiwa yang mengikuti bahasa.
Skinner mengatakan bahwa berbahasa haruslah ditanggapi sebagai satu respon berkondisi terhadap stimulus-stimulus tersembunyi baik yang internal atau eksternal. Hal ini bisa dijelaskan bahwa semua pengetahuan bahasa yang dimiliki oleh manusia yang tampak dalam perilaku berbahasa merupakan hasil integrasi dari peristiwa linguistik yang dialami dan diamati oleh manusia. Karena itulah kemudian teori ini dikenal dengan istilah teori pembelajaran bahasa pengkondisian opera. Dalam teori ini dinyatakan bahwa perilaku berbahasa seseorang dibentuk oleh serentetan peristiwa beragam yang muncul dari sekitar orang itu.
Sebagai penjelasan lebih lanjut dari teori ini bisa digambarkan tentang bagaimana seorang bayi mulai berbahasa. Pada tahapan ketika anak memperoleh sistem bunyi bahasa ibunya, semula dia mengucapkan sistem bunyi yang ada disemua bahasa yang ada didunia ini. Akan tetapi karena lingkungan telah memberikan contoh terus menerus terhadap sistem bunyi yang ada pada bahasa ibunya, dan dimotivasi terus untuk menirukan sistem bahasa ibunya, maka yang akhirnya dikuasai adalah sistem bahasa ibunya.

2.2  Pemerolehan Bahasa  Anak
Perolehan bahasa anak ialah proses pemilikan kemampuan berbahasa, baik berupa pemahaman ataupun pengungkapan secara alami tanpa melihat kegiatan pembelajaran formal. Dengan kata lain, kegiatan pemerolehan bahasa ditandai oleh :
2.2.1        Berlangsung dalam situasi informal, tanpa beban dan di luar sekolah.
2.2.2 Pemilikan bahasa tidak melalui pembelajaran formal di lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah atau kursus.
2.2.3        Dilakukan tanpa sadar, dan
2.2.4        Dialami langsung oleh anak dan terjadi dalam konteks berbahasa yang bermakna.
Bahasa Indonesia dalam Pemerolehan Bahasa Anak
a.                   Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pertama
Bahasa Indonesia disebut bahasa pertama karena Bahasa Indonesialah yang pertama dikenal dan dikuasai anak sebagai sarana komunikasi verbalnya sejak dia bayi.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang pertama dapat disebabkan oleh hal-hal berikut:
1)         Perkawinan antarpenutur bahasa yang berbeda. Masing-masing pihak tidak saling memahami bahasa daerah pasangannya.
2)         Perkawinan antarpenutur bahasa daerah yang sama dengan situasi berikut ini : Lingkungan social sekitar keluarga menggunakan bahasa Indonesia sebagai media komunikasinya. Lingkungan masyarakat sekitar menggunakan bahasa daerah yang tidak dikuasai oleh keluarga itu (mungkin keluarga pendatang). Lingkungan menggunakan bahasa daerah yang sama dengan bahasa keluarga itu. Tetapi, karena pertimbangan praktis tertentu maka bahasa yang digunakan dalam keluarga itu bahasa Indonesia.
3)         Perkawinan antarpenutur yang hanya menguasai bahasa Indonesia.
b.                  Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Kedua
Pada dasarnya pemerolehan bahasa kedua dapat terjadi dalam dua cara, yaitu secara serempak dan berurut. Perolehan serempak dua bahasa [simultaneous bilingual acquisition] terjadi pada anak yang dibesarkan dalam masyarakat bilingual atau dalam masyarakat multilingual. Anak mengenal, mempelajari dan menguasai kedua bahasa secara bersamaan. Pemerolehan berurut dua bahasa (successive bilingual acquisition) terjadi bila anak menguasai dua bahasa dalam rentang waktu yang relative berjauhan. Perolehan bahasa kedua sama dengan belajar bahasa.

