Kamis, 09 Juni 2016

Pengembangan Lingkungan dan Lembaga Pendidikan untuk Membantu Perkembangan dan Kepribadian Anak



BAB V
PENGEMBANGAN LINGKUNGAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN UNTUK MEMBANTU PERKEMBANGAN DAN KEPRIBADIAN ANAK

A.       SUB TOPIK
1)      Lembaga pendidikan formal, informal, dan non formal.
2)      Tri pusat pendidikan perkembangan dan kepribadian anak.
3)      Peran dan pengembangan lingkungan pendidikan bagi perkembangan dan kepribadian anak.

B.        TUJUAN
1)      Mahasiswa harus dapat menyimpulkan definisi lembaga pendidikan formal, informal, dan non formal.
2)      Mahasiswa harus dapat menyimpulkan hakikat tripusat pendidikan
3)      Mahasiswa harus dapat menunjukkan hubungan di antara komponen tripusat pendidikan dan pengaruhnya terhadap perkembangan dan kepribadian anak.
4)      Mahasiswa harus dapat menyimpulkan peran dan pengembangan lingkungan pendidikan bagi perkembangan dan kepribadian anak.

C.     PEMBAHASAN
A.         Lembaga Pendidikan Formal, Informal, dan Non Formal
Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap perubahan zaman. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 bab II pasal 3
Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Dalam UU No. 20 tahun 2003 Pasal 13 ayat 1 dinyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri dari pendidikan formal, non-formal dan informal.

1.  Pendidikan Formal
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.

2.  Pendidikan Nonformal
a.  Pengertian
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal paling banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan dasar, adalah TPA, atau Taman Pendidikan Al Quran,yang banyak terdapat di Masjid dan Sekolah Minggu, yang terdapat di semua Gereja. Selain itu, ada juga berbagai kursus,  diantaranya kursus musik, bimbingan belajar dan sebagainya.

b.  Sasaran
Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

c.  Fungsi
Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.

d.  Jenis
Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja.
Pendidikan kesetaraan meliputi Paket A, Paket B dan Paket C, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti: Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, majelis taklim, sanggar, dan lain sebagainya, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.


3.  Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.
Alasan pemerintah mengagas pendidikan informal adalah:
•    Pendidikan dimulai dari keluarga
•     Informal diundangkan juga karena untuk mencapai tujuan pendidikan nasonal dimulai dari keluarga
•      Homeschooling: pendidikan formal tapi dilaksanakan secara informal.
•      Anak harus dididik dari lahir
Perbandingan Pendidikan Formal, Pendidikan Non-formal dan Informal



B.      Tri Pusat Pendidikan Perkembangan dan Kepribadian Anak
Manusia sepanjang hidupnya selalu akan mendapatkan pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas. Ketiga lingkungan tersebut disebut Tri Pusat Pendidikan, yang akan mengaruhi manusia dari segi perilaku, Perkembangan dan pertumbuhan.
Dilihat dari segi anak didik, tampak bahwa anak didik secara tetap hidup didalam lingkungan masyarakat tertentu tempat mengalami pendidik.
1)      Keluarga
Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan semenda dan sedarah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti (nucleus family: ayah, ibu, dan anak), ataupun keluarga yang diperluas (disamping inti ada orang lain: kakek, nenk, adik/ipar, pembantu dan lain-lain).[4] Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama dialami oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi dan mendidik anak agar berkembang dengan baik.
Lingkungan keluarga adalah merupakan lingkungan pendidikan yang pertama karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan. Dan dikatakan lingkungan yang terutama karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga. Sehingga pendidikan yang  paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga.
Keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama memiliki Fungsi dan peranan dalam pendidikan,[5] yaitu:
1.      Pengalaman pertama masa kanak kanak.
2.      Menjamin kehidupan emosional anak.
3.      Menanamkan dasar pendidikan moral.
4.      Memberikan dasar pendidikan sosial.
5.      Peletakan dasar-dasar keagamaan
Menurut Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan orang-seorang (pendidikan individual) maupun pendidikan sosial. Keluarga itu tempat untuk melangsungkan pendidikan kearah pembentukan pribadi yang senpurna, tidak saja bagi anak-anak kecil tetapi juga bagi para remaja. Peran orang tua dalam keluarga sebagai penuntun, sebagai pengajar, dan sebagai pemberi contoh. Secara khusus terdapat dasar-dasar tanggung jawab orang tua terhadap anaknya,[6] meliputi:
1.   Adanya motivasi atau dorongan cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dan anak.
2.  Pemberian motivasi kewajiban moral sebagai konsekuensi kedudukan orang tua terhadap anaknya.
3.  Tanggung jawab sosial adalah bagian dari keluarga yang pada gilirannya akan menjadi tanggung jawab masyarakat, bangsa dan negara.
4.  Memelihara dan membesarkan anaknya.
5.  Memberikan pendidikan dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupan anak kelak. 

2)      Sekolah
Pada dasarnya pendidikan di sekolah merupakan bagian dari pendidikan dalam keluarga, yang sekaligus merupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga,terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu dikirimkan anak ke sekolah. Seiring dengan perkembangan peradaban manusia,sekolah telah mencapai posisi yang sangat sentral dalam pendidikan keluarga. Hal ini karena pendidikan telah berimbas pola pikir ekonomi yaitu efektivitas dan efesiensi dan hal ini telah menjadi semacam ideologi dalam proses pendidikan disekolah. Yang dimaksud dengan pendidikan sekolah disini adalah pendidikan yang diperoleh seseorang di sekolah secara teratur, sistematis, bertingkat dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat.[8]
Ada beberapa karakteristik proses pendidikan yang berlangsung disekolah ini yaitu:
1.     Diselenggarakan secara khusus dan dibagi atas jenjang yang memiliki hubungan hierarkis
2.     Usia anak didik disuatu jenjang pendidikan relatif homogen
3.     Waktu pendidikan relatif lama sesuai dengan pendidikan yang harus diselesaikan
4.     Materi atau isi pendidikan lebih banyak bersifat akademis dan umum
5.     Adanya penekanan tentang kualitas tentang pendidikan sebagai jawaban terhadap kebutuhan dimasa yang akan mendatang

Tanggung jawab sekolah
Sebagi lembaga pendidikan yang bersifat normal, sekolah memilki tanggung jawab yang berdasarkan atas asas-asas yang berlaku, meliputi:[9]
1. Tanggung jawab formal kelembagaan sesuai dengan fungsi dan tujuan yang di tetapkan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku
2. Tangung jawab keilmuan berdasarkan bentuk, isi tujuan dan tingkat pendidikan yang di percayakan kepadanya oleh masyarakat dan bangsa
3. Tanggung jawab fungsional ialah tanggung jawab professional pengelola dan pelaksana pendidikan yang menerima ketetapan ini berdasarkan ketentuan-ketentuan jabatannya

2.  Sifat-sifat lembaga pendidikan sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan kedua setelah keluarga, yang bersifat formal namun tidak kodrati, tetapi banyak orang tua yang menyerahkan tannggung jawab pendidikan terhadap sekolah
Dari kenyataan-kenyataan tersebut maka sifat-sifat dari pendidikan sekolah tersebut adalah:[10]
1.  Tumbuh sesudah keluarga
2.  Lembaga pendidikan formal

Dinamakan lembaga pendidikan formal, karena sekolah memilki bentuk yang jelas, dalam arti memiliki program yang telah direncanakan dengan teratur dan ditetapkan dengan resmi
1.      Lembaga pendidikan yang tidak bersifat kodrati
Lembaga pendidikan didirikan tidak atas hubungan darah antara guru dan murid seperti halnya dikeluarga, tetapi berdasarkan hubungan yang bersifat kedinasan
2.      fungsi dan peranan sekolah
Peranan sekolah sebagai lembaga yang membantu lingkungan keluarga, maka sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik yang di bawa dari keluarganya. Sementara itu dalam perkembangan kepribadian anak didik, peranan sekolah dengan melalui kurikulum antara lain:[11]
1.      Anak didik belajar bergaul sesama anak didik, antara guru dengan anak didik, dan antara anak didik dengan orang yang bukan guru (karyawan).
2.      Anak didik belajar mentaati peraturan-peraturan sekolah.