2.3 Tahap Perkembangan Bahasa Anak

Pemerolehan bahasa anak itu tidaklah tiba-tiba atau sekaligus melainkan kemajuan berbahasa mereka berjalan seiring dengan perkembangan fisik, mental, intelektual dan sosialnya. Perkembangan bahasa anak ditandai dengan keseimbangan dinamis atau suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari bunyi-bunyi atau ucapan yang sederhana menuju tuntutan yang lebih kompleks. Contohnya tangisan, bunyi-bunyi atau ucapan yang sederhana tak bermakna, dan celotehan bayi merupakan jembatan yang memfasilitasi alur perkembangan bahasa anak menuju kemampuan berbahasa yang lebih sempurna.
Tahap-tahap perkembangan bahasa anak :
2.3.1        Tahap Pralinguistik (0-12 bulan)
Pada tahap ini bunyi–bunyi bahasa yang dihasilkan anak belumlah bermakna. Bunyi-bunyi itu memang telah menyerupai vokal atau konsonan tertentu, tetapi secara keseluruhan bunyi tersebut tidak mengacu pada makna dan kata tertentu. Fase ini berlangsung sejak anak lahir sampai berumur 12 bulan.
a.          Pada umur 0-2 bulan, anak hanya mengeluarkan bunyi refleksi untuk menyatakan rasa lapar, sakit dan ketidaknyamanan yang menyebabkan anak menangis dan rewel. Serta bunyi vegetatif yang berkaitan dengan aktivitas tubuh seperti batuk, bersin, sendawa, telanan (makanan) dan tegukan (menyusu atau minum).
b.         Pada umur 2-5 bulan, anak mulai mengeluarkan bunyi-bunyi vokal yang bercampur dengan bunyi-bunyi mirip konsonan.
c.          Pada umur 4-7 bulan, anak mulai mengeluarkan bunyi agak utuh dengan rentang waktu yang lebih lama, bunyi mirip konsonan m/n sudah mulai muncul.
d.         Pada umur 6-12 bulan, anak mulai berceloteh contohnya ba ba ba/, ma ma ma/, da da da.

2.3.2        Tahap satu kata (12- 18 bulan)
Anak menggunakan satu kata yang memiliki arti yang mewakili keseluruhan idenya. Satu kata mewakili satu atau bahkan lebih frase atau kalimat (tahap Holofrasis).
Contoh:
versi satu kata
versi lengkap
1. Mimi (menunjuk cangkir)
1. Minta (mau) minum
2. Akut (menunjuk laba- laba)
2. Saya takut laba-laba.
3. Takit (mengacungkan jarinya)
3. Jariku sakit

Kata-kata yang paling sering diucapkan ialah kata-kata yang telah diakrabi dan dikuasainya. Kata-kata yang paling sering muncul yang bersifat kesehariannya dan terdapat disekitarnya, menurut Nelson (Owens,1984).

2.3.3        Tahap dua kata (18-24 bulan)
Kosakata dan gramatika anak berkembang dengan cepat. Anak menggunakan dua kata dalam berbicara. Tuturannya mulai bersifat telegrafik. Artinya apa yang dikatakan anak hanyalah kata yang penting saja. Seperti kata benda, sifat, dan kata kerja.
Contoh:
Versi dua kata
Versi lengkap
Mamah,makan !
Mamah,saya mau makan
Ajar,bobo
Fajar,mau tidur !
Bapa,ana?
Bapak,mau pergi kemana?
Mau ueh!
Saya mau kueh!

2.3.4        Tahap banyak kata
Fase ini berlangsung ketika anak berusia 3-5 tahun atau bahkan sampai mulai bersekolah. Usia 3-4 tahun, tutur anak mulai lebih panjang dan tata bahasanya lebih teratur. Usia 5-6 tahun, bahasa anak telah menyerupai bahasa orang dewasa. Anak telah mampu bertutur dengan menggunakan tiga kata atau lebih dengan penguasaan gramatika yang lebih baik.
Pada tahap-tahap perkembangan bahasa anak. Berkembang pula penguasaan mereka atas sistem berbahasa yang di pelajarinya, sistem bahasa itu terdiri dari subsistem berikut:
·            Fonologi, yaitu pengetahuan tentang pelafalan dan penggabungan bunyi-bunyi tersebut sebagai sesuatu yang bermakna.
·            Gramatika (tata bahasa), yaitu pengetahuan tentang aturan pembentukan unsur tuturan.
·            Semantik leksikal (kosakata), yaitu pengetahuan tentang penggunaan bahasa dalam berbagai cara untuk berbagai keperluan.

2.4   Faktor yang Mempengaruhi Pemerolehan Bahasa Anak
2.4.1. Faktor Biologis
Perangkat biologis yang menentukan anak dapat memperoleh kemampuan bahasanya ada tiga, yaitu otak (sistem syaraf pusat), alat dengar dan alat ucap. Proses berbahasa dikendalikan oleh sistem syaraf pusat, pada belahan otak sebelah kiri terdapat wilayah Broca yang mempengaruhi dan mengontrol produksi bahasa ( berbicara dan menulis ), pada belahan otak sebelah kanan terdapat wilayah Wernicke yang mempengaruhi dan mengendalikan pemahaman bahasa (menyimak dan membaca). Di antara kedua bagian otak terdapat wilayah motor suplementer (untuk mengendalikan unsur fisik penghasil ujaran).
Alur penerimaan dan penghasilan bahasa yaitu :
Bahasa didengarkan dan dipahami melalui daerah Wernicke kemudian dialihkan ke daerah Broca untuk mempersiapkan penghasilan balasan. Selanjutnya diteruskan di daerah motor seperti alat ucap uuntuk mendapatkan bahasa secara fisik.