3)      Masyarakat
Masyarakat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menempati suatu daerah, diikat oleh pengalaman-pengalaman yang sama, memiliki sejumlah persesuaian dan sadarkan persatuan dan kesatuannya, serta dapat bertindak bersama untuk mencukupi krisis kehidupannya.[14]
Masyarakat juga dapat diartikan sebagai satu bentuk tata kehidupan sosial dengan tata nilai dan tata budaya sendiri. Dalam arti ini masyarakat adalah wadah dan wahana pendidikan; medan kehidupan manusia yang majemuk (plural:suku, agama, ekonomi, dan lain sebagainya). Manusia berada dalam multi kompleks antar hubungan dan antar aksi dalam masyarakat.[15]
Dalam pembahasan ini masyarakat merupakan lingkungan ketiga dalam pendidikan. Pendidikan masyarakat tersebut telah mulai sejak anak lepas dari asuhan keluarga dan berada diluar pendidikan sekolah
      Untuk agak memperjelas pengertian kita tentang lingkungan itu, baiklah kita jangan terlalu terikat pada “tempat”. Kita adakan tinjauan tentang lingkungan bukan atas dasar tempat, melainkan atasa dasar “peranan” orang-orang yang berada dalam lingkungan-lingkungan itu.
Jika orang tua atau anggota keluarga yang lain, tidak berperan lagi terhadap anak, artinya tidak mengadakan pengawasan terhadap tingkah laku perbuatan anak, maka dapat dikatakan bahwa anak tersebut tidak berada dalam lingkungan keluarga. Biarpun ia mungkin masih berada di halaman rumahnya. Misalnya ia sedang bermain-main dengan kawan-kawan sebayanya.
Sebaliknya, biarpun ia tidak berada di sekitar halaman rumahnya, akan tetapi orang tua atau anggota keluarga yang lain masih mengadakan pengawasan terhadap tingkah laku perbuatan anak, maka dapat dikatakan, bahwa anak itu berada di dalam lingkungan keluarga. Misalnya mereka sedang berjalan-jalan di sebuah taman, mereka pergi ke tempat-tempat hiburan dan sebagainya.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan anak berada di dalam lingkungan masyarakat, apabila anak itu tidak berada di bawah pengawasan orang tua atau anggota keluarga yang lain, dan tidak berada di bawah pengawasan guru atau petugas sekolah yang lain. Pengawasan tingkah laku perbuatan anak dalam lingkungan masyarakat ialah oleh petugas-petugas hukum di dalam masyarakat, atau juga orang-orang lain yang berada dalam masyarakat.
Sebenarnya di dalam masyarakat itu tidak ada pendidikan. Masyarakat tidak mendidik orang- orang atau anak-anak yang berada di dalamnya. Di dalam masyarakat yang ada hanyalah “pengaruh” dari masyarakat itu. Pendidikan yang ada di dalam masyarakat adalah yang terdapat dalam perkumpulan-perkumpulan pemuda. Sehingga Ki Hajar Dewantara secara tegas menyebutkan lingkungan pendidikan yang ketiga ialah pergerakan pemuda.
Pengaruh-pengaruh dari masyarakat ada yang bersifat positif terhadap anak dan juga bersifat negatif. Yang dimaksud dengan pengaruh yang bersifat positif ialah segala sesuatu yang membawa pengaruh baik terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Yaitu pengaruh-pengaruh yang menuju kepada hal-hal yang baik dan berguna  bagi anak itu sendiri maupun bagi kehidupan bersama.[16]
Pengaruh yang positif dari masyarakat banyak kita jumpai dalam perkumpula-perkumpulan pemuda, organisasi-organisasi pelajar atau mahasiswa maupun organisasi yang lain. Baik perkumpulan atau organisasi itu bergerak dalam bidang kesenian, kebudayaan, olahraga, politik, maupun yang merupakan organisasi biasa yang bersifat menghimpun dan menyatukan para anggota, seperti halnya organisasi-organisasi pelajar atau mahasiswa dari sesuatu jenis sekolah atau fakultas. Tetapi perlu ditekankan di sini bahwa organisasi atau perkumpulan pemuda yang memberikan pengaruh positif ini ialah organisasi atau perkumpulan pemuda yang di organisasi secara baik dan “legal”.
Sedang yang di maksud  dengan pengaruh yang bersifat negatif ialah segala macam pengaruh yang menuju kepada hal-hal yang tidak baik dan merugikan. Baik, merugikan bagi pendidikan dan perkembangan anak maupun merugikan kepada kehidupan bersama.[17]
Pengaruh yang bersifat negatif ini tidak terhitung banyaknya  di dalam masyarakat. Dan anehnya , pengaruh yang negatif ini sangat mudah di terima oleh anak, dan sangat kuat meresap di hati anak. Anak yang tadinya baik di rumah, setelah mendapat pengaruh dari temannya, akhirnya bisa menjadi anak brandalan. Oleh karena itu menjadi tugas bagi orang tua untuk selalu mengadakan pengawasan terhadap putra-putrinya. Orang tua harus tahu dan selalu mengawasi dengan siapa anaknya itu bergaul. Bukan maksudnya di sini untuk membeda-bedakan kawan, tetapi justru untuk menjaga agar si anak tidak terlanjur memperoleh pengaruh-pengaruh yang tidak diinginkan
Contoh: setiap kali anak minta izin untuk belajar di rumah kawannya. Berangkat, membawa buku dan pulang jam 10 atau 11 malam di mana orang tua sudah tidur. Demikian berjalan beberapa lama tetapi apa hasilnya? Anak telah menjadi pecandu ganja.
Memang kita bisa menyalahkan kepada anak. Dan mungkin kita bisa juga menyalahkan kepada kawan yang mengajaknya. Tetapi di samping itu, orang tua lah yang bersalah paling besar. Mengapa ia tidak selalu mengadakan pengawasan yang teliti terhadap anaknya. Andaikata orang tua selalu mengadakan pengawasan dengan teliti, selalu mengawasi dengan siapa saja anak itu bergaul, kiranya tidak akan terjadi hal-hal yang demikian. Hal hal semacam itu kiranya akan bisa di cegah sebelumnya.

C.      Peran dan Pengembangan Lingkungan Pendidikan Bagi Perkembangan dan Kepribadian
1. Lembaga Pendidikan Dan Pembentukan Karakter Anak
-Lembaga pendidikan (formal dan non formal) sebagai bagian dari sistem sosial yang sangat mempengaruhi perkembangan karakter anak.
-Rata-rata sepertiga waktu anak dalam sehari dihabiskan di lembaga pendidikan, sehingga  turut mewarnai perkembangan karakter dan kepribadian seorang anak
-Sebagai upaya sadar dalam membentuk dan mengembangkan karakter anak, lembaga pendidikan bertanggung jawab merumuskan kurikulum sebagai kerangka sistem pembelajaran.

2. Peran dan Fungsi Lembaga Pendidikan Bagi Perkembangan Anak:
1. Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan
2. Spesialisasi (masyarakat semakin maju, bertambah diferensiasi sosial)
3. Efisiensi (kesibukan & ketidakmampuan orang tua)
4. Sosialisasi;
5. Konservasi dan transmisi kultural (memelihara dan menyampaikan warisan budaya)
6. Transisi dari rumah ke masyarakat

3. Peran Lingkungan Pendidikan dalam Membentuk Karakter Anak
Peran keluarga lebih banyak memberikan pengaruh dukungan, baik dari dalam penyediaan fasilitas maupun penciptaan suasana belajar yang kondusif. Sebaliknya, dalam hal pembentukan perilaku, sikap dan kebiasaan, penanaman nilai, dan perilaku-perilaku sejenisnya, lingkungan keluarga bisa memberikan pengaruh yang sangat dominant. Di sini lingkungan keluarga dapat memberikan pengaruh kuat dan sifatnya langsung berkenaan dengan pengembangan aspek-aspek perilaku seperti itu, keluarga dapat berfungsi langsung sebagai lingkungan kehidupan nyata untuk memperaktekkan aspek-aspek perilaku tersebut.
Kemudian lingkungan Sekolah, sekolah telah menjadi bagian dari kehidupan anak-anak. Mereka di sekolah bukan hanya hadir secara fisik, melainkan mengikuti berbagai kegiatan yang telah dirancang dan diprogram sedemikian rupa. Karena itu disamping keluarga, sekolah memiliki peran yang sangat berarti bagi perkembangan anak.               
            Yang terakhir adalah lingkungan masyarakat. Masyarakat merupakan tempat anak – anak hidup dan bergaul, dengan orang dewasa yang juga memiliki peran dan pengaruh tertentu dalam pembentukan kepribadian dan perilaku anak. Disana mereka bergaul, melihat orang – orang beperilaku dan menemukan sejumlah aturan dan tuntutan yang seyogjanya dipenuhi oleh yang bersangkutan.           
peran penting masyarakat :
1.Selain lingkungan keluarga dan lembaga pendidikan, perkembangan kepribadian anak juga dipengaruhi oleh masyarakat.
2.Masyarakat merupakan sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
3.Keberadaan masyarakat yang menghargai ajaran Islam, turut memberikan kontribusi bagi anak dalam memahami makna hidup, mempraktekkan ajaran Islam, rajin beramal, cinta damai, suka menyambung ukhuwah islamiyah.
4.Jika nilai-nilai Islam melekat pada budaya masyarakat, tentunya secara tidak langsung akan dapat mendorong pembentukan karakter Islami pada diri seorang anak.

     Peran Masyarakat dalam Pembentukan Karakter Anak dapat Diklasifikasikan dalam Dua Hal:
a. Peran melalui keberadaan masyarakat yang berjalan secara alamiah dan terbuka
b. Peran masyarakat yang terlembagakan dalam organisasi-organisasi sosial

D.  BAHAN DISKUSI
1.Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari homeschooling pada perkembangan dan kepribadian anak ?
2.Bagaimana perkembangan dan kepribadian anak  yang hidup dalam lingkungan pendidikan keluarga yang tidak mendukung atau tidak memiliki keluarga ?
3.Apakah yang terjadi apabila salah satu komponen Tripusat pendidikan tidak berjalan ?
4.Apakah setiap kondisi lingkungan masyarakat yang buruk akan menyebabkan perkembangan kepribadian anak menjadi buruk pula ?


E.     SUMBER PUSTAKA
      Munib, achmad, dkk. 2010.Pengantar Ilmu Pendidikan.Semarang: pusat pengembangan MKU/MKDK LP3 UNNES

0 komentar:

Posting Komentar

 
;