2.4.2     Faktor Lingkungan Sosial
Untuk memperoleh kemampuan berbahasa, anak memerlukan orang lain untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Bahasa yang diperoleh anak tidak diwariskan secara genetis, tetapi didapat dalam lingkungan yang menggunakan bahasa. Anak memerlukan contoh atau model berbahasa, respon atau tanggapan serta teman untuk berlatih dan beruji coba dalam belajar bahasa dalam konteks yang sesungguhnya.
          Lingkungan sosial tempat anak tinggal dan tumbuh seperti keluarga dan masyarakat merupakan salah satu faktor utama yang menentukan pemerolehan bahasa anak.
Dukungan lingkungan social dalam bahasa anak :
1)                  Bahasa Semang (Motheresse) ialah penyederhanaan bahasa oleh orang tua atau orang dewasa ketika berbicara dengan bayi atau anak kecil.
Misalkan : “ Napa chayang ? Mau mimi, iya? Bentar ya!”
2)                  Parafrase ialah pengungkapan kembali ujaran yang diucapkan anak dengan cara yang berbeda.
3)                  Menegaskan kembali (echoing) ialah mengulang apa yang dikatakan anak, terutama bila tuturannya tidak lengkap atau tidak sesuai dengan maksud.
4)                  Memperluas (expanding) yaitu mengungkapkan kembali apa yang dikatakan anak dalam bentuk kebahasaan yang lebih kompleks.
5)                  Menamai (labeling) yaitu mengidentifikasikan nama-nama benda.
6)                  Penguatan (reinforcement) yaitu menanggapi atau member respon positif atas perilaku anak dalam berbahasa.
7)                  Pemodelan (modeling) yaitu contoh berbahasa yang dilakukan orang tua atau orang dewasa.
Antara faktor biologis dan lingkungan memiliki hubungan yang saling terkait, piranti biologis adalah wadah atau alat, maka lingkungan sosial berperan ocial isi atau muatannya.

2.4.3     Faktor Intelegensi
Intelegensi adalah daya atau kemampuan anak dalam berpikir atau bernalar. Zanden (1980) mendefinisikannya sebagai kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Anak yang intelegensinya tinggi, tingkat pencapaian bahasanya cenderung lebih cepat, lebih banyak dan lebih bervariasi khasanah bahasanya daripada anak-anak yang bernalar sedang atau rendah.

2.4.4     Faktor Motivasi
Benson (1988) menyatakan bahwa kekuatan motivasi dapat menjelaskan “mengapa seorang anak yang normal sukses mempelajari bahasa ibunya sumber motivasi yaitu dari dalam dan dari luar anak.”

2.5       Strategi Pemerolehan Bahasa Anak.
2.5.1 Mengingat
Setiap pengalaman indrawi yang dilalui anak, direkam dalam benaknya. Ketika dia menyentuh, mencerap, mencium, melihat, dan mendengar sesuatu, memori anak menyimpannya. Panca indera ini sangat penting bagi anak dalam membangun pengetahuan tentang dunianya.
Pada tahap awal belajar bahasa, anak mulai membangun pengetahuan tentang kombinasi bunyi-bunyi tertentu yang menyertai dan merujuk pada sesuatu yang dia alami. Ingatan itu akan semakin kuat, terutama bila penyebutan akan benda atau peristiwa tertentu terjadi berulang-ulang. Dengan cara ini, anak akan mengingat kata-kata tentang sesuatu sekaligus mengingat pula cara mengucapnya.
Hanya saja khasanah bahasa yang diingat anak ketika diucapkan tidak selalu tepat. Hal ini, terjadi karena pertumbuhan otak dan alat ucap anak masih sedang berkembang tetapi belum memungkinkan dia melafalkan tuturan sempurna orang dewasa. Karena itu, dalam berbahasa biasanya anak dibantu oleh ekspresi, gerak tangan, atau menunjuk benda-benda tertentu. Inilah versi bahasa anak.

2.5.2        Meniru
Tuturan anak cenderung mengalami perubahan. Perubahan itu, dapat berupa pengurangan, penambahan, dan penggantian kata atau pengurutan susunan kata.
Sedikitnya ada dua penyebab. Penyebab pertama, berkaitan dengan perkembangan otak, penguasaan kaidah bahasa, serta alat ucap. Dengan demikian, anak hanya akan mengucapkan tuturan yang telah dikuasainya. Penyebab kedua, berkenaan dengan aktivitas berbahasa anak. Disatu sisi, secara bertahap, dia dapat memahami dan menggunakan tuturan yang lebih kompleks. Disisi lain secara bersamaan, anak membangun suatu sistem bahasa yang memungkinkan dia mengerti dan memproduksi jumlah tuturan yang tak terbatas. Keadaan ini mendorong anak senang melakukan percobaan atau eksperimen didalam berbahasa. Percobaan ini terus berlangsung sampai kemampuan berbahasanya berpindah pada tingkat yang lebih kompleks.

2.5.3 Mengalami Langsung
Strategi penting lain yang mempercepat anak menguasai bahasa pertama yang dipelajarinya adalah berlatih atau praktik berbahasa secara langsung. Anak menggunakan bahasa yang dipelajarinya baik sewaktu berkomunikasi dengan orang lain mau pun berbicara sendirian. Anak mengalami langsung kegiatan berbahasa seperti menyimak dan berbicara. Dengan demikian, berdasarkan model atau respon partner komunikasinya, dia akan mendapatkan kewajaran dan ketepatan berbahasanya.
Praktik berbahasa itu dilakukan anak bukan karena dorongan orang lain, tetapi karena ia memerlukannya. Kegiatan ini berlangsung dalam situasi informal, tanpa disadari dan tanpa beban. Dia pun melakukan eksperimen dalam berbahasa tanpa takut salah. Secara perlahan dan bertahap, dia mengubah, memperbaiki, dan menyimpulkan aturan bahasa itu sampai tuturannya dirasa benar dan menyerupai ucapan orang dewasa. Oleh sebab itu, kesalahan berbahasa bagi anak merupakan hal yang wajar karena adanya proses pemantapan aturan bahasa yang dipelajarinya.
2.5.4 Bermain
Anak sering kali berperilaku sebagai orang dewasa, misalnya bila beberapa anak perempuan bermain bersama untuk berperan sebagai anak, bapak, ibu atau kakak dalam bermain rumah-rumahan. Penjual dan pembeli dalam permainan dagang-dagangan. Tanpa disadari mereka berlatih berbicara dan menyimak.

2.5.5 Penyederhanaan
Dalam strategi penyederhanaan anak-anak menyederhanakan model tuturan orang dewasa. Bagi anak itu sendiri, strategi ini tentu tidak disadarinya. Karena pembentukan kaidah bahasa itu bertahap melalui uji coba dan perbaikan, maka perkembangan tuturan anak pun tidak serumit orang dewasa.
Contoh
Tuturan anak (1-3 tahun)
Tuturan orang dewasa
a.                 Ma, acih
a.                               Terimakasih
b.                Mamah, gogog
b.                              Mamah, itu anjing
c.                 Aqi cucu, mah
c.                               Haqi mau minum susu mah












3.      Penutup
3.1  Simpulan
3.1.1  Pemerolehan bahasa (language acquisition) adalah proses-proses yang berlaku di dalam otak seorang anak ketika memperoleh bahasa ibunya.
3.1.2     Terdapat dua teori dalam pemerolehan bahasa anak, meliputi :
a.        Nativist Theory.
b.       Learning Theory.
3.1.3     Bahasa Indonesia dalam pemerolehan bahasa anak, meliputi :
a.       Bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama.
b.      Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua.
3.1.4   Tahap-tahap perkembangan bahasa anak, meliputi :
a. Tahap pra-linguistik (masa peraban).
b. Tahap satu kata.
c. Tahap dua kata.
d. Tahap banyak kata.
3.1.5   Faktor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa anak,    meliputi :
a. Faktor biologis.
b. Faktor lingkungan sosial.
c. Faktor intelegensi.
d. Faktor motivasi.
3.1.6   Strategi dalam pemerolehan bahasa anak, meliputi :
a. Mengingat.
b. Meniru.
c. Mengalami langsung.
d. Bermain.
e. Penyederhanaan.


3.2 Saran
         Semoga dengan disusunnya makalah ini diharapkan pembaca bisa menambah referensi tentang pemerolehan bahasa anak dan juga tahap perkembangan bahasa anak.
























DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, Djago dkk. 2003. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di     Kelas Rendah. Jakarta : Universitas Terbuka.

Zuchdi, Darmiyanti dkk. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di     Kelas Rendah. Yogyakarta : PAS.                                                                         

Dardjowidjojo, S. 1995. Echa : Perkembangan Bahasa Anak Indonesia, 12 Bulan yang Pertama. Makalah ini disajikan dalam PEIIBA 9 di Lembaga Bahasa Unika Atmajaya, Jakarta.

http://nurmaidahrini.blogspot.com/2012/08/tahap-perkembangan- bahasa-anak.html rini nurmaidah 23.05


http://pelangi-iffah.blogspot.com/2011/04/pendidikan-bahasa-dan-sastra-indonesia.html.












0 komentar:

Posting Komentar

 
